BAGAIMANA HUBUNGAN MEREKA BERKEMBANG
Di
antara kelas lain yang melakukan pengintaian, ada juga gerakan kecil dari Kelas D. Dia dan dia cukup pintar tentang apa atau siapa yang atletis atau tidaknya.
Informasi semacam itu datang dari mana-mana. Mayoritas sudah mulai menyadari
hal ini, tetapi hanya sedikit tujuan dari pengintaian langsung ini. Hanya
dengan memastikan tingkat keatletisan orang lain menurut isi hati seseorang,
pada akhirnya kunci kemenangan terletak pada kombinasi kerja sama untuk perlombaan.
Informasi saja tidak cukup berguna.
Kecuali
jika kau tahu isi tabel partisipasi mereka, yang merupakan kunci dari semuanya.
Informasi menduga-duga tidak akan membawa kemenangan terhadap kelas-kelas lain.
Namun, sebaliknya jika kita bisa memperoleh informasi tentang tabel partisipasi
mereka, ini akan sangat membantu untuk mengalahkan mereka. Dan jika kita bisa
mendapatkan 'tabel partisipasi' dan 'informasi', maka peluang kita akan
meningkat secara drastis.
Tetapi
menurut aturan sedehana, tabel partisipasi tidak dibagikan kepada kelas lain.
Dan karena sama saja seperti mencekik diri mereka jika informasi tersebut
bocor, kontrol penuh atas informasi mungkin saja terjadi.
Satu-satunya
pengecualian... adalah Kelas D yang membawa bom dari dalam. Satu minggu sebelum
festival olahraga. Aku membuat pergerakanku segera setelah kelas selesai. Aku
memanggil Horikita, yang sedang mengemasi barang-barangnya di sampingku.
"Tolong
temaniku sebentar setelah ini"
"Kalau
aku bilang tidak?"
"Tentu
saja kau bebas bilang seperti itu, tapi aku tidak akan bertanggung jawab jika
Kelas D akan menghadapi kesulitan"
Aku
berbicara to the poin, dan dengan tiba-tiba mengatakan sesuatu yang terdengar
seperti ancaman, Horikita kehilangan kata-katanya sesaat.
"...
ini sesuatu yang tidak bisa aku abaikan. Baiklah, apa yang kau inginkan?"
"Kau
pasti mengerti jika kau ikut"
Mengatakan
itu, aku melewati Horikita, yang menuntut jawaban. Aku kemudian memanggil
satu target lainnya.
"Kushida,
apa kau ada waktu?"
Aku
berjalan ke depan Kushida, yang sedang mengobrol bersama perempuan-perempuan lain di
kelas dan menegurnya seperti itu.
"Hmm?
Ada apa, Ayanokouji-kun?"
Kushida
juga berbalik melihat Horikita, yang tetap diam bahkan saat dia mengeluarkan
aura ketidaksukaan.
"Apa
kau punya rencana besok?"
Di
hari Sabtu, yang seharusnya menjadi hari libur bagi Kushida, aku mencoba mengajaknya
pergi untuk sesuatu.
"Aku
belum merencanakan apa pun sejauh ini. Aku pikir sepertinya aku mau
membersihkan kamarku."
"Jika
kau tidak keberatan, apa aku bisa meminjam sebagian waktumu hanya di pagi
hari saja?"
Aku
memotong dengan kalimat itu. Jika Kushida menunjukkan tanda ketidakpuasan, aku
punya niat untuk segera mundur.
"Tentu
saja" Namun, seakan ingin menghilangkan kecemasan seperti itu, Kushida
menerima dengan senyuman. "Bagaimana aku bisa menolak jika Ayanokouji-kun mengajakku
keluar"
"Mungkin
begitu. Ngomong-ngomong, Horikita juga ikut"
"Hei!"
Aku
mengekang Horikita dengan tanganku saat dia menyuarakan keluhannya.
"Tentu
saja, aku sama sekali tidak keberatan... tapi apa yang kau maksud dengan pagi
hari saja?"
"Termasuk
Kushida, yang familiar dengan informasi kelas lain, aku ingin sekali lagi
melakukan pengintaian kepada musuh. Itulah yang aku pikirkan. Aku diajak oleh Horikita,
tapi ada banyak hal yang aku tidak tau"
Sejujurnya
aku memberi tahu Kushida tentang apa yang kupikirkan. Namun, sebagian justru
tentang Horikita sendiri sebagai improvisasi.
T/N:
Improvisasi, melakukan sesuatu tanpa persiapan.
Selama
aku memintanya menemaniku, tidak akan berhasil kecuali aku mengatakan yang sebenarnya
dan Kushida juga harus memahami
perannya.
Setelah
selesai berbicara, seolah-olah dia yakin, Kushida berulang kali mengangguk.
"Aku
mungkin yang paling cocok untuk itu. Ya, baiklah. Jam berapa? Lebih cepat,
lebih baik, bukan?"
"Itu
benar. Kalau bisa, sekitar jam 10an? Apa kau setuju?"
"Tidak
masalah. Jadi, besok kita akan bertemu di lobi asrama?"
"Ya.
Terima kasih"
Sepertinya
Kushida sudah berjanji untuk kembali dengan teman-temannya saat dia pergi
sambil melambaikan tangan ke arah para perempuan yang menunggu di koridor. Saat
aku bergerak untuk melakukan hal yang sama dan berjalan pulang, Horikita meraih
punggungku.
"Apa
yang kau bicarakan? Aku tidak pernah mendengar tentang hal ini"
"Tentu
saja, karena aku tidak pernah memberitahumu tentang itu. Tapi pengintaian
bukan sesuatu yang buruk, kan?"
"Aku
tidak mengerti alasan di balik kau mengajakku. Jika pengintaian, maka kau dan
Kushida-san seharusnya sudah lebih dari cukup, kan?"
"...
apa kau serius mengatakan itu?"
"Apa?
Aku tidak akan mengatakan sesuatu seperti itu sebagai lawakan"
Rupanya aku masih belum bisa menenangkan Horikita kembali.
"Kita
berdiri terlalu lama di sini. Ayo kita bicara sambil berjalan pulang”
Aku
melangkah ke koridor dengan semangat seolah meninggalkan Horikita di belakang.
Horikita, sambil mengejar, berbaris di sampingku.
"Selama
ujian di kapal, kau belum melupakan hasil dari kelompokmu, kan?"
"Tentu
saja tidak, identitas dari 'target' di Kelas D secara terang-terangan terlihat.
Hasil yang memalukan."
"Benar. Itu menjadi hasil yang normalnya tidak boleh. Pasti ada alasan dibaliknya”
"Aku
juga mengerti itu. Tapi aku tidak tahu kenapa, dan tidak peduli seberapa banyak
aku memikirkannya, aku tidak bisa menemukan jawaban. Aku bisa menebak bahwa
setidaknya Ryuuen-kun sudah terlibat di dalamnya..."
Aku
sangat mengerti bahwa dia akhirnya bertabrakan dengan pertanyaan sulit yang
sepertinya sudah menemui jalan buntu. Dalam semua kemungkinan, di dalam Horikita banyak
pertanyaan telah terbentuk kemudian memudar dan membentuk lagi sebelum memudar,
begitu berulang kali.
"Bukan
berarti aku punya sebuah kepastian, tapi aku sudah menemukan satu hipotesis
lengkap mengenai hal itu"
Saat
aku mengatakannya, Horikita menatapku seolah-olah dia benar-benar terkejut.
"Apa
kau mau mengatakan bahwa kau sudah tahu strateginya Ryuuen-kun?"
"Ya,
tapi lebih tepatnya bukan hanya Ryuuen saja. Ada orang lain yang sangat
terlibat di hasil ujian itu"
Kami
mencapai pintu masuk utama dan mengambil sepatu kami dari rak sepatu. Lalu kami
pergi keluar dan melanjutkan pembicaraan kami.
"Jika
kita berpikir tentang: Normalnya tidak akan ada cara membuat identitas
'target' ketahuan. Kau, dan Hirata juga, tidak pernah mengungkapkan kepada
siapa pun fakta bahwa Kushida adalah 'target', bukan?"
"Tentu
saja"
"Tapi
bagaimana dengan Kushida sendiri? Jika dia dengan sengaja mengaku?"
Horikita
mungkin tidak bisa memahami apa yang aku katakan sejenak di sana. Normalnya ini
bukan sesuatu yang orang akan pikirkan begitu saja. Tidak ada satu pun orang
bodoh yang akan mengungkapkan fakta bahwa mereka adalah 'target' itu sendiri.
"Tidak
mungkin, kan? Sesuatu seperti itu... tidak ada untungnya untuk
Kushida-san"
"Kau
tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa memang tidak ada keuntungannya, kan?
Misalnya, bagaimana jika sesuatu seperti membuat kesepakatan diam-diam demi
mengungkapkan bahwa dia adalah 'target' dengan menggunakan pertukaran poin pribadi dari kelas
lain. Sesuatu seperti itu"
"Bahkan
jika itu benar... itu akan menjadi tindakan yang merugikan Kelas D. Sejak awal, jika
seseorang menjadi pengkhianat, maka semuanya akan berakhir, itu pertaruhan yang terlalu berbahaya"
"Tergantung waktunya, kan? Ada banyak cara membangun kepercayaan"
"Apa
kau bermaksud mengatakan bahwa dia mengkhianati sekutunya sendiri demi
mendapatkan poin sementara?"
"Mungkin
saja seperti itu dan mungkin saja salah. Alasannya adalah sesuatu yang hanya Kushida sendiri saja yang tahu."
Karena
itulah. Untuk memastikan kebenarannya, aku mengajak Kushida.
"Jadi
kau membawa aku dan Kushida-san bersama.... untuk memastikan
kebenarannya?"
Setelah
sampai sejauh ini, akhirnya Horikita juga memiliki alasan untuk berpikir bahwa
Kushida sudah menjadi pengkhianat.
"Itu
karena kau dan Kushida sepertinya sudah berbagi sesuatu yang luar biasa seperti
takdir. Jika ada yang lebih berharga daripada poin pribadi untuk berubah menjadi pengkhianat, bukan hal yang lagi aneh"
Saat
aku melihat untuk memastikan, Horikita dengan canggung mengalihkan tatapannya.
"Tidak
ada yang seperti takdir di antara aku dan Kushida-san"
"Jika
benar, apa kau bisa memberikan kepastian 100% bahwa dia tidak akan mengkhianati
kelasmu?"
"Itu..."
"Jika
ada sesuatu yang kau pikirkan, kita harus mengkonfirmasinya. Tidak, jika kita
tidak mengkonfirmasi, semuanya akan berakhir. Kau juga bisa membayangkannya
juga, kan? Tidak peduli apa pun jenis ujiannya, segera setelah seorang
pengkhianat muncul dari dalam sekutumu, maka kelas tidak akan lagi mempunyai
peluang untuk menang "
Ujian
sebelumnya, dan ujian sebelum dari yang sebelumnya juga, dan di festival
olahraga ini, aku sangat mengerti betapa mudahnya kelas menjadi runtuh hanya dengan
satu pengkhianat saja.
Dalam
waktu singkat, kami sudah berdiri di depan asrama dan kami naik ke lift dari
lantai 1.
"Kau
bebas memilih datang besok atau tidak, tapi jika kau bermaksud memimpin kelas,
pikirkan baik-baik hal itu”
Aku
keluar di lantai 4, di mana kamarku berada dan dengan itu, aku mengucapkan
selamat tinggal kepada Horikita.
***
Sabtu
pagi.
Aku,
bersama trio idiot berkumpul di kamarku, bersenang-senang, berbicara tentang
sesuatu yang bodoh. Tentu saja, sebagian besar aku hanya mendengarkan
perbicaraan dengan sesekali pengulangan di sana-sini. Karena klub basket tidak
bisa menggunakan gedung olahraga, hari ini Sudou kebetulan sedang menikmati hari liburnya.
Pada dasarnya, tidak mengacuhkanku, mereka bertiga pergi.
Masing-masing
dari mereka membawa secangkir mie cup yang mereka beli di depan dan menuangkan
air panas ke dalamnya, mereka menunggu selama 3 menit.
"Ayanokouji,
punyamu rasa apa?"
"Tom yum goong pedas. Aku tidak tahu banyak tentang rasa ini jadi aku mencoba
membelinya"
"Kelihatannya
enak. Tukaran dengan ramen asinku"
Dia
memberikan secangkir mie dengan cumi asin di atasnya yang benar-benar
membuatnya terlihat tidak cocok.
"...tidak,
terima kasih"
Kenapa
dia pergi keluar hanya untuk membeli ramen yang tidak diinginkan seperti itu?
“Hai
Ken. Apa kau punya rencana memberi tahu Horikita?”.
"Hah?
Kenapa tiba-tiba?"
"Tidak,
hanya saja aku penasaran. Benarkan, Haruki?"
"Y-Ya"
Setelah
melihatku dengan canggung, Yamauchi membentuk senyuman palsu. Selama liburan
musim panas, setelah secara terhormat menembak Sakura dengan tegas, dia sudah mengalami
kekalahan yang terhormat... biar bagaimanapun juga...
"Itu
tergantung pada hasil dari festival olahraga. Jika aku mendapat pengakuan resmi,
mungkin aku akan melakukannya nanti."
"Ohh~
Ini tentang permintaan memanggilnya dengan nama depannya, kan?"
Sudou,
yang bertekad kuat demi menempati posisi pertama di sepanjang tahun sekolah,
seolah-olah menunjukan motivasinya, dia memamerkan bisep yang berkembang dengan
baik.
"Jujur.
Tidak ada orang lain yang lebih baik di bidang olahraga selain aku, di antara
tahun-tahun pertama. Satu-satunya yang bisa, Kouenji, mungkin tidak akan melakukannya dengan serius
juga" Bagi
Sudou, kurangnya motivasi Kouenji merupakan kabar baik dan patut disayangkan. "Bagiku,
jika aku bisa berpartisipasi secara serius sampai tingkat tertentu, aku tidak masalah"
Ngomong-ngomong,
aku memutuskan memotong pembicaraan dan bertanya kepada Ike dan yang lainnya, di mana ini membuatku penasaran.
"Ada
murid bernama Sakayanagi di Kelas A, kan? Yang kakinya lumpuh. Apa kau ingat
dia?"
"Gadis
cantik itu, kan? Tentu saja aku mengingatnya"
Menggosok
bagian bawah hidung, Ike menjawab seperti itu.
"Apa
kau pernah mendengar gosip tentang gadis itu?"
"Gosip?
Maksudmu dengan laki-laki? Bagaimana aku menjawabnya, gadis itu tidak punya
banyak hawa kehadiran. Seperti dia sama sekali tidak akan menjadi topik pembicaraan"
Setelah
mendengar itu, dan terlihat setuju,
Yamauchi menjawab seolah menambahkan jawaban Ike.
"Dari
beberapa hal yang pernah aku dengar, dia adalah pemimpin kelas. Dia cukup
dewasa, bukan?"
Karena
mereka berdua sepertinya punya pendapat yang sama, dan pastilah terlihat tidak
akan ada informasi berharga apa pun tentang Sakayanagi yang bisa didapatkan dari sini. Ketika aku berbicara, suara pesan masuk terdengar dari ponselku.
Kemudian, ketika aku memeriksa isinya, aku bisa merasakan tatapan curiga dari Ike dan
Yamauchi.
"Kau
..... menerima banyak pesan baru-baru
ini, kan?"
"Ehh?
Tidak. Ini biasa saja, kan?"
Aku
menjawab seperti itu, tetapi karena emosi mereka sudah meningkat, mata yang
mencurigai menjadi lebih jelas.
"Tidak
mungkin kau punya pacar atau sesuatu seperti itu, kan?"
"Itu
tidak benar. Tidak mungkin aku bisa punya pacar sebelum kalian, kan?”
"Yah,
kurasa itu benar..."
Hanya
dengan memperlakukan mereka dengan cara yang akan sedikit melegakan mereka, keduanya
kembali ke sikap yang lebih santai.
"Aku
tidak peduli jika Ayanokouji tidak populer. Yang lebih penting lagi, ayo kita
bicara tentang aku dan Suzune di masa depan."
"Ngomong-ngomong,
Ken, kau bekerja sama dengan Horikita di lomba tiga kaki campuran jenis kelamin,
kan?"
"Ya,
bersama memberikan kemenangan sebagai hadiah, kami akan semakin dekat..."
Sudou
sudah mencoba menumbuhkan diskusi yang tidak menarik dan kemudian ponselku
berdering lagi.
Kali
ini bukan pesan, tapi alarm.
"Maaf
tapi aku sudah merencanakan sesuatu sekarang"
"Apa
yang kau maksud dengan itu? Sesuatu yang menarik baru saja dimulai. Baiklah,
aku akan mendengarkan Kanji dan Haruki sekali lagi"
"Geh...!"
Tidak, yang lebih penting lagi, aku ingin kalian semua pergi dari kamarku... tapi daripada
mendengar permintaan itu, aku harus meninggalkan mereka bertiga di kamarku saat
aku pergi.
***
Sebelum
jam 10 pagi, waktu yang dijanjikan dengan Kushida. Orang yang dimaksud sudah ada di lobi.
"Selamat pagi, Ayanokouji-kun"
"Selamat pagi, Ayanokouji-kun"
"S-Selamat
pagi, Kushida"
Sambil
merasa menghargai Hirata, yang tidak mencurigai sesuatu yang aneh, aku
memutuskan berani mengatakan yang sebenarnya.
Musim panas sudah
berakhir sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi agar aku bisa
melihat Kushida menggunakan pakaian musim panasnya. Aku bertemu dengan Kushida
sambil merasa bingung tentang pakaiannya yang polos.
"Maaf tiba-tiba
membuat permintaan aneh seperti itu kemarin"
"Jangan seperti itu.
Aku tidak punya rencana apa pun hari ini. Selain itu, aku senang karena rasanya
sedikit rindu."
"Rindu?"
"Selama ujian
semester 1, Ayanokouji-kun pergi dan bertanya kepada seorang murid senior
tentang soal ujian yang lalu, kan? Entah bagaimana aku merasa ini mirip dengan
itu"
"Apa benar begitu?"
"Benar,
benar"
Aku tidak berpikir itu
sesuatu yang istimewa, tapi karena Kushida dengan senang mengangguk, aku
memutuskan untuk membiarkannya. Sejujurnya aku merasa lebih nyaman membawa
serta Karuizawa atau Sakura berjalan-jalan, tetapi seseorang harus mendatangi
sang spesialis supaya bisa mendapatkan hasil terbaik.
Aku sudah memastikan
bahwa meminta ini dari Kushida adalah yang terbaik mengingat dia adalah orang
yang tepat untuk pekerjaan itu. Dan, yang lebih penting, adalah Horikita. Sudah
hampir jam 10, tapi dia masih belum muncul.
Apa mungkin dia melarikan
diri dari keharusan bertemu dengan Kushida? Saat aku memikirkan hal itu, dia
datang.
"... Maaf membuat
kalian menunggu"
"Selamat pagi,
Horikita-san"
Kushida menyambut
Horikita dengan senyum tak berbalas.
Di sisi lain, Horikita
terlihat sedikit cemberut. Dia berusaha mati-matian menyembunyikan itu, tetapi
dari sudut pandangku itu sangat jelas.
Kushida juga, mungkin
menyadarinya. Tapi apa yang membuat Kushida begitu luar biasa adalah bahwa
terlepas dari itu, dia mampu mempertahankan sikapnya yang biasa, tanpa sedikit
perubahan. Kami bertiga meninggalkan asrama dan menuju ke arah halaman sekolah.
Halaman pada jam 10 lewat
sudah penuh dengan murid.
"Woah, mereka akan
melakukannya"
Dari anak laki-laki,
suara bola tertendang bergema dengan 'bon'. Lambungan bola berbentuk kurva
menuju ke arah gawang. Itu merupakan orbit yang indah, tapi mungkin terlalu
mudah terbaca dengan tepat karena sebagai kiper, dengan refleks tajam, memukul
bola dengan pukulan.
Sosok Hirata juga bisa
dilihat di tengah-tengah pertandingan. Mungkin karena tim ini terdiri dari
campuran anak tahun pertama hingga tahun ketiga, tetapi ada juga murid yang
tidak aku kenal.
"Mengincar klub agar
bisa memahami informasi tentang murid dari kelas lain. Entah bagaimana, itu
membuatku merasa seperti aku adalah seorang mata-mata. Ini sangat menarik"
"Tidak ada yang
spesial. Informasi yang bisa kita dapat di sini terbatas"
"Tapi Horikita-san
tidak berpikir begitu, kan?"
"Tidak ada yang
lebih baik daripada mendapatkannya. Tidak ada petunjuk apa pun.”
"Mungkin.... tapi
kau baik-baik saja, Ayanokouji-kun? Bekerja sama demi Horikita-san?"
"Mau bagaimana lagi,
karena dia akan menjadi menjengkelkan jika aku bilang tidak"
"Kau punya
keberanian mengatakan itu, sedang aku berada tepat di depanmu!"
Mengabaikan satu kata
menakutkan dari kalimat seseorang yang dimaksud, aku memusatkan perhatianku ke
lapangan.
Karena sudah melakukan
tendangan sudut, orang-orang di klub sepak bola, sambil berjalan dengan tenang,
berlomba-lomba menuju posisi mereka. Tidak lama sebelum pertandingan
dilanjutkan, perkembangan yang cepat pun terjadi. Dan kami juga hampir secara
fisik dapat merasakan kembalinya pertandingan yang semakin panas.
Saat Kushida tersenyum,
aku merasa tidak nyaman tentang keadaan kami bertiga. Cukup mengherankan, orang
yang memulai itu adalah Kushida.
"Orang yang
memutuskan untuk mengajakku ke sini hari ini adalah Ayanokouji-kun, kan?"
"Kenapa kau berpikir
begitu?"
"Maksudku, aku tidak
bisa membayangkan Horikita-san mengajakku”
Masih tersenyum, dan
setelah sempat melihat ke Horikita, Kushida berbalik kepadaku.
"Kau pikir Horikita
tidak akan mengajakmu, kenapa?"
"Ahaha, Kau ini
bagaimana sih Ayanokouji-kun? Kau tau kan ada banyak hal yang tidak berjalan
terlalu baik di antara aku dan Horikita-san?"
Karena aku sudah tahu
tentang itu, Kushida berkata demikian tanpa berusaha menutupinya. Horikita
juga, mendengarkan dengan tenang tanpa menyangkalnya.
"Jujur, aku masih
tidak percaya, atau lebih tepatnya, aku masih setengah ragu"
Bola ditendang melayang
ke arah tim yang menunggu di dekat gawang. Orang yang terampil menerimanya
adalah Hirata. Namun, karena membidik tembakan itu terlalu sulit, dia malah
memberikan bolanya kepada rekan setimnya.
Orang itu adalah murid
Kelas B yang tidak asing. Bola ditendang dengan waktu yang sempurna dan dengan
luar biasa langsung terbang ke gawang.
"Jadi Shibata dari
klub sepakbola"
"Ya. Hirata-kun
sering memuji bahwa Shibata itu jauh lebih baik dari dia. Sepertinya mereka
dekat"
Seperti yang diharapkan,
Kushida yang memiliki informasi jauh lebih banyak terlihat sudah mendengar
sesuatu seperti itu juga. Setelah pertandingan dimulai lagi, bola datang lagi
ke Shibata saat dia berlari di sekitar tim musuh dengan gerakan lincah.
"Kecepatannya juga
cukup cepat"
Dia sama dengan Hirata...
tidak, jika hanya kecepatan, maka Shibata terlihat lebih cepat. Tidak terlihat
seperti Hirata hanya bersikap rendah hati.
"Ohh, mereka
melakukannya. Mereka sangat bersemangat hari ini, ini luar biasa!"
Sosok laki-laki tinggi
yang mengenakan seragam klub sedang berjalan melewati para penonton, yaitu
kami. Aku berasumsi bahwa dia sudah berlatih dengan beberapa olahraga lain, jadi
itu adalah sepak bola.
"Selamat pagi,
Nagumo-senpai"
Mungkin Kushida kenal
denganny.a Dari sampingku, Kushida memanggilnya. Di sisi lain, menuju seseorang
bernama Nagumo, Horikita memberikan respon yang hampir tidak terlihat.
Itu karena dia adalah
kandidat ketua dewan murid berikutnya dan seseorang yang kemampuannya sama
dengannya adalah saudara Horikita.
"Hmm? Jika aku tidak
salah ingat, kau itu Kikyo-chan kan? Kau berkencan dengan anak laki-laki di
hari liburmu? Boleh juga."
"Ahaha, bukan
seperti itu... aku penasaran dan datang ke sini untuk menonton"
"Tenang saja. Klubku
tidak tahu bagaimana cara menahan diri, jadi aku pikir kau tepat jika kau
memutuskan datang untuk mengukur kemampuan mereka"
Nagumo mengedipkan mata,
lalu menuju ke lapangan untuk bergabung.
Rupanya dia sudah melihat
niat kami.
Suasana klub sepakbola
berubah secara dramatis, dimulai dengan Hirata, ketika Nagumo bergabung dengan
mereka.
"Hei, apa sekolah
kita baik-baik saja jika membiarkan seseorang memegang posisi dewan murid dan
klub sekaligus?"
"Sepertinya tidak
secara tegas dilarang, tapi dia sepertinya sudah meninggalkan klub sekarang.
Tapi meskipun dia sudah berhenti, dia masih yang terbaik sehingga dia muncul
untuk latihan dari waktu ke waktu dan melatih mereka"
"Apa kau bisa
berlatih seperti itu, Nagumo?"
"Ya. Aku ketiduran,
tapi kemudian setelah berlari beberapa putaran, seluruh tubuhku menjadi hangat"
Seorang murid berbicara
dengan Nagumo dan pertandingan dilanjutkan. Dalam sekejap, baik bola dan
pemain, semuanya berkumpul di sekitar Nagumo. Dia mungkin bisa diandalkan
sebagai rekan setim dan berbahaya sebagai musuh.
Dia terlihat berada di
tim sebagai lawannya Hirata dan Shibata. Saat situasi berubah, Nagumo terasa
bersinar.
Hirata menghadapi Nagumo
untuk mencuri bola itu. Gerakannya seharusnya sama tajamnya seperti sebelumnya,
tapi hampir seperti meladeni bayi, dia akhirnya dilewati dengan sempurna.
Tepat setelah itu,
Shibata juga menyerang Nagumo, tetapi Nagumo membuat beberapa tipuan sebelum
melewatinya juga.
Aku yakin mereka berdua
sangat berbakat, tapi Nagumo berada di level di atas mereka.
Melewati satu orang lagi,
dia melepaskan tembakan kuat dari jarak jauh. Bola yang terbang seperti kurva
menakutkan melebihi prediksi kiper dan cukup cepat, dia mencetak gol.
"Jadi pangkat ketua
dewan murid yang akan digantikan bukan hanya untuk ditunjukan."
"... Tapi itu hanya
karena atletis."
Sepertinya Horikita tidak
punya niat secara jujur mengakui Nagumo karena dia tidak bisa melihat
gambaran lengkap mengenai dirinya. Bahkan ketika aku bertukar kata dengannya,
aku melirik Kushida yang sedang menonton pertandingan untuk mengintip ekspresinya.
Dia tersenyum seperti
biasa dan tidak ada satupun jejak dari sifat aslinya yang bisa dilihat.
"Bahkan jika kau
menatapku dengan mata itu, itu hanya akan membuatku malu"
Seakan bisa membaca
pikiranku, Kushida bertemu dengan tatapanku dan tertawa.
"Aku berjanji tidak
bertanya lebih jauh, jadi bisakah kau memberitahuku satu hal?" Di hadapan pihak-pihak yang berkepentingan, aku dengan berani
masuk ke area yang seharusnya tidak bisa diganggu gugat. "Apa
penyebab hubunganmu dengan Horikita sangat buruk?" Dan aku menambahkan
satu hal lagi. "Ini memang cara yang tidak adil untuk dibicarakan.
Memintamu memberi tauku dengan berjanji tidak akan bertanya lebih jauh"
Itu adalah tipuan
psikologis tetapi Kushida, di atas pemahaman itu, mengerti pertanyaanku.
"Itu sungguhan, kan?”
"Ya, aku janji"
Selama dia membenci pihak
lain, wajar jika menyalahkan mereka sebagai gantinya. Namun...
"Inilah aku"
Bahkan saat dia
membalikkan matanya kembali ke pertandingan sepak bola, Kushida dengan ringan
menjawab seperti itu. Itu adalah jawaban yang mengkhianati harapanku. Bahkan
saat dia mengakui bahwa dialah yang bersalah, dia masih membenci Horikita. Itu
merupakan penyangkalan.
Aku akan mengatakan bahwa
aku relatif bagus membaca pikiran seseorang, tetapi seperti yang aku pikirkan,
Aku tidak bisa menebak Kushida. Selain itu, aku juga mulai tidak lagi memahami
Horikita. Horikita sudah menyimpulkan sejak awal bahwa dia dibenci oleh
Kushida, namun dia tidak berbicara kepadaku tentang hal ini.
Situasi ini masih belum
berubah bahkan sampai sekarang. Namun, menilai dari cara Kushida menanggapinya,
Horikita mungkin tahu penyebab kebencian Kushida terhadapnya.
Tetapi bahkan jika aku
bertanya kepada Horikita, dia tidak akan menjawab sepatah kata pun tentang
Kushida. Kenapa?
Fakta bahwa tak satu pun
dari mereka bersedia berbicara tentang rinciannya pasti itu berarti bahwa
mereka tidak ingin yang lain tahu.
"Aku berhenti. Aku
mulai merasa, hanya memikirkannya saja juga sudah buang-buang waktu"
"Ahaha, itu benar.
Saat ini prioritas kita adalah melakukan pengintaian dan mengumpulkan
informasi, kan?"
"Aku seharusnya..."
"Ahh,
ngomong-ngomong, yang menggiring bola sekarang adalah Sonoda-kun dari Kelas C.
Dia cukup cepat"
Seperti yang diharapkan,
para murid di klub sepak bola semuanya lincah. Satu-satunya yang ada di kelas
kami yang bisa bersaing adalah Hirata dan Sudou dan dalam kontes, murni bahwa
mereka masih bisa dirugikan.
"Tapi Horikita-san
yang menjaga kelas kita.... itu membuatku bahagia"
"Aku berniat
melakukan apa yang diperlu demi naik ke Kelas A, jadi mau bagaimana lagi”
"Aku harus bekerja
lebih keras agar aku bisa berkontribusi untuk orang lain"
Aku tidak bisa merasakan
sedikit kesopanan.
Ketika aku menyaksikan
latihan berlangsung untuk sementara waktu, para pemain yang sudah selesai
dengan pertandingan mereka memulai beristirahat. Seakan melakukan hal yang
sama, Nagumo memanggil Hirata dan berbicara dengannya.
Kemudian mungkin dia
menyadari bahwa kami sudah menonton pertandingan itu, Hirata mendekati kami.
"Selamat pagi,
kalian berdua. Tidak biasanya kalian berada di tempat seperti ini"
Melihat kami berbicara
dari kejauhan, Shibata juga datang berlarian dan kelompok 5 orang yang tidak
biasa terbentuk.
"Selamat pagi,
Kikyo-chan. Dan juga... Ayanokouji dan Horikita-chan, kan? Apa kau kencan
dengan dua gadis cantik?"
"Tidak, bukan
itu"
Aku berkenalan dengan
Shibata tetapi aku tidak mengira dia mengingat namaku dengan benar. Itu
membuatku sedikit senang dan aku dengan putus asa menekan wajahku yang hampir
tersenyum.
"Ada apa hari ini? Kombinasi
yang tidak biasa"
"Ini pengintaian.
Kami datang untuk menandai murid-murid dari kelas lain yang harus kami awasi"
"Ohh. Jadi itu
artinya Shibata sudah ditandai?"
Shibata dengan cepat
melangkah maju, memamerkan kecepatannya. Keceriaan dirinya yang tidak berusaha
menyembunyikan kemampuannya. Aku bertanya-tanya apakah itu karena dia adalah
bagian dari Kelas B di bawah kepemimpinan Ichinose atau karena itulah sifatnya.
"Shibata-kun secepat
yang rumor katakan. Baik Ayanokouji-kun dan aku terkejut"
Dipuji oleh gadis cantik,
Shibata dengan senang mengusap bagian bawah hidungnya dengan jari telunjuk.
"Shibata-kun adalah
orang yang perlu kita beri perhatian khusus. Di Kelas B, dia yang tercepat.
Bagiku, aku lebih suka tidak berlari dalam kelompok yang sama dengannya"
"Bahkan jika kau
mengatakan hal seperti itu, aku tidak akan membiarkan pertahananku jatuh,
Yousuke. Karena kau juga cepat. Bagaimana dengan Ayanokouji?"
"Karena aku bagian
dari klub ‘go home’ tolong simpulkan sendiri"
‘Benar juga’ seolah
mengatakan itu, Shibata menyilangkan lengannya dan tertawa.
Setelah mengamati latihan
klub sepakbola secara terbuka, kami meninggalkan tempat itu. Dan kami
memutuskan untuk berkeliling dan menonton klub lain yang melakukan kegiatan
mereka. Tetapi meskipun seperti itu, paling-paling hanyalah kisah resmi.
Apa yang sebenarnya ingin
aku ketahui, apa yang benar-benar harus aku ketahui, itu berbeda. Aku sudah
mengaturnya. Apapun yang mereka berdua akan pikirkan adalah sesuatu yang aku
putuskan untuk kuserahkan kepada mereka.
"Kushida-san. Aku
tidak tertarik padamu" kata horikita
"Woah, itu kata
kasar yang tiba-tiba...."
"Tapi sekarang ada
sesuatu yang harus aku tanyakan padamu. Aku penasaran, apa kau bisa menjawabku?"
"Hari ini sepertinya
adalah hari memata-matai bersama Ayanokouji-kun. Ada apa?"
"Selama ujian kapal
di liburan musim panas. Apa kau memberi tahu Ryuuen-kun atau Katsuragi-kun
tentang kau yang menjadi 'target'?" Aku sudah berharap dia akan
bertanya dengan jelas sampai tingkat tertentu, tetapi dia benar-benar langsung
ke intinya. Menuju Kushida, yang masih terkejut
dan bingung, Horikita terus seperti ini. "Tidak apa-apa jika kau
tidak menjawab. Karena tidak ada gunanya menggali masa lalu. Itu sebabnya aku
hanya akan meminta satu hal. Apa aku bisa mempercayaimu sebagai teman dari
kelas yang sama mulai dari sekarang?"
"Tentu saja. Aku
ingin membidik Kelas A bersama dengan semua orang dari Kelas D. Aku ingin kau
memasukkanku sebagai salah satu rekanmu, itu persis seperti yang aku katakan
sejak awal" Perasaan yang tidak berubah
sedikitpun, adalah apa yang dikatakan Kushida. "Aku tidak tahu kenapa
kau mengatakan hal seperti itu kepadaku, tapi aku ingin kau percaya
padaku"
Kushida tersenyum kepada
Horikita, bahkan saat dia membuat seruannya dengan ekspresi serius.
“Jadi, aku akan pulang.
Aku akan menyerahan pengintaian yang tersisa kepada kalian berdua"
"Hah? Hei! apa yang
kau bicarakan, Ayanokouji-kun?" Jawab Horikita
"Orang yang
memikirkan strategi ini sejak awal adalah Horikita. Sudah cukup jika kau punya
koneksinya Kushida, kan?"
Mengatakan itu, aku
bergerak meninggalkan tempat ini.
***
Berbagai macam latihan
menumpuk dari hari ke hari dan akhirnya, hanya ada satu minggu yang tersisa
hingga festival olahraga. Hari ini kami harus menyerahkan tabel partisipasi dan
memutuskan peserta dari setiap perlombaan. Saat Hirata berdiri di beranda, Kushida
menghadap papan tulis dan memegang kapur, dia menempatkan semua persiapannya.
"Jadi mulai
sekarang, aku akan memutuskan pasangan terakhir untuk semua lomba dan kontes"
Dia berbicara berdasarkan
catatan yang berisi catatan harian kelas. Pasangan terbaik seperti yang dibahas
oleh kelas dan urutan yang menggabungkan strategi kemenangan. Kemudian semua
orang menghafalkan peran mereka dalam perlombaan dan kontes.
Tidak ada seorang pun
murid yang keberatan dengan hasil ini yang didasarkan pada prestasi mereka
sampai sekarang. Semuanya berjalan tanpa pertengkaran.
"...untuk lari
estafet 1200 meter di akhir, barisan terahir adalah Sudou-kun, lalu..."
"Kedengarannya masuk
akal"
Aku menghormati itu
sebagai kombinasi yang memperhitungkan keterampilan individu serta menghormati
keinginan mereka. Dalam lomba yang menonjol di akhir, lari estafet, murid cepat
seperti Horikita yang membentuk barisan.
Dengan semua kemungkinan,
kombinasi yang lebih ideal tidak mampu dipikirkan oleh murid lain. Namun,
penghuni tempat duduk di sebelahku, untuk beberapa alasan terus menatap papan
tulis dengan ekspresi tidak percaya.
Tepat setelah diskusi
berakhir dengan lancar, Horikita berdiri dari tempat duduknya. Saat aku
bertanya-tanya ke mana tepat yang dia tuju, ternyata itu adalah kursi Sudou.
Aku penasaran dan
menguping.
"Ada apa?”
"Ada sesuatu yang
ingin aku bicarakan. Bisakah kau ikut denganku?"
“T-Tentu saja"
Sudou, yang dipanggil
seperti itu, buru-buru berdiri.
"Hirata-kun, bisakah
aku meminta waktumu juga?"
Horikita, yang mulai
berjalan pergi setelah itu, untuk beberapa alasan juga memanggil Hirata dan
membawanya ke bagian belakang kelas. Sudou, yang pasti terkejut, dengan cepat
menjadi kecewa.
"Aku punya satu hal
yang ingin dibahas mengenai tabel partisipasi yang kita putuskan sebelumnya.
Ini tentang lari estafet 1200 meter yang akan berlangsung di akhir festival
olahraga. Aku mau kau menyerahkan posisi akhir kepadaku"
Sudou memberikan
kebingungan sesaat dalam menanggapi pernyataan tak terduga itu.
"Tidak, tapi... yang
terakhir biasanya ditangani oleh yang tercepat kan? Atau apa kau keberatan
dengan aku sebagai yang terakhir?"
Antara anak laki-laki dan
perempuan, ada perbedaan mendasar dalam kemampuan fisik. Horikita memang cepat
di antara gadis-gadis lain, tetapi jika dia dicampur dengan kelompok anak
laki-laki, maka dia tidak akan bisa mengalahkan mereka, bahkan Hirata.
Wajar kalau Sudou, yang
setara atau lebih cepat dari Hirata, harus menjadi yang terakhir membawa
tongkat. Sudou juga jelas mengira bahwa dia yang akan melakukannya dan mungkin
tidak bisa menerimanya begitu saja.
"Tidak, bukan itu.
Dari latihan, aku mengerti kemampuanmu dengan baik"
"Kalau begitu tidak
masalah kalau itu aku, kan? Kalau pelari ke-5 ....."
"Bukan berarti aku
tidak punya alasan. Kau juga cocok jika di awal estafet, Sudou-kun. Kalau
begitu, kupikir menjadikanmu pelari pertama dan menyingkirkan musuh kita adalah
strategi yang bagus. Dengan memintamu memimpin barisan depan, kita akan tetap
memimpin dan mendapatkan pertandingan yang menguntungkan. Jika ini adalah
perlombaan individu, dengan menciptakan rintangan di awal sangat mungkin untuk
melindungi jalurmu, tetapi ketika di lari estafet yang tidak sendirian. Mulai
dari pelari ke-2, semuanya akan menjadi yang pertama datang dan boleh saja
membuatmu beraada di sana, kan? Dan jika kita diselip, itu akan ditentukan oleh
seseorang mulai dari pelari ke-2 seterusnya, kita diizinkan untuk menggunakan
jalur luar untuk menyusul mereka"
Dengan kata lain,
Horikita ingin menjadikan Sudou sebagai pelari pertama untuk strategi berlari
lebih cepat.
"Tapi....."
Tapi sepertinya Sudou
tidak yakin. Dalam hal ini aku juga punya pendapat yang sama. Tentu saja jika
seseorang bisa melakukan start dengan baik kemudian mulai dari pelari ke-2 dan
seterusnya, pekerjaan mereka akan menjadi lebih mudah. Aku mengerti ini. Namun,
hanya karena dia akan mengambil barisan depan, bukan berarti dia bisa
melepaskan lawan yang lebih berbahaya. Sebaliknya, dengan menggunakan Sudou di
sini, situasi di mana lawan bisa menutup celah sedikit demi sedikit nantinya
juga akan menekan pelari berikutnya.
Di sisi lain, dengan
menjadikan Sudou sebagai yang terakhir, ada kemungkinan bahwa dia mampu
mengeluarkan kekuatan yang lebih dari biasanya di putaran terakhir. Jika ada
target di depannya mengejar, itu artinya dia akan memiliki lebih banyak
semangat juang di dalam dirinya.
"Yang terakhir
biasanya diserahkan kepada orang yang paling cepat dalam kelompok, kan?"
"Ini sekolah yang
menuntut prestasi, kan? Tidak bagus memutuskan berdasarkan asumsi. Kelas-kelas
lain juga pasti sedang memikirkan berbagai strategi"
Aku bisa mengerti dari
mana dua pendapat ini berasal, tetapi dalam kasus ini, aku merasa Horikita
sedang sedikit sombong. Ada banyak masalah mental, tetapi pada dasarnya tidak
banyak perbedaan dari permintaan itu.
Menjadi janggal di start
lari dan tidak bisa menyerahkan tongkat dengan benar. Hal-hal seperti itu tidak
akan banyak berpengaruh pada hal lain selain sisi teknis.
Namun, baik itu Horikita
atau pun Sudou, aku mendapat kesan bahwa mereka bisa tampil baik dalam hal itu.
Jika demikian, maka itu
berarti ada alasan lain mengapa Horikita ingin menjadi yang terakhir di
estafet. Jika itu Ike atau Yamauchi, bisa jadi mereka ingin menjadi menonjol,
tapi itu sulit dibayangkan di sini. Maka tidak salah lagi...
"Aku pasti akan menghasilkan
hasil yang lebih baik daripada di prakteknya"
Pada akhirnya, Horikita
mengeluarkan pernyataan tanpa dasar dan membuat permintaannya.
"Aku tidak setuju.
Itu tidak seperti kau, Horikita"
Usulan ini misterius,
sampai-sampai itu membuat Sudou memotong seperti itu.
"Umm ... bisakah aku
mengatakan sesuatu?"
Mungkin dia ingin tahu
tentang diskusi itu, Kushida bergabung secara resmi.
"Ahh, maaf. Aku
mendengarnya sedikit. Dan itulah kenapa aku berpikir mungkin ada beberapa
alasan lain kenapa Horikita-san ingin menjadi yang terakhir"
"Itu..."
"Jika itulah yang
terjadi, maukah kau memberitahu kami? Aku tidak bisa berpikir dengan baik.
Sudou-kun juga menolaknya tanpa mengerti. Tapi jika kita mengubah urutan yang
diputuskan oleh semua orang di kelas, maka aku akan senang jika bisa
mendengarkan alasan yang lebih baik"
"Aku setuju dengan
Hirata. Tolong beri kami alasan yang lebih baik"
Horikita membuat wajah
yang rumit. Tetapi mungkin dia berpikir satu-satunya cara untuk mendapatkan
posisi tersebut adalah membicarakan kebenarannya, dia mulai berbicara tentang
alasannya.
"Karena aku pikir
kakakku... akan berada di posisi itu.... Saudaraku itu..... ketua dewan
murid.... Ya. Dia saudaraku"
Keberadaan ketua dewan
murid diketahui oleh semua orang, tetapi tidak semua orang membuat pemahaman
dari nama keluarga Horikita.
Bukan berarti nama
keluarga itu tidak umum, dan bahkan ketika kami membayangkannya samar-samar
hingga menjadi alasan mengapa kami tidak menanyakan itu adalah karena Horikita
sendiri tidak mengatakan apa-apa dan juga karena penampilan luar saja mereka
tidak mirip.
Ketiganya menunjukkan
ekspresi terkejut pada fakta itu.
"Kau mau menjadi
yang terakhir bersama saudaramu, kan?"
Kushida mendengar
alasannya, tapi hanya dengan itu saja, sepertinya dia tidak mengerti. Namun,
Horikita tidak berbicara lebih jauh tentang urusan pribadinya. Aku memutuskan
untuk memberikan sedikit bantuan kepadanya.
"Banyak hal terjadi
dan mereka saat ini sedang bertengkar. Dia mungkin ingin punya kesempatan
berbaikan dengannya"
Itu mudah dimengerti, dan
aku harus memuji diri sendiri karena bisa menambahkan garis seperti itu yang
bukan kebenaran atau kebohongan.
Untuk sesaat, Horikita
memelototi aku yang menguping tetapi segera berbalik ke arah Sudou dan yang
lainnya.
"Aku tidak tau apa
yang terjadi, tapi begitula. Lalu ..... seperti aku, aku masih ingin menjadi
yang terakhir bahkan sampai sekarang, tapi jika itulah yang terjadi, maka aku
tidak keberatan menyerahkannya kepadamu"
"Kurasa itu tidak
masalah. Jika Sudou-kun puas, aku yakin semua orang di kelas tidak keberatan,
benarkan?"
"Itu benar. Aku
mengerti, jadi aku akan mengirimkannya setelah menukar Horikita-san dan
Sudou-kun. Apakah itu tidak masalah?"
"Terima kasih......"
Tentu saja jika bukan
karena kesempatan seperti ini, tidak mungkin bagi Horikita dan kakaknya
melakukan kontak dekat seperti ini.
Bahkan jika dia tidak
punya keberanian untuk melakukan kontak dengan dirinya sendiri, jika itu adalah
lomba, maka mereka akan secara paksa saling berdekatan. Namun, keputusan
Horikita ini belum tentu akan dihargai. Hanya dengan mendekati kakaknya yang
keras kepala itu, aku tidak bisa membayangkan sesuatu akan terjadi.
Iseng" buka...
BalasHapusEh ternyata dah update aja nich..
Semangat teruz bung & selalu setia menunggu rilisan chapternya...
Pertamax
BalasHapusMantab, makasih, lanjut min, ternyata aku emang nggak suka ama orang2 macam Kushida yg terlihat sok baik dari luar.
BalasHapusSehat selalu min
BalasHapusLanjut min..
BalasHapusmantap min lanjutkan tetap semangat
BalasHapusSiip min
BalasHapusGood min
BalasHapusSehat selalu min
BalasHapuscoma buat dapet perhatian kk nya,sampe ngerubah rencana makin gk seimbang.
BalasHapusmakasih min
BalasHapusSemangat ya min
BalasHapusGood job min
BalasHapusArti *** itu apa y kalau boleh nanya?gambar yg hilang kah?atau?
BalasHapus