Berlari di
sepanjang terowongan dengan banyaknya cabang, Sakura yang dituntun oleh Sasuke
mulai melihat cahaya di ujungnya. Nafasnya bisa terlihat ketika ia
menghembuskannya, rasa dingin mulai menusuk kulitnya.
Pakaian yang
entah dari mana yang sedang ia pakai memang agak tipis dengan pahanya yang
terbuka. Hal ini cukup untuk menjadikan alasan baginya untuk menggigil
kedinginan.
Mereka mulai
melewati mulut terowongan yang sepertinya ini adalah air terjun. Dapat terlihat
di sisi atas dan di bawahnya yang merupakan air yang sudah membeku dengan
banyaknya es tajam yang menggelantung di bibir terowongan.
Tak jauh
dari sana, Sasuke berhenti tiba-tiba. Sakura yang berada dibelakangnya juga
ikut menghentikan langkahnya. Salju turun dengan pelan berjatuhan di atas
kepala mereka dan salju yang berada ditanah cukup tebal sehingga membuat bekas
jejak. bukan hanya jejak mereka yang ada disana, tapi juga jejak orang lain
yang tak salah lagi kalau itu adalah jejak teman-temannya.
"Sasuke-kun?
ada apa?"
Sejenak
Sakura berfikir jika Sasuke lupa arah ke desa, namun ia dengan cepat menyangkal
pikiran itu dan berkata dalam pikirannya seperti: 'mana mungkin Sasuke-kun lupa
secepat itu, aku tau Sasuke-kun memiliki ingatan yang kuat.'
"Sakura.
Pertanyaan yang saat itu kau katakan, aku belum menjawabnya kan?"
Perkataan
itu cukup membuat Sakura bingung. Pertanyaan sebelumnya? bukankah Sasuke sudah
menjawabnya? Sakura berfikir mungkin bukan pertanyaan itu yang Sasuke maksud.
"aku
tidak terlalu mengerti, tapi memangnya kenapa?"
Sasuke
melepas mantelnya, membalikan badan dan berjalan menekati Sakura.
"Bukan
hanya sedikit. Kau sudah masuk terlalu jauh"
Sasuke
melilitkan mantelnya ke pundak Sakura sambil mengatakan hal itu. Sakura memutar
otak dan mencoba mengingat apa yang dimaksud Sasuke.
"Sedikit?"
Sakura
menggengam mantel itu dengan tangan kananya agar tidak terjatuh ke tanah dan
menatap mata Sasuke yang berdiri sangat dekat dengannya.
"Saat
itu, Ketika perang.."
Mata Sakura
membesar, ia ingat kejadian itu. Tepatnya ketika perang telah selesai, Namun
pertarungan masih belum benar-benar selesai. Peratungan antara Sasuke dan
Naruto.
- Aku tahu,
tidak ada hal yang bisa aku lakukan untuk menghentikan hal ini, tapi aku masih
mencintaimu. Aku sama sekali tidak pernah mengira akan seperti ini. Aku tidak
ada di sana bersamamu ketika kau membutuhkan bantuan atau mencegahmu masuk ke
jalan itu, yang bisa kulakukan hanya duduk dan menangis. Tapi, tapi jika aku
masih memiliki tempat di hatimu, walau hanya sedikit. Jadi, aku mohon jangan
pergi. Jika kita bersama lagi, aku yakin kita bisa kembali ke hari itu.
"Maaf.
Kau selalu mencoba menghentikanku. Kau terus menghawatirkanku, tapi aku juga
terus melukaimu."
Ketika
Sasuke melihat Sakura, Ia seperti meihat ibunya yang baik hati saat Sakura
berintraksi dengan anak-anak yang juga adalah pasien dari kliniknya.
Saat Sasuke
di rawat di rumah sakit ketika perang selesai, Sasuke melihat bayangan ayahnya
yang tegas pada diri Sakura ketika memarahi Naruto dan dirinya ketika mulai
berdebatkan sesuatu karena memang mereka dirawat di ruangan yang sama.
Dan Sasuke
seperti melihat Itachi pada dirinya ketika Sakura terus berbohong untuknya.
Sama seperti kakaknya yang selalu berbohong hanya untuk melindunginya.
"Seperti
yang kukatakan sebelumnya. Kau lemah... Itu sebabnya kau membutuhkanku untuk
melindungimu"
Sasuke
menggerakan tangannya dan mencondongkan jari tengah dan telunjuknya perlahan
menuju dahi Sakura. Sakura tak mampu mengedipkan matanya sekalipun. Badannya
seperti mematung dengan kaki yang terasa membeku.
Sakura yang
melihat itu, menutup matanya. Ia tahu Sasuke-kun mungkin akan mengetuk dahinya
lagi. Sama seperti hari itu. Sakura ingin merasakan sensasi itu lebih dalam dan
mungkin saja ini yang terakhir kalinya Sasuke melakukan hal itu kepadanya.
⁰ₒ⁰
"Apa?
Ada apa ma?"
Sarada yang
merasa cerita itu sangat menggantung. Sakura tiba-tiba saja berhenti bercerita.
Ia menyentuh kedua pipinya dan tersenyum malu dengan wajah yang memerah.
'Ah... Ini
terjadi lagi'
Sarada
menatap ibunya dengan tatapan aneh ketika ibunya mulai bertingkah seperti itu.
"Mama!"
"Ah..
Maaf Sarada"
"Jadi,
bagaimana kelanjutannya?"
Sakura
tersenyum aneh menatap anaknya yang mulai memaksanya untuk melajutkan cerita
itu.
"Yah...
Kurasa cukup sampai disitu"
Ia mulai
memasang wajah kesalnya menatap Sakura. Sakura melihat hal itu sebagai hal yang
sangat menggemaskan baginya hingga ia terkekeh kecil.
"Jadi,
bagaimana sosok papa di matamu?"
Sarada
memalingkan matanya ke arah jemuran yang mulai berkibar karena angin yang
berhembus. Beberapa detik ia terdiam dan pada akhirnya terlintaslah sosok
seorang ayah dalam pikirannya.
"Aku
rasa dia orang yang sangat rumit, tapi-"
Sarada
mengembangkan senyum yang lebar di wajahnya.
"Dia
seperti laki-laki yang sangat hebat. Dia juga seorang pahlawan seperti Nanadaime.
Aku ingin papa secepatnya pulang"
Sakura ikut
tersenyum melihat putrinya yang begitu senang dengan imajinasinya tentang sosok
Sasuke.
"Mama.
Ketika papa pulang nanti, aku ingin memeluknya dengan sangat kuat dan aku akan
menceritakan semua keberhasilan yang sudah aku lakukan. Untuk itu, aku ingin
menjadi kuat."
Sarada
meloncat ke tanah dan meninju angin dengan semangat.
"Aku
pasti akan melakukannya dan jika papa akan pergi meninggalkan kita lagi, aku
akan memukuli perutnya"
Ia membuat
senyum lebar di wajahnya dan berbalik menatap Sakura. Sakura tersenyum sangat
lembut. Ia dan anaknya memang sangat merindukan Sasuke. Setiap detiknya selalu
bertanya-tanya tentang apa yang sedang ia lakukan? atau di mana dia tidur
setiap malamnya?, apa dia makan secara teratur? atau jika Sasuke terluka, apa
dia bisa mengobati dirinya sendiri?
Tapi, dari
semua itu, Sakura yakin ia akan baik-baik saja karena Sasuke sangat kuat dan
juga ia telah berjanji untuk selalu ada bersama mereka. Di salah satu tempat
persembunyian Orachimaru, Sasuke berbisik di telinga anak mereka yang baru saja
lahir. Dia berkata "Aku tidak akan membiarkanmu berakhir seperti aku yang
dulu karena aku ada disini untuk melindungi kalian."
Itulah yang dirasakan Sasuke ketika ia menikahi Sakura, membawanya ikut dalam misinya walau ia tahu Sakura sedang mengandung anak mereka dan kemudian, seorang malaikat kecil lahir membawa darahnya. Rasa sakit yang samar ketika sosok keluarganya terlintas di benaknya dan berfikir bagaimana ia ketika lahir. Apa ayahnya yang sangat tegas dan kaku itu juga merasakan perasaan ini?
Tak lama setelah itu, burung elang Sasuke mendarat di samping tempat Sakura duduk yang dengan cepat mendapatkan perhatian mereka berdua.
"Lihat! ayahmu memberikan surat lagi pada kita setelah sekian lama. Perasaan kita memang benar-benar terhubung dengannyakan?"
"Mama. Kali ini aku ingin menulis balasan lagi untuk papa"
"Bukankah kau selalu melakukan itu?" Sakura tersenyum manis untuk Sarada.
Sakura membawa surat yang berada di punggung burung itu berserta elangnya masuk kerumah. Selagi mereka membaca dan membalas surat, Sakura memasukan elang ke sarang yang sedari dulu ia letakan di sisi jendela rumah mereka. Sarada selalu tidak sabar jika hal ini sudah datang.
Ia terus menarik baju ibunya dan pergi ke meja mengambil berbagai pensil berwarna dan duduk di pangkuan ibunya. Sakura membuka lembaran kertas yang ditulis dengan tintah dan membacanya bersama. Wajah mereka sama berserinya ketika melihat itu. Sasuke tidak terlalu menulis surat yang panjang. Ia selalu menulis seadanya seperti kemana tujuannya selanjutnya atau menulisnya tentang kejadian yang baru saja dia alami.
Setelah selesai membalaskan surat itu, Sakura meletakannya lagi pada tempat surat di punggung elang dan tangan Sarada yang kecil menerbangkannya dengan penuh semangat. Dalam keadaan ini, ia selalu berharap perasaannya yang ada di surat itu bisa mencapai Ayahnya.
⁰ₒ⁰
Hari sudah malam, Sasuke duduk di atas batang pohon yang tinggi. Ia baru saja menerima surat dari Naruto tentang tanggapan Naruto dari hasil penyelidikannya. Dan tak lama setelah itu, Elang yang Sasuke kirim untuk Sakura telah kembali. Ia mengeluarkannya. Jumlah surat itu ada dua dan sebuah foto terselip di belakangnya.
Sebelum melihat isi foto, Sasuke membuka surat pertama. Itu surat dari Sarada yang penuh dengan gambar bunga dan yang lainnya. Pada sudut surat, tergambar dua orang yang sepertinya itu adalah gambar Sakura bersama Sarada.
Papa. Hari ini mama bercerita tentang dirimu. Kau terlihat keren di pikiranku. Lalu, Kapan kau akan pulang? Mama sangat merindukanmu dan aku juga kesepian karena mama juga adalah seorang yang sibuk di rumah sakit setiap hari. Aku harap ketika papa pulang, Aku bisa mendapatkan seorang adik.
Sasuke hanya tersenyum membacanya. Ia menggulirkan kertas itu kebelakang dan ia mulai membuka surat kedua.
Sasuke-kun. Aku senang ketika kau masih menyempatkan diri untuk menuliskan surat untuk kami walau kau sedang sibuk. Ketika membaca suratmu, aku tau kau baik-baik saja. Aku seperti melihat bahwa hanya aku yang terlalu cemas. Sarada sudah tumbuh besar. Dia sangat merindukanmu dan setiap hari dia selalu menanyakanmu sampai-sampai aku kebingungan menjawabnya. Sasuke-kun aku harap kau selalu baik-baik saja.
Sasuke melipat kembali surat itu dan membalikan sebuah foto yang dikirimkan kepadanya. Itu adalah foto Sakura dan Sarada. Sebuah senyuman tak lepas dari wajah Sasuke. Untuk beberapa saat ia terus menatap foto itu dan pikiran terus melayang tentang mereka.
Sasuke mengalihkan pandangannya ke bulan yang selama ini membuatnya khawatirkan. Wajah Sasuke kembali mendatar mengingat jika perang seperti itu kembali terulang, maka itu sama saja seperti dia membahayakan keluarga yang akhirnya ia miliki lagi.
"Sepertinya kali ini aku benar-benar belum bisa pulang"
aaaaaaaaaaaaa.......... I love youuuu!! thank you for your hard work.. hontoni arigatou!! 😁😁
BalasHapusKeerreeeennn!!! Suka bngt ssma fanfic ini
BalasHapusI love sasusaku.... saya sangat mencintai uchiha's family
BalasHapus