New
ORDE BARU
Didukung
oleh angin kuat di langit, 500 meter di atas permukaan tanah, Sai membalikan
tubuhnya.
"Ahh."
ucap Naruto. Ia menatap ke markas musuh yang berada jauh di bawahnya.
"Tak
akan ada masalah'ttebayo!!"
"Tapi,
tanganmu masih..."
"Untuk
orang-orang seperti mereka, satu tangan sudah cukup'ttebayo!!"
Menciptakan
burung besar dengan Chouju Giga, di bawah lindungan gelapnya malam, mereka tak
terlihat dari bawah sana.
Namun, dari
sudut pandang Naruto, ia bisa melihat permukaan dengan sempurna.
Meskipun
sudah tengah malam, mereka bisa melihat musuh bersembunyi di lembah gunung-gunung
yang kasar, dengan asap dari obor penjaga malam yang masih berkobar.
Terlihat
shinobi pengintai berjalan di sekitar tempat itu. Tebing batu terjal di
sepanjang garis pegunungan yang mirip tempat menaruh jarum. Merasakan udara
dingin cahaya bulan, kelembaban itu membuat mereka tampak semakin basah.
"Tepat
sekali, strategi benteng pertahanan alami..." Sai menjawab apa yang ada di
pikiran Naruto.
"Bagi
Garyo untuk bergerak berulang-ulang di tempat yang sama seperti itu, eh?"
"Gara-gara
strategi itu, orang-orang dari Negeri Ombak terbunuh."
Naruto
menggertakan erat gigi belakangnya.
Banyak hal
telah berlalu semenjak Perang Besar Dunia Shinobi, ini adalah malam September
dengan angin yang kencang.
Sambil
berdesis kecil, angin terus bertiup melalui lembah. Perlahan menyelinap ke
dalam area mereka, Sai dan Naruto menunggangi burung besar. Sambil terbang
berputar dalam lingkaran raksasa, mereka masih merasa kalau markas
persembunyian Garyo berada tepat di bawah mereka.
"Ini
bukanlah sesuatu yang perlu dipikirkan terlalu dalam, Naruto. Dengan terjadinya
Perang Besar Dunia Shinobi Keempat, bukan berarti itu merupakan perang terakhir
dari seluruh umat manusia."
"Dan
malah, orang-orang yang simpati dengan ideologi Madara mulai bermunculan."
Sebelum Sai
mengatakannya, Naruto melompat dari punggung burung besar itu.
"Garyo-sama
dengan mereka, kan?"
Booooooom!
Bersamaan
dengan suara yang terdengar memotong udara, Naruto meluncur dari langit malam.
Ia menciptakan silang dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya.
Akibat pertarungannya dengan Sasuke, ia kehilangan tangan kanannya. Ini adalah
metode terbaru yang digunakan untuk merapal segel.
"Tajuu
Kage Bunshin no Jutsu!"
Boof! Ketika
para penjaga menyadari itu adalah Naruto yang menciptakan gelombang dari balik
asap mereka sendiri, sudah terlambat karena para kage bunshin telah mengepung
persembunyian Garyo.
"Serangan
musuh!" Suara marah dari mana-mana.
"Lindungi
Garyo-sama"
Dari pondok
yang mereka bangun di tebing yang curam, dan dari banyaknya gua yang ada di
sana, shinobi musuh bermunculan.
Para kage
bunshin melempar kunai, membuat beberapa orang terjatuh dalam waktu yang
bersamaan. Naruto diserang oleh musuh yang berada di belakangnya. Dengan bunyi
letusan, asap menyebar dan bunshin itu menghilang.
Dari pusat
persembunyian musuh yang lapang, suasanya yang mencekam mengubahnya menjadi
medan pertempuran.
Naruto
memperhatikan sekitar. Sebelumnya, ia mendapat informasi dari Kakashi untuk
menyelidiki sebuah gua.
Yang
dimaksud adalah gua dimana batu tajam yang menyerupai dua taring terpaku di
pintu masuknya. Gua itu adalah satu-satunya jalan untuk keluar masuk
persembunyian Garyo, mengingat tempat itu dikelilingi oleh gunung-gunung curam
yang jumlahnya banyak. Itulah yang Kakashi informasikan.
"Kalau
begini... kalau dia berniat untuk meloloskan diri, dia tak punya pilihan lain
selain menggunakan gua itu'ttebayo!"
Gua itu
adalah tempat dimana kage bunshin dan musuh sebelumnya bertarung mati-matian.
Bagian dalam
gua itu seperti mulut makhluk buas yang memperlihatkan seluruh taringnya.
Sekelompok shinobi melindunginya. Seorang lelaki kecil mencoba untuk kabur.
Terdengar bunyi samar dari pakaiannya yang terseret...
"Garyoooooo!"
Teriakan
Naruto bergema di antara bebatuan.
"Kau!
Aku tak akan membiarkanmu kabur!"
Sebelum gema
suara itu menghilang, musuh menghalangi jalan Naruto. Seorang shinobi yang
dibalut pakaian putih salju muncul. Wajahnya tertutup oleh topeng dengan motif
lengkungan.
"Jangan
menghalangi jalanku'ttebayo!"
Naruto
langsung melempar kunai ke arahnya.
Namun,
sesaat setelah ujung kunai Naruto hendak mengenainya, shinobi bertopeng itu
menghilang layaknya kabut. Langsung setelahnya, Naruto sadar orang itu sudah
bersiap untuk menyerang punggungnya.
"Hyoton:
Jisarenhyou!"
Bagian
belakang tubuh Naruto dibuat beku.
Akibat
serangan itu Naruto terjatuh, namun masih belum cukup untuk membuatnya ambruk.
Naruto
berusaha bangun dengan tunjangan kakinya. Ia bangkit, mengacungkan kunai untuk
menghadapi lelaki bertopeng itu... Tidak, ia mencoba untuk melakukan itu. Tapi
ia tak bisa melakukannya.
"A-apa?
ttebayo..."
Muncul
perasaan seolah terdapat luka gores di dalam tubuhnya. Selanjutnya, perasaan
itu berubah menjadi rasa sakit yang sangat tajam.
Biki,
biki...bikibikibikibiki! suara daging yang mulai membeku secara perlahan.
Serpihan es
yang jumlahnya tak terhitung mulai tumbuh di dalam aliran darahnya. Bagian
dalam tubuhnya tampak mulai terpecah menjadi serpihan.
"Uhhhhhh..."
Naruto
mengerang dan berlutut. Nafas putih keluar dari mulutnya.
Meskipun
udara malam pegunungan itu dingin, ini masih bulan September. Namun, gigi
Naruto benar-benar bergetar. Suhu dingin yang teramat di dalam tubuhnya
membuatnya menggigil.
Karena ia
diserang di bagian punggung oleh lelaki bertopeng, proses pembekuan menyebar
cepat ke seluruh tubuhnya. Menyebar hingga menyelimuti seluruh bagian tubuhnya,
termasuk tangan dan kaki, kemudian mulai berlanjut ke wajahnya.
Bikibikibiki
Naruto
mencoba untuk menggerakan tubuhnya, namun hanya mampu menjatuhkan sebagian
kecil es yang melapisinya. Es-es itu terjatuh dari tubuhnya, namun ikatan es sisanya
yang begitu kuat membuat Naruto benar-benar tak bisa bergerak.
Lelaki
bertopeng itu tak mempedulika es yang menyelimuti Naruto dan kembali ke sisi
Garyo.
"Garyo-sama,
sebelah sini."
Akan tetapi,
Garyo tak mencoba untuk bergerak. Sebaliknya, tiga orang yang melindungi Garyo
terjatuh dengan suara menderik.
"!?"
Tampak telah
terjadi sesuatu pada mata musuh, yang berada di bawah topeng bermotif
lengkungan.
Dari balik
kegelapan di belakang Garyo, tangan muncul secara tiba-tiba, tangan yang dengan
erat memegangi sebuah kunai.
"Kalau
dipikir-pikir, samar-samar aku mengingat kalau Haku juga menggunakan topeng
yang sama." Naruto menodongkang kunai di leher target.
"Sesuatu
seperti jutsu tadi... Kau... Kau itu ninja pelarian dari Kirigakure, kan?"
"Seperti
dugaanku, tadi itu bukan tubuh asli..." ucap shinobi bertopeng, sambil
menatap sekilas lewat pundaknya ke arah Naruto yang telah ia bunuh sesaat yang
lalu.
"Mengingat
kalau kau adalah Uzumaki Naruto, orang yang telah mengalahkan Uchiha Madara,
semua seranganku pasti tak ada artinya."
Poof! Kage
bunshin Naruto yang terkurung dalam es kemudian menghilang. Lalu, es-es yang
menyelimutinya jatuh secara bersamaan dan menciptakan bunyi yang dingin.
Naruto dan
musuh saling memandang.
"Kembalikan
Garyo-sama...!"
"Tidak
mungkin'ttebayo!" Naruto menatap tajam shinobi bertopeng itu.
"Gara-gara
kalian, ratusan orang dari Negeri Ombak mati."
"Itu
semua demi idiologi kami."
"Ideologi
Madara? Masih ada ya sisa ideologi itu setelah perang.."
"Itu
adalah kesalahan Madara,." Garyo memotong perkataan Naruto.
"Dia
memasukan seluruh dunia ke dalam Mugen Tsukuyomi."
Naruto
mempererat todongan kunainya pada leher lelaki kecil gelap itu. Namun tubuh
musuh seolah dibalut oleh kesetiaan ambisius, yang membuat ancaman Naruto untuk
memotong lehernya bukanlah apa-apa.
Rambut putih
panjangnya ia ikat hingga membentuk suatu jalinan. Jenggot putih tumbuh di
wajahnya. Di dalam satu-satunya sisi matanya yang berbentuk almond, lumpur yang
tampak putih.
"Namun,
keinginan sesungguhnya dari Madara tidaklah salah."
Bersamaan dengan
bunyi ujung pakaiannya yang dihembuskan oleh angin, Garyo melanjutkan
kata-katanya.
"Bosan
dengan konflik yang terjadi du dunia. Demi menjalankan suatu keadilan yang tak
tertandingi, tak ada pilihan lain selain menggunakan Mugen Tsukuyomi. Tentu,
Madara sudah mati. Begitu juga dengan rencana untuk menggunakan Mugen
Tsukuyomi. Gara-gara Uchiha Sasuke, rencana itu benar-benar telah hilang untuk
selama-lamanya. Namun, ide itu sendiri belum mati. Meskipun harus menggunakan
cara lain untuk melakukannya, langkah demi langkah, kami pasti akan bisa
mewujudkan keinginan Madara. Aku sangat percaya."
"Hal-hal
seperti apa yang kalian rencanakan'ttebayo?"
"Apa
itu keadilan yang tak tertandingi? Jawabannya adalah persamaan hak atas semua
manusia."
"Ketidak
bahagiaan dunia ini semuanya disebabkan oleh ketidaksamaan. Jadi untuk
menerapkan persamaan itu, apa yang harus kami lakukan? Tak lain adalah dengan
mengontrol kebebasan individu. Kebebasan untuk membuat uang, kebebasan untuk
memiliki sesuatu lebih dari orang lain, atau kebebasan bagi orang lain untuk
menjadi lebih dari yang lain... Kami bertarung untuk mengendalikan kebebasan
itu. Jika eksperimen kami berjalan dengan lancar, tak lama lagi negara lain
juga akan menyetujui maksud kami. Untuk sampai pada titik dimana seluruh
kebebasan di dunia ini berada di bawah kendali. Tak salah lagi ini adalah
maksud sesungguhnya dari idealisme Uchiha Madara. Karenanya, ini akan menjadi
orde baru dunia."
"Dan
untuk itu, kalian memilih Negeri Ombak sebagai tempat eksperimen?"
Suara Naruto
keluar dari getaran di gerahamnya.
"Di
negeri ini, mereka tak memiliki desa ninja atau semacamnya. Membunuh orang yang
bahkan tak bisa bertarung..."
"Dari
awal, negeri ini sudah damai. Kelihatannya kalianlah yang justru membawa
kebencian dan keputusasaan."
"Selama
ketidaksetaraan masih ada di dunia ini, tak akan ada negeri yang tak memiliki
rasa kebencian dan keputusasaan."
Lengan kanan
pakaian Naruto berkibar dihempaskan angin yang makin kencang masuk melewati gua
itu, bagaimanapun sudah tak ada lagi tangan di balik kain itu.
"Di
negeri ini, tak ada desa ninja. Itulah kenapa banyak ninja pelarian berkumpul
di tempat ini. Para shinobi pelarian yang berdatangan ke Negeri Ombak ini akan
saling membunuh jika shinobi lain menyinggung mereka. Para shinobi akan
bersembunyi, sementara orang biasa menjalani hidup sampai tua. Misi hidup
mereka sudah jelas: menjalani kehidupan normal layaknya manusia biasa. Namun
bagi para shinobi ini, sejak kecil mereka sudah dilatih untuk saling membunuh,
namun mereka tak melanjutkannya."
"Jadi
apalagi yang bisa para shinobi ini lakukan? Orang-orang Negeri Gelombang
mamandang rendah mereka. Orang-orang berpikir bisa membeli harga diri mereka
dengan uang. Ketika mereka butuh kekuatan tempur, mereka mengeluarkan uang
mereka dan berpikir untuk menyewa orang-orang sepertimu. Tanpa perlu mengotori
tangan sendiri. Berpikir kalau semuanya bisa diselesaikan dengan uang. Uang!
Uang! Uang! Orang-orang yang tak memiliki uang bahkan tak mendapat perlakuan
yang layak untuk manusia. Rekan yang saat ini kau lawan juga pasti mengerti
rasanya."
Naruto
mengarahkan matanya pada shinobi bertopeng.
"Putraku
disengat oleh lebah dan dilarikan ke rumah sakit. Tak ada dokter di sana. Di
rumah sakit berikutnya juga tak ada. Bahkan yang selanjutnya juga. Tak ada satupun.
Dan ketika kami menemukan tabib yang tak jelas, yang mengaku sebagai dokter,
putra mu telah kejang-kejang dan berada di pinggir garis kematian."
"Tentu
saja, mantra-mantra dan sebagainya itu tak berguna sama sekali untuknya. Kalau
saja ia mendapat penanganan medis yang cepat, mungkin dia masih bertahan hidup.
Namun semua petugas medis menghilang dari Negeri Ombak. Menurutmu alasannya
karena apa?"
Kata-kata
Garyo berhenti sejenak sampai situ. Ia menarik nafas pelan lalu dengan perasaan
yang sangat sakit berteriak.
"Karena
Perang Besar Dunia Ninja Keempat, demi mengobati para shinobi yang terluka,
lima negara besar menyewa mereka semua"
"!"
"Kalaupun
ada kedamaian di Negeri Ombak, itu karena orang-orang miskin dan tak berdaya
dijadikan sebagai korban. Ini adalah kedamaian yang dibangun di atas tumpukan
uang kertas." ucap Garyo. "Dan kau, kau benar-benar bisa bilang kalau
tak ada kebencian dan keputusasaan di negeri ini, eh?"
Naruto tak
mengatakan apa-apa dan malah menutup mulutnya. Sementara shinobi bertopeng itu,
ia menunduk menancapka telapak tangannya ke permukaan tanah.
"Hyoton:
Jisarenhyou!"
"!?"
Permukaan
tanah terbelah dari bawah. Untaian tetesan es yang tak terhitung jumlahnya
keluar dan menyebar menutupi pintu keluar gua itu.
"Teknik
Jisarenhyou milikku, meski sesuatu hanya memiliki sedikit kelembaban, aku bisa
membekukan apapun." Suara di luar topeng topeng itu meredup, dan pecah.
"Dengan ini, tak ada jalan lagi bagimu untuk pergi... Kembalikan
Garyo-sama."
Shinobi
musuh secara bertahap mulai mengepung.
"Aku
ikut berbelasungkawa atas apa yang putramu alami, tapi... Aku tak setuju dengan
apa yang sudah kau lakukan'ttebayo." ucap Naruto. "Karena mencoba
untuk mencapai kedamaian dan membunuh orang, apa kau pikir orang yang lain akan
senang? Dengan itu, kebencian baru justru akan muncul'ttebayo."
"Tak
akan ada hasil jika tanpa pengorbanan," ucap musuh dari balik topengnya.
"Demi mewujudkan order baru dunia ini. Ini adalah sesuatu yang hanya bisa
diwujudkan lewat penderitaan."
"Kenapa
kalian terobsesi sekali dengan hal-hal seperti itu'ttebayo.."
"Aku
tak mau berdebat denganmu di sini."
"..."
"Kalau
kau tak mau mendekatiku, maka aku akan menggunakan caraku sendiri."
"Ini
sulit, tapi aku tak mau bertarung melawanmu." Tanpa mengatakan apapun
Naruto membawa Garyo dengan satu tangan. Menghentak tanah dan melompat kabur
lewat langit-langit gua.
"Ingin
melarikan diriki?" Terlambat satu langkah, shinobi bertopeng ikut melompat
ke udara. Dalam keadaan tubuh melayang, musuh dengan cepat merapal segel jutsu.
"Hyouken
no Jutsu!"
Suara
seperti kaca yang pecah terdengar di antara pegunungan. Kelembaban atmosfer
bergabung. Pisau es yang jumlahnya sangat banyak meluncur ke arah Naruto. Ujung
pisau es yang begitu tajam memantulkan sinar cahaya bulan.
Hampir saja
terpotong oleh tebasan pisau es itu, pusaran angin hitam menangkap Naruto dan
Garyo.
Piiiii~
Bunyi burung yang bergema di antara lembah.
Shinobi
bertopeng mendarat, dengan mata yang pucat melihat ke arah burung hutam yang
telah menculik Garyo.
"Nice
timing dattebayo!"
"Semuanya
baik-baik saja, kan?"
Lalu di
balik pungung burung raksasa, Naruto dan Sai melakukan tos.
(Scene
Berubah)
"Sejak
saat itu, sudah lebih dari 6 tahun ya... Waktu itu, aku masih 12 tahun! Kami
tim tujuh sedang dalam sebuah misi' dattebayo. Guru Kakashi, dan Sakura-chan,
dan si Sasuke itu juga ikut.."
"Tidak
lebih dari 6 tahun."
Inari
membenarkan kata-kata Naruto. Inari masih 14 tahun, namun kelihatan lebih
dewasa dari umurnya. Di pinggangnya, sebuah palu dan gergaji tergantung.
"Tapi
bahkan kak Naruto..."
"Maksudmu
tangan kanan ini?"
Inari
mengalihkan matanya. Setelah pertarungan melawan Sasuke, Naruto kehilangan
tangan kanannya dari ujung sampai ke lengan atas.
"Tentang
ini, ini bukan masalah'ttebayo!" Naruto membuka lebar mulutnya dan
tersenyum.
"Karena ini, aku memperoleh sesuatu yang jauh lebih
berharga."
"...Apa kau memang selalu seperti ini?"
"Saat
ini, nenek Tsunade sedang membuat tangan palsu untukku'ttebayo, jadi tak perlu
khawatir Inari."
"Begitu
ya..."
"Ngomong-ngomong,
apa yang sudah terjadi pada Negeri Ombak?"
"Dulu,
ketika aku bertemu kak Naruto, aku kakekku akhirnya berhasil membuat jembatan
yang hebat. Kupikir dengan itu semua orang akan senang." Inari tersenyum
kecil.
"Tapi,
karena jembatan itu, perdagangan meningkat drastis, orang kaya bertambah
banyak, dan mereka hanya peduli dengan uang. Sama seperti Gato, mereka adalah
orang-orang yang akan melakukan apa saja untuk uang, dan saat ini mereka sudah
benar-benar parah."
"Aku
yakin bisa dengan berani membicarakan masalah ini denganmu.."
"Ketika
Pain menghancurkan Konohagakure, ketika kami datang untuk ikut membantu
melaksanakan pembangunan."
"Waktu
itu Konoha begitu sibuk, tak ada waktu luang untuk kami membicarakan masalah
ini... tapi sekarang, yah, beginilah kondisi Negeri Ombak saat ini."
Dalam
hening, Naruto berdiri untuk makin dekat dengan nisan Momochi Zabuza dan Haku.
Dari kayu, nisan yang dibuat hanya tanda seadanya. Enam tahun benar-benar sudah
berlalu. Waktu itu, di dekat makam Zabuza, Kakashi menancapkan Kubikiribouchou.
Rekan Sasuke, Suigetsu telah mengambilnya.
Angin sepoi
berhembus di balik rumput, dan bunga liar ikut terkena hembusannya.
Naruto tentu
sudah makin dewasa.
"Lalu,
bagaimana kabar kakek Tazuna? Apa dia baik-baik saja?"
Meski sempat
ragu Inari akhirnya mengatakan ap yang ada di pikirannya.
"Dengan
selesainya sentuhan akhir Tobishachimaru, ia selalu bermalam di pelabuhan
galangan kapal."
"Apa
dia sedang membangun kapal baru?"
"Bisa
dibilang begitu, tapi yang ia buat adalah kapal yang bisa terbang di
udara."
"Untuk?"
"Untuk
Negeri Ombak, ia mencoba untuk membangun sistem tranportasi. Kalau
Tobishachimaru selesai, Negeri Ombak akan menjadi salah satu yang teratas dalam
hal transportasi. Sampai saat ini, butuh berhari-hari untuk mengirim barang
dengan kapal. Tapi lewat jalur udara, mungkin bisa dikirim dalam waktu yang
singkat."
Dari nada
bicara Inari, meski cerita tadi tampak seperti kabar bagus, namun yang
sebenarnya terjadi adalah kebalikannya. Seperti sesuatu dalam diri Inari
menolak itu semua.
"Sebenarnya,
ini rahasia, tapi untuk kak Naruto, kurasa aku bisa membicarakannya. Kalau satu
unit telah selesai dibuat."
"Para
petinggi Negeri Ombak akan diundang, karena ini akan menjadi menjadi pengalaman
penerbangan perdana. Kami akan memperlihatkan Tobishachimaru yang luar biasa
pada orang-orang. Kami akan mengumpulkan lebih banyak lagi uang. Tapi kalau
uangnya sudah terkumpul banyak, kami akan membangun kapal lain lagi, dan
mencoba untuk mencakup pasar di lima negara besar. Meskipun ini masih rahasia,
saat kakek dan krunya melakukan penerbangan, ke desa konoha, kurasa mereka akan
meminta bantuan shinobi Konoha untuk melindunginya."
"Aku
tahu beberapa shinobi yang bisa terbang di langit, tapi apa iya ada kapal yang
bisa terbang?"
"Selama
lima negara besar menghabiskan waktu mereka pada peperangan, Negeri Ombak terus
mengembangkan teknologi baru."
"Apa
ukurannya besar?"
"Yang
kakek dan krunya buat saat ini, kurasa bisa mengangkut sekitar 50-60 penumpang.
Kalau ada uang, kami mungkin bisa membuat yang lebih besar lagi."
"Tapi,
bagaimana mungkin kapal bisa terbang'ttebayo?"
"Bayangkanlah
itu seperti balon raksasa." ucap Inari. "Diisi dengan gas yang lebih
ringan dari udara, dan di bawahnya orang-orang dan barang bawaan bisa ditaruh
di dalam keranjang besi... mirip gondola. Untuk menggerakannya, di bagian
belakang dipasangi enam baling-baling."
Dalam
bayangan Naruto, yang tergambar adalah keranjang bambu yang diatasnya terdapat
balon-balon yang jumlahnya banyak. Lalu saat melayang di udara, tiba-tiba saja
entah dari mana kawanan gagak muncul dan mematuk-matuk balon tersebut.
Pan-pan~~ membuat balonnya meletus.
Orang-orang
di dalam keranjang bambu itupun berjatuhan.
"Aku
tidak mau sama sekali menaiki hal seperti itu'ttebayo." ucap Naruto sambil
gemetaran. "Tapi sampai mengundang para petinggi, apa ini benar-benar
aman?"
"Tentu
sudah dilakukan banyak percobaan.."
"Jadi?
karena hasil dari percobaan itu kau begini, Inari?"
"...eh?"
"Bisa
dilihat dari wajahmu'ttebayo." Naruto mengangkat bahunya, "Memang benar,
kita tak butuh kapal yang bisa terbang."
"...ya"
Inari menundukan matanya. "Kalau proyek Tobishachimaru selesai, negeri
Ombak akan menciptakan banyak uang.."
"Apa
kau tak bisa menerimanya?"
"Itu
bukan masalah, tapi..."
"Tapi,
bagi para pekerja yang membuat Tobishachimaru, kupikir banyak dari mereka akan
pergi setelah proyek ini selesai."
Inari mengangkat wajahnya dan memandang
ke arah Naruto,
"Dari awal, kami penduduk Negeri Ombak mendapat
penghasilan dari bisnis angkut barang. Orang-orang mengangkut barang dengan
pundak mereka, mengangkut barang dengan kapal laut. Mereka mungkin akan
kehilangan pekerjaan mereka. Lalu, apa yang akan terjadi? Orang-orang akan
mulai membenci Tobishachimaru. Dan kami yang telah menciptakan hal semacam itu,
mereka akan membenci kami juga."
...
"Uang!
Uang! Uang!"
ingatan tentang suara Garyo berdengung di telinga Naruto.
"Kalaupun ada kedamaian di negeri ini, itu karena orang-orang miskin dan
tak berdaya dijadikan sebagai korban. Ini adalah kedamaian yang dibangun di
atas tumpukan uang kertas."
"Ngomong-ngomong,
terimakasih karena sudah menangkap Garyo."
melihat ekspresi serius Naruto,
Inari mengubah pembicaraannya.
"Orang-orang itu, sejak awal mereka sudah
menentang pembangunan Tobishachimaru. Mereka sering melakukan pembunuhan
terhadap pekerja, membunuh orang-orang... Garyo akan dikirim ke Houzukijyou,
kan?"
"Ahh...
begitu kurasa."
Tentang
Houzukijyou, lima negara besar bekerja sama untuk menanggung biaya
pengerjaannya. Dibangun di Kusagakure, merupakan suatu institusi tempat
mengurung para tawanan. Dan tentu, lima negara besar ikut andil dalam
mengelolanya.
Beberapa
tahun sebelumnya, Naruto sempat mendapat misi untuk menyusup ke Houzukijou. Dan
pada akhir misi, Houzukijou hancur. Perbaikan pun dilakukan. Karena itu, Inari
dan para pekerja Negeri Ombak tahu tentang tempat itu.
"Kalau
tak salah, Naruto-niichan, kau pernah dibawa ke Houzukijyou kan? Pasti di sana
kau sempat mengintip pemandian para gadis.."
"Itu
cuma untuk menjalankan misi!"
Melhat mata
Naruto mendadak terbuka lebar begitu, Inari tertawa. Naruto pun ikut tertawa.
"Yah,
hal-hal di dunia ini terus berubah'ttebayo." ucap Naruto.
"Uang,
kunai, ninjutsu, tergantung bagaimana cara memanfaatkannya, kurasa tak ada yang
lebih baik atau lebih buruk."
Inari
mengangguk.
"Kalau
bisa memanfaatkan uang dengan benar, banyak orang pasti akan bisa
diselamatkan''ttebayo." ucap Naruto.
"Tapi bagaimana caranya, aku tak
tahu. Aku rasa menangkap orang-orang seperti Garyo, itu bukan cara yang
terbaik, kan?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar