Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 3 Volume 4 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Rabu, 06 Desember 2017

Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 3 Volume 4


DOUBLE QUESTION

"...apa kau bercanda?"

Horikita memanggilku dengan nada yang menyalahkan.

"Sayangnya memang benar jika Kouenji tiba-tiba bertindak dan mengakhiri ujian di kelompoknya" balasku padanya.

"Apa kau bodoh? kenapa kau tidak menghentikannya dan mengamuk di sana? Itu adalah tanggung jawambmu sebagai teman sekamarnya"

"Itu mustahil, tidak ada gunanya menangis seperti susu yang tumpah saat ini"

Rencana kasar yang Kouenji gunakan untuk mengakhiri ujian di kelompoknya telah menyebar dikalangan murid dan menyebabkan kelas tersebut menjadi heboh. Karena itulah saat pembicaraan kemarin, Horikita  langsung saja ingin bertemu denganku. Sepertinya dia masih belum yakin saat dia menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.

"Aku akan memarahinya lain kali ketika aku bertemu dengannya. Aku ingin menghindari kejadian seperti itu lagi masa depan"

“Kau harus tahu jika itu tidak ada gunanya, kata-kata seperti itu tidak akan sampai kepadanya, kau akan terseret oleh langkahnya. untuk saat ini, berkonsentrasilah kepada kelompok kita sendiri" kataku sebagai tanggapan.

Karena dia teman sekamarku, mungkin aku akan disalahkan karena tidak menghentikannya tepat waktu, jadi aku memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan.

"Itu benar. kelompokku penuh dengan musuh yang merepotkan, tetapi aku tidak akan kalah dari mereka"

Sikapnya kuat seperti sebelumnya, dan kurasa aku harus menyerahkan masalah ini kepadanya. 

Di akhir, aku juga mengalami sedikit masalah karena berurusan dengan Ichinose yang Hoshinomiya-sensei kirim untuk memata-mataiku.

“Omong-omong, karena kau juga seorang gadis, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu" kataku padanya.

"Apa maksudmu? Aku adalah seorang gadis sejak awal, kau tahu" dia langsung membalas.

karena salah mengerti, dia menganggap kata-kataku sebagai sebuah sindiran saat dia menatapku dengan mata yang sedikit kecewa.

"Tidak, bukan begitu, aku hanya mengatakan bahwa aku ingin bertanya kepadamu sebagai perempuan"

Karena sepertinya dia akan menjadi semakin marah jika aku terus berusaha membuat alasan seperti itu, aku segera terjun ke intinya.

"Aku ingin informasi tentang Karuizawa" kataku padanya.

Karena aku berencana untuk melakukan kontak dengan Karuizawa, aku memerlukan informasi tentang dia. Jika dia membuat peringkat anak laki-laki di kelas, aku pasti berada di posisi terbawah.

"Jadi kau ingin meminta saran denganku tentang masalah Karuizawa?"

Aku mengangguk.

"Aku ingin melacak anggota kelompokku, tapi aku merasa sedikit kesulitan, aku bisa saja menghadapi Sotomura dan Yukimura, tapi Karuizawa adalah masalahnya. Setelah ujian di pulau itu selesai, kau pernah diundang makan siang oleh Karuizawa, kan?"  

"Kau harus tau jika aku sudah menolaknya, aku sama sekali tidak tertarik dengan Karuizawa-san. Jika kau menginginkan informasi tentangnya, kenapa kau  tidak bertanya dengan Hirata-kun? Jika dia, itu pasti bisa membantumu"

Itu benar, tetapi sebelum ujian dimulai, aku sudah melewatkan kesempatan untuk makan siang bersama Karuizawa dan Hirata. Tentu saja Hirata juga mengingat kejadian itu, jadi aku menghindar untuk bertanya kepadanya saat ini.

"Apa kau khawatir jika dia mungkin adalah ‘target’ atau semacam itu?" Horikita tiba-tiba bertanya padaku.

"Sebagian, tapi untuk saat ini, mustahil aku bisa mengerti dengan tingkah laku Karuizawa, aku hanya penasaran" kataku padanya.

"Buang-buang waktu saja, tidak ada apa pun dibalik tingkah lakunya. Jika kau peduli padanya, itu hanya akan membuang-buang waktu saja"

"Horikita, aku rasa tidak baik membicarakan orang lain"

"Membicarakan orang lain? Apa maksudmu?" dia bertanya padaku

"Tentu saja sejauh ini kau hanya pernah melihat sisi Karuizawa yang egois dan menyebalkan, tapi kau tahu, dia mungkin juga memiliki sisi yang baik?”

"Apa memang ada sisi yang baik? Aku tidak bisa membayangkannya, bukankah dia hanya penuh dengan kegagalan?"

Tentu saja, saat ini sejauh kerja sama yang terjalin aku harus mengakui bahwa Horikita sama atau lebih baik dari dia.

"Ketika pertama kali bertemu dengan seseorang, naluri pertama adalah menilai mereka dari penampilan mereka, bukan? Apakah mereka keren atau imut atau semacamnya, kemudian kau akan menilai mereka dengan kata-kata untuk melihat ke dalam diri mereka sendiri apakah mereka makhluk sosial atau agresif atau pasif dan sejenisnya”

Karena itu, Horikita menyilangkan lengannya dan menunggu kata-kata yang berikutnya.

"Tapi itu masih penampilan luar, pola pikir sebenarnya tidak akan segera terlihat dengan hal seperti itu. Contohnya Kushida atau Ibuki atau bahkan aku misalnya, kepribadian 'depan' dan kepribadian 'belakang' terbagi dengan baik"

"Apa Karuizawa-san juga memiliki perpecahan seperti itu?"

"Ini adalah sesuatu yang dimiliki oleh kebanyakan orang, bahkan jika mereka tidak menyadarinya. Horikita, kau juga memilikinya"

Karena setiap kali dia berada di depan kakaknya, dia selalu menunjukkan sifatnya yang sebenarnya dan sangat rapuh.

"Aku masih belum sepenuhnya yakin, tapi aku bisa mengerti bahwa kau akan mengenalnya dengan lebih baik dengan kontak langsung"


Tentu saja itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, karena jika aku tidak memutuskan untuk berusaha, aku tidak akan pernah bisa mengetahui sifat asli Karuizawa.

"Dan apa gunanya dengan Karuizawa-san?" Horikita bertanya padaku

"Aku belum bisa menjelaskannya dengan jelas, tapi jika aku harus mengatakannya, itu adalah 'kemampuan untuk memerintah'. Dia memiliki inisiatif dan tidak bisa disangkal bahwa statusnya di Kelas D tidak tergoyahkan"

Namun, di kelompok kami (Kelinci), aku belum pernah melihat sisi itu dirinya. Inilah sebabnya aku berpikir untuk memastikan sifat asli Karuizawa secepat mungkin.

"Dengan asumsi bahwa dia memiliki kemampuan seperti itu, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan membawa Karuizawa-san ke dalam kelompok kita juga?" dia bertanya padaku.

"Aku juga ingin tau tentang hal itu" kataku padanya.

Sementara aku bertanya-tanya atas jawabanku, Laki-laki yang  kemarin datang kembali kepada kami.

"Yo, kalian berdua, apa kalian sedang berkencan di tempat yang teduh?" Ryuuen yang mengatakan kalimat itu.

Dia tidak bersama Ibuki hari ini, namun mendekati kami dengan senyum menyeramkan di wajahnya.

"Kau cukup melakukan sesuatu seenaknya. Bahkan jika kau menyudutkanku seperti ini, tidak ada yang kau dapatkan" Horikita memarahi Ryuuen.

"Akulah yang memutuskan hal itu. Jadi, Apa kau sudah memutuskan untuk mencoba dan menemukan ‘target’ itu?"

Dan lagi, Ryuuen duduk di kursi terdekat tanpa izin.

"Apapun rencanaku, aku tidak akan memberitahumu" kata Horikita.

"Itu memalukan, aku berpikir untuk mendiskusikannya denganmu, tapi sepertinya kau belum membuat kemajuan dengan pencarianmu lagi"

"Itu menarik, apa kau ingin mengatakan bahwa kau tahu siapa ‘target’ saat ini?"

Menatapnya dengan ekspresi yang aneh, Ryuuen menjawabnya seolah-olah dia sudah menduga dia akan menanyakan hal itu sejak awal.

"Aku sudah menemukan siapa ‘targetnya’, bisakah kau mempercayaiku jika aku mengatakan itu?"

"Tidak, tidak, kau bukan seseorang yang seperti Ichinose-san atau Katsuragi-kun dengan sekutu di sisimu, kau hanya memiliki musuh. Tidak ada yang bisa mengumpulkan informasi semacam itu untukmu" Horikita membalas Ryuuen.

"Itu tidak benar, aku tidak berada di klub 'berteman' seperti mereka, tapi berteman dan mengumpulkan informasi adalah dua hal yang sangat berbeda"

Dia berbicara dengan Horikita dengan sikap yang hampir menyerupai seorang guru yang kecewa dengan murid mereka karena tidak mendapatkan jawaban yang benar.

"Sayangnya, aku sudah mencelupkan tanganku ke dalam ujian ini. Bergantung kepada situasinya, Kelas C mungkin adalah pemenangnya,"

"T-tidak mungkin".

Tidak, apa yang dia katakan mungkin benar.

Sekolah selalu membuat ujian berdasarkan kriteria yang sangat spesifik. Ujian tengah semester sama, akhir sama dan ujian di pulau juga sama. Jika kau memahami 'peraturan' di balik sebuah ujian, sesuatu yang mungkin untuk mencapai nilai yang tinggi dan menghasilkan hasil yang baik.

Jika memang benar, ujian ini tidak berbeda. Jika itu adalah Ryuuen, dia pasti sudah mengerti tentang fakta itu.

"Ini sangat sederhana, kau hanya perlu menemukan ‘target’ saja. Membongkar struktur kelompok dan menganalisanya sampai kau menemukan jawabannya”

"Itu benar, siapa pun pasti pernah memikirkannya, tetapi apakah mereka akan menjawab dengan jujur? Sejak sekolah tersebut menjamin sebuah anonimitas, seseorang dapat tetap diam dan mendapatkan 500.000 poin dengan cara yang seperti itu."

Horikita mengatakannya kepada Ryuuen, tetapi Ryuuen menjawab dengan tenang menanggapi keraguan Horikita.

"Aku hanya harus memastikan bahwa hal itu merupakan situasi di mana mereka akan menjawab dengan jujur ​​tanpa kebohongan"

"Situasi yang membuat mereka menjawab dengan jujur ​​tanpa kebohongan?" Horikita bertanya padanya.

"Karena aku meminta kontak semua orang, aku mampu bertanya satu per satu tanpa sekolah ketahui.”

"Apa kau gila? Itu dilarang oleh sekolah. Jika ketahuan, kau akan di drop out" Horikita bertanya kepadanya dengan kaget.

"Tidak masalah, aku berdiri disini sekarang karena itu bukanlah sebuah masalah, kau mengerti maksudnya?"

Itu adalah rencana kasar yang bisa digunakan Ryuuen karena dia memiliki gambaran seorang tiran yang sebenarnya. Jika dia dengan paksa melihat ponsel murid kelas lain, tidak diragukan lagi, Ryuuen akan dilaporkan dan dikeluarkan, namun Ryuuen mendominasi Kelas C. Apapun yang dia lakukan, tidak ada yang mau mengacuhkannya.

Dan jika tidak ada keluhan, tidak masalah. Ini berarti tindakan Ryuuen masih dalam batas aman dari peraturan sekolah. Pasti strategi Ryuuen seperti itu. Strategi yang secara paksa melepaskan semua rahasia dari Kelas C. Dan jika memang benar, Ryuuen dapat memiliki identitas sampai tiga ‘target’. Itu akan menjadi petunjuk besar baginya dalam ujian ini.

Agar lebih mudah dimengerti, itu lebih seperti menulis pertanyaan dan jawaban di sisi panel yang berbeda. Biasanya kau tidak akan tahu jawaban itu kecuali kau membalikan panel tersebut. Tetapi jika panel dilipat seperti kertas, mungkin saja untuk mendapatkan sedikit petunjuk jawaban dari sisi yang lain. Pada dasarnya, Ryuuen mungkin sudah tahu nama semua "target" dalam ujian ini.

"Sepertinya kau akhirnya mengerti situasi ini"

"... Ya, tapi jika kau sudah tahu jawabannya, bukankah seharusnya kau mengirimkannya ke sekolah?" Horikita bertanya padanya.

"Mungkin aku hanya ingin bermain-main"

"Kau tidak tahu kapan orang lain akan mengambil jawabannya, kau tidak seharusnya sangat lengah seperti itu," kata Horikita menanggapi.

Tidak ada bukti, tapi aku punya perasaan bahwa asumsi Horikita itu benar. Jika dia sudah tahu jawabannya, tidak ada gunanya menunda hal itu. Seharusnya dia mengakhirinya saat itu juga jika dia bisa.

"Jadi, akhirnya aku berada di tahap yang terakhir"

"Ryuuen-kun, ngomong-ngomong bisakah aku menanyakan sesuatu? Kemarin saat ujian kelompok monyet berakhir, apa pendapatmu tentang hal itu?" Horikita bertanya padanya.

"Tidak ada yang spesial, aku tidak peduli dengan apa yang dilakukan orang lemah"

Ryuuen hanya meninggalkan kata-kata itu saat dia berjalan pergi.

"Aku tidak tahu seberapa banyak dari apa yang dia katakan itu benar"

Horikita memiliki ekspresi bingung di wajahnya sambil menatap bagian belakang Ryuuen yang sedang berjalan pergi. Dan kemudian dengan percaya diri, aku melihat ke bawah kursi Horikita dan di sana aku menemukan satu ponsel dengan mode perekamannya diaktifkan.

Di ponsel tersebut, ada satu chat. Hanya satu chat. yang dikirimkan. Tidak ada suara atau getaran yang diaktifkan. Dan tidak melihat semua isi chatingan tapi untuk sesaat, aku melihat kata-kata "maaf  atas yang kemaren" yang ada nama Ryuuen di atasnya.

Mungkin ada yang salah dengan kelasnya? Aku tidak ingin menggali lebih dalam lagi dan kembali ke posisi normalku di kursiku. Horikita cepat-cepat memahami situasinya juga, dan dengan cepat mengeluarkan ponselnya sendiri dan mengetik ini padaku.

"Jika ponsel itu memang miliknya, lebih baik tidak bicara sembarangan"

Apa yang dia katakan memang benar.

"Menurutmu, apa yang Ryuuen katakan itu benar? Apa yang dia katakan tentang menangkap ‘target’ dari setiap kelas.”

Horikita menatapku kaget sesaat tapi kemudian dia cepat mengerti maksud di balik kata-kataku.

“Aku ingin tahu. Aku tidak bisa mengatakan dengan 100% kepastian, tidak ada banyak waktu untuk ujian ini.

"Kau juga sangat angkuh".

"Aku akan akan membuatmu bekerja sampai ke tulang, kita juga harus menemukan ‘target’ secepat mungkin"

"Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tidak mungkin aku bisa melakukan itu" kataku padanya.

"Aku juga tidak berharap banyak darimu, tapi aku hanya menginginkan informasi tentang kelompok (Kelinci) darimu" katanya.

Dengan pembicaraan seperti ini, aku mampu menyoroti bakat Horikita dan ketidakmampuanku sendiri. Dengan melakukan hal tersebut, kecurigaan akan dialihkan dariku sampai ke tingkat tertentu.

Lagipula, Ryuuen memang mencoba menguping menggunakan ponselnya sendiri.

"Jika tidak ada harapan spesial kepadaku, aku akan mencobanya"

Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, Horikita menekan sebuah tombol di lift dan pergi. Sekarang, haruskah aku kembali ke kamarku dan tidur? Atau datang dengan strategi untuk ujian?

Tidak ada keraguan tentang penilaian guru yang kemarin dan penilaian Ryuuen sendiri. Jika kami hanya mengejar kemampuan akademis, Yukimura pasti juga ada di sana bersama Hirata dan Horikita. Tentu saja dia tidak akan puas dengan ditempatkan di kelompok (Kelinci).

Yukimura memang menghindari penggunaan namanya secara langsung tetapi dia menatapku dengan saksama. Tidak ada yang bisa aku lakukan bahkan jika kau mengatakan hal itu. Kemudian aku memutuskan untuk pergi ke tempat tidurku dan menunggu sampai Hirata kembali. Tetapi Yukimura menatapku dengan mata curiga sepanjang jalan.

"Ayanokouji, aku hanya ingin memastikan, tapi kau bukan" ‘target’ kan?" Yukimura bertanya padaku.

"Aku akan menyangkalnya, tapi apa yang kau maksud dengan memastikan?"

"Tentu saja, di dalam ujian ini 'kerja sama' adalah kuncinya. Dengan kata lain, jika kau bekerja sama, kita tidak akan kalah" katanya kepadaku.

"Itu benar, sayangnya aku bukan ‘target’ di sini"

"Itu benar, kan? Sebaiknya kau tidak mencoba mengambil poin untuk dirimu sendiri" Yukimura memberitahuku.

Sepertinya kebijaksanaan pribadinya adalah meragukan orang lain, tidak mengherankan bagaimana respons Yukimura kepadaku.

"Aku bukan ‘target’, Bisakah aku percaya jika kau juga bukan ‘target’ Yukkimura?”

"Tentu saja tidak. Omong-omong Sotomura juga bukan ‘target’, kau tahu"

Ini adalah sebuah konfirmasi antar teman, hampir seperti sebuah kata kode yang mengisyaratkan 'jangan mengkhianati satu sama lain'.

"Aku juga bertanya kepada Karuizawa dan dia juga menyangkalnya, tetapi percaya kepada kata-katanya adalah masalah yang berbeda"

Sepertinya Yukimura yang tidak menyukai Karuizawa, cenderung tidak mempercayai kata-katanya. Tentu saja, untuk mengetahui itu secara pasti, dia bisa saja memeriksa ponselnya, tetapi mengingat hubungan di antara mereka, sepertinya akan sulit dilakukan.

Sepertinya Yukimura sudah puas untuk saat ini karena dia tidak bertanya lebih jauh. Aku mengubur wajahku di bantal dan memejamkan mata. Aku merasa tidak nyaman karena ada seseorang di ruangan itu yang melihatku tidur, tapi itu tidak terlalu menyebalkan.

Aku mampu menjadi adaptif seperti bunglon pada saat diperlukan, dalam hal berteman juga. Sepertinya Yukimura sudah mulai mengakuiku sebagai teman. Aku kemudian tertidur setelah mendengar sedikit desah Yukimura lagi dari seberang ruangan.


***


Di sore hari, aku sekali lagi pergi ke ruang diskusi kelompok (kelinci). Tetapi bahkan di tempat yang sama dan di ruang yang sama, tergantung kepada siapa dirimu, atmosfir pasti juga akan berubah.

Aku tiba di ruangan sepuluh menit sebelum dimulainya diskusi dan seseorang yang datang tepat setelahku adalah Karuizawa. Saat dia melihatku, ekspresinya berubah menjadi jijik dan dia segera mengalihkan tatapannya dariku.

Dia kemudian duduk di sudut ruangan (sudut terjauh dariku) dan mulai memainkan ponselnya. Bukan berarti kami sedang bertengkar atau apapun, atau kami sedang tidak akur. Mudahnya, aku dibenci olehnya. Itu adalah jenis hubungan terburuk yang pernah dimiliki.

Jika ada alasan dibalik kebencian tersebut, ada ruang untuk perdamaian. Namun jika hanya ada ketidaksukaan yang ambigu terhadapku, aku tidak bisa melakukan penyelesaian apapun dengannya. 

Saat ini, aku berdiri bersamanya itu sangat buruk. Aku bisa saja meninggalkan ruangan dan menghabiskan waktu di lorong sampai Ichinose dan yang lainnya datang. Tetapi aku tidak bisa pergi begitu saja karena suasananya semakin canggung di sini.

Dengan cepat aku memperbaiki sikapku dengan cara yang sesuai dengan seseorang yang bermartabat seperti seorang pria. Bagaimanapun, jenis ujian ini sangat buruk untukku. Terutama karena ia berkisar seputar konsep 'Pembicaraan' yang merupakan kelemahanku.

Setelah menghabiskan seluruh semester sebagai penyendiri, bukan berarti aku mampu tiba-tiba mulai menumbuhkan pribadi yang cerewet. Tetapi Karuizawa sepertinya tidak berniat diam sejak dia meletakkan ponselnya di dekat telinga dan mulai berbicara.

"Ahh, Rinocchi, bagaimana keadaan di sana? Di sini? Ada sesuatu yang mengerikan di sini"

dia berbicara dengan temannya melalui ponsel. Karena kami satu-satunya orang di ruangan ini, tentu saja aku bisa mendengar setiap pembicaraannya. Bagian terburuknya adalah begitu dia mengakhiri panggilannya, keheningan yang canggung turun ke atas ruangan. Lalu dia berbicara kepadaku.

"Aah ... berbicara tentang siapa diantara kalian yang adalah ‘targetnya’, Sepertinya Yukimura-kun dan Soto ..... bla bla-kun, bukan?"

Paling tidak dia mengingat nama Sotomura, pikirku. Karena tidak ada orang lain di ruangan itu, sepertinya dia memintaku untuk diajak bicara.

Itu adalah pertanyaan yang Yukimura tanyakan padaku beberapa waktu yang lalu. Tidak bisa disangkal bahwa semua orang ingin mememastikannya denganku.

"Tidak" jawabku padanya.

"Aku mengerti, kalau begitu tidak masalah"

Tetapi tidak seperti Yukimura, dia tidak meminta konfirmasi lagi.

"Apa kau percaya kepadaku?" Aku bertanya padanya.

"Ha? Kau bilang kau bukan 'target' kan?"

Aku terkejut bahwa dia akan mudah mempercayai kata-kataku. Bukan berarti kami pernah bersama atau apapun. Tapi aku pikir tidak ada yang perlu diragukan lagi karena yang sebenarnya aku inginkan dalam ujian ini bukanlah poinnya. Yang ingin aku konfirmasikan adalah apakah orang ini yang dikenal sebagai "Karuizawa Kei" memang benar-benar berguna atau tidak.

"Kalian berdua datang lebih awal"

Sepertinya ketiga murid dari Kelas B sudah datang pada waktu yang bersamaan.

"Mari jalani hari ini juga" jawabku pada Ichinose.
T/N: Mungkin di jepang kalimat ini adalah 'yoroshiku' atau mohon bantuannya.

Ichinose juga memanggil Karuizawa dengan kata-kata itu tapi Karuizawa mengabaikannya dan terus memainkan ponselnya.



Dan sama seperti kemarin, Semua anggota berkumpul bersama sebelum diskusi. Sepertinya situasi ini masih belum berubah sama sekali dari pembahasan sebelumnya.

Kelas A dengan cepat mengambil jarak dan hanya tersisa tiga kelas berkumpul untuk membentuk sebuah lingkaran. Melihat itu, Karuizawa berdiri dan pergi untuk bergabung dengan Kelas A dan duduk di samping Machida Kelas A. Tindakan itu mungkin dianggap tindakan pertahanan melawan Manabe.

Machida tidak aktif ikut serta di dalam diskusi, namun 'kehadirannya' masih sangat kuat dan suaranya berpengaruh dalam kelompok tersebut. Dan masih ada perbedaan kekuatan antara seorang laki-laki dan perempuan yang ditinggalkan. Manabe dan perempuan-perempuan Kelas C tidak bisa melakukan apapun jika Karuizawa bersama Machida.

Jika Karuizawa memutuskan untuk bergantung kepadaku yang tidak bisa diandalkan atau Sotomura, Manabe dan kelompoknya tidak akan ragu untuk menyerangnya. Berpikir seperti itu, keputusan Karuizawa memilih Machida sangat tepat.

"Tidak apa-apa, jika terjadi sesuatu, aku pasti akan menyelamatkanmu"

"Terima kasih, Machida-kun" jawab Karuizawa.

Sepertinya dengan diandalkan, Machida sudah sangat sadar akan Karuizawa. Karena dia adalah seorang gadis yang imut di luar, mau bagaimana lagi, bahkan jika perasaan untuk melindunginya lahir di dalam diri Machida. 

Terlepas dari kisah cinta baru ini, masalah sebenarnya sekarang adalah ujiannya. Sama seperti kami, kelas lain mungkin juga mengerti dengan baik. Mereka pasti sudah membicarakannya seperti kami dan harus memastikan apakah "target" itu ada di kelas mereka atau tidak. 

"Sekarang, aku sudah memikirkannya sejak tadi malam. Tapi, aku pikir sekarang kita harus berdiskusi satu sama lain cara untuk mengetahui siapa ‘target’ itu" kata Ichinose.

"Itu lagi? Aku sudah bilang jika ada orang-orang yang tidak mau bernegosiasi. Dan tanpa kami yang ikut berpartisipasi, tidak mungkin kau bisa menemukan ‘target’ itu"

kata-kata yang mengejek Ichinose seperti itu berasal dari Kelas A.

"Kurasa tidak, aku pikir ini adalah masalah kepercayaan disini, dan karena itulah hari ini, kita akan bermain kartu dengan semua orang. Tentu saja aku tidak akan mewajibkan semua orang ikut, Jadi hanya orang yang mau bergabung saja"

Ichinose kemudian terus berbicara sambil mengeluarkan setumpuk kartu sambil tersenyum.

"Hahahahaha, membangun kepercayaan dengan permainan kartu? Itu bodoh" Kelas A melanjutkan cacian mereka.

“Kau mungkin berpikir seperti itu, tapi jika kau mencobanya, ini akan sangat menyenangkan, Waktu akan menjadi sangat lama untuk dihabiskan dalam diam sendirian. Tidak masalah jika kau tidak merasa bosan"

Dan seperti biasa, semua Kelas B menyuarakan persetujuan mereka untuk Ichinose.

"Aku juga akan berpartisipasi, lagipula aku sedang nganggur," tambah Sotomura.

Tapi tentu saja sepertinya tidak ada orang lain yang mau menyetujui rencana Ichinose jadi aku mengangkat tanganku dengan ringan dan memberikan izinku kepadanya.

"Jadi kita berlima sekarang, karena sekarang aku sedang berpikir untuk bermain Daifugo, apa ada seseorang yang tidak mengerti peraturannya disini?" Ichinose bertanya kepada kami.

Tentu saja, sampai batas tertentu, aku juga mengerti aturan permainan kartu. Termasuk Daifugo. Sepertinya tidak ada masalah dengan orang lain dan permainannya dimulai dengan lancar.


Yang lainnya yang tidak terlibat dalam permainan sama-sama tertarik kepada kami atau mengirimkan kami lirikan dari waktu ke waktu. Ichinose kemudian mulai mengocok kartu yang terbagi rata di antara kami bertiga. Aku memiliki Joker, 2 dan 3 Klub. Sepertinya sisi yang cukup kuat sudah terbentuk. Tanganku saat ini menguasai sebagian besar pemain lain, tetapi di Daifugo, kau tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa sisi yang lebih kuat selalu menang. Sebuah perubahan dapat terjadi, melemahkan sisimu dan membuatmu terperosok ke dalam kekalahan.

Tetapi tidak ada yang menyangkal kenyataan bahwa sisiku saat ini memberikan aku keuntungan. Aku harus memiliki strategi yang kuat untuk memanfaatkan sisi ini. Harus kuakui, bermain kartu adalah pengalaman yang jauh lebih dalam dari yang pernah aku bayangkan. Apa lagi kepribadian masing-masing pemain disorot di dalam game.

Ichinose, misalnya, tidak bertarung dengan sisinya sendiri saja, tetapi juga menganalisis dengan cermat pemain lain dan menggunakan langkah yang menguntungkannya. Hamaguchi mempertaruhkan segala sesuatu di akhir. Sepertinya strategi mereka masing-masing mencerminkan kepribadian mereka.

"Sekali lagi!" Sotomura berteriak.

Sotomura, yang biasanya berpengetahuan luas dengan topik yang berkaitan dengan otaku, aku diharapkan untuk menunjukkan kepribadian yang jauh lebih tenang. Tapi sepertinya dia adalah tipe yang marah saat dia mulai kalah. Tapi sepertinya dia juga tipe yang cepat tenang sesekali dan kembali normal saat pertandingan selesai.

Kupikir ini mungkin yang diharapkan Ichinose. Untuk mencari tahu kepribadian dan karakteristik para pemain. Tentu saja hal itu hanya sedikit berguna, dan pembicaraan dengan anggota kelompok lainnya masih belum terjadi. 

Tetapi bukan hanya Sotomura, tapi dia juga mengamati tingkah lakuku.

Dari sudut pandang Ichinose, aku bertanya-tanya bagaimana aku dilihat olehnya. Dari sudut pandang objektif ... aku yakin aku adalah orang yang benar-benar membosankan. Aktif dengan sisi yang baik namun tidak aktif dengan yang buruk. Aku harus terlihat seperti orang yang sangat normal. Pendekatan ini lebih baik daripada beradaptasi dengan permainan dan melemparkan pengamatan Ichinose ke dalam kekacauan.

Jadi kami terus bermain kartu, mulai dari Daifugo sampai akhirnya kami bermain sebagai Old Maid. Dan saat kami selesai, satu jam sudah berlalu. Baik Kelas A maupun Kelas C bergabung dan pada akhirnya, hanya lima dari kami yang telah berpartisipasi dalam permainan ini dari awal sampai akhir.

"Ini sangat menyenangkan, terkadang bagus juga memainkannya dengan cara yang kuno," kata Sotomura, sepertinya lebih senang bermain kartu daripada harus melalui diskusi selama satu jam.

Tetapi hanya dengan mengulangi permainan ini seperti sejenis taktik perang psikologis, aku masih tidak bisa melihat tujuan sebenarnya dari Kelas B di sini. Aku yakin hanya Ichinose yang tahu tentang itu.

"Kalau begitu ... aku akan pergi"

"Kemana kau akan pergi?"

"Aku tidak bisa membiarkan Kelas A lolos begitu saja setelah ini"

"Jadi kau pergi untuk menemui Katsuragi-kun?"

Sepertinya Ichinose berencana untuk melakukan kontak langsung dengan seseorang yang merencanakan strategi benteng tertutup Kelas A. Meskipun normalnya aku bukan tipe sosial, aku harus memanfaatkan arus ini.

"Jika kau tidak keberatan, Bolehkan aku ikut denganmu?" Aku bertanya padanya.

"Tentu saja, aku tidak keberatan, mungkin Ayanokouji-kun juga tertarik dengan Katsuragi-kun?" Ichinose bertanya padaku.

Bukannya bersikap hati-hati kepadaku, justru dia sangat penasaran saat dia memiringkan kepalanya ketika bertanya kepadaku.

"Bukan begitu, hanya saja Horikita juga ada dalam kelompok yang sama dengan Katsuragi" jawabku padanya.

"Aku mengerti, aku mengerti, jadi ayo kita pergi bersama, sampai jumpa, Hamaguchi-kun"

Ichinose mengucapkan selamat tinggal saat dia pergi bersamaku, mengangguk seakan yakin akan pemikiranku. Hamaguchi melihat dia pergi. Meski melihat Ichinose sebagai pemimpin mereka, sepertinya Hamaguchi juga mampu mengambil tindakan individual. Ini sangat berbeda dengan hubungan raja-pelayan yang digunakan Katsuragi dan Ryuuen kepada kelas mereka.

Selama diskusi terus berlanjut, waktu pembubaran juga terjadi di waktu yang sama. Ichinose mempercepat langkahnya melewati koridor untuk tiba sebelum kelompok (Naga) membubarkan pertemuan mereka.

"Ayo cepat, oke?" dia memberitahuku.

Dan dengan pernyataan itu, Ichinose dengan cepat berjalan ke tempat tujuan dengan sedikit tergesa-gesa. Karena semua ruangan terletak di lantai yang sama, sangat mungkin untuk dengan cepat melintasi jarak antara satu ruangan dengan ruangan kelompok lainnya. Hanya satu atau dua menit sejak waktu diskusi berakhir dan murid-murid di lantai ini masih sedikit. Dan segera aku tiba di depan ruangan kelompok (Naga).

Tentu saja kami tidak bisa mendengar suara orang-orang yang di dalam, tapi kami masih bisa merasakan kehadiran mereka sehingga kami berhenti di depan ruangan.

Mungkin fakta bahwa tidak ada yang keluar berarti ada diskusi panjang yang terus berlanjut di sana. Aku sudah mengirimkannya chat, namun tidak ada tanda ‘baca’ dari Horikita.

"Sepertinya mereka menambah waktu mereka"

"Sulit membayangkan Ryuuen dan Katsuragi saling berdiskusi. Atau mungkin ini adalah kekuatan Kelas B yang sudah menunjukkan dirinya?"

"Aku bertanya-tanya, Kanzaki-kun bukanlah tipe yang menjadi pusat perhatian seperti itu ... dan apa  Horikita-san dan yang lainnya adalah dari Kelas D? Sepertinya Kelas D juga memiliki barisan yang sangat luar biasa di sana" Ichinose mengatakan kepadaku sebagai jawaban.

Bukan hanya Horikita, ada Hirata dan Kushida juga, pikirku. Dan sekitar 10 menit setelah waktu yang diberikan, pintu ruangan kelompok (Naga) akhirnya terbuka. Orang pertama yang keluar dari ruangan itu adalah orang yang dicari Ichinose, Katsuragi. Beberapa murid dari Kelas A mengikutinya. Setelah melihat Ichinose, Katsuragi berbalik menghadapnya.

"Ichinose, apa yang kau lakukan disini? Ini bukan sebuah kebetulan kan?"

"Ada sesuatu yang ingin aku diskusikan dengan Katsuragi-kun, apa kau punya waktu?" dia bertanya padanya.

"Selang ujian berlalu sangat lama. Tidak masalah untukku jika ada lebih dari cukup waktu"

Seperti yang diharapkan, dia tidak mengabaikan Ichinose, pemimpin Kelas B dan responsif terhadap permintaannya. Setelah memahami maksud Katsuragi, murid-murid di belakangnya maju dan pergi tanpanya.

"Tidak masalah jika aku tetap disini, kan?" dia bertanya pada Ichinose.

Mengangguk, Ichinose cepat bergerak ke samping menuju dinding sehingga tidak mengganggu orang lain yang lewat. Setelah berhasil masuk ke dalam pembicaraan, aku berdiri di sisi Ichinose. Dan dari perspektif Katsuragi, hanya aku satu-satunya pengamat yang sepertinya bisa diterima dan dia tidak mengatakan apapun. 

"Dilihat dari diskusi kami, Aku kurang lebih mengerti strategi Katsuragi-kun. Kau melarang semua murid Kelas A di dalam kelompok untuk berbicara, bukan? Jika benar, apa kau akan mempertimbangkan kembali keputusanmu itu? Ujian saat ini berkisar seputar pembicaraan, bukan? "

Tiga kali di dalam diskusi kami, Kelas A dengan keras kepala terus berdiam diri. Dan benteng semacam itu bukanlah sesuatu yang bisa dirobohkan oleh Ichinose dalam satu pukulan. Bagi Ichinose, ini akan menjadi sebuah kesempatan untuk menghancurkan pertahanan tersebut. Sekarang, ayo kita lihat tanggapan Katsuragi.

"Permintaan yang masuk akal, tapi itu adalah sesuatu yang sudah membuatku lelah menunggunya sejak kemaren sampai-sampai aku berpikir kau terlambat bertanya kepadaku tentang hal ini, Ichinose”

Sepertinya strategi Katsuragi telah mendapat perhatian lebih dari yang diperkirakan.

"Aku memiliki Keadaanku sendiri yang perlu dipertimbangkan, bagaimanapun juga Katsuragi-kun, apa kau akan mempertimbangkan kembali strategimu untuk tetap diam?" Ichinose bertanya padanya.

Katsuragi terlihat memikirkan keluhan yang diajukan oleh tiga kelas lainnya.

"Jawabannya masih sama. Tidak peduli siapa yang meminta, ini adalah strategi yang aku buat untuk menang dan ada alasan di baliknya juga. Kau mengatakan bahwa ujian ini berkisar pada pembicaraan, tapi jika ada sesuatu yang membuatku tidak setuju dengan itu, itu dia, Ujian 'berpikir'. Ini akan menjadi masalah jika kau salah memahami aspek ujian tersebut. Karena mempertimbangkan ujian, aku memutuskan untuk melarang adanya diskusi... Tidak ada yang salah di sana"

"Tapi Katsuragi-kun, itu seperti  kau mengatakan bahwa kau menolak ujian itu sendiri" balasan Ichinose.

"Kata-kataku mungkin tumpul, tapi tidak ada yang salah. Bukan hanya ujian saat ini tapi juga yang akan datang, aku akan mencari cara untuk mendapatkan hasil tanpa melakukan apapun, aku akan bermain untuk menjaga posisi kelas A saat ini. Aku percaya tidak ada yang salah dengan itu"

"Ya, jika ini adalah persaingan langsung antara kelas, Katsuragi-kun punya ide yang cocok, tapi dalam ujian kelas campuran seperti ini, apa ini cara yang benar untuk melakukan sesuatu?"

Ichinose menemui Katsuragi untuk mencoba mengubah pendapatnya, tapi kali ini sepertinya Katsuragi telah melakukan sahutan yang benar. Hanya ada empat kemungkinan hasil untuk ujian ini. Murid dapat memilih untuk menyelesaikan ujian melalui salah satu dari hasil tersebut. Tidak tertarik dengan persaingan antar kelas, Katsuragi sepertinya hanya berfokus kepada memimpin Kelas A melalui ujian ini.

"Berbicara lebih banyak tidak ada gunanya, Ichinose. Kau harus tahu bahwa aku tidak mengubah keputusanku"

"Membelah gunung tanpa bergerak sedikit pun, huh?"

Ichinose berkomentar sambil tersenyum pahit. Setelah melihat tidak adanya tanda-tanda dia akan menyerah, sepertinya dia mengerti Katsuragi tidak akan menerima pendapat kami. Aku memang sudah menduga hasil seperti ini sejak awal.

"Apa kau masih berusaha?"

"Tentu saja, itulah inti dari ujian ini"

Ichinose dan Katsuragi. Dua elite yang kuat saling menolak secara langsung.

"Aku minta maaf, tapi aku sudah bisa melihat hasil ujian ini. Selama kami dari Kelas A menolak untuk bekerja sama, tindakanmu akan sangat terbatas. Tidak akan ada kemungkinan kau akan menang"

Itu benar, meskipun tiga kelas bersatu secara sempurna, ujian ini bukanlah hal yang mudah untuk diselesaikan. Begitu identitas "target" terungkap, seseorang pasti akan menjadi pengkhianat. Selama pengkhianat berdiri untuk mendapatkan sesuatu sendirian, kerja sama akan sulit dipertahankan sampai akhir.

Jika hasil tidak terbagi secara merata, tidak ada gunanya bekerja sama.

"Katakan sesuatu kepadaku. Jika kau adalah pemimpin Kelas A, bukankah kau sudah menggunakan strategi yang sama sepertiku?"

"Aku bertanya-tanya, aku masih belum melihat sesuatu dari sudut pandang Kelas A. Jika kau berada dalam posisi yang diburu seperti itu, bukankah seharusnya kau sudah memiliki banyak pengalaman untuk diburu? Sejak awal ini adalah hal yang sulit "

Seakan mendengar sebuah omong kosong, Katsuragi memejamkan mata dan menyilangkan tangannya lalu akhirnya melihat mata Ichinose sekali lagi.

"Ini hanya image pribadiku, tapi aku pikir jika kita berada di posisi yang sama, kau juga akan melakukan pembicaraan yang tidak dapat dielakan dan memilih strategi yang sama dengan yang aku lakukan. Jika ingin melindungi kelasku, aku tidak keberatan menerima kritik dari kelas lain"

Katsuragi mengatakan dengan asumsi bahwa Ichinose memiliki keyakinan yang sama dengan dia dan Ichinose hanya tersenyum lembut menanggapi penilaiannya terhadapnya.

"Maaf karena sudah menghabiskan waktumu, kupikir aku mengerti sekarang. Perasaan dan cara berpikirmu"

"Senang mendengarnya. Permisi"

Ichinose tidak bergerak satu inci pun saat dia melihat Katsuragi. 

"Ujian ini, sangat mudah ketika memainkan permainan bertahanan, huh, seharusnya aku tidak usah melakukan sesuatu yang tidak perlu,"

Pada dasarnya, hanya kelas yang sangat membutuhkan poin yang harus cepat menemukan petunjuknya, namun ada resiko yang besar disana. Melepaskan "target" juga bisa menyebabkan masalah bagi kelas.

"Meski begitu, Kanzaki-kun dan yang lainnya belum keluar"

Meskipun Katsuragi dan Kelas A pergi duluan, yang lain selain mereka belum menunjukkan diri. 1 jam adalah jumlah waktu minimum yang dibutuhkan untuk berdiskusi, namun diskusi di luar itu tidak dilarang.

"Apa kau akan menunggu Kanzaki?" Aku bertanya pada Ichinose.

"Ayanokouji-kun juga menunggu Horikita-san, kan? Aku ingin mendengar apa yang mereka katakan juga, ayo kita tunggu bersama-sama"

Dia bisa berbicara dengan Kanzaki kapan pun dia mau, tetapi kesempatanku untuk berbicara dengan Horikita terbatas. Sejak Katsuragi menolaknya, dia mungkin juga ingin mendengar pendapat dari kelas lain juga. Tetapi sejak awal, aku tidak berpikir ada cara untuk menerobos strategi Katsuragi dan sejak saat itu, kami menunggu sekitar 30 menit dan pintu ke ruang kelompok naga akhirnya terbuka. Yang keluar adalah murid Kelas C kecuali Ryuuen, ada juga Kushida dan Hirata.

"Hmm? Ayanokouji-kun, apa yang kau lakukan disini? Apa kau menunggu Horikita-san?"

Setelah melihatku, Kushida mendekatiku dengan cara yang aneh. Kenangan akan apa yang terjadi dengan dirinya kemarin muncul di dalam pikiranku dan tubuhku langsung menegang. Tetapi sepertinya Kushida masih sama seperti biasanya dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda perubahan. Ini sedikit disayangkan.

"Hai, Kushida-san"

"Uwaa, Ichinose-san, Hai, Ini sangat mengejutkan dan gabungan yang asing"

Sepertinya Kushida tidak tahu bahwa kami adalah kenalan dan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Aku sedang menunggu Horikita-san dan Kanzaki-kun tapi apa mereka masih berbicara di dalam?"

"Mereka berdua masih berbicara dengan Ryuuen-kun. Sepertinya kalian boleh masuk"

Kushida menunjuk ke arah pintu seolah mengundang kami masuk.

"Tidak masalah, tidak masalah. Aku bisa menunggu. Apa mereka masih di tengah diskusi?"

"Apa itu tidak masalah? Batas ujiannya hanya 1 jam, apapun yang di luar itu kau bebas untuk keluar masuk sesukamu, selain itu, kau tidak tahu apa mereka masih membicarakan ujian atau tidak"

Dan dengan sikap yang sedikit memaksa, Kushida membuka pintu dan memaksa kami masuk. Karena aku dipaksa masuk dan tanpa ada alasan untuk menolak, aku masuk bersama dengan Ichinose. Mataku bertemu Hirata beberapa saat.

Dan di ruangan tersebut, tiga orang duduk sedikit terpisah satu sama lain. Hampir seperti situasi tiga negara. Tetapi itu bukan suasana tegang yang aku rasakan tapi sesuatu yang lebih santai. Saat kami penyusup menginjakkan kaki di ruangan itu, tatapan mereka segera berbalik ke arah kami. Horikita dan Kanzaki tidak menunjukkan banyak perubahan dalam ekspresi mereka, tetapi Ryuuen sepertinya sudah menemukan sesuatu yang lucu saat dia tertawa. Lalu dia mengangkat tangannya dan memanggil Ichinose.

"Yo, apa kau datang jauh-jauh ke sini untuk melakukan pengintaian? Jangan malu, duduklah”

"Tentu saja ini adalah kombinasi yang menarik. Aku sangat tidak sabar mendengar apa yang sudah kau bicarakan setelah waktu yang diberikan.”

"Kuku, tentu saja. Awalnya, kau pasti sudah mengira akan berada di tempat yang sama dengan Kanzaki. Tapi nyatanya, kau termasuk di dalam kelompok yang berbeda dan Kelompok kecil dengan sesuatu yang terlihat jelas. Atau mungkin itu adalah jenis orang yang sepertimu?”

"Ayolah, Ryuuen-kun, penempatan diputuskan oleh sekolah, bagaimana kau bisa tahu? Kami hanya berjuang berdasarkan informasi dan situasi yang sudah kami berikan. Caramu mengatakan itu kedengarannya seperti kebalikannya dan sekolah sengaja mengelompokkan kita? "

Ichinose bertindak seolah-olah dia belum menyadari atau memperhatikan sesuatu, tetapi Ryuuen bukanlah tipe laki-laki yang percaya pada sesuatu yang seperti itu. Sambil tertawa, ia cepat bergerak dan menutup jarak antara dirinya dan Ichinose. Dan sepertinya dia bahkan belum menyadari kehadiranku. Tetapi, secara pribadi aku lebih suka dengan cara yang seperti ini.

"Jika kau belum menyadarinya, maka aku akan memberi tahumu. Di dalam ujian ini, sekelompok guru dengan sengaja memutuskan kelompok tersebut, hal itu juga berarti bahwa ada alasan kenapa kau dikeluarkan dari kelompok ini meskipun kau adalah pemimpin kelas B"

"Hmm, jadi bukan kelompok yang acak tapi yang sudah ditentukan, ya? Aku tahu kelompok Ryuuen-kun terdiri dari orang-orang yang sangat berbakat, tapi sepertinya kelompok lain juga diputuskan seperti itu. Terima kasih atas informasinya, tapi apa itu tidak masalah? Memberiku informasi seperti itu?"

Jawaban Ichinose yang seperti itu seharusnya sudah diperkirakan, tetapi aku tidak mendapatkan perubahan ekspresi di wajah Ryuuen.

Normalnya, setelah mendengar fakta-fakta yang seharusnya tidak diketahui, akan ada sebuah kejutan, kecemasan atau keraguan. Tetapi tanpa kehilangan sedikit pun, Ichinose mengucapkan terima kasih atas informasinya. Itu bukan respons yang alami. Tentu saja, dengan melihatnya dari sudut pandang pihak lain, reaksi Ichinose pasti membuatnya terlihat seolah-olah dia sudah mengetahui kebenaran ini sejak lama, tetapi hanya menyembunyikan fakta tersebut. 

Bahkan jika dia tidak mengetahui fakta ini, kemungkinan bahwa dia akan berseri-seri kepada informasi ini dengan semangat yang tinggi. Itu hanya pembicaraan singkat, tetapi sepertinya keduanya memiliki sedikit informasi yang berkilauan satu sama lain. 

Dalam masalah ini, apakah Ichinose melihat pengelompokan yang disengaja oleh pihak sekolah itu tidak penting? Yang terutama adalah 'kenapa', jika dia sadar, dia akan memutuskan untuk tetap diam dalam masalah ini. Itulah arti dari usaha untuk saling menagamati satu sama lain.

"Tetapi, meski begitu..."

Dan dengan wajah jengkel, Ryuuen akhirnya berbalik menghadapku.

"Aku juga, aku suka mengejar perempuan, tapi kau bahkan lebih buruk dari pada hal itu, bukan? Pertama Suzune dan sekarang Ichinose. Kau selalu tergantung kepada perempuan," katanya kepadaku.

Tentu saja itu bukan niatku, tapi sekarang aku memikirkannya, dia juga tidak salah dan aku tidak bisa menyangkalnya.

Bukan berarti Ryuuen sangat tertarik kepadaku, karena dia tidak mengatakan apa-apa lagi setelah itu.

“Kau datang di saat yang tepat, Ichinose. Aku punya usulan menarik yang kubuat untukmu"

"Usulan? Bagaimanapun aku akan mendengarmu, apa itu?"

"Ini hanya omong kosong belaka. Luangkan waktu untuk membuka lebar telingamu"

Karena sudah mendengar usulan itu, Horikita dengan cepat memotong seolah-olah ingin mencegahnya.

"Itu adalah usulan untuk bekerja sama dan menghancurkan Kelas A bersama-sama. Tapi sepertinya Suzune dan Kanzaki sudah menolakku"

"Apa maksudmu?"

"Sudah kukatakan kepada Suzune sebelumnya, tapi aku sudah tahu identitas semua ‘target’ Kelas C, kau tau"

Dan sebagaimana Katsuragi memiliki strategi milik Katsuragi sendiri. Sekarang, sepertinya giliran Ryuuen untuk membicarakan strateginya sendiri. Sepertinya kami sudah berkembang melampaui tahap yang kami hadapi di pagi hari.

"Tiga kelas akan menggabungkan kekuatan dan berbagi informasi yang mencakup identitas semua ‘target’ dan juga mengabaikan peraturan sekolah untuk ujian ini"

Jadi itulah arti  aliansi tiga kelas tersebut.

"Itu ide yang cukup berani, tetapi betapa realistisnya itu adalah masalah yang sama sekali berbeda. Pertama, bagaimana kami bisa percaya bahwa Ryuuen-kun sudah mengetahui ‘target’ dari Kelas C?"

"Kau tidak bisa mempercayaiku dan itu wajar saja, lalu kita tidak membuat kontrak dalam masalah ini? Sebuah janji untuk berbagi identitas ‘target’ di antara kita dan meremukan kelas A. Dengan cara itu, menyampingkan kelas A, tiga kelas akan secara efektif membentuk pengepungan terhadapnya”

Tapi ini adalah strategi yang sepertinya akan runtuh jika Kelas A menolak untuk terllibat.

"Bahkan jika kita menulis sebuah kontrak, tanpa mengetahui siapa yang akan mengkhianatimu, itu tidak akan berarti lagi. Itu adalah akhir jika Kelas C mengkhianati kami"

Pernyataan Horikita seperti itu adalah tindak lanjut alami atas usulan semacam ini. Dari informasi yang aku kumpulkan sendiri, sepertinya Ryuuen sudah membentuk aliansi dengan Kelas A untuk beberapa lama ini. Dan selama ujian di pulau itu, Ryuuen telah menunjukkan kecenderungannya untuk mengkhianati. Fakta bahwa Katsuragi tidak mengajukan satu keluhan pun terhadapnya menunjukkan betapa baiknya orang ini melakukan tugasnya.

Strategi itu sendiri bukanlah hal yang buruk, namun fakta bahwa Ryuuen adalah orang yang mengajukannya adalah masalahnya.

"Apa yang dikatakan Horikita-san itu masuk akal, tapi jika kita tidak tahu identitas ‘target’ seperti Ryuuen-kun, ini hanyalah usulan yang tidak berarti"

"Tidak ada gunanya bermain permainan bodoh. Tidak mungkin kau juga tidak menganalisis kelas lain," balas Ryuuen pada Ichinose.

Keduanya tersenyum di wajah mereka, tetapi suasana di antara mereka sedikit berubah seperti jarum yang menusuk kulitmu sejak awal.

"Kau terlalu melebih-lebihkanku, Aku tidak melakukan hal yang seperti itu. lagipula, usulan ini berisiko sangat  tinggi. Aku khawatir aku tidak bisa menerimanya" kata Ichinose kepada Ryuuen.

"Ada saatnya untuk sebuah rahasia dan ada saatnya untuk melakukan sesuatu"

“Itu mungkin sudut pandangmu, tapi sekarang kau mengumpulkan informasi dengan sangat agresif. Apa jangan-jangan impianmu adalah naik ke Kelas B?"

"Horikita-san dari Kelas D juga menentangnya. Sejak awal, tidak mungkin usulan ini diterima"

"Mau bagaimana lagi, lagipula Suzune punya alasan untuk menolak usulan tersebut"

"Apa maksud dari usulan itu" Horikita bertanya pada Ryuuen.

"Bukankah kau mengerti? Agar strategi ini berhasil, kau harus benar-benar memahami kelasmu sendiri terlebih dahulu dan untuk Kelas D yang sama sekali tidak memiliki kerja sama tim, itu adalah tugas yang tidak mungkin, Benar kan? dan itu juga tidak mungkin bagi Kelas A yang terbagi menjadi dua kelompok saat ini" jawabnya.

Suasana berubah sekali lagi dan sekarang rasanya seperti suasana mendung telah turun ke atas ruangan.

"Tapi bagiku, seseorang yang menguasai kelas dan Ichinose yang sangat populer, strategi ini mungkin saja terjadi. Saat ini aku mengajukan tiga aliansi kelas, tapi bahkan jika hanya dengan dua kelas, itu masih menjadi mungkin. Dilihat dari ujian ini mungkin sedikit merosot, namun jika itu aku, aku pasti bisa melakukannya. Jika aku bisa melakukannya, A dan D juga bisa dipermalukan”

Untuk menemukan "target" dari Kelas A dan Kelas D dengan bekerja sama sebagai dua kelas. Itu usulan Ryuuen.

Fakta bahwa Ryuuen dengan berani mengusulkan strategi ini ke Kelas B untuk meminta kerja sama mereka di depan Horikita, aku, Kushida dan Kelas D sendiri tidak bisa memahami dan mengganggu. 

Sekalipun strategi ini tidak sempurna, sepertinya Ryuuen mampu mendapatkan sesuatu dengan mengetahui identitas "target" kelas tersebut dan akan mencapai poin itu hanya dengan satu langkah lebih jauh. Jika demikian, ini akan menjadi momen penting bagi Kelas D.

"Ini mungkin kata-kata yang tidak penting, tapi bukankah itu berarti strategimu masih belum sempurna?"

Kupikir dia hanya akan mengamati disini tapi saat ini sikap Horikita sepertinya sudah menandai dia sebagai musuh. Bahkan jika Ichinose memutuskan untuk bersekutu dengan Class D sebagai gantinya, kami masih belum tahu seberapa jauh kami bisa mempercayainya.

Mengingat hal tersebut, akan sangat fatal jika membiarkan Ichinose membentuk hubungan dengan Ryuuen di sini.

"Apa kau mengerti situasinya sekarang, palyboy?"

Ryuuen menertawakanku seolah mencoba mengejeku, tapi aku memutuskan untuk tidak diam dan menjawab dengan jujur.

"Jika Kelas B dan C membentuk aliansi di sini, tentu saja Kelas A dan D akan membentuk aliansi juga, bukankah begitu? Aku mengakui bahwa Kelas D rapuh saat ini, sangat mungkin kekalahan akan menjadi kenyataan. Aku percaya itu akan datang bersamaan. Sama halnya untuk Kelas A juga "

"Bukan berarti aku sedang bersekutu dengan Ichinose saat ini, kecuali jika kau dapat memastikan fakta bahwa aliansi semacam itu sudah terbentuk, aku ragu Katsuragi akan bekerja sama denganmu" jawab Ryuuen kepadaku.

Aku akui, Katsuragi adalah orang yang berhati-hati yang tidak akan menerima negosiasi ambigu semacam itu. Namun, karena ia juga menderita di tangan Ryuuen, masih ada ruang untuk berdebat dengannya. Setelah apa yang aku katakan, sepertinya Horikita juga menyadari bahwa usulan ini tidak akan berhasil. 

"Pembicaraan ini tidak ada gunanya, pada akhirnya kita akan saling menelan”

“Apa yang kau maksud dengan itu, Suzune?"

"Yang aku maksud adalah bahwa dia ada benarnya, jika kau bermaksud melanjutkan diskusi ini seperti rapat strategi, aku harus menganggap 'ini adalah kenyataan' dan juga bertindak dengan sesuai" kata Horikita

"Seperti yang kau inginkan, aku sangat ingin tahu apakah kau berhasil membentuk hubungan kerja sama atau tidak, huh?"

Ryuuen mengatakan bahwa saat ia secara acak menyombongkan permusuhan terhadap musuh-musuhnya sementara pada saat bersamaan, dengan berani memperluas tawaran kerja sama dengan mereka juga.

Horikita merespon dengan tekad untuk bertarung dalam menanggapi hal itu. Hal ini tentunya merupakan penolakan yang ditujukan kepada Ichinose. Jika dia mengkhianati Kelas D sekarang, dia akan dipandang sebagai pengkhianat oleh semua kelas yang lainnya juga. Seseorang yang mengkhianati sekutu-sekutunya demi poin. Jika reputasi seperti itu menempel kepada Ichinose sekarang, Dia hanya akan menyeret kakinya sendiri sepanjang sisa hidupnya di SMA.

"Maafkan aku Ryuuen-kun, tetapi ada juga orang-orang di Kelas B yang terluka oleh tindakanmu. Bahkan jika demi mendapatkan poin, aku tidak bisa bekerja sama bersamamu dengan mudah”

"Aku mengerti, itu sangat disayangkan"

Tetapi wajahnya menunjukkan bahwa dia mengharapkan hasil ini dari awal dan sama sekali tidak terlihat kecewa. Ryuuen kemudian berdiri untuk meninggalkan ruangan dan melewati kami. Saat dia pergi, Ryuuen berbalik sekali lagi untuk melihatku. Mungkin dia melakukannya tanpa sadar, tapi tatapannya menyentuh wajahku. "... mungkinkah" bisiknya dan pergi. Tentu saja aku tidak bereaksi terhadap kata-katanya.

Saat Ryuuen menggelengkan kepalanya dan pergi, Kushida juga angkat bicara.

"Aku harus pergi sekarang juga, temanku menelfonku"

Meminta maaf seperti itu, Kushida cepat meninggalkan ruangan setelah Ryuuen.

"Sepertinya dia mampu menerawang kita" Ichinose sedikit mendesah.

"Ini akan merepotkan, menjadi sasaran orang yang seperti itu"

"Meskipun dia memiliki kanji naga di dalam namanya, dia hanyalah seekor ular. Begitu dia mengarahkan pandangan kepada mangsanya, dia akan berusaha keras untuk melahap mangsa itu. Tapi daripada aku yang sekarang, Horikita-san mengumpulkan perhatiannya. Saat ini Ryuuen sangat waspada dengan Kelas A, dan dia harus menyadari fakta bahwa Kelas B juga akan menjadi musuhnya juga suatu hari nanti"kata Ichinose.

Itu benar, Kelas D baru saja bangkit dari kedalaman karena tenggelam setelah ujian di pulau baru-baru ini. Mungkin ini adalah hasil dari hal itu, tetapi tidak satu pun dari kelas lainnya yang melihat Kelas D seperti ancaman yang berat. 

"Pasti akan baik-baik saja, Horikita bukanlah tipe yang hancur di bawah tekanan" kataku padanya. 

"Tentu saja"

Aku memang mengatakannya, tetapi masih ada kemungkinan bahwa Horikita akan terus berkembang dari tekanan yang tertuju kepadanya di sini. Inilah yang aku yakini. Entah sekarang atau sepuluh tahun ke depan, jika kau akan berkembang sebagai sebuah pribadi, umumnya kau harus dipecahkan terlebih dahulu.

"Horikita-san, Ayanokouji-kun. Karena orang-orang mengetahui tentang aliansi antara kelas kita jadi aku akan bertanya untuk berjaga-jaga, tapi apa kau percaya kepada ujian ini, sebuah aliansi yang melampaui kelas benar-benar bisa terbentuk?" Ichinose bertanya kepada kami

"Tidak ada alasan nyata untuk bermusuhan di sini, tetapi meminta kerja sama mungkin akan sedikit sulit. Ujian itu sendiri disiapkan agar kerja sama antar dua kelas menjadi tidak mungkin. Itulah sebabnya kenapa kerja sama mutlak dan tak tergoyahkan antara Kelas B dan Kelas D adalah sebuah keperluan. Aku tidak berpikir aliansi semacam itu bisa terbentuk”

"Umm, seperti yang diharapkan dari Horikita-san, kau mengerti ujiannya dengan sempurna, usulan Ryuuen-kun itu memang tidak mungkin sejak awal, ini adalah langkah yang bagus untuk bersekutu denganmu"

Terlihat senang karena pemikiran mereka terlihat sudah sesuai dengan sempurna.

"Ya, strategi Ryuuen-kun akan berakhir dengan kegagalan, tidak perlu khawatir, masalahnya adalah strategi yang disiapkan oleh Katsuragi-kun, setelah berbicara dengannya sendiri, bagaimana menurutmu?" Ichinose bertanya pada Kanzaki dan Horikita tentang Katsuragi.

"Seperti yang aku sampaikan kepadamu kemarin, tidak ada tempat bagi kelompok lain untuk berbicara dengan mereka. Dia tidak menanggapi kami dan menolak untuk berpartisipasi dalam diskusi. Aku tidak yakin dia akan mengubah pendiriannya sebelum ujian berakhir, apa sikap mereka sama meski Katsuragi tidak ada? " Kanzaki bertanya pada Ichinose. 

"Ya, tidak ada harapan di tempatku juga. Sepertinya kita harus membuat kesepakatan dalam situasi ini dengan pendekatan yang berbeda"

Jumlah waktu diskusi yang tersisa adalah tiga. Dan setelah itu masing-masing kelompok harus menyerahkan jawabannya masing-masing.

Saat itulah kami harus membuat pilihan. Untuk kelas atau untuk kelompok? Atau mungkin hanya untuk dirimu sendiri ?

"Aku akan kembali ke kamarku sekarang"

Karena semua orang dari kelompok (Naga) sudah meninggalkan ruangan, Horikita juga bergerak untuk kembali ke kamarnya. Pada saat itu, Ichinose bertemu dengan Hamaguchi yang sepertinya sudah menunggunya di luar.

Ichinose melirik sekilas ke arah belakang Horikita, lalu berbalik untuk menatapku. 

"Jika kau tidak keberatan, maukah kau menemaniku sebentar?" Ichinose bertanya padaku

"Tentu, tidak masalah"

Saat ini bukan hanya Ichinose tapi juga dua murid lainnya dari Kelas B bersamaku sehingga terasa sedikit sesak.

Kemudian setelah berpisah dengan Kanzaki dan tiba di geladak, kami tiba-tiba disambut oleh sosok murid yang sudah beralih ke suasana hati yang menyenangkan.

"Horikita-san mungkin sudah mengatakan itu, tapi aku masih percaya kita semua bisa bekerja sama dan masih ada ruang untuk kerja sama" Ichinose akhirnya memberitahuku.

"Ruang untuk kerja sama?"

"Ya, Kelas A tiba-tiba mengambil sikap seperti itu dan aku terkejut, namun masih ada ruang untuk kerja sama. Karena itulah kita perlu memperlihatkan segalanya, bukankah begitu?"

"Semuanya?"

"Pada akhirnya, di dalam  ujian ini terutama tentang menemukan ‘target’. Jadi itu artinya yang harus kita semua lakukan adalah mencari tahu sebanyak mungkin tentang ‘target’ untuk memperkecil kemungkinan tersebut, karena itulah aku akan memberitahumu... Aku bukan ‘target’, tapi aku akan menemukannya dan aku akan membawa 'kelompok' kita menuju kemenangan"

Ichinose dengan jelas mengatakannya sambil melihat jauh ke dalam mataku. Dan menambahkan hal ini,

"Jika kau masih ragu bahwa aku adalah ‘target’ dan aku hanya bersembunyi, bahkan jika kau bertanya kepadaku, maka tanggapanku terhadap hal itu sederhana saja ... Aku melakukan semua yang aku bisa untuk Kelas B"

Kata-kata itu menusukku dengan aura misterius yang seperti tidak bisa kupahami.

Setelah mengamati perilaku Ichinose sejauh ini, hanya ada satu hal yang perlu dipertanyakannya. Jika dia benar-benar ingin meminta kerja samaku di sini sekarang dan ingin mendapatkan kepercayaan penuh dariku, dia seharusnya melangkah lebih jauh. Maksudnya, Memperlihatkan isi ponselnya kepadaku untuk memastikan bahwa dia bukanlah “target". Tetapi Ichinose tidak menunjukkan tanda-tanda akan melakukannya, aku bahkan tidak menyadari adanya tanda-tanda bahwa dia mencoba mengeluarkan ponselnya.

Jadi haruskah aku merespon pernyataannya dengan blak-blakan dari seorang perempuan yang sakit jiwa? Atau sebagai cerita yang masih memiliki sisi tersembunyi untuk hal ini? Itulah alasan dibalik aura misterius itu. Mungkin keputusan yang bijak untuk jujur ​​dan menerima tawarannya di sini sekarang.

"... apa itu tidak masuk akal?"

Ichinose dengan cemas bertanya kepadaku setelah hanya menerima keheningan dariku.

"Tidak, maaf, itu bukan hal yang tidak masuk akal. Aku hanya terkejut jika kau akan bersikap jujur ​​kepadaku. Normalnya, seseorang tidak akan berusaha membawa seluruh 'kelompok' ke dalam kemenangan jika mereka benar-benar adalah ‘target’ "

"Aku tidak akan menggunakan kebohongan di tempat seperti ini, aku akan melakukannya jika aku merasa perlu selama ujian, tapi sebanyak yang aku bisa, aku akan mencoba untuk jujur" katanya kepadaku.

"Semua yang sudah aku katakan sejauh ini, yang ingin aku lakukan adalah  agar kelasku bisa menang dengan adil dan jujur. Aku hanya berpikir untuk menemukan ‘target’ untuk melihat apakah mereka memiliki pemikiran yang sama. Ah, Ayanokouji-kun tidak perlu menjawab jika kau merasa tidak perlu. Aku hanya ingin kau mengetahui perasaanku. Aku pikir akan lebih mudah jika kita berada di posisi yang sama"

"Meskipun hubungan kerja sama yang sempurna itu tidak mungkin, itu tetap merupakan ide bagus untuk menjaga hubungan yang baik. Jika aku tidak menjawab dengan jujur ​​di sini, hubungan ini mungkin akan hancur berantakan."

"Tidak, tidak, Bukan begitu"

Dia mencoba menghentikanku dan menjawabnya dengan panik, tetapi ini bukanlah sesuatu yang harus aku sembunyikan di sini.

Apa yang dikatakan Ichinose tidak diragukan lagi adalah benar, harga yang dia dapatkan dari mengkhianatiku di sini termasuk kecil. Tidak ada gunanya menipu Kelas D yang sudah tenggelam ke dasar dan hampir tidak bisa naik kembali pada saat ini. 

Tentu saja, aku tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa dia 100% jujur ​​seperti bagaimana seseorang tidak mampu 100% yakin bahwa mereka tidak akan menabrak asteroid dan mati. Tapi kurasa aku juga bisa jujur ​​kepadanya di sini.

"Aku bukan ‘target’,  bukan Yukimura juga, Aku bisa yakin tentang Yukimura, tetapi aku tidak tahu dengan Karuizawa dan Sotomura, dan secara pribadi, aku setuju denganmu Ichinose. Aku tidak keberatan"

Aku mendengar dari Yukimura, baik itu Sotomura maupun Karuizawa sepertinya adalah "target", tetapi sebaiknya aku meninggalkan pernyataan yang tidak pasti dari pembicaraan ini. Aku masih belum bisa mengatakan bahwa mereka bukan "target" dengan percaya diri. Dilihat dari sikap dan tingkah lakunya, apa yang Yukimura ceritakan padaku itu pasti benar.

Yukimura bukanlah ‘target’

"M-maaf, sepertinya aku sudah memaksamu untuk berbicara"

Ichinose kemudian menurunkan kepalanya di depanku seakan ditimpa oleh rasa bersalah. Tetapi tidak perlu minta maaf. Karena suatu hari, 'aku' yang seharusnya meminta maaf kepadanya atas apa yang akan aku lakukan.

"Hamaguchi-kun, bisakah kau kemari sebentar?"

"Ada apa, Ichinose-san?"

Ketika Hamaguchi mendekat, Ichinose mulai menginformasikan kepadanya tentang situasi saat ini. Setelah mendengarkannya, dia terlihat terkejut karena Ichinose berhasil membangun hubungan kerja sama dengan Kelas D. Aku pikir kepribadian Ichinose sendiri sudah mampu mendapatkan persetujuan dari kelas.

"Jika dia mengonfirmasinya juga, tidak ada alasan bagiku untuk menolaknya, aku juga bukan ‘target’. Tidak masalah mempercayaiku" Hamaguchi memberitahuku.

Dan mengingat hubungannya dengan Ichinose, kepercayaannya juga cukup tinggi. Ada sedikit kelebihan jika berbohong di sini karena mampu merusak hubungannya dengan Horikita jika ketahuan.

"Jadi kau belum memeriksa kelasmu"

Jika seseorang seperti Ichinose yang terbakar oleh popularitas, dia mampu mendapatkan informasi dari kelasnya bahkan tanpa menggunakan teror seperti Ryuuen. 

"Aku mencoba untuk membiarkan teman sekelasku melakukan tindakan individual, hal semacam itu, ada seseorang yang hanya menginginkan poin untuk diri mereka sendiri. Lagipula , bukan berati aku bisa memutuskan ‘target’ di antara mereka atas kemauanku sendiri" kata Ichinose.

"Mungkin ini sulit, tapi aku akan memeriksa yang tersisa. Jika mereka menjawab dengan jujur, aku akan membiarkan Ayanokouji-kun mengetahuinya juga"

"Aku sangat bersyukur, namun bukan berarti aku akan memberitahumu segalanya tentang Kelas D. Kami masih belum bisa mengatakan bahwa kami sudah memiliki hubungan yang positif sejak dulu dan masih belum ada jaminan bahwa apa yang baru saja kau katakan kepadaku adalah sebuah kebenaran" aku memberitahu Ichinose. 

"Baiklah, selama Ayanokouji-kun sendiri bekerja sama denganku, aku akan puas dengan hal itu"

Dan dengan ini, kami bertiga mendiskusikan ujian dari sudut pandang netral dan Tiba-tiba bekerja sama di dalam kelompok (kelinci) menjadi sebuah kemungkinan.

Aku, Ichinose, Hamaguchi dan Yukimura. Kami berempat tentu saja bukan ‘target’. Aku yakin setidaknya  Yukimura memperhatikan tingkah laku dan sikapnya. 

Dengan ini tersisa sepuluh orang selain kami. "Target" tidak diragukan lagi bersembunyi di antara mereka bersepuluh. Bagaimanapun, ini pasti akan menjadi tugas yang lebih sulit daripada menemukan pemimpin selama ujian di pulau itu.

Itulah kenapa ini merupakan ujian.

"Target" juga akan merasakan tekanan pada diri mereka dan selama mereka menghindari tindakan yang terbuka, mereka dapat menyembunyikan diri mereka sendiri. Rasanya tidak adil sejak awal namun sekolah memang memastikan agar mengimbangi ujian.

"Jadi, bagaimana kau bisa menemukan ‘ target’? Bahkan jika kita bertanya secara langsung, aku ragu mereka akan menjawab dengan jujur. Bukan berarti mereka bisa dibujuk dengan kata-kata seperti kita bertiga" Hamaguchi mengatakannya kepada kami.

"Inti dari ujian ini adalah melakukan sesuatu soal itu kan?"

Tepatnya, ini adalah ujian berkualitas tinggi. Untuk mencerna informasi dari seseorang yang dengan putus asa berusaha menyembunyikannya. Sekarang dengan langkah Ichinose, perubahan situasi seperti saat ini pasti akan terjadi. 


***


Jika ada seseorang yang mampu membaca pikiran, menemukan "target" tidak akan menjadi tugas yang mudah. Semua orang terlahir sebagai seorang pendusta dan kebanyakan sudah terbiasa berbohong. Jika seseorang yang sama sekali tidak pernah berbohong selama hidupnya itu ada, keberadaan itu sendiri akan menjadi sebuah kebohongan.

Bagi manusia, kebohongan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari diri kita sendiri. Paling tidak, di antara orang-orang yang berkumpul di ruangan ini, salah satunya adalah "target".

Masih ada waktu sampai diskusi dimulai, bagaimanapun, alasan aku datang lebih awal seperti terakhir kalinya adalah untuk mengamati tingkah laku setiap orang di dalam kelompok dan orang pertama yang datang untuk berdiskusi malam itu adalah gadis-gadis dari Kelas C. Mereka masuk dengan gembira sambil mengobrol satu sama lain. Setelah melihatku, mereka langsung menurunkan suara mereka dengan cara yang jijik dan dengan cepat menjauhkan diri dariku.

Selanjutnya adalah Yukimura yang memasuki ruangan dengan wajah yang tajam. Sambil menyapanya sekilas, dia segera duduk di dekatku. Sepertinya dia tidak berbeda dari yang biasanya.

Kemudian yang berikutnya muncul adalah kelompok Kelas A. Machida dan Takemoto, lalu Morishige. Seperti biasa, Semenjak mereka sudah memutuskan untuk tetap diam, mereka memutuskan untuk duduk di ujung ruangan. Dekat dengan tempat gadis-gadis Kelas C duduk.

"Hei Machida-kun, hari ini, setelah ini selesai, apa kau ingin ikut bermain bersama kami? Kami bertiga berencana untuk bersenang-senang setelah ini, tetapi belum menemukan seseorang."

"Entahlah ..." jawab Machida kepada mereka.

Umumnya Machida tidak ikut dalam diskusi, tetapi 'kehadirannya' masih sangat kuat. Mengecualikan Ichinose dan Ibuki, sepertinya semua gadis lain di dalam kelompok tertarik kepadanya. Bukan berarti aku cemburu kepadanya... tapi aku mungkin sedikit cemburu kepadanya.

Setengah dari Kelas C sudah menyerah untuk menemukan "target" atau mungkin ini masih merupakan bagian dari rencana mereka, tetapi dengan kata-kata itu mereka sudah mengundang Machida untuk bermain bersama mereka. Apakah ini adalah cara laki-laki dan perempuan memperdalam hubungan mereka? Sepertinya Machida juga puas dengan itu saat dia terlihat senang sambil mempertimbangkan ajakan mereka.

Lalu Sotomura dan Karuizawa memasuki ruangan. Tetapi daripada bersama-sama, itu terlihat seperti mereka datang di ruangan secara bersamaan, karena Karuizawa memiliki ekspresi tidak senang di wajahnya. Begitu mereka memasuki ruangan, dia cepat-cepat membuat jarak di antara mereka dan bergerak ke bagian belakang ruangan.

"Hei, itu kursiku"

Meskipun datang lebih lama, Karuizawa mengatakan hal itu kepada gadis-gadis Kelas C sambil melotot kepada mereka walaupun mereka datang lebih awal. Setelah melihat gadis-gadis lain menggoda Machida secara terang-terangan, sepertinya Karuizawa menjadi lebih marah kepada mereka.

"Aku tidak tau apa yang kau bicarakan, tapi apanya yang tempat dudukmu? Cari saja tempat lain untuk kau duduk" kata Manabe kepada Karuizawa.

"Aku bilang itu kursiku. Pergilah" jawabnya.

"Hah? Tidak bisakah kau melihat aku sedang berbicara dengan Machida-kun sekarang? Kami akan bermain malam ini" kata Manabe pada Karuizawa.

"Machida-kun, tolong beritahu dia kalau kau mau aku yang duduk di sebelahmu"

Terlihat sedikit malu, Machida terlihat bimbang dengan siapa yang harus dia pilih. Tetapi Karuizawa langsung mengerti situasinya dan dengan cepat masuk di antara Manabe dan Machida dan memegang tangan Machida.

"Kali ini, ayo kita main bersama, hanya kita berdua, atau apa kau sudah memilih perempuan itu? Aku membenci laki-laki buaya, jadi jika kau mau bermain dengan perempuan itu aku tidak akan pergi bersamamu" kata Karuizawa pada Machida.

Aku benar-benar terkejut dia akan mengatakan sesuatu seperti itu dengan sangat berani saat berpacaran dengan Hirata. Sebenarnya, Machida terlihat tertarik pada kata-kata "hanya kita berdua" dan sudah memutuskan mana yang akan dipilihnya. 

"Bisakah kau pergi? Disanalah Karuizawa akan duduk, bahkan sore ini pun juga" kata Machida kepada Manabe. "

Hah? Apa maksudnya? Menyebalkan..."

Mengatakan kata-kata itu dengan wajah yang serasih, gadis-gadis Kelas C pergi dari Machida. Maka dari itu Karuizawa cepat-cepat masuk ke tempat kosong itu dan duduk. Sebenarnya, dia duduk begitu dekat sehingga terlihat hampir seperti terpaku kepada Machida. Jujur saja, tubuh mereka sudah saling menyentuh saat ini.

Mungkin satu-satunya alasan orang-orang tidak menganggap tindakan itu sembrono adalah karena orang-orang sudah tahu seperti apa Karuizawa itu. Mungkin dia tidak tahu jika Karuizawa akan berkencan dengan Hirata, atau mungkin memang seperti itu, tetapi sepertinya Machida sudah mulai membuka hatinya kepada Karuizawa atau sudah jatuh cinta kepadanya.

Jika kita hanya berbicara tentang penampilan, Karuizawa memang imut dan jika kau melihatnya dari sudut pandang menyukai dia, mungkin perasaan melindunginya juga akan terlahir di dalam dirimu. Yang menarik adalah, kelompok yang baru terbentuk kemarin, sudah mulai mengembangkan tingkatan kekuasaan dan ekosistemnya sendiri hari ini. Seorang penyendiri adalah seorang penyendiri sementara seseorang yang populer akan tetap populer.

Pambagian murid ke dalam tingkatan sudah selesai. Tetapi pembagian ini tidak dilakukan dengan cara yang biasa. Misalnya, jika dua orang kebetulan berbagi di dalam rank yang sama dalam kelompok tersebut, mau tidak mau seseorang harus bangkit dan rank yang lainnya akan terjatuh.

Bahkan dapat digambarkan sebagai lingkungan 'Bertahan Hidup Dari yang Terkuat' dan yang kalah dalam kompetisi tersebut akan diturunkan ke peringkat yang lebih rendah di antara teman-teman mereka. Mungkin bahkan sampai ke yang terbawah. Ke titik di mana keberadaan mereka tidak menjadi masalah meski satu poin pun tidak ada di sana. Contohnya, seseorang sepertiku dalam masalah ini. 

Hal yang menarik dari ujian ini adalah bahwa hal itu memaksa orang-orang yang saling berkompetisi sebelumnya untuk bergandengan tangan. Bahkan Ichinose, yang sangat populer di kalangan kelasnya, mengalami masalah dalam mempengaruhi musuhnya di kelas ini. Jika itu adalah Hirata, mungkin dia mampu mengatur ini menjadi kelompok yang lebih baik?

"Ayo kita jalani hari ini juga!"

Ichinose sendiri datang dan membawa kehidupan kembali ke ruangan yang tidak bernyawa. Aku juga segera menyadari bahwa suasana di ruangan sangat kental hari ini dan memilih untuk tidak berbicara sembarangan. Tetapi meski begitu, tindakan Karuizawa terlihat terlalu kuat dan tidak bisa kupahami.

Jika dia ingin lebih dekat dengan Machida, dia tidak perlu memusuhi gadis Kelas C untuk melakukannya. Aku hanya merasa... bahwa kejadian ini dan ujian itu sendiri tidak memiliki hubungan yang langsung. Sebagai seseorang yang pernah memperhatikan Karuizawa sejak awal semester pertama, aku bisa memberitahu setelah mengamati kepribadian dan tindakannya.

Karuizawa ingin berdiri di puncak. Tentu saja, dia bukan orang yang berbakat sehingga dia mampu naik ke puncak sekelompok perempuan seperti itu. Dia tidak memiliki bakat milik Ichinose dan sesuatu seperti itu umumnya tidak mungkin baginya.

Tetapi ada hal seperti 'hubungan manusia' yang ikut bermain di sini. Ini adalah fakta bahwa Karuizawa dengan kepribadian yang kuat menjadi pemimpin para perempuan Kelas D. Selanjutnya, dia menjadi pacar Hirata, kekuatan memerintah kelas dan mendapat pengaruh dari anak laki-laki juga.

Jika seseorang menggunakan sikap Karuizawa maka pada contoh ini, kebenarannya menjadi lebih jelas. Dia menempelkan dirinya kepada pria terkuat yang bisa dia temukan seperti Machida dan mendapatkan pengaruh dalam kelompok seperti tersebut. Tentu saja, kenyataannya, gadis-gadis Kelas C yang tidak mampu mengalahkan pengaruh Machida dan dengan segan kembali ke tempat duduk mereka sendiri. Karuizawa menerima risiko dibenci dengan imbalan kekuasaan yang sebenarnya

Untuk sebuah superioritas?

Untuk kepuasan diri?

Atau hanya menginginkan perhatian? 

Aku masih tidak bisa melihat akar penyebab perilaku seperti ini, tetapi rupanya ada sesuatu di sepanjang garis tersebut yang bertanggung jawab atas tindakannya.

"Itu tidak bagus"

"Ya, jika kita terus seperti ini, kita akan membiarkan ‘target’ itu lolos"

Yang menjawab gumamku adalah Yukimura yang kebetulan duduk di sampingku. Akan canggung bagiku untuk mengoreksi mengenai masalah ini, jadi aku mengikuti arusnya.

"Kalau tidak salah, Kelas A tidak akan ikut diskusi seperti biasa kan?"

"Tentu saja, jangan ragu untuk melanjutkan diskusi tanpa kami. Sikap kami tidak akan berubah"

Murid yang duduk di samping Machida yang membuat pernyataan yang telah menyembunyikan emosinya sepanjang waktu adalah Morishige. Aku pernah melihatnya sebelum ujian ini. Menurut apa yang aku dengar, Kelas A saat ini terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok Katsuragi dan kelompok Sakayanagi.

Morishige adalah salah satu dari orang-orang yang mengkhianati Katsuragi selama ujian di pulau. Umumnya dia yang tidak akan mendengarkan perintah dari Katsuragi dengan patuh seperti ini, Sakayanagi tidak hadir dalam kejadian ini karena kesehatannya buruk dan tanpa ada seseorang yang memberinya perintah secara langsung, dia tidak punya pilihan kecuali mengikuti perintah Katsuragi.

Aku harap Katsuragi segera kehilangan pengaruhnya di kelas setelah kegagalannya selama ujian di pulau tetapi sepertinya dia tidak akan mudah melakukannya. Semenjak dia juga sudah berdiam diri selama dua hari saat ini, sepertinya Morishige juga yakin bahwa dia tidak punya pilihan kecuali mematuhi perintah Katsuragi.

"Karena akan sia-sia menghabiskan satu jam seperti ini, apa kita akan bermain kartu lagi?"

Ichinose mengatakan seolah-olah dia sudah terbiasa dengan ini saat dia mengusulkan permainan kartu setelah pertemuan pertama. Dalam ujian ini, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan, namun Ichinose sepertinya ingin menemukan "target" melalui pembicaraan sementara Katsuragi mengambil pendekatan yang berlawanan dengan mencegah semua pembicaraan.

Di sisi lain, strategi Ryuuen adalah mengubah semua orang menjadi musuh ketika mengambil kendali penuh dari kelasnya sendiri. Tapi aku tidak bisa memastikan strategi mereka masing-masing sampai jarak terjatuh. Bagaimanapun, tidak mungkin membicarakannya saat sedang bermain kartu selama satu jam penuh. Yukimura sepertinya sangat memperhatikan lingkungan sekitar tetapi sepertinya dia tidak mengerti siapa "targetnya".

Aku yakin hal itu sama untuk murid yang lain juga dan pasti itulah kesimpulan yang mereka semua capai. Bahkan jika pembicaraan berhasil, tidak mungkin "target" tersebut akan menamai diri mereka sendiri. Begitu satu jam berlalu, aku mengamati pesan di mana para murid meninggalkan ruangan.

Murid Kelas C yang selalu menjadi salah satu yang pertama keluar dari pintu tidak terlihat akan meninggalkan ruangan jika kelas A tidak menjadi orang yang pertama, Namun sepertinya Machida dan Karuizawa sibuk saling bertukar nomor kontak mereka satu sama lain dan membuat persiapan untuk saling berhubungan. Lalu Yukimura dan Sotomura bangkit untuk pergi.

"Ayo kembali, Ayanokouji kau akan pergi juga kan?"

"Ya"

Dan pada saat yang sama, Karuizawa juga berdiri untuk pergi saat berbicara dengan seseorang di ponsel, Terlihat seperti sedang mengobrol tentang sesuatu yang menarik. Dan saat dia pergi, ketiga gadis dari Kelas C juga melewati kami untuk mengikutinya.

"Ketiga gadis itu, apa tidak terlihat aneh untukmu?"

Yukimura sepertinya sudah memperhatikan sesuatu yang tidak biasa tentang mereka dan menatapku dengan wajah cemas.

"Apa kau pikir begitu? aku belum melihat apapun" jawab Sotomura kepadanya dengan nada suaranya yang gila.

Terlepas dari pendapat Sotomura, pemikiran Yukimura benar. Sepertinya gadis Kelas C juga menyimpan sedikit kemarahan kepada mereka juga. Yukimura dan aku sedikit keluar dari ruangan ke koridor di luar. Dan kami melihat ketiga gadis itu mengejar Karuizawa dengan cepat di koridor. Aku lebih suka tidak mengikuti mereka sendirian. Dan Ibuki yang sepertinya juga tidak tertarik kepada Karuizawa yang tidak ada di sana.

"Apa mungkin perkelahian pribadi di antara mereka?" Yukimura menatapku seolah bertanya apa yang harus dilakukan.

“kita ikuti mereka, mungkin tidak akan berakhir dengan kekerasan tapi mungkin sedikit menimbulkan pertengkaran"

"Sialan Karuizawa, selalu melakukan hal-hal yang membuat orang-orang membencinya... meski aku ingin menemukan ‘target’ untuk diriku sendiri"

Sementara Sotomura pergi untuk kembali ke kamarnya, Yukimura dan aku cepat-cepat mengikuti keempat gadis itu dengan tenang.

Saat sampai di tikungan, kudengar suara pintu dibanting tertutup dan melihat pintu masuk ke tangga darurat tertutup. Tetapi tidak ada alasan untuk menggunakan tangga darurat kecuali liftnya rusak yang berarti ada hal lain yang terjadi di sini.

"Hei, apa yang kau lakukan? membawaku ke tempat seperti ini?". Diam-diam aku membuka pintu tangga darurat dan mendengar suara dari dalam.

"Jangan membodohi kami, kau mendorong Rika kan? Bicaralah".

"... K-k-kenapa Kenapa kau menuduhku? Sudah aku bilang kau salah orang kan?"

Ketiga gadis itu lalu mendekati Karuizawa dan mengantarnya kembali ke dinding seolah mencegahnya untuk melarikan diri. Tetapi bahkan dalam situasi seperti itu, Karuizawa terus menyangkal tuduhan tersebut tanpa meminta maaf. Apa itu benar bukan dia?

"Ada yang harus kulakukan sekarang, bisakah kau menyingkir?"

"Kalau begitu izinkan aku memastikannya sekarang, aku akan menelpon Rika sekarang, jika bukan kau, maka aku akan memaafkanmu"

“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, aku akan memanggil guru"

"Apa yang akan kau katakan kepada guru? Bukan berarti kami menggunakan kekerasan kepadamu saat ini. Jika kau memberi tahu mereka, kami juga bisa memberi tahu mereka bahwa kau mendorong Rika dan juga akan menjadi masalah untukmu"

Sepertinya mereka tidak berniat mundur saat mereka meraih tangan Karuizawa saat dia mencoba melarikan diri dan mendorongnya kembali ke dinding.

Salah satu gadis kemudian mulai menggunakan teleponnya untuk menghubungi perempuan yang bernama Rika.

"T-tunggu sebentar"

Begitu menyadari situasi yang serius, Karuizawa mencoba menghentikan mereka untuk tidak meneleponnya.

"Kenapa kau begitu terburu-buru?"

"... aku baru ingat, aku sengaja menabrak perempuan itu" Karuizawa cepat memberitahu mereka.

"kau memang pembohong yang menjijikan, sejak awal kau mengingat dia, bukan? Aku tidak peduli, tapi apa kau akan meminta maaf kepada Rika?" 

"Tidak, dia yang salah. Dia perempuan yang bodoh"

Kupikir Karuizawa akan menerima tanggung jawab, tapi sepertinya dia sama kerasnya seperti sebelumnya. Meski tahu dia akan membuat gadis-gadis Kelas C semakin bertambah marah, dia masih mengucapkan kata-kata itu.

"Dia benar-benar membuatku kesal, aku bahkan berpikir untuk memaafkannya atas tindakannya sebelumnya jika dia meminta maaf kepada Rika. Sudahlah, aku tidak akan memaafkannya sekarang"

Dan dengan begitu, dia mendorong bahu Karuizawa dengan telapak tangannya.

"Kau tidak akan memaafkannya sejak awal ... bukan?"

Itu adalah seorang gadis bernama Yamashita yang selalu mengikuti Manabe sampai sekarang yang mengatakannya.

"Shiho-chan, aku tidak tahan lagi, aku benar-benar tidak akan memaafkan Karuizawa"

"Aku tau, aku yakin Rika berbagi perasaan yang sama sepertimu. Ayo kita bully dia"

Kali ini, dengan kekuatan yang lebih, dia mendorong bahu Karuizawa dengan telapak tangannya lagi. Yukimura mencoba membuka pintu dengan cepat, tapi aku meraih lengannya dan menghentikannya. Bahkan jika kami menghentikan ini sekarang, Karuizawa pasti akan diganggu lagi. Tetapi membiarkan mereka menggunakan kekerasan untuk  masalah pribadi mereka saat ini akan menjadi penghalang bagi mereka di masa depan. Dan tergantung pada tingkat kekerasannya, Bukan hal yang tidak mungkin untuk mengadukan mereka kepada sekolah dan yang terpenting, saat ini keberadaan Karuizawa Kei akan berubah.

"Ha ... haaa"

Karuizawa sepertinya mengalami kesulitan bernafas. Atau mungkin dia terlihat kesakitan. Tetapi dia meraih kepala Karuizawa dengan kedua tangannya. Ketika melihat penderitaannya, dari pada membangkitkan rasa empati, justru menimbulkan kemarahan yang lebih banyak dari Manabe dan gadis-gadis lainnya.

"Bahkan jika kau bersikap feminin seperti itu, aku tidak akan memaafkanmu lagi"

Dia kemudian meraih rambut Karuizawa dan mengangkat kepalanya dengan kuat. 

"Aku selalu membenci wajah Karuizawa, Apa menurutmu dia sangat jelek?"

"Aku sangat tau, apa kau ingin melukai wajahnya?" tanya salah satu gadis tersebut.

"B-b-berhenti"

"B-berhenti, dia bilang? apa yang terjadi dengan tekad yang kau punya beberapa waktu yang lalu?"

Sepertinya semakin kau membenci musuhmu, semakin kau berusaha untuk menyerang keunggulan mereka. Jika kita hanya berbicara tentang kecantikan, tidak ada keraguan bahwa Karuizawa jauh lebih baik. Tetapi sepertinya Manabe, Yamashita dan Yabu tidak akan puas sampai mereka menyangkal penampilan Karuizawa seperti itu.

Setelah diam bergetar, Karuizawa tidak mampu bergerak. Tidak ada lagi kesan yang selalu digunakannya terlihat sekarang. Sifat asli seseorang selalu muncul di dalam dilema seperti ini. Kurang lebih dari hal ini, aku segera mampu melihat dan tahu lebih banyak tentang Karuizawa Kei.

Tapi sepertinya rasa keadilan Yukimura telah tertendang, karena dia terlihat  tidak tahan lagi. Dia kemudian dengan cepat membuka pintu dengan paksa dan mengejutkan ketiga perempuan di dalamnya. Di sisi lain, seolah-olah dia telah diselamatkan, Karuizawa menatap Yukimura dengan wajah lega.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

"A-a-a-a-a-apa? aku baru saja berbicara dengan Karuizawa-san, kan?"

Manabe menatap Karuizawa dengan ekspresi mengancam jika dia berani mengucapkan satu kata pun, tetapi Karuizawa bukanlah tipe seseorang yang terintimidasi hanya dengan hal itu.

"Hei Yukimura-kun, lakukan sesuatu. Mereka menculikku dengan kasar tiba-tiba dan mulai mendorongku. Mereka adalah yang terburuk, mereka menyebalkan jadi aku menyuruh mereka untuk meninggalkanku sendiri tapi-"

Umumnya Karuizawa tidak akan peduli dengan Yukimura, tapi mungkin dia sangat berterima kasih kepadanya karena dia muncul di sini untuk menyelamatkannya. Wajahnya terlihat lega, namun Kelas C terlihat sangat membenci Yukimura. Hampir seperti mengatakan bahwa ini tidak ada hubungannya dengan Yukimura.

"Aku hanya membantu Rika dengan masalah Karuizawa-nya. Karena kau datang ke sini, kau pasti juga sudah mendengar cerita yang sebenarnya"

"...Aku pikir kau harus membiarkannya pergi. Jika mereka hanya kebetulan bertemu satu sama lain, Bukan berarti Karuizawa yang bersalah, kau tahu"

Yukimura tidak punya pilihan kecuali menjawab seperti itu.

"Tutup mulutmu, ini tidak ada hubungannya denganmu"

"....."

Karena dia diperintah untuk menutup mulut oleh gadis-gadis Kelas C, kali ini Yukimura tidak punya pilihan lain selain patuh dan diam. Karuizawa lalu mulai melihat Yukimura seolah melihat laki-laki yang menyedihkan sementara aku perlahan mengeluarkan ponselku dengan tenang.

"Tinggalkan aku, jika tidak aku akan memanggil seseorang" kata Karuizawa.

"Memanggil? Memanggil siapa? Hirata-kun? Machida-kun? Atau mungkin pelacur seperti kau bisa memanggil sebanyak mungkin laki-laki yang kau suka?"

Bisa dikatakan bahwa perkelahian antar perempuan itu menjijikan dan tidak bisa diselesaikan dengan mudah melalui kekerasan seperti konflik antar laki-laki. Sebagai seseorang yang sudah terlibat dalam hal ini, aku merasa sangat sakit saat melihat dan mendengarkan.

"Baru saja ada seorang guru yang lewat, aku pikir lebih baik jika kalian pergi"

Karena tidak punya pilihan lain, aku melangkah masuk dan mengucapkan kata-kata itu untuk membantunya. Aku yakin Class C juga tidak mengharapkan kejadian itu disini.

"Aku benar-benar akan membuatmu menundukkan kepala sebelum Rika"

Itu adalah ancaman bagi Karuizawa oleh pihak lain yang mengatakan bahwa mereka akan menggunakan cara apapun yang diperlukan untuk itu. Karuizawa dengan putus asa mencoba bersikap tegas, namun jelas dia sudah tidak mampu lagi. Sepertinya gadis-gadis lain juga merasakan kelemahan Karuizawa saat mereka menatap Karuizawa dari atas dengan tatapan merendahkan.

"Apa kau baik-baik saja?"

Karena tidak bisa meninggalkan Karuizawa yang terlihat sangat hiperventilasi, Yukimura menanyakan hal tersebut.
T/N: Hiperventilasi secara medis didefinisikan sebagai tindakan bernapas yang berlebihan, atau menghirup dan mengembuskan napas dengan cepat dan dangkal. Umumnya, serangan panik atau kecemasan akan mengakibatkan seseorang mengalami hiperventilasi.

"Tinggalkan aku sendiri!"

Karuizawa dengan cepat menangkis tangan Yukimura saat ia datang untuk membantunya.

"Apa-apaan itu? aku datang untuk membantumu karena aku khawatir"

"Diam! Tidak ada yang memintamu melakukannya" kata Karuizawa sambil menarik napasnya kembali.

Yukimura mundur selangkah seolah ditusuk oleh kata-katanya. Aku juga melangkah mundur untuk tidak terlibat di dalamnya, namun Karuizawa menatapku tajam dengan ekspresi marah sebelum membuka pintu tangga darurat dengan paksa dan kemudian membantingnya di belakang.

"Ada apa dengannya? Selalu menyebabkan masalah untuk kita"

Aku mengerti perasaan Yukimura yang membenci dirinya. Seorang 'pembuat masalah' adalah cara yang  bagus untuk menggambarkan Karuizawa.

Tetapi sepertinya dia juga lelah dengan siksaan tersebut, karena Yukimura tidak mengatakan apa-apa lagi dan pergi dari pintu tangga darurat juga. Sekarang, sendirian di tangga darurat, aku memikirkan Karuizawa dan sisi lemah dari pemimpin gadis-gadis Kelas D sudah diperlihatkan.


Penampilan Karuizawa yang ketakutan sekarang bukan hanya karena dia terancam pada saat itu tetapi karena hal yang lain.


***

Tengah malam. Atau lebih tepatnya, dua jam lewat dari tengah malam. Teman sekamarku terlihat terbangun dengan tenang. Berhati-hatilah untuk tidak membangunkan ketiga orang lainnya yang tertidur di ruangan tersebut, dia perlahan turun dari tempat tidur.

Karena murid diperintahkan oleh peraturan sekolah untuk tidur dengan jersey mereka, maka mereka meninggalkan kamar mereka saat sedang memakainya. Setelah memastikan bahwa dia tidak hanya pergi ke toilet, aku juga meraih kunci kartu kamarku dan turun dari tempat tidur sendirian. Tidak ada jaminan bahwa dia akan  melakukan pergerakannya hari ini, tetapi sepertinya hasil kerja kerasku akhirnya terlihat dengan sendirinya.

Begitu menyadari bahwa aku juga sudah terbangun, dia cepat-cepat berbalik menatapku. Mata kami bertemu dan tanpa mengalihkan pandang dari matanya, aku mengatakan kepadanya bahwa ada sesuatu yang perlu aku bicarakan dengannya. Dia menjawab bahwa dia akan menunggu di koridor. Lalu dia meninggalkan ruangan, dan di koridor dia menungguku dengan ekspresi yang keras.

"Apa aku membangunkanmu atau kau sudah terbangun, yang mana yang benar?" dia bertanya kepadaku.

"Yang terakhir, kupikir kau akan meninggalkan kamar malam ini" jawabku.

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Malam ini adalah malam pertama kalinya aku benar-benar meninggalkan kamar di malam hari"

Aku menilai situasi dan memutuskan untuk bertengkar tidak akan membawa kami ke mana pun dan bertanya dengan jujur.

"Bukan begitu. hanya saja apa Karuizawa menghubungimu malam ini?"

Dan dengan satu kata itu dia terlihat sudah mengerti semuanya. Seperti yang diharapkan dari Hirata, Kemampuannya untuk memahami situasi memang tak ada tandingannya.

"Kau tahu sesuatu?"

"Aku berada di kelompok yang sama dengan Karuizawa, aku tidak tahu sampai sejauh mana, tapi kurang lebih aku mengerti situasinya,"

Sepertinya Hirata sedang menungguku untuk mengatakan yang lebih banyak lagi dan tentu saja dengan penjelasan yang aku berikan saat ini, masih belum cukup menjadi alasan kenapa aku mengikutinya sampai larut malam.

"Kau pernah mengatakan bahwa kau ingin aku bertindak sebagai jembatan antara dirmu dan Horikita, bukan?"

"Aku mengerti, jadi kau di sini karena Horikita-san yang memerintahkanmu, bukan?"

Ini mengurangi kesulitanku untuk menjelaskan lebih banyak kepadanya sehingga akan sangat mudah bagiku.

"Ya, dia memerintahku untuk melaporkan semua kelompok (kelinci) kepadanya, termasuk situasi Karuizawa. Jadi, begitu aku mendengar tentang situasi Karuizawa dan melaporkan itu kepadanya, dia juga memerintahkanku untuk mengawasimu. Tentu saja dia memerintahkanku untuk mengupingmu, tapi karena kau mengatakan kepadaku untuk menjadi jembatan antara kau dan dia, aku pikir aku lebih suka tidak mematai-mataimu. Ini merupakan kesempatan bagiku untuk mendengarnya darimu juga, "

"Informasi apa yang dia inginkan?"

"Segala sesuatu yang diketahui Hirata tentang Karuizawa, dan isi pembicaraanmu dengannya"

Sepertinya Hirata yang belum mengetahui keadaan kelompok (kelinci) ini menjadi bingung tentang kenapa dia memerlukan informasi tentang Karuizawa khususnya informasi tentang kelompok itu sendiri. Tetapi paling tidak dia mengerti bahwa informasi ini cenderung mempengaruhi apa yang akan terjadi di masa depan.

"Aku tidak yakin berapa banyak yang bisa aku katakan kepadamu, aku masih harus mempertimbangkan perasaan Karuizawa-san"

Dan dengan begitu, Hirata mulai berjalan menyusuri koridor. Dalam skenario yang tenang ini, aku tidak merasa sedang mamemaksanya untuk berbicara sehingga aku mengejarnya dengan langkah tenang yang bebas dari kekhawatiran.

Meskipun aku sudah berbaring di tempat tidur selama sekitar dua jam, rambutku masih dalam kondisi yang sempurna. Aku tidak terlalu peduli pada diriku sendiri, tetapi untuk memastikan agar orang-orang tidak merasa tidak nyaman saat melihatku, aku harus mempertimbangkan kondisi rambutku.

"Aku yakin Ayanokouji-kun tidak akan mengatakan apapun yang tidak penting, tapi apa yang akan aku katakan adalah informasi yang sangat sensitif dan kemungkinan Karuizawa-san akan menolak untuk berbicara dan kembali. Aku hanya ingin kau menyimpan fakta-fakta itu di dalam pikiranmu"

Selalu ada pilihan untukku menguping mereka sambil menyembunyikan diri, tetapi tidak mungkin Hirata membiarkan hal yang seperti itu. Karena ini adalah sesuatu yang Karuizawa tidak ingin orang lain dengar, dia tidak akan pernah mengizinkanku menguping seperti itu. Jadi yang terbaik di dalam skenario ini yang bisa aku lakukan adalah mengangguk sebagai jawaban.

Tempat pertemuan berada di depan mesin penjual otomatis yang terletak di daerah peristirahatan di lantai dua. Itu berada di tengah koridor panjang di atas kapal. Tempat yang mudah dilihat dan mudah bagi seseorang untuk memperhatikan jika ada seseorang yang menguping mereka.

Lokasi ini membuatnya sangat sulit untuk menyembunyikan diri dan mendengarkan. Karuizawa sudah ada di sana, dengan jersey, duduk di sofa sambil menunggu Hirata. Awalnya saat dia melihatnya, dia tersenyum sebentar, tetapi saat dia melihatku di belakang Hirata, dia segera berubah dan terganti menjadi ekspresi marah.

"Kenapa Ayanokouji-kun bersama Hirata-kun?"

"Jangan khawatir, aku memanggilnya dan kami datang bersama"

"Hirata-kun? Kenapa? Aku sudah bilang jika aku ingin berbicara denganmu sendirian"

“Aku tahu, tapi aku khawatir dengan apa yang Karuizawa-san katakan kepadaku di telepon, jadi aku membawa Ayanokouji-kun yang sepertinya mengerti situasi ini. Maaf karena bertindak sendiri seperti ini"

Meskipun Karuizawa terlihat sangat tidak puas dengan kondisi ini, sepertinya dia tidak akan membentak Hirata.

"Tapi... aku masih ingin berbicara denganmu sendirian..."

"Jika memang begitu, tapi kau tidak pernah mengatakan bahwa kita akan berbicara hanya berdua di telepon"

Kurang lebih aku sudah bisa menyimpulkan bahwa ini berhubungan dengan masalah Kelas C yang dipimpin oleh Manabe. Tetapi aku bertanya-tanya bagaimana Karuizawa akan memulai topik ini. Jika dia hanya ingin menghibur dirinya sendiri dengan berbicara bersama Hirata, tidak perlu bersikeras untuk berduaan bersamanya.

Itu berarti dia ingin membicarakan topik yang tidak bisa didengar oleh orang luar. Bagaimanapun, tetap diam seperti ini tidak ada gunanya sehingga Hirata mulai membicarakan isi telpon mereka.

"Kau menceritakan kepadaku tentang pertengkaran yang kau hadapi dengan Manabe-san dan teman-temannya dari Kelas C. Apa itu benar?"

Menanggapi pertanyaan itu Karuizawa membuka mulutnya sedikit untuk menjawab, tetapi mungkin dia masih mewaspadai kehadiranku, tidak ada jawaban yang muncul. Sekali lagi Hirata yang memecahkan kesunyian.

"Apa Ayanokouji-kun sudah tahu tentang pertengkaranmu dengan Manabe-san dan yang lainnya?"

"Sedikit" 

Karena pembicaraan bersamanya terlihat tidak berjalan dengan baik, Hirata sepertinya berniat untuk bertanya kepadaku. Karuizawa masih merasa tidak puas dengan situasi ini, namun dengan patuh tetap diam dan mendengarkan pembicaraan kami. Mungkin karena akulah yang melihat Karuizawa diganggu oleh Manabe saat itu.

"Dari apa yang Karuizawa-san katakan kepadaku, sepertinya mereka menuduhnya duluan dan kemudian menyeretnya ke tempat yang sepi dan hampir menyerangnya dengan brutal"

“Ya, itu benar, aku melihatnya sendiri, Yukimura juga melihatnya”

"Aku mengerti ..." kata Hirata sambil menatapku serius.

Lalu ia memejamkan matanya. Dalam masalah ini, aku bertanya-tanya bagaimana keputusan Hirata? memanggil Manabe dan yang lainnya dan menegur mereka? Atau laporkannya ke sekolah?

"Jika Manabe-san dan yang lainnya benar-benar menggunakan kekerasan, maka kita harus melakukan sesuatu untuk hal ini. Aku tidak bisa membiarkan sesama teman menggunakan kekerasan satu sama lain"

Mendengar kata-kata itu meluap dengan rasa keadilan yang heroik, aku melihat Karuizawa tersenyum kepada Hirata sejenak. Tapi begitu dia menyadari bahwa aku menatapnya, dia segera kembali ke ekspresi marah.

"Karuizawa-san, kau diintimidasi sampai tidak bisa melawan, apa itu benar?"

"Tidak...."

Meski tidak bisa menjawab dengan benar, Karuizawa hanya menatap tanpa suara. Tapi karena dia tidak menyangkalnya, sepertinya ini benar.

Karuizawa terlihat memiliki sedikit masalah dengan seorang perempuan bernama Rika di masa lalu. Manabe dan yang lainnya mencoba membuatnya meminta maaf untuk itu. Tapi pada akhirnya, hal itu hampir meningkat menjadi kekerasan kepada Karuizawa. Setelah mendengar ceritanya, Hirata mengangguk.

"Aku mengerti, itu sebabnya kau memberitahukan aku sesuatu sepertu yang seperti itu"

"Sesuatu yang seperti itu?" Aku bertanya.

"Karuizawa-san menyuruhku membelanya dan membalas Manabe-san dan yang lainnya" kata Hirata.

Ini jauh lebih mudah daripada yang aku harapkan.

Tapi dari sudut pandang orang yang menerima intimidasi, pola pikir ‘dibunuh atau membunuh’ membuatku terkejut. Dan tentu saja, saat Hirata mengucapkan kata-kata tersebut, Karuizawa yang diam sampai sekarang, berbicara. 

"Kenapa kau menceritakan semua ini kepadanya?"

"Karena ini bukan Karuizawa-san yang biasa. Kau bukan tipe orang yang mencoba melawan kekerasan dengan kekerasan, Karuizawa-san"

"Tapi dia sedang diintimidasi, benarkan? Jika kau memang pacarnya, maka kau memiliki kewajiban untuk menyelamatkannya" kataku kepada Hirata.

"Ya, aku tahu itu masalahnya, tapi aku tidak percaya pada kalimat ‘mata dibalas dengan mata, kau tau?"

Sisi dari dua hal yang belum aku ketahui, aku merasakan keyakinan yang berbeda bercampur aduk di sana.

"ayo kita pikirkan bersama-sama, bagaimana berteman dengan Manabe-san dan kelompoknya!"

"Itu tidak mungkin, aku diserang oleh mereka secara sepiahak. Tolong mengertilah ..." Karuizawa memohon kepada Hirata.

"Secara sepihak? Bukankah itu karena kau menggertak Morofuji-san duluan, Karuizawa-san?"

Morofuji, aku yakin yang Hirata maksud adalah perempuan bernama Rika. Dia juga melakukan penulusuran kepada mereka. aku pikir, itu sangat luar biasa.

"Tapi itu... aku tidak punya pilihan lain... Shinohara-san dan yang lainnya memperhatikanku" kata Karuizawa.

"Jadi intinya, karena Shinohara ada di sana, kau tidak punya pilihan lain? apa maksudmu?" Aku bertanya.

“tutup mulutmu!"

Begitu aku menyuarakan pertanyaanku, Karuizawa langsung meneriakiku untuk diam. Teriakan itu bergema di koridor.

"Kumohon, tolong lindungi aku... Hirata-kun kau akan melindungiku kan?" Karuizawa mengemis kepada Hirata.

"Tentu saja aku akan melindungimu, tapi aku juga tidak akan melakukan apapun kepada Manabe-san dan yang lainnya. Aku akan mencoba menemukan jalan bagimu untuk saling berbicara dan berkumpul bersama"

“Aku bilang itu tidak mungkin! Jika itu hal yang  mudah, aku tidak akan memintamu untuk membantuku"

Terlihat sedikit ekstrem, tapi aku bisa mengerti perasaan Karuizawa. Posisi dia saat ini jauh lebih berbahaya dari yang diperkirakan. Aku tidak akan terkejut jika ini akan meningkat menjadi insiden kekerasan yang serius.

Sekolah memiliki aturan tertentu. Merokok untuk anak di bawah umur adalah salah satu contohnya, dan tentu saja, itu adalah peraturan yang ada di SMA manapun di sebuah negara. Namun, masih ada murid yang berhasil lolos dari satu atau dua rokok diam-diam.

Dengan kata lain, ada beberapa peraturannya yang tidak bisa mencegah di sepanjang waktu. Bullying adalah salah satunya. Hirata sepertinya khawatir dengan Karuizawa, tapi pada saat bersamaan, dia juga khawatir dengan Manabe. Sepertinya Hirata bertekad untuk menyelesaikan ini dengan menenangkan kedua belah pihak dengan damai.

Dengan kata lain, Hirata terlihat seperti tidak menganggapnya sebagai seorang pacar tapi sama seperti teman normal yang lainnya.

"Tidak peduli apa alasannya, aku tidak bisa melakukan apa yang kau harapkan untuk aku lakukan. Bagiku, Karuizawa-san memang teman sekelas yang berharga. Jika ada masalah yang mengganggumu, aku akan melindungimu. Tapi apapun alasannya, aku tidak akan menyakiti orang lain. Bahkan jika itu adalah murid Kelas C "

"Kau pembohong! Kau bilang jika kau akan melindungiku!" Karuizawa berteriak kepada Hirata.

"Pembohong? Aku Sudah bilang akan mengambil sikap seperti ini sejak awal"

Hirata mengatakan sesuatu yang sulit dipercaya oleh murid Kelas D.

"Aku sudah bilang dari awal, bukan? Jika kita bukan sepasang kekasih. Itu tidak nyata, aku tidak keberatan berpura-pura pacaran denganmu, tapi aku tidak akan membantumu seperti ini dan kau tidak bisa bergantung kepadaku"

Sepertinya hubungan yang tidak seorang pun bisa meragukan mereka berdua sebenarnya sudah dipalsukan.

"... kenapa kau memberitahukan ini sekarang?" Tanya Karuizawa.

Tentu saja ini adalah keluhan terhadap pemberitahuan yang aku dengar baru saja dan sekarang aku mengerti apa tujuan Hirata, dia menggunakan Karuizawa untuk mengungkapkan informasi sebagai penghormatan kepada Horikita. Sesuatu yang seperti itu.

"Aku pikir untuk bisa menyelamatkanmu diperlukan sebuah pendekatan baru"

Bukan berarti dia benar-benar meninggalkan Karuizawa, dia sedang berusaha menyelamatkannya dengan caranya sendiri. Dia kemudian mendekati Karuizawa yang terlihat sudah kehilangan ketenangannya, tetapi dia tidak berusaha menyentuh bahunya yang rapuh.

"Apa yang kau bicarakan... Aku harus menggunakan kekerasan sendirian?"

"Aku tidak bilang seperti itu, aku akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkanmu. Di pagi hari, aku berencana untuk berbicara dengan Manabe-san dan yang lainnya, meminta dia untuk berhenti mengganggu Karuizawa-san. Kau mungkin tidak menyukainya, tapi aku ingin berbicara kepada mereka bahwa kau ingin meminta maaf kepada mereka"

"Bukan itu yang kuinginkan!"

Tentu saja, sepertinya Karuizawa meminta Hirata untuk membalas dendam terhadap Manabe dan yang lainnya karena sudah menggertak dia. Dengan pertimbangan seperti itu, ini terlihat seperti esensi nyata Karuizawa, Kepribadiannya yang sebenarnya. Lebih dari sumua itu, sepertinya Karuizawa memiliki sesuatu yang sangat dia takuti.

"Aku mengerti. Jika itu masalahnya tidak ada yang bisa aku lakukan untukmu. Maaf soal itu" Hirata dengan dingin memberitahunya.

Bahkan dalam situasi seperti ini, ia mampu untuk tetap tenang. Tetapi meski tetap tenang, Hirata memberi Karuizawa yang tidak bisa melakukan apapun kecuali bergantung padanya hukuman mati.

"Ayanokouji-kun, jika ada ide tolong beritahu kami"

Sepertinya dia berusaha mendorong peran ini kepadaku.

"Tidak perlu! Jika kau tidak mau mendengarkan permintaanku, maka aku tidak membutuhkan seseorang sepertimu!"

Karuizawa berteriak sambil menendang sekaleng jus dari mesin penjual otomatis di koridor. Jus di dalamnya tersebar di lantai dan suara yang bergema sepanjang koridor.

"Hubungan kita berakhir sampai di sini hari ini. Sudah berakhir!"

Karuizawa menyatakan hal itu kepada Hirata. Daripada kebenaran hubungan mereka yang sudah terungkap, Hirata terlihat kesal kepada dirinya karena tidak bisa membantunya. Meski Karuizawa pergi, Hirata tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mengejarnya. Itu berarti dia sudah memutuskan bahwa Karuizawa bukanlah orang yang harus dia pedulikan sekarang.

"Ayanokouji-kun, ada beberapa hal yang tidak bisa kulakukan. Karena itulah kau disini sekarang, aku ingin kau mengerti itu"

Aku mencoba untuk mengambil informasi tentang Karuizawa dengan menggunakan Hirata, tetapi sepertinya Hirata menggunakan kesempatan ini untuk mendorong peran menyelamatkan Karuizawa dari masalahnya kepadaku.

"Sepertinya kau ingin menjadi lebih dari sekadar jembatan yang menghubungkan semua orang, kau hanya mementingkan dirimu sendiri. Apa kau benar-benar sekutu semua orang?" Tanyaku kepada Hirata.

"Ya, aku berada di sisi Karuizawa-san dan aku juga berada di sisi Ayanokouji-kun, tapi tergantung siapa yang aku ajak bicara, akhirnya aku juga mengubah sikapku. Kau jauh lebih pintar dari pada apa yang orang lain pikirkan"

"Kau terlalu banyak memujiku"

"Benarkah, aku cukup percaya diri dalam membaca perasaan orang lain. Karena itulah aku bisa tahu,"

Aku ingin bertanya lebih lanjut tentang kepercayaan dirinya, tapi aku pikir berbicara tentang solusi untuk masalah ini muncul duluan.

"Pertama, sekali aku lagi ingin bertanya tentang hubunganmu dengan Karuizawa. Sepertinya hubunganmu dengan dia hanyalah sebuah kata dan tidak nyata" 

"Itu hanya ungkapan, Apa Ayanokouji-kun sudah menduga hal ini?”

"Sudah hampir empat bulan sejak kau mulai berpacaran dengan Karuizawa, tapi aku belum melihat ada tanda-tanda hubunganmu yang sudah berkembang sejak saat itu. Tentu saja, kau bisa mempertimbangkan pilihan bahwa kau mempertahankan hubungan yang sebenarnya dan persaudaraan dengannya. Tapi kau selalu menjaga jarak dari dia dan kalian masih saling memanggil dengan nama belakang kalian"

Bahkan jika hubungan fisik mereka tidak berkembang, jika mereka semakin dekat secara emosional, tentu saja mereka juga akan mengubah cara mereka saling memanggil. Tapi untuk menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk lagi, hubungan Hirata dan Karuizawa tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan yang seperti itu.

Dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan atau perubahan adalah hal yang aneh.

"Itu benar. Kami tidak benar-benar berpacaran. Kami hanya pergi satu sama lain karena kami merasa perlu... Apa kau mengerti pertentangan di sini?"

Meski tidak saling berkencan, Itu masih perlu untuk dilakukan. Itu berarti tujuan mereka adalah bersekutu dan itu artinya apa ada manfaat dari saling berkencan satu sama lain? Lalu siapa yang meminta hal ini dan siapa yang menyetujui permintaan itu? 

Itu sudah jelas. Karuizawa lah yang meminta Hirata untuk memalsukan hubungan mereka dan Hirata hanya menjawab permintaannya. Mengetahui hal itu, tindakannya yang bisa dijelaskan oleh fakta ini sudah meningkat.

"Rumor tersebut dimulai sekitar tiga minggu setelah dimulainya awal semester dan sejak saat itulah popularitas Karuizawa naik"

Kejadian ini juga bisa dilihat di dalam kelompok kami. Dengan menempelkan dirinya ke Machida, Karuizawa mampu meyakinkan dirinya menjadi lebih agresif dari sebelumnya dan pengaruhnya di dalam kelompok juga tumbuh secara proporsional. Dengan kata lain, begitulah Karuizawa menjadi benalu bagi Hirata.

"Jadi kau berpura-pura menjadi pacar Karuizawa untuk membantu meningkatkan statusnya."

Aku meminta kebenaran dan Hirata hanya tersenyum kepadaku. Kupikir ini adalah kebenaran yang sebenarnya... untuk beberapa saat aku menyadari bahwa potongan-potongannya masih belum sesuai. Mungkin dia menggunakan Hirata dan Machida untuk berdiri di puncak sistem kasta sekolah? Tidak, jika hanya itu situasinya masih belum jelas. Jika dia ingin mendominasi kelas, yang dia butuhkan adalah meminta Hirata untuk pergi bersamanya dan Hirata mungkin akan setuju. Permintaannya terlalu tinggi. 

Sikap keseharian Karuizawa sangat kuat dan terkadang dia juga berperan sebagai penyerang dalam situasi intimidasi. Tapi kenapa dia menerima itu tanpa mempertanyakannya?

Dan... apa Karuizawa benar-benar menggunakan Hirata dan yang lainnya untuk meningkatkan statusnya di kelas? Itu juga merupakan masalah yang patut dipertanyakan. Dalam masalah ini, kau tidak bisa mengatakan bahwa dia menggunakan Machida hanya untuk meningkatkan pengaruhnya di dalam kelompok.

Jika benar, dia tidak menunjukkan minat kepada proses kelompok tersebut dan tetap diam sepanjang waktu. Jika demikian, tidak perlu menggunakan Machida sejak awal.

Jadi apa sebenarnya... pemicu yang menyebabkan dia mendekati Machida?

Akhirnya sekarang aku merasa bahwa aku sudah mengerti dengan perempuan yang bernama Karuizawa Kei.

'Untuk melindungi dirinya sendiri, ya?’

Dengan proses eliminasi, satu-satunya jawaban yang tersisa adalah sebuah kebenaran. Tidak salah lagi.

"Kau sudah mengerti ,bukan? Sejujurnya saat aku mendengar jawaban ini darimu, aku merinding" kata Hirata.

"Aku baru saja mendengarnya dari Horikita, Karuizawa memiliki alasan sendiri untuk menggunakan Hirata dan yang lainnya,"

Aku mencoba menipunya seperti itu, tapi Hirata bukanlah seseorang yang sederhana sehingga dia bisa jatuh begitu saja.

"Ayanokouji-kun jika aku harus memberitahumu dengan jujur​​... mungkin kedengarannya kasar tapi aku menganggapmu menyeramkan. Seperti wujud yang tidak menyenangkan. jika aku menyinggung perasaanmu aku minta maaf"

"Tidak menyenangkan? kenapa kau berpikir seperti itu?"

"Aku sudah melihatmu sejak tahun ajaran dimulai, tapi Ayanokouji-kun saat itu dan Ayanokouji-kun yang sekarang seperti dua orang yang berbeda. Kehadiranmu terpancarkan dan kata-kata yang kau gunakan Hampir seperti kau adalah orang yang berbeda dari biasanya”

Hirata memiliki kemampuan untuk membedakan tindakan dan perilaku orang-orang di sekitarnya dan tidak pernah mengabaikan hal tersebut. Mau bagaimana lagi jika dia memperhatikan perbedaan di dalam diriku.

"Aku sudah mengatakannya dengan jujur, ini hanya adalah berkat saran dari Horikita, aku menceritakan kepada Horikita tentang kelompokku dan aku mematuhi perintah yang diberikannya kepadaku, itu saja. Kejadian di pulau itu juga sama. Horikita membuat keputusan yang benar dan membimbing Kelas D meraih kemenangan sehingga kelas mendapatkan banyak poin sebagai akibatnya. Dengan kata lain ada keuntungan dalam melakukan ini untukku juga. Dia sangat buruk dalam komunikasi seperti yang kau tahu, jadi aku hanya menyampaikan apa yang kau katakan kepadanya dan menerima perintah darinya”

Aku menghabiskan banyak waktu dengan Horikita dan Hirata yang mengenalku dengan baik pasti tidak akan meragukan kata-kata yang aku katakan.

"Kalau itu Horikita-san, pasti dia menilai jika menyelamatkan Karuizawa-san akan membawa kelas sebuah keuntungan,"

"Itu benar"

"Tapi kupikir kau masih luar biasa, Ayanokouji-kun. Kau berbeda dengan Ike-kun atau Yamauchi-kun"

"Aku lebih rendah dari mereka berdua"

"Bahkan jika kau hanya mengikuti perintah Horikita-san, tetap saja kau yang sedang berbicara denganku saat ini. Tidak seperti pembicaraan yang hanya mencakup rincian tatanannya. Untuk menyesuaikan dengan arus pembicaraan dibutuhkan logika yang jelas. Bukan sesuatu yang bisa kau pikirkan dalam semalam saja”

"......"

Hirata terlihat lebih baik dari perkiraanku. Meskipun juga keinginannya untuk menyelamatkan dia, ia masih mampu mempertahankan kemampuan normalnya yang tinggi.

"Itu yang kau katakan tapi, alasan kenapa aku menerima permintaan Karuizawa-san untuk menjadi pacarnya adalah untuk membantunya 'melindungi dirinya sendiri' Itulah yang dia inginkan. Dia ingin aku menyelamatkannya. Mungkin sulit bagimu untuk percaya, tapi sepanjang tahun SD dan SMP, selama 9 tahun penuh,  dia menerima jumlah yang mengerikan dari intimidasi”

"Aku tidak meragukanmu, tapi ini adalah cerita yang sebenarnya, bukan?"

Sepertinya hiperventilasi Karuizawa saat itu dipicu oleh masa lalunya. Karena aku sendiri yang melihatnya, aku tidak bisa membantu tapi percaya pada truma masa lalunya.

"Tentu saja aku baru bertemu dengan Karuizawa-san setelah dia masuk sekolah ini, tapi aku mengerti, aku tahu tampilan, bau dan kehadiran seseorang yang menjadi korban bullying. Itu sebabnya aku setuju untuk pacaran dengannya. Posisinya sebagai pacarku, Karuizawa-san akan mampu lolos dari masa mudanya yang diintimidasi. Aku pikir saat ini, sikap yang dia miliki bukanlah Karuizawa-san yang sebenarnya. Dia sangat berusaha bersikap keras, bukan? "

Aku pikir normalnya dia tidak bisa mengendalikan perasaannya dengan baik. Korban bullying biasanya memiliki kepribadian seperti bunga sakura. Patuh dan lemah. Juga di sisi lain, seseorang dengan kepribadian yang kuat seperti Karuizawa juga cenderung diintimidasi. Singkatnya, kepribadian Karuizawa saat ini adalah palsu. Karena itulah dia membutuhkan seseorang seperti Hirata atau Machida di punggungnya. Seseorang yang bisa memerintah lingkungan untuknya. Dengan bertindak seperti itu, dia bisa mendapatkan kembali pengaruhnya.

"Kurang lebih aku bisa mengerti sekarang. Tapi tunggu dulu, apa untungnya jika kau melakukan ini?" Tanyaku kepada Hirata.

Ini bisa menjadi ungkapan yang umum, tapi cinta adalah bagian dari remaja bagi murid. Hirata sangat populer di kalangan anak perempuan. Kemudian dengan berpura-pura berpacaran dengan Karuizawa, dia akan menyerah kepada cinta sejati.

"Keuntungannya? Karuizawa-san akan menjalani kehidupan SMA-nya tanpa diintimidasi. Itu saja"

Dia hanya mengatakan hal tersebut. Ini bukan sebuah kemunafikan atau cinta dan juga bukan untuk dirinya sendiri.

"Apa kau tidak percaya kepadaku? Jika itu satu-satunya alasanku?"

"Bukam berarti aku tidak mempercayaimu, tapi ada makna yang lebih dalam di balik itu, bukan?" Aku bertanya padanya sebagai balasannya.

Hirata tidak akan ragu jika itu untuk menyelamatkan teman, tapi dia juga mengenal Manabe dan yang lainnya sebagai teman. Cara dia peduli dengan orang lain hampir bisa digambarkan sebagai sebuah penyakit.

Karena dia menceritakan banyak hal tentang hal ini, tidak diragukan lagi jika Hirata juga merasa perlu memberitahuku tentang hal ini. Dia membeli beberapa minuman kalengan dari mesin penjual otomatis dan melemparkannya padaku. Aku menerimanya dengan rasa syukur.

"Sampai tahun keduaku di SMP, jika aku harus jujur ​​mengatakan bahwa aku adalah orang biasa yang tidak banyak menonjol"

"Hirata ... aku benar-benar tidak bisa membayangkan hal itu"

Kepribadian itu terlalu jauh berbeda dengan laki-laki yang selalu menunjukkan kepemimpinan yang prima.

"Aku tidak terlalu menonjol dan aku juga tidak terlihat, temanku juga seperti itu, aku benar-benar normal, aku punya teman yang aku jalani dengan sangat baik sejak aku masih kecil bernama Sugimura-kun. Selama enam tahun di SD kami bersama di kelas yang sama dan karena kami adalah tetangga kami juga selalu pergi ke dan dari sekolah"

kata Hirata dengan suara penuh nostalgia dan Hirata mengingat masa lalunya.

"Ketika kami masuk di SMP, untuk pertama kalinya, kami dipisahkan menjadi kelas yang berbeda, namun meski begitu, pada awalnya kami masih pergi ke sekolah dan kembali ke rumah bersama-sama. Tetapi, hari-hari yang kami lakukan mulai jarang secara perlahan dan aku mulai bermain bersama anak laki-laki dari kelas baruku, ini cerita biasa yang bisa kau dengar dari mana saja"lanjutnya.

Memang normal jika di lingkungan yang baru, seseorang pasti akan membuat teman yang baru. Tidak ada yang aneh di dalam hal itu sendiri.

"Tapi, kau lihat... meski aku sibuk bermain dengan teman-temanku. Di belakang, Sugimura-kun benar-benar diintimidasi"

Hirata terus berkata sambil mencengkeram sekaleng jusnya. Bahkan orang luar pun tahu apa yang terjadi.

"Sugimura-kun sering mengirimi ku permintaan pertolongan berkali-kali, berkali-kali juga dia muncul dengan wajah yang terluka dan bekas luka di sekujur tubuhnya, tapi aku malah memprioritaskan bermain dengan teman baruku dan tidak pernah menganggapnya serius. Sugimura-kun yang awalnya memiliki kepribadian yang keras kepala, selalu cepat untuk berkelahi jadi aku tidak pernah memikirkan situasinya secara mendalam. Tetapi ketika kami berdua menjadi murid kelas 2, kami dipertemukan kembali. Dan sejak saat itu, Sugimura-kun sudah menjadi sakit hati. Gambaran yang ceria sudah tidak ada lagi dan bekas yang ditinggalkan oleh pukulan dan tendanganlah yang tersisa. Dia bahkan tidak diizinkan masuk ke toilet dan terpaksa ngompol di tengah kelas. Hal semacam itu sudah menjadi rutinitas... "

"Jadi kau melihatnya dan..."

"Ya, aku pikir kau juga mengerti, tapi aku tidak melakukan apapun, aku tidak bisa melakukan apapun. Aku terlalu takut jika aku akan menjadi target yang baru. Aku takut hidupku yang menyenangkan kemudian akan hancur... dan untuk Sugimura-kun yang selalu bersama denganku, aku terus berpura-pura tidak melihatnya. Aku percaya suatu hari para pengganggu akan merasa bosan kepadanya. Suatu hari Sugimura-kun akan berhenti datang ke sekolah dan bullying akan berhenti atau orang lain akan datang dan menyelamatkannya. Aku terus memikirkan hal-hal yang meyakini diri sendiri seperti itu”

"Dan Sugimura itu... apa yang akhirnya terjadi kepadanya?"

"Bahkan sekarang ingatan di hari itu sudah terbakar di kepalaku. Setelah berlatih sepak bola di pagi hari, aku kembali ke kelasku dan di sana, aku melihat Sugimura-kun dan memutuskan untuk menunggu sambil mengikuti. Jujur saja, pada saat itu, aku merasa tidak nyaman. Meskipun dia adalah teman yang pernah bermain denganku sejak kecil, pada saat dia hampir merasa seperti orang asing bagiku, aku tidak bisa berhenti berpikir kejam seperti aku akan diintimidasi bersamanya. Mungkin Sugimura-kun juga melihat hatiku yang busuk, namun dia tidak mengatakan apapun. Tapi seperti meminta bantuan... hari itu di tengah kelas, dia melompat keluar jendela "kata Hirata padaku.

"Lompat keluar? Apa dia sudah mati?"

"Sepertinya dia diaknosa mati otak, namun sampai sekarang pun, orang tuanya masih menunggu pemulihan Sugimura-kun dan percaya kepadanya. Tapi apakah dia masih hidup atau mati sekarang, aku tidak tahu. Kejadian hari itu masih bagitu nyata. Jadi, aku masih bertanya-tanya apakah itu hanya sebuah mimpi atau halusinasi, itu luar biasa, karena saat Sugimura-kun melompat, aku menjadi sadar. Dengan menghargai diri sendiri, aku mendorong temanku yang berharga kepada kematiannya"

Dan begitulah laki-laki bernama Hirata Yousuke lahir. 

"Aku tidak berpikir ini akan memberikan keselamatan untuk Sugimura-kun, tapi, paling tidak, aku ingin berubah dan untuk melakukannya, aku pikir satu-satunya cara adalah menyelamatkan orang lain seperti dia" lanjut Hirata.

"Bukan berarti aku tidak mengerti bagaimana perasaanmu, tapi dunia tidak sesederhana itu. Bahkan saat ini, seseorang di suatu tempat semakin diintimidasi dan seperti Sugimura yang kau bicarakan, mereka mencoba untuk menyelamatkan kehidupan mereka sendiri. Kau tidak bisa menghentikan orang-orang itu, bukan? " Kataku pada Hirata.

"Tentu saja aku mengerti itu, aku bukan pahlawan keadilan. Tapi aku ingin menyelamatkan orang-orang di depanku. Aku harus menyelamatkan mereka. Itulah tanggung jawabku yang menanggung dosa"

"Lalu bagaimana kau akan memutuskan masalah ini? kau ingin menyelamatkan Karuizawa dan Manabe, tapi itu adalah tugas yang tidak mungkin,"

"Aku tahu ini adalah tugas yang tidak mungkin, karena itulah kau berada di sini sekarang,"

Aku mengerti, sepertinya dia sendiri memperhatikan kekurangannya sendiri. Bagaimanapun, dia terlihat tidak mampu dan ingin menyelamatkan orang yang dia kenal.

"Aku tidak pernah menduga akan tiba saatnya aku akan menceritakan kisah ini kepada orang lain. Tidak ada orang yang tahu tentang hal ini, itu adalah bagian kenapa aku memilih sekolah ini" lanjutnya.

Kemudian setelah menghabiskan jusnya, dia melemparkannya ke tempat sampah.

"Bisakah aku mempercayakan ini kepada Horikita-san?"

"Jika kau bisa berjanji untuk tidak membocorkannya, aku yakin Horikita akan melakukan sesuatu mengenai hal ini"

"Kalau begitu aku akan memilih untuk percaya kepada kalian berdua, karena itu juga harapanku" Hirata memberitahuku.

Sepertinya saat ini Hirata tidak akan ikut ke dalam masalah Karuizawa dan kemungkinan besar mulai sekarang, kapan pun Hirata dalam masalah, dia mungkin akan bergantung kepadaku. Tapi itu juga berarti bahwa aku sudah berhasil mengamankan kerja sama dengan Hirata. Itu akan menjadi kekuatan besar yang aku dapatkan dari sisiku. Wajar jika dia mendapat upahnya sendiri juga.

"Hirata, karena kau memiliki jaringan sosial yang besar, aku ingin meminta bantuanmu, maukah kau mendengarkanku?"

Dan dengan kalimat itu, aku menyerahkan Hirata selembar kertas. Dan setelah membacanya, Hirata menerima permintaanku tanpa membuat wajah yang tidak nyaman.

"Dan juga Ayanokouji-kun, sejak ujian dimulai, masih ada satu hal yang aku sembunyikan darimu. Aku tahu siapa ‘target’ terakhir di antara murid Kelas D ..." katanya.


***


Pada hari selang ujian, aku memilih untuk melakukan tindakan tertentu, tetapi tiba-tiba aku dipanggil oleh Sakura dan oleh karena itu aku malah memutuskan untuk mendengarkannya.

"Sepertinya ujian kelompok Sapi sudah berakhir," kataku.

"Yeah..."

Aku memeriksa pesan di ponselku yang dikirim ke Sakura juga ke semua murid yang lainnya oleh sekolah. Itu tertulis,

"Ujian untuk kelompok (Sapi) telah berakhir. Anggota kelompok (Sapi) tidak lagi diminta untuk mengikuti ujian. Pastikan untuk tidak mengganggu murid lainnya"

Itu adalah jenis pesan yang sama yang dikirim setelah ujian kelompok (Monyet) berakhir. Sakura menatapku dengan tetapan khawatir.

"Apa aku... melakukan kesalahan?"

"Bukan, bukan itu, itu berarti seseorang dari kelompok (Sapi) sudah melaporkan ‘target’ ke sekolah"

Terlepas dari kasus yang terjadi berkat penangkapan Kouenji, mungkin pengkhianatan menjadi semakin biasa di dalam ujian ini. Entah itu 'pengkhianatan yang pasti' atau 'pengkhianatan karena terburu-buru'.

"Omong-omong, Sakura. Apa kau adalah ‘target’ di kelompokmu atau apa itu adalah orang lain?"

Saat aku bertanya kepadanya, Sakura menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk menyangkal hal tersebut.

"T-tidak, aku bukan ‘target’ tapi aku tidak yakin dengan Sudo-kun dan yang lainnya..."

Bagi Sakura yang sudah menjadi bagian dari kelompok (Sapi) hanya dalam dua hari, sepertinya dia tidak tahu apa yang harus dilakukan di dalam situasi seperti ini.

"Jangan terlalu dipikirkan, aku bahkan masih belum tahu ‘target' dari kelompokku”

"Baiklah ... terima kasih Ayanokouji-kun, aku senang kau memberitahuku hal itu"

"Bagaimana dengan situasi Kelas A? Dari rumor yang beredar sepertinya mereka tidak berpartisipasi di dalam diskusi"

"Itu ... yeah, sama seperti yang orang lain katakan, mereka sama sekali tidak berbicara"

Sepertinya Katsuragi benar-benar menjalankan strateginya ke semua kelompok. Itu berarti kelompok yang menyebabkan kejadian ini mungkin adalah Kelas C. Tetapi di dalam masalah ini, sebuah pertanyaan akan muncul;

Ryuuen sudah mengabaikan peraturan yang ditetapkan oleh sekolah, tetapi karena sekolah tidak mengumumkan secara aktif rincian dari ujian, tidak mungkin untuk memastikan apakah aku benar atau tidak pada saat ini. Itulah kenapa sulit untuk mengetahui aturan di balik ujian ini.

Jika aku salah menebak, aku akan berakhir dengan penghancuran diri sendiri dan menerima kerugian besar tersebut.

Selain kelompok (Sapi), fakta bahwa kelompok lain belum menyelesaikan ujian mereka berarti bahwa; bahkan Ryuuen pun masih belum mengetahui jawabannya.

Setelah ujian yang misterius seperti ini selesai, tidak heran jika banyak murid merasa tersesat.

"Jika ada sesuatu yang lain, jangan ragu untuk meminta saranku kapan saja"

"Terima kasih, Ayanokouji-kun, sampai jumpa"

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Sakura yang pergi sambil mengayunkan tangan kecilnya dengan cepat dari satu sisi ke sisi yang lain, sekarang aku menuju ke ruang paling bawah. Lalu aku turun ke tingkat yang lebih rendah dari kapal di mana seseorang umumnya tidak akan pergi ke sana.

Meskipun daerah tersebut dilarang untuk murid, namun tetap tidak terkunci agar para kru bisa mengaksesnya. Daerah dimana ruang kendali berada, meski mudah diakses, itu sama sekali bukanlah tempat yang populer bagi orang-orang untuk didatangi.

Jika seseorang berteriak dengan suara yang keras, gema akan terbentuk, karena tempat ini sebenarnya secara otomatis tidak akan ada orang-orang yang datang ke tempat seperti itu.

Hanya ada dua pintu masuk dan keluar ke tempat ini termasuk yang umum. Yang lainnya adalah pintu yang mengarah ke tangga darurat yang bahkan kru tidak menggunakannya.

Dari debu yang berkumpul di pintu tersebut, aku mengatakan mereka sangat banyak. Itu berarti aku bisa memantau situasi hanya dengan mengawasi satu jalan yang sering digunakan. 

Selanjutnya, lebih mudah bagiku karena sepertinya ponsel tidak mendapatkan jaringanya di sini. Terkadang ada jaringan muncul di sini, tetapi kebanyakan akan menjadi sangat sulit untuk mengirim pesan atau chattingan dari sini apalagi membuat sebuah panggilan.

"Semua bagian sudah ada di tempat ini" gumamku.

Yang tersisa hanyalah menjalankan rencana selangkah demi selangkah sehingga aku memutuskan untuk tidak akan membuat sebuah kesalahan.

Pertama, aku harus menghubungi Hirata, lalu memintanya memanggil Karuizawa ke tempat ini. Untuk memastikan ada cukup waktu untuk segalanya, aku harus menghubungi Karuizawa setidaknya satu jam lebih cepat. Untuk itu, aku naik kembali ke lantai atas untuk melakukan panggilan.

Aku yakin dia akan berhati-hati setelah kejadian pembicaraan tadi malam, tetapi jika Hirata memanggilnya lagi untuk berbicara sendirian dengan Karuizawa, dia pasti akan menanggapinya.

Dia bilang dia akan putus dengan Hirata, tetapi jika dia benar-benar putus dengannya, dialah satu-satunya orang yang akan menderita di situ. Selama Manabe dan kelompoknya mengincar dia, bagi Karuizawa, keberadaan Hirata itu sangatlah penting baginya agar bisa melanjutkan kehidupannya di sekolah.

"Aku sudah meminta Karuizawa-san untuk berada di sana jam 4. Aku akan mengirimkan alamat Manabe-san kepadamu sekarang"

Aku menerima pesan dari Hirata.

Seperti yang diharapkan, dia mendengarkan permintaanku dengan sangat baik dan sudah berhasil memanggilnya ke sini. Sebagai bonus, Hirata bahkan tahu alamat kontak Manabe dari kelas lain. Jika tidak, aku harus menanggung risiko dengan meminta bantuan kepada Kushida sehingga hal ini menghemat masalahku.

"Tapi aku tidak bisa membantumu lebih dari ini. Tolong jangan membuat Karuizawa-san sedih”

Hirata menambahkan hal itu sebagai sebuah catatan di bawah pesan.

Jadi dia tidak ingin Karuizawa sedih, ya?

Jika dia tahu apa yang sebenarnya yang akan aku lakukan kepada Karuizawa, aku yakin Hirata akan marah kepadaku, tetapi selama aku tidak mengalami sebuah masalah, aku rasa itu akan baik-baik saja.

Dengan demikian, bahkan jika dia sedang beristirahat di sini sekarang, selama dia tidak menyadari apapun setelah kejadian, itu tidak akan menjadi masalah. Dengan menggunakan contoh yang ekstrem; bahkan jika kau melakukan pembunuhan, selama bukti yang ada tidak mencukupi, kau akan aman.

Kemudian dengan cepat aku melewati teks yang aku tulis beberapa saat yang lalu dan mengirimkannya. Isinya adalah,

"Hei, apa kau punya waktu?"

Kalimat singkat seperti itu.

Sebagai aturan yang umum, aplikasi chat yang aku gunakan hanya bisa digunakan satu akun per-ponsel. Tetapi ada sedikit celah dalam peraturan tersebut. Dengan menciptakan akun jejaring sosial utama yang baru, kau bisa membuat akun lain untukmu sendiri. Tentu saja, umumnya tidak ada murid yang membagi dirinya di antara akun utama dan sub akun karena tidak ada banyak keuntungan jika beralih di antara akun tersebut. Tetapi dengan melakukan hal ini, aku bisa menghubungi pihak ketiga tanpa identitasku.

Aku harus melanjutkannya dengan hati-hati dari sini. Selama aku tidak melakukan kesalahan dalam proses ini, semuanya akan berjalan dengan sempurna.

Meski pesannya berasal dari pengirim anonim, Manabe dengan cepat membalasnya.

"Siapa kau?"

Tentu saja Manabe tidak mengenal si pengirim, menjawab pertanyaan tersebut,

"Apa ada orang di sekitarmu saat ini?" Aku membalas.

"Tidak, aku sendirian ... siapa dirimu?"

"Jangan tunjukkan chat ini kepada siapapun, ini hanya untukmu"

"Aku bilang, Kau ini siapa?" 

"Aku adalah orang sama sepertimu. Kita membenci orang yang sama, katakan saja seperti itu”

Meski tanda 'baca' dengan cepat muncul, Manabe meluangkan waktunya untuk membalas. Mungkin dia masih belum mengerti maksud dari kalimat tersebut.

“Apa kau sudah salah orang?"

"Aku tidak membuat kesalahan, Manabe-san, aku menghubungimu untuk memberitahumu tentang Karuizawa-san yang sangat kau benci. Aku pikir aku bisa berkonsultasi denganmu mengenai situasi ini, Manabe-san"

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, tolong berhenti mengirimkanku pesan"

Dia terlihat berhati-hati, tidak mengerti apakah aku ini musuh atau bukan. Reaksi yang wajar. Aku harus mengatasi kesalahpahaman ini terlebih dahulu.

"Sebenarnya, sebagai teman sekelasnya, aku sudah menyimpan dendam terhadap Karuizawa-san selama ini. Karena itulah aku pikir kita bisa bekerja sama dan membalas dendam padanya. Karena aku adalah teman sekelasnya, sangat sulit untuku membalaskan dendamku kepada Karuizawa-san secara langsung karena itulah aku ingin bekerja sama denganmu"

"Aku tidak tahu apa yang sedang aku bicarakan, aku akan mengabaikanmu saat ini juga"

Meskipun dia mewaspadaiku, kenyataannya dia masih belum memutuskan hubungannya denganku adalah bukti betapa dia sangat membenci Karuizawa. Sudah pasti ini berasal dari keinginannya untuk membalaskan dendam temannya, Rika dan juga kebenciannya terhadap Karuizawa. Dengan mudah aku bisa membuat kesimpulan dari fakta tersebut bahwa Manabe menggunakan kekerasan untuk membawa Karuizawa ke tangga darurat.

"Rika-chan masih takut kepada Karuizawa-san, apa kau mau tidak membantunya sebagai teman? Wajah balas dendammu sangat kelihatan, kau tahu? Tapi sebenarnya, kau tidak bisa melakukannya meski kau mau. Karena setelah kejadian kemarin, Karuizawa-san menjadi waspada. Aku yakin dia tidak akan pergi dari sisi Hirata-kun atau Machida-kun untuk sementara waktu dan dia akan selalu bersama dengan teman wanitanya sehingga dia bisa menang dengan sendirinya"

"Aku tidak butuh bantuanmu, aku hanya harus membawa Rika agar bisa bertemu dengan Karuizawa-san. Kebenarannya akan terungkap"

"Aku ingin tahu apakah itu hal yang mudah, aku tidak berpikir dia akan dengan mudah mengakui kesalahannya. Sebaliknya, itu akan menyulitkan Rika-chan jika Karuizawa-san menggunakan kata-kata tak berperasaan. Dia akan berakhir dengan melukai Rika-chan lebih jauh, tidak, bukan hanya itu saja, jika dia menyimpan dendam, dia mungkin malah akan menggertak Rika-chan lebih jauh lagi"

"... lalu apa yang harus aku lakukan? Apa kau ingin mengatakan jika ada jalan lain?"

Keinginan Manabe untuk menyelesaikan ini dengan menggunakan sebuah konflik dari kedua belah pihak yang berikutnya menjadi jelas.

"Itu dia, kau dan aku, kita bisa bekerja sama untuk memastikan kita bisa membalas dendam kepadanya di tempat yang aman,"

"Dan jaminannya? kau terlihat seperti hanya berencana menjualku kepada sekolah. Lagipula akun ini berbau seperti sub akun”

"Jika aku benar-benar menjualmu, jangan ragu untuk menunjukkan chat ini kepada para guru, Manabe-san. Akun ini sudah terdaftar di telepon sekolah. Dengan kata lain, aku mempertaruhkan identitasku untuk membalas dendam kepada Karuizawa. Dengan begitu, akulah yang paling bertanggung jawab disini, bukankah begitu?”

Aku yakin Manabe juga memahami hal ini dengan baik. Sekalipun ini adalah sub akun, begitu kau menganalisisnya secara menyeluruh, identitas seseorang di belakangnya bisa terungkap.

Jika itu terjadi, aku sebagai orang yang mendalangi rencana pembalasan ini, akan menanggung hampir semua tanggung jawab dan pasti akan dihukum dengan berat.

"Kalau begitu jika aku menunjukkan chat ini ke sekolah sekarang, apa yang akan kau lakukan? Itu adalah akhir untukmu"

"Karena aku yakin Manabe-san bukanlah tipe orang yang melakukan hal seperti itu, aku harus percaya agar bisa dipercayai"

"Aku mengerti apa yang ingin kau katakan, kurang lebih, setidaknya aku akan mendengarmu"

Setelah itu aku mengulangi cerita yang sama kepadanya berkali-kali. Tentang betapa aku membenci Karuizawa. Tentang bagaimana aku ingin balas dendam kepadanya namun belum bisa karena merupakan seseorang yang berada dalam posisi yang lemah. Dan bagaimana aku mendengar Manabe dan teman-temannya bertengkar dengan Karuizawa. Aku sangat memastikan untuk berperan sebagai korban.

"Begitu kita kembali ke darat, kontak dengan Karuizawa pasti akan menjadi sulit. Karena asrama sekolah ditebari dengan kamera pengintai, meskipun kau mencoba membawanya ke wilayah pribadi, akan ada mata yang mengawasimu. Tempat ini, medan perang yang tidak memiliki jalan keluar akan menjadi tempat yang sempurna untukmu."

Hal ini akan memastikan Manabe dan yang lainnya menyadari tempat ini, hanya di kapal ini, tempat untuk mereka bisa membalas dendam mereka.

"Jadi ... usulan apa yang bisa kau lakukan?"

Manabe yang akhirnya berhasil terjebak oleh rencanaku, akhirnya mulai mengajukan pertanyaan.

"Aku bisa menghubungi Karuizawa-san, setelah itu, kau bisa meluangkan waktu untuk berbicara dengannya dan menyelesaikan masalah"

Dan dengan begitu, melalui chat, aku mengirimkannya peta ke lantai bawah kapal.

"Karena panggilan ponsel tidak bisa masuk di sana, dia juga tidak bisa meminta bantuan dan tidak ada yang akan pergi ke sana"

"Aku  mengerti... jadi kau bisa menghubungi Karuizawa-san sebagai teman sekelas?"

"Aku ingin kau memutuskan sekarang. Apa mau bekerja sama dengan rencanaku atau tidak? Setelah aku menelponnya, kau bisa memutuskan apakah kau ingin membalas dendammu atau tidak. Apa kau tidak masalah dengan itu?"

Setelah itu, untuk waktu yang lama, meski ada tanda 'baca' yang muncul. Tidak ada jawaban yang datang dari Manabe. Kemudian, begitu jawabannya datang, aku yakin aku akan berhasil.

Jika rencanaku untuk meyakinkannya melalui chat gagal, aku sudah menyiapkan rencana lain di mana aku harus muncul di depan Manabe sendiri melalui kontak langsung.

Tentu saja itu berbahaya. Karena aku sudah mengambil beberapa foto Karuizawa yang diancam di tangga darurat, aku bisa memerasnya untuk mengikuti rencanaku. Tetapi risikonya juga besar karena aku ingin menghindari keberadaanku berdiri.

"Sekarang, biarkan aku melihat apa yang bisa kau lakukan, Manabe" 


***


Terkadang, suara besi yang tergeser dengan keras bergema di lantai yang gelap. Mungkin hal tersebut bisa terjadi kapan pun kapal merubah haluan atau mungkin itu karena kapal sudah menabrak sesuatu. Meskipun begitu, tempat di mana hanya suara mesin yang bisa terdengar, perempuan tersebut datang sendirian.

"Ada apa ini? Aku tidak bisa mengakses ponsel" gumamnya.

Masih ada sepuluh menit lagi sebelum waktu yang dijanjikan. Mungkin dia datang lebih cepat supaya bisa menenangkan diri sebelum menemui Hirata.

Setelah menyadari bahwa ponsel akan tidak berguna, Karuizawa mengantonginya lagi dengan ekspresi bosan dan bersandar di dinding.

Dan seiring berjalannya waktu, kesimpulan apa yang dia dapatkan dari ini?

Tetapi apa pun itu, sayangnya, Hirata tidak akan pernah menemuinya.

Saat jam menunjukan waktu 4 sore, satu-satunya pintu yang ada di lantai tersebut terbuka dengan bunyi yang keras. Orang-orang yang muncul adalah tiga kelompok perempuan dari  Kelas C, para perempuan yang dipimpin oleh Manabe. Dan satu lagi, seorang gadis yang memiliki aura yang mirip dengan Sakura. Mungkin perempuan tersebut bernama Rika.

“Itu benar”

Teriak Manabe saat ia melangkah ke ruangan dan dengan cepat, dia menemukan sosok Karuizawa. Tentu saja, Karuizawa juga melihat mereka.

"K-k-kenapa kau ada di sini?"

Karuizawa gemetar melihat sosok yang tak terduga dari orang-orang ini. Tetapi di tempat yang sempit dengan tidak adanya jalan keluar, melarikan diri akan menjadi sulit.

"Aku baru saja melihatmu memasuki tempat ini, yah, ini saat yang tepat, jadi aku ingin mengenalkanmu. Perempuan ini adalah Rika, Karuizawa-san, apa kau mengingat dia?" Tanya Manabe.

Dia kemudian menarik Rika yang bersembunyi di belakangnya ke depan dan mereka berdua bertatap muka. Karuizawa mengalihkan pandangannya dan berpura-pura tidak tahu, tetapi dari tingkah lakunya, jelas dia memang mengingat orang itu.

"Hei Rika, orang yang mendorongmu sebelumnya adalah Karuizawa-san, kan?"

"Ya... dia orangnya"

Setelah mendengar jawabannya, Manabe tersenyum senang dari lubuk hatinya. Di sisi lain, Karuizawa yang menyadari situasi yang berbahaya mulai menjadi cemas dan gugup. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah menyaksikan kejadian menyedihkan yang akan segera terungkap di sini.

Bahkan jika Karuizawa menghadapi siksaan yang lebih parah dari yang diperkirakan di sini, aku sama sekali tidak berniat menyelamatkannya di tengah jalan.

"Minta maaflah kepada Rika"

"Hah, siapa yang mau minta maaf? Aku tidak melakukan kesalahan apa pun"

"bertingkah keras di dalam situasi seperti ini, itu sangat mengesankan, tapi kurang lebih aku mengerti"

"...... apa yang kau mengertikan?"

"Sikap yang aneh dan ketakutan. Karuizawa-san, kau adalah korban dari bullying, bukan?"

"...."

Fakta bahwa dia sangat berusaha untuk menyembunyikannya diketahui oleh orang yang bahkan tidak dia kenal dengan baik.

"Aku benar, bukan? Aku tahu itu, aku memiliki perasaan seperti itu tentangmu sejak awal"

"I-itu tidak benar ..."

Itu merupakan penyangkalan yang mengerikan, tetapi bahkan untuk aktor yang terbaik, dia tidak akan bisa meyakinkan mereka.

Bukan berarti Manabe memiliki mata yang bagus untuk mengamati hal-hal seperti itu, tetapi karena sebelumnya aku sudah menceritakan kepada Manabe semua hal tentangnya. Karuizawa sudah diganggu dengan sangat mengerikan sejak kecil dan dia mengalami trauma serius dari hal tersebut. Tidak ada gunanya menyangkal hal ini kepada seseorang yang sudah mengetahui kebenarannya.

"Jika kau berlutut dan mengemis sekarang, aku mungkin akan memaafkanmu. Itulah yang harus kau lakukan, benarkan? Berlutut!”

"Aku-aku tidak akan melakukannya. Lagi pula, aku belum pernah melakukan itu sebelumnya"

Dia mencoba melewati Manabe seolah ingin melarikan diri, tetapi Manabe meraih rambut panjangnya dan mendorongnya kembali ke dinding, membantingnya ke sana.

Setelah merasa nyaman dengan sebuah tempat untuk pembalasan dendam yang sudah dipersiapkan untuknya, mengendalikan Manabe sudah pasti tidak akan bekerja lagi. Apa yang kami sepakati di chat kami adalah agar dia 'bertemu' dengan Karuizawa.

Seharusnya dia ragu menggunakan kekerasan sebagai alat balas dendam, Tetapi setelah bertemu langsung, semua tekanan yang harus ditahan di dalam dirinya, bersamaan dengan harapan dari teman-teman di sekitarnya untuk membalas Karuizawa, sudah pasti Manabe tidak akan puas kecuali jika dia membuat Karuizawa menderita.

Itulah tujuanku.

Ada sebuah percobaan di tahun 1960-an yang dikenal dengan percobaan ‘Milgram’. Juga dikenal sebagai prcobaan ‘Eichmann’. melibatkan tes yang melibatkan peran 'guru' dan peran 'murid' di tempat yang terisolasi.

Peran guru adalah memberikan kejutan listrik yang rendah kepada subjek sampai rasa takut dan rasa sakit karena syok akan diingat oleh mereka. Kemudian, orang yang diberi peran 'murid' akan dipisahkan dari 'guru' melalui kaca dengan alat yang memungkinkan kejutan mengalir ke 'murid' yang dipasangkan. Pengejutan kemudian akan dipercayakan kepada subjek yang diberi peran sebagai 'guru'. Persiapan itu selesai untuk memulain percobaan.

Kemudian, percobaan memberikan 'murid' serangkaian pertanyaan untuk menjawab pertanyaan 'guru'. Untuk setiap jawaban 'murid' yang salah, 'guru' akan terus memberikan kejutan listrik dan dengan setiap kesalahan juga akan menaikkan volume kejutan itu sendiri. Akhirnya, kejutan bisa naik hingga 450 volt dimana itu cukup kuat yang akan berakibat fatal bagi manusia.

Di sisi lain, yang terlemah adalah 45 volt dan hanya berefek gatal ringan. Namun, berbeda dengan pengetahuan ‘guru’, perangkat tersebut palsu dan ‘murid’ dibuat bertindak di dalam rasa sakit karena teriakan yang akan terdengar dari lain.

Bahkan jika arus yang mengalir kepada subjek, pada awalnya tidak akan ada banyak reaksi, walaupun setiap kali volumenya meningkat, rasa sakit tersebut akan meningkat mulai dari jeritan, merintih, hingga akhirnya terdiam.

Subjek yang diberi peran sebagai 'guru' tidak terancam oleh hal ini dan terus menaikkan volumenya meski sudah tau bahwa pihak lawan sudah menderita kesakitan.

Hampir 66% subjek dinaikan volumenya hingga ke titik di mana manusia pasti akan terbunuh. Percobaan tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa 'tergantung kepada keadaan, setiap orang mampu menunjukkan kekejaman'.

"sakit, sakit, sakit! Lepaskan aku!"

Karuizawa menjerit kesakitan karena rambutnya ditarik, tetapi Manabe hanya tertawa. Saat ini, daerah tertutup ini merupakan lantai kapal yang lebih rendah.

Peran 'guru' sudah ditugaskan kepada Manabe dan peran 'murid' untuk Karuizawa sesuai dengan percobaan. Aku sudah menyiapkan sebuah panggung yang serupa dengan percobaan ‘Milgram’ sebisaku.

Umumnya, meski dengan kondisi seperti ini, itu tidak akan cukup, namun mengingat sejarah di antara keduanya, hasil percobaan harus tetap terjadi di sini.

Penderitaan dan rasa sakit yang dialami Karuizawa yang bersikap keras beberapa waktu lalu, terasa lebih baik kepada mereka saat ini.

"Haah"

"Uwa ~ Shiho, kau menggunakan lututmu untuk menendangnya. Itu berlebihan, kau tahu"

Manabe terus menggunakan lututnya untuk menyerang daerah sekitar perut Karuizawa. Tentu saja, Manabe yang tidak biasa menendang seperti itu, memiliki gerakan yang lambat dan lemah dan ditendangnya seharusnya tidak terlalu menyakitkan. Tetapi bagi Manabe, rasa sakit dari suara Karuizawa adalah upah terbesar.

Dia terihat memiliki waktu dan berbisik kepada Rika yang sudah menjauhkan diri dari mereka sampai sekarang.

"Rika, kau juga harus mencobanya”

"Aku-aku baik-baik saja..."

"Kami melakukan ini untukmu, kau tahu? Tidak apa-apa, lagipula tidak ada yang melihat"

Rika terlihat menolak membalas dendam secara langsung, tapi daerah tertutup ini tidak akan membiarkan hal tersebut.

‘Kau juga temanku, bukan?'

Jika sesuatu seperti itu harus diucapkan di sini, akan sulit baginya untuk terus menolak. Jika kemarahan itu diarahkan kepadanya, dia akan menjadi korban esok hari. Dia tidak mampu menyangkal bahwa dia mungkin akan bertemu dengan mata yang sama dari Manabe suatu hari.

"Uuunn ... aku akan coba melakukannya"

Pechi.

Dengan suara kering dan ringan seperti itu, Rika menampar Karuizawa dengan tamparan yang tidak menimbulkan rasa sakit.

"S-seperti ini?"

"Bukan seperti itu, kau harus membuatnya lebih kuat lagi, seperti ini"

Pakk!

Suara tinggi seperti itu terdengar saat Manabe menampar pipi Karuizawa seperti itu. Menanggapi hal tersebut, Karuizawa terlihat menderita. Dan seperti yang diinstruksikan, Rika perlahan mengulangi tamparannya.

Perlahan, kekuatan menamparnya terus meningkat.

"B-b-b-b-berhenti ..."

"Haha ... ini menyenangkan ... haha"

Terlihat seperti bukan Manabe. Dia akan menjadi orang yang lebih cocok untuk percobaan ‘Milgram’. Karuizawa yang telah dihadapkan oleh sesuatu kuat sampai sekarang, mulai menunjukkan rasa sakit.

"Kumohon... Maafkan aku ..."

Dia kemudian meminta maaf. Melihat sosok itu pasti bukan hal yang tidak nyaman dan menyenangkan.

Dia terlihat tidak takut sama sekali, Rika mulai memukul dan menendang dengan kuat. Terlebih, hal yang menarik adalah, tempat yang awalnya tidak mereka sentuh, seperti di bawah seragam dan di bawah rambutnya, tempat-tempat yang biasanya tidak dapat dilihat. Mereka mulai menargetkan tempat-tempat seperti itu juga.


Karuizawa yang sudah terjatuh ketakutan, hanya meneteskan air mata saat dia menyembunyikan wajahnya. Dan tidak ada yang menyadari, aku yang sudah mengamati kejadian tersebut, bergerak tanpa mengeluarkan suara. Lalu diam-diam membuka pintu tangga darurat agar tidak mengagetkan Manabe dan yang lainnya. 

Beberapa waktu yang akan datang, gangguan Manabe pasti akan terus berlanjut. Tidak peduli apapun yang akan terjadi. Sekali sesuatu sudah sangat hancur, itu akan menangkapmu ke masalah saat kau memperbaikinya kembali.

Dengan tenang dan perlahan aku menutup pintu di belakangku saat jeritan Karuizawa terhalang oleh pintu dan tidak lama lagi tidak tidak terdengar.

***


Setelah aku memastikan bahwa kelompok Manabe sudah pergi, aku kembali memasuki ruangan. Karuizawa mungkin mendengar pintu terbuka, tetapi dia terus berjongkok di lantai dan menangis. Mungkin rasa takutnya yang luar biasa sudah mencegahnya untuk tidak memperhatikanku.

Jadi, ini adalah wajah yang sebenarnya dari pemimpin 'perempuan' yang egois dan pantang menyerah?

Ini semua berkat saran yang aku berikan kepada Manabe. Seragam Karuizawa dan kulit yang terpapar kurang lebih masih utuh. Jika seragamnya robek atau seseorang memotong rambutnya, akan sulit menipu orang lain. Sementara bullying sudah sering terjadi, keunikan sekolah ini adalah membuat bullying lebih sulit dilakukan.

Jika seseorang sudah menemukan sesuatu yang harus dikhawatirkan, pastinya itu adalah karena wajahnya menjadi sedikit merah oleh kekerasan fisik; Besok hari itu akan mereda.

"Karuizawa"

Aku memanggil namanya. Dia mengangkat kepalanya dan akhirnya melihatku.

"Wah, bagaimana ...?!"

Laki-laki yang tidak pernah terpikirkan akan melihatnya di sini, sudah menyaksikan hal yang tidak ingin dilihat orang lain. Dia mulai menjadi panik.

Tetapi pengalaman itu terlalu traumatis baginya untuk berhenti menangis sekaligus berpura-pura jika semuanya baik-baik saja.

Akhirnya aku akan berhenti menangis. Akhirnya aku akan tenang. 

Sebelum dia melupakan hal yang sebelumnya, keinginan kecil dan sia-sia darinya tidak akan terjadi. 

Aku diam menunggu.

Setelah beberapa saat, Karuizawa yang terisak-isak perlahan beralih ke sosok yang tenang.

Jika kau menempatkan 2 orang sendirian di daerah yang gelap dan terisolasi seperti ini, mereka tidak bisa berbuat apapun, namun mampu merasa lebih dekat secara mental. Hal ini akan bekerja bahkan jika 2 orang tersebut umumnya saling membenci. Inilah yang manusia lakukan.

"Sudah tenang?"

"...Kurang lebih..."

Karuizawa menggunakan lengan bajunya untuk menyeka matanya yang bengkak. Dia masih lumpuh dan tidak bisa bangkit kembali. Aku mengulurkan tangan untuk membantunya, tapi dia tidak menggapainya.

"Dimana Hirata ......"

"Meskipun kalian berdua akan bertemu di sini, tapi aku yakin guru sedang memanggilnya, aku bersama dia saat itu, jadi aku yang menggantikan dia."

Penjelasan ini seharusnya cukup untuk menjelaskan bagaimana semuanya berakhir seperti ini.

Untuk saat ini aku tidak perlu memberi tahu yang sebenarnya. Hal pertama yang harus di lakukan adalah membiarkan penjagaannya menurun dan membuat celah di psikisnya.

"Jadi, kenapa kau menangis?"

"Ini karena Manabe dan kelompoknya.... aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja."

Sepertinya dia mengingat apa yang baru saja terjadi kepadanya. Tubuh Karuizawa mulai bergetar. Bahkan jika dia tidak ingin menunjukkan sisi memalukan ini kepadaku, tetapi ketakutan yang menodai tubuhnya tidak begitu mudah terlepaskan.

"Jangan beritahu siapapun jika aku menangis. Jika kau melakukannya, aku tidak akan memaafkanmu"

Kelemahan Karuizawa adalah dia tidak bisa melaporkan apa yang terjadi kepadanya ke sekolah. Jika kekerasan fisik yang dilakukan Manabe dan kelompoknya kepada Karuizawa diketahui, maka sekolah tersebut ingin mengetahui alasannya. Untuk melindungi status sosialnya, dia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Karena itulah sekarang dia berencana menggunakan Hirata untuk membalas gadis-gadis tersebut.

"Kau tahu, untuk membalas mereka, bahkan orang sepertimu bisa melakukannya. Pada dasarnya mereka hanyalah perempuan."

"Permintaan yang tidak masuk akal."

"Apa kau takut jika mereka akan membalasnya?" 

"Dan kau mengklaim bahwa kau adalah seorang laki-laki...??"

"Itu sudah jelas jika dilihat dari kejadian Sudou bahwa ‘membalas’ itu tidak akan menyelesaikan apapun, mata dibayar mata hanya akan menambah sebuah masalah, terlebih itu akan membuat sekolah terlibat dan memulai penyelidikan, itu bukan apa yang kau inginkan, bukan?"

"Jadi kau menyuruhku untuk melupakannya?"

Aku tahu bagaimana menjawabnya, tetapi aku memilih untuk tetap diam.

"Seperti, mereka akan setuju, tidak, pasti mereka akan terus melakukan segala macam cara kepadaku...."

Tubuh Karuizawa terus bergetar.

Itu benar, tidak ada jaminan bahwa Manabe akan berhenti dalam hal ini. Ada lebih banyak cara melarikan diri begitu kami kembali ke sekolah, tetapi Karuizawa tidak bisa terus bermain petak umpet dan mencari sisa waktunya disini.

Pada saat yang sama, teman sekelas kami akan mulai memperhatikan perubahan Karuizawa. Saat kedua belah pihak mendekat, Karuizawa tidak punya tempat untuk melarikan diri.

Karuizawa menyadari hal ini dan sekarang menjadi sangat ingin menghentikannya dan kecemasan seperti ini adalah apa yang telah aku incar selama ini.

"Akan sangat memalukan jika semuanya kembali menjadi seperti semula, aku merasa kasihan kepadamu mengenai hal ini."

"Ah ...... Apa yang kau katakan? Apa maksudmu?"

Karuizawa sedang mencoba untuk melihat seberapa banyak hal yang aku ketahui. Aku melihat kelompok Manabe mengganggunya, tetapi seharusnya aku tidak mengetahui masa lalunya. Jika aku benar-benar tidak tahu, maka masa lalunya adalah sesuatu yang harus dia sembunyikan dariku.

"Apa yang aku maksud? Tepat seperti apa kalimat tersebut. Melawan segala kesulitan, kau melarikan diri ke tempat yang terisolasi ini, dan bahkan mendeklarasikan takhta dari pemimpin kelas D. Namun kenyataan bahwa kau adalah korban bullying itu tidak berubah."

"Siapa, siapa yang kau sebut sebagai korban bullying!"

"Maksudku, Karuizawa!"

Aku meraih pergelangan tangan Karuizawa dan menyeretnya ke atas.

"Tunggu, apa yang kau lakukan!"

Aku mendorong Karuizawa ke dinding dan memaksanya menghadap ke arahku.


"Kau disiksa oleh Manabe, bukankah begitu? Mereka menarik rambutmu, menampar wajahmu, menendang payudara, pinggang, perut, dan begitulah akhirnya kau terjatuh, sedih, dipermalukan, menyedihkan, terisak-isak."

"!?"

Meski dia tidak mau bertatap muka denganku, namun dia tidak bisa kabur.

Seakan kami menelan ludah karena ini, kami saling menatap satu sama lain.

Tidak ada kisah cinta yang terlibat di sini. Apa yang kami bagikan adalah kegelapan itu sendiri.

"Sejak kecil kau sudah menjadi korban, Di SMP bullying tersebut terjadi tanpa berhenti, bukankah ini alasan kenapa kau ingin menghentikannya?"

"Apa kau mendengarnya... dari Hirata?

"Aku tidak tahu apakah aku harus memberi tahumu ini atau tidak. Hirata membayangkan dirinya sebagai teman yang dipercayai oleh semua orang. Dia akan membantumu dan dia akan membantu orang lain. Bahkan jika kau berhasil mengamankan tempatmu di kelas D dengan berpura-pura menjadi pacarnya, dia tidak akan banyak berguna untukmu di dalam situasi seperti ini. Dengan kata lain, sebagai parasit, dia bukan tuan rumah yang baik"

Karuizawa jauh lebih pintar dari penampilannya. Dia mengerti akan kenetralan Hirata, jadi pada awalnya dia tidak akan melakukan hal yang bodoh di dalam kelompok kelinci. Sayang sekali, untuk menunjukkan status sosialnya, dia berkelahi dengan Rika dan dengan perluasan kelompoknya. Ini menyebabkan dia tertuduh.

Dia tidak mungkin menunjukkan sisi lemahnya ini kepada seluruh perempuan di kelas D.

"Kenapa kau.... Apa yang memberimu hak untukmu dengan pintar menasehatiku!"

"Hakku? kau belum menyadarinya? Kau harus menyadari tempatmu. Apakah kau tahu siapa orang  yang ada di depanmu? Bukan Hirata, ini adalah aku, aku yang mengetahui tahu masa lalumu, aku tahu tentang hubungan palsu antara kau dan Hirata, aku yang tau bahwa Manabe secara fisik menyerangmu dan yang bisa kau lakukan hanyalah berteriak tanpa henti. Aku tahu semua itu."

Segalanya yang Karuizawa Kei tidak ingin orang lain ketahui. Aku, orang luar, sekarang mengetahui semuanya.

"Dengan kata lain, jika kau terlalu banyak berbicara, aku bisa saja setiap saat menyebarkan informasi ini."

Betapa kejamnya hal itu? Karuizawa harus mengetahuinya dengan baik.

"Jangan, jangan bercanda! Kau pikir kau siapa!"

"Seseorang yang tahu tentang dirimu yang sebenarnya, hanya itu, bukankah ini yang kau sayangkan?"

Saat aku mendekatinya, Karuizawa memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapanku. Aku meraih pipinya dan memaksanya kembali ke arahku. Dia sangat ingin menghindari pandanganku, tetapi kekuatan dari laki-laki terlalu kuat untuk ditolaknya. Dia memejamkan mata, mencoba untuk melarikan diri.

"Apa yang kau inginkan dariku, apa kau mengincar tubuhku?"

"Tubuhmu ya, itu bukan ide buruk."

Ujung jariku meluncur di paha Karuizawa. Kelembutan yang kurasakan hampir tidak manusiawi. Kelembutan kulitnya sangat berbeda dari apa yang aku tahu dan apa yang aku miliki.

"Tidak!!"

Dia berusaha keras untuk menjauh dariku. Aku menguatkan cengkeramanku di pipinya dan membuatnya menatap mataku.

"Jangan menolak, jika kau melakukannya aku akan menceritakan semuanya ke sekolah."

Perempuan ini, seperti kutukan, mengutuk tubuhnya menjadi kaku.

Marah, ngeri, takut, putus asa. Benar, seberapa banyak emosi yang dibawa oleh Karuizawa?

Dia harus memperhatikan bahwa saat ini aku sudah benar-benar berbeda dari kepribadian yang aku perlihatkan di dalam kehidupanku sehari-hari.

"Lebarkan kakimu."

Aku memerintahnya. Air mata Karuizawa mulai turun saat dia perlahan melebarkannya.

Bahkan jika dia tahu dia akan diperkosa di sini, dia masih ingin melindungi tempat yang dimilikinya sekarang.

Rasa sakit akibat bullyingnya sudah mulai terkendali, dan inilah buktinya.

Aku meletakkan tanganku di ikat pinggangku dan sengaja bermain dengan gesper logam. Bahkan saat itu, Karuizawa tidak melarikan diri.

Dia berusaha mati-matian untuk menerima kenyataan yang baru ini. Dia menatapku dengan mata yang kosong dan bergumam pada dirinya sendiri.

Aku benar jika Karuizawa Kei adalah alat yang bisa digunakan.

Tujuanku bukanlah tubuhnya. Aku mengancam dia untuk melihat seberapa jauh dia akan melindungi apa yang dimilikinya.

Ini adalah pertaruhan yang berisiko bagi ku untuk mengungkapkan sifatku yang sebenarnya. Jika Karuizawa melarikan diri dan melaporkanku, maka posisi kami akan benar-benar terbalik. Tetapi perempuan ini tidak bisa melakukannya.

Dia takut dengan masa lalunya lebih dari apa pun. Takut bahwa dia akan kehilangan tempat yang dimilikinya. Untuk melindungi ini dia bahkan rela menggunakan tubuhnya. Itu membuktikan seberapa banyak tempat ini sangat berarti baginya.

"Aku tidak akan tunduk kepadamu.... Aku tidak akan diintimidasi olehmu.... kau hanya memegang kelemahanku dan menggunakanku! Kau adalah bajingan yang hanya melakukan apapun yang kau inginkan dan memperkosaku!"

Karuizawa berteriak, seolah-olah dia mengeluarkan kemarahan mentahnya kepada dunia.

"Tapi tidak masalah, ini bukan pertama kalinya aku menyerah kepada kekuatan..."

Dia pura-pura tertawa. Karuizawa berbalik dan menatap mataku.

"Hahaha... Hei, apa kau tau? Jika ada kebenaran yang tidak berubah diberikan, bagaimana reaksi manusia...?"

Dia gemetar dan memeluk dirinya sendiri. Dengan senyuman kosong dan tumpul, dia jauh menatapku.

"Aku menyerah. Ya, aku sudah disiksa dan dilahap. Aku dibuat dengan mesin yang bereaksi dengan dorongan. Aku bahkan tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk melawan. Aku tidak bisa melakukan hal yang lain. Yang bisa aku lakukan hanyalah menerimanya.”

Ketika akhirnya dia memutuskan keputusan ini, Karuizawa mengangkat roknya dan meletakkan tangannya di celana dalamnya.

Aku menggenggam pergelangan tangannya dan menahannya di dinding kapal.

"Apa yang kau terima, di mana rasa sakit yang menyiksamu?"

"Apa ...... Tentu saja semua yang aku miliki, sepatuku dilempar, laci mejaku penuh dengan bangkai binatang mati. Ketika aku pergi ke kamar kecil aku disiram dengan air yang kotor. Seragamku ditulis dengan kata-kata seperti 'pelacur'. Rambutku ditarik, ditampar, ditendang begitu banyak sehingga tidak bisa menghitungnya. Segala jenis bullying yang bisa kau bayangkan, aku pernah mengalaminya. Yang ku katakan hanya seberapa. Mereka begitu 'lemah lembut' sehingga aku bisa tertawa, jadi kenapa kau tidak mulai tertawa? Tertawalah kepadaku yang terus meludah dan diintimidasi"

Setelah mengalami semua ini, sangat mengesankan jika dia masih bisa mengumpulkan keberaniannya dan terjun ke medan perang sekali lagi.

Intinya kuat dan inilah kenapa dia masih bisa berdiri dan masuk  ke SMA ini.

Jadi inilah yang terjadi.

Tetapi... Ini masih belum cukup untuk menjelaskan beberapa hal yang aku perhatikan.

"Apa itu satu-satunya siksaan yang kau alami?”

"Apa......"

"Apa yang kau katakan, apakah semuanya itu benar?"

Aku merasa masih ada sesuatu yang kritis yang menghancurkan hatinya.

Cara yang tidak normal untuk menunjukkan terornya tidak banyak membantu tetapi malah membuatku berpikir bahwa ada sesuatu yang lain dibaliknya.

Karuizawa menyembunyikan sesuatu yang senilai dengan menyerah tubuhnya.

"Apa yang kau sembunyikan?"

"Ap, tidak ad....."

Sebagai contoh, Karuizawa berpaking dan melihat ke pinggang kirinya.

Aku memperhatikan hal tersebut dan membuat tanganku menyentuhnya.

"Be, berhenti!"

Teriakan kasarnya terpantul di dinding sekitarnya dan bergema di lorong yang kosong.

Tetapi, kecurigaanku dikonfirmasi oleh teriakannya. Aku meraih seragamnya dan menariknya ke atas. Di kulitnya yang indah ada bekas luka yang jelek. Bekas luka yang hanya bisa disebabkan oleh pisau tajam yang mengiris begitu dalam.

"Apakah ini kegelapanmu?"

"Fu, hu, huhu .....!"

Bekas luka ini bukan tindakan anak-anak yang saling menyiksa satu sama lain.

Sebuah bekas luka yang dalam ini benar-benar membahayakan nyawanya.

Bahkan jika masa lalunya membawa beban yang seperti itu, dia tetap memilih untuk berdiri.

Dalam beberapa hari terakhir aku mengamati perempuan bernama Karuizawa Kei ini. Orang ini, untuk melindungi dirinya sendiri, dengan paksa menyeret orang-orang di sekitarnya ke dalam kelompoknya. Bahkan jika dia menerima penghinaan dari tindakannya, dia tetap ingin melindungi statusnya.

"Keputusasaan datang dalam berbagai bentuk dan cara, tetapi apa yang kau alami adalah, tidak salah lagi, keputusasaan."

Kegelapan Karuizawa, pupilnya,  Mereka saling tumpang tindih dengannya.

Mereka yang memilih untuk membawa kegelapan mereka bersama mereka tertarik dan kemudian, saling melahap satu sama lain dan akhirnya, mereka yang membawa kegelapan, akan menyelimuti kegelapan yang lainnya dengan diri mereka sendiri.

"Ap, apa... kau..!"

Jika orang ini ditahan oleh masa lalunya, maka yang harus aku lakukan adalah melepaskannya secara paksa dari ikatannya.

Bahkan jika aku tidak mengenalnya secara mendalam, tetapi aku bisa merasakan kegelapan yang dimilikinya.

Itu benar... Dunia ini memiliki sesuatu hal yang lebih banyak yang belum pernah dialami oleh Karuizawa. Di tempat yang lebih dalam, kegelapan yang lebih keji pun berakar.

"Aku bisa menjanjikan satu hal dan mulai sekarang aku akan melindungimu dari intimidasi. Aku jauh lebih bisa diandalkan daripada Hirata dan Machida."

"Apa maksudmu, kau bisa menghentikan Manabe dan kelompoknya ......?"

"Apa yang harus aku lakukan sekarang adalah memutuskan seberapa banyak yang bisa dipercaya dari kata-kataku. Anak kecil yang ramah mudah meledak, tapi nyala api yang lebih besar akan memiliki efek sebaliknya. Pada akhirnya, api akan berubah menjadi sesuatu yang hembusan angin tidak bisa memadamkannya. Kau akan bertindak atas namaku dan aku akan bertindak atas namamu. Emosimu tidak boleh dan tidak akan ikut bermain di sini. Apa kau setuju dengan hubungan ini? "

"Pertama, kita akan hilangkan kekhawatiranmu.” Kataku dan mengangkat ponselku.

"Aku punya cara untuk menghentikan tindakan Manabe."

Lalu, aku menyalakan layar ponselku.

Di ponselku ada foto Karuizawa yang diserang oleh kelompok Manabe.

"Ini..."

"Jika aku mengirimkan ini kepada mereka, mereka harus mempertimbangkan kembali untuk melakukan hal lebih banyak kepadamu. Jika mereka masih memutuskan untuk mengejarmu dengan menyebarkan rumor, ini akan memberiku amunisi yang baik untuk ikut campur"

Sedangkan untuk Manabe dan kelompoknya, insiden khusus ini seharusnya bisa menenangkan kemarahan mereka. Tak perlu melangkah lebih jauh jika ingin menempatkan mereka ke posisi yang tidak menguntungkan.

Aku melepaskan pipinya, lalu dengan nada tanpa emosi yang aku berkata padanya-

"Aku hanya mencari seseorang untuk membantuku, aku harap di masa depan, kau akan menjadi bantuanku saat aku membutuhkan."

"Apa, bantuanku? Apa yang kau ingin aku lakukan.."

"Jika situasi saat ini masih berlanjut, kelas D tidak akan pernah menyalip kelas A. Sementara itu kemampuan individu anggota kelas D cukup bagus, tetapi kita sangat kekurangan kohesi, kita seperti pasir pantai, namun jika kau bisa mengendalikan anak perempuan untukku, situasi ini secara bertahap akan berubah menjadi lebih baik dan itu membuatmu, makhluk yang lebih berharga dari Horikita yang tahu bagaimana cara bertarung sendirian.”

"Kau, apa yang kau lakukan..."

Dia pasti berpikir bahwa aku hanyalah orang normal yang biasa, jadi melihatku di pernyataan ini akan membuat pergerakannya terlihat. Tetapi aku tidak akan menjelaskan tentang diriku. Mengurangi kata-kata, lebih mengerikanan dan semakin sedikit dia menolak.

"Langkah pertama dari kerja sama kita adalah memimpin kelompok kita meraih kemenangan di ujian ini."

"Kemenangan? Tapi bagaimana-"

"Karena kau-, bukankah begitu?"

Ketika dia mendengarkan kata kuncinya, Karuizawa melebarkan matanya dan menatapku.

Seolah kebenarannya bergema di dalam pupil, pikiran dan matanya. Aku menyampaikan kebenaran itu kepadanya.

Karuizawa terlihat sedikit bingung, tetapi mungkin memang seperti itu.

Karena parasit hanya bisa hidup dengan menempelkan dirinya ke tumbuhan lain dan sekarang Karuizawa mengikutiku, tuan rumah yang baru. Hidupnya sekarang tidak akan bisa bergerak maju tanpa diriku.

13 komentar: