New
Ino dan Sai
tiba disebuah tempat yang dipenuhi dengan barang rongsokan tua, berlokasi di
pinggiran kota. Berlindung pada bayangan barel baja, mereka terus mengamati
bangunan kayu kuno berlantai dua di seberang diagonal jalan.
“Itu adalah
salah satu tempat yang digunakan sebagai persembunyian kelompok Kido.” Sai
memberitahu Ino. “Ku rasa tempat itu digunakan untuk pertemuan pribadi,
menyembunyikan orang, atau untuk menahan seorang sandera.” Lanjut Sai, “Ketika
aku membuntuti Kido, dia datang ke tempat ini berkali-kali.”
Sebuah pagar
pelindung mengitari persembunyian itu, dan di dekat pintu masuk ada sosok orang
bertopeng Anbu, memakai mantel, berdiri di sana. Orang itu melemparkan
pandangan ke sekeliling lingkungan, menyisiri setiap detailnya.
“Ino bisakah
kau memeriksanya kalau kau bisa merasakan Chakra Sakura berasal dari dalam
gedung itu?”
“Baiklah!!”
Setelah diminta oleh Sai, Ino masuk ke dalam mode sensor-nya. Dia merasakan
tiga set Chakra. Namun tak satupun di antara mereka yang cocok dengan Chakra Sakura.
“Dia tak ada di sana, aku tak bisa merasakan Chakra Sakura.”
“Begitu ya?”
Sai mengangguk tanpa terlihat sedikitpun patah semangat.
“Katakan,
apakah kau berencana lanjut begini saja? Ataukah kau akan memeriksa semua
tempat yang pernah Kido kunjungi satu per satu, sekecil apapun tempat itu?”
Tanya Ino penasaran, penuh perhatian.
“Tidak
mungkin.” Jawab Sai sembari menggelengkan kepalanya.
“Itu akan makan banyak
waktu, lagipula Kido memiliki tempat persembunyian rahasia yang tak ku ketahui.
Kita tak akan punya kesempatan.”
“Lalu, apa
rencanamu?”
Sebelum
datang ke sini, Sai sempat mengatakan jika mereka akan menggunakan taktik yang
lebih agresif. Dia menunjuk ke arah penjaga itu. “Beruntunglah kita, hanya ada
satu penjaga. Ayo kita menariknya!”
“Menariknya?
Maksudmu kita akan terlibat pertempuran random di sini, sekarang?”
“Kita akan
membuat celah, gunakanlah teknik Shintenshin-mu ke dia, lalu akan ku gunakan
kesempatan itu untuk menyerangnya. Kau karus menarik dirimu tepat waktu,
sebelum seranganku terhubung.”
Ini adalah
Skill Kombo sangat sederhana yang sering digunakan oleh Ino-Shika-Chou. Ino
sebenarnya belum pernah melakukan teknik ini bersamaan dengan Sai, tapi..
lagipula musuh mereka hanya satu orang kan? Dan dia juga percaya dengan
kemampuan Sai. Jadi tanpa ragu-ragu Ino menjawab, “ Aku tahu.” Dia kemudian
membentuk segel tangan dan menghimpun kekuatan mental. Dia berlari keluar dari
balik barel baja setelah kata-kata “Kai” disebutkan.
Shintenshin
no Jutsu!!
Jutsu itu
sukses. Ino merasakan dirinya tengah berada di dalam tubuh penjaga yang sedang
berdiri. Mengepalkan tinjunya, Sai menekankan dan melemparkan tinju kepada
penjaga itu. Disaat sepersekian detik sebelum pukulan Sai mengena pada penjaga
itu, Ino berteriak “Kai!” dan lepas dari pikiran si penjaga.
Hal pertama
yang dilihat penjaga saat dia tersadar adalah sosok Sai yang membayang. Tinju
Sai memukul perut penjaga itu, menekuk pinggangnya. Dia bertujuan melukai leher
belakang si penjaga.
Si penjaga
roboh ke tanah tanpa suara. Sai kemudian mengangkat tubuhnya dan buru-buru
kembali ke tempat Ino.
“Ayo kita
introgasi orang ini, kita korek informasi yang perlu kita ketahui.” Kata Sai
sembari mulai berjalan, menyeret si penjaga bersamanya.
Begitu
mereka sampai di ‘pedalaman’ barang-barang rongsokan itu, Sai menggulingkan di
penjaga ke lantai. Tumpukan barang rongsokan yang menggunung itu sempurna untuk
dijadikan penutup dari para ‘pengintip’. Sai mengeluarkan tali panjang,
mengikat tangan serta pergelangan kaki si penjaga. Menarik tubuh penjaga yang
masih tak sadarkan diri dalam posisi tegak. Sai menyandarkannya di tumpukan
barang rongsokan.
“!! Sai kau... “
“Diam.”
Gumam Sai, dengan tenang mengambil topeng yang menutupi wajah si penjaga.
Penjaga itu terlihat seperti pria yang berumur tiga puluh tahunan. Dia menatap
Sai dengan sepasang mata yang dipenuhi amarah, Sai membalas tatapannya.
“Saya tidak
ingin melakukan hal yang tidak sopan kepada senpai. Tapi waktu kami sangat
singkat, jadi tolong jawab pertanyaan-pertanyaan kami.”
“….” Tanpa
sepatah katapun, orang itu memalingkan mukanya dari Sai.
“Kemarin
Anda menculik orang kan? Dimana Anda menyembunyikan dia?”
Si pria
terus membuang pandangannya dan memperketat bibirnya.
“Saya tahu
Anda adalah bagian dari kelompok Kido. Sekarang, katakan dimana Anda menahan
Haruno Sakura!”
Pria itu
terus saja diam, dia sepertinya tetap saja bersikeras untuk tutup mulut.
“Senpai,
jika Anda tetap seperti ini. Saya akan menggunakan cara yang benar-benar tidak
ingin saya gunakan.”
“Penyiksaan?”
Tanya si pria, sudut bibirnya berkedut, membentuk seringai merendahkan.
Sai segera
mengangguk dan berkata, “Ya, saya juga di Anbu. Anda tahu itu kan? Saya punya
banyak cara tak terbatas untuk dapat membuat orang berbicara.”
“Tak masalah
buatku.” Jawab pria itu, “Aku juga bagian dari Anbu, aku juga akan tahu cara
untuk bertahan dari penyiksaan.”
“Saya ingin
tahu, apakah itu akan membantu Anda atau tidak.” Kata Sai seraya menarik Kunai.
Kemudian tanpa ragu-ragu merobek pakaian pria itu. Bagian tubuh atas pria itu
kini terbuka. Namun dia tak nampak sedikitpun terganggu.
Ino menjadi
gugup. Dia telah melewati banyak ujian dalam misi sebelumnya. Dia pernah
mendengar hembusan kemarahan, dan ancaman dingin berkali-kali. Tetapi dia belum
pernah berada di posisi introgator.
Berpikir
bahwa ini semua pasti akan berakhir dengan kekacauan kejam dan pertumpahan
darah, Ino menguatkan dirinya.
Sai
menyapukan kuasnya untuk memanggil binatang tiruan. Dia berkata “Ino, Kau
sebaiknya tidak melihatnya.”
“……”
Astaga, apa
yang akan kau lakukan? Apa yang akan dia lukis? Apakah dia akan membuat macan
menyerang orang itu? Atau melukis ular raksasa untuk meremas hidupnya? Atau... tau...
Citra
mengerikan tergambar dalam pikiran Ino satu per satu. Dan sebelum Ino bisa
menghentikan dirinya, dia segera membuka mulutnya “Hei Sai, jangan melakukan
hal-hal yang berlebihan!”
….
Mengerikan…. Ino baru saja akan mengatakannya ketika kuas Sai mulai bergerak.
“Bwaaa..
hahaha… ahahahahahahahaaaaaa!!” Tawa pria itu bergemuruh.
“! …….. Ini
– inikah yang kau maksud dengan penyiksaan??” Ejek Ino tak percaya, tapi Sai
menjawabnya dengan muka sangat serius. Ketika kau kehabisan waktu inilah cara
jitu yang akan mendatangkan hasil yang paling efektif.”
“Apa kau
serius?”
“Iya. Aku
membacanya di buku.”
Sepanjang
percakapan ini, Sai terus-terusan menggelitiki si penjaga dengan kuas.
Pria itu
terus-menerus tertawa dan menggeliat hingga air liurnya nampak menetes dari
sudut mulutnya.
“Bisa tolong
katakan pada saya? Senpai…”
“.…Ya.”
Sebuah jawaban terdengar. Wajah dan suara yang sudah dalam keadaan putus asa
berucap. Tidak ada satupun jejak aura misterius dan menakutkan yang berasal
dari Anbu di sebelah kiri si pria.
Di arah
timur laut, di pinggiran desa ada sebuah gudang bata. Sakura seharusnya berada
di sana, itulah yang diberitahukan si pria Anbu tadi.
Sai segera
memanggil burung tinta, mereka berdua menaikinya, menuju gudang batu bata. Ini
bukan pertama kalinya Ino naik di belakang lukisan burung Sai, namun sudah
lumayan lama. Dan Ino kehilangan keseimbangan di suatu momen.
“Jika kau
takut, kau bisa berpegang padaku.” Sai berkata sambil menghadap ke depan. Ino
merasakan sesuatu yang manis dan akrab, sensasi yang hangat datang dari dalam
hatinya. Namun kemudian, pikirannya kembali mengambil kendali dan dia menjawab.
“Aku tidak apa-apa.”
Burung ini
sangat cepat. Pemandangan kota di bawah mereka telah berubah menjadi
pemandangan hutan lebat dan ladang luas berwarna hijau cerah. Bahkan burung
hitam liar yang terbang tadi tampak seperti elang.
“Aku bisa
melihatnya!” Kata Sai, menunjuk lokasi di arah jam dua.
Dibalik
hutan rimba yang dilanjutkan dengan hamparan tanah lapang yang luas, di sudut
sana berdiri sebuah bangunan dari bata. Burung itu terbang cepat, mendekat pada
tujuan mereka.
Hal itu
terjadi ketika burung itu mulai mendarat. Beberapa Anbu muncul dan melesatkan
kunai kepada mereka. Sai dengan gesit memanuver burung lukisan itu di udara
untuk menghindari lesatan Kunai. Naik kembali pada ketinggian di udara, sekali
lagi burung berusaha terbang menuju gudang itu kembali.
“Sakura!!”
Teriak Ino. “Kami datang untukmu!!!”
Pada saat
itu juga, atap gudang tiba-tiba meledak terbuka dan ada sesuatu yang nampaknya
melesat keluar dari situ.
Sebuah
siluet dengan kepalan yang dinaikkan di atas kepalanya – yang baru saja
melompat keluar dari atap jelas-jelas Sakura. Seluruh tubuhnya terisi dengan
Chakra.
“Sakura!!!!!!?”
Ino berteriak histeris.
“Hmm, itu
lucu. Kita seharusnya ada di sini untuk menyelamatkannya bukan?” Gumam Sai
sambil mengedipkan matanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar