Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 1 Volume 7.5 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Selasa, 27 Februari 2018

Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 1 Volume 7.5


PANAH CINTA

23 Desember. Langit terlihat cerah. Bangun di pagi hari terasa begitu nyaman. Bahkan hampir luar biasa menyegarkan, walaupun aku baru saja membuka mataku. Aku terulas oleh kenyamanan, dan hal ini membuatku terasa seakan masih ada dalam mimpi.

 Itu adalah perubahan pertama yang terjadi padaku. Jadi, apa yang berubah? Jika ada orang yang bertanya padaku tentang hal itu, dengan tegas aku akan menjawab ‘Tidak’. Tapi, bukan berarti tidak ada yang berubah sama sekali. Sejujurnya, telah ada yang berubah. Perubahan yang dramatis. Aku, Karuizawa Kei, sudah tidak lagi memiliki masa lalu yang mengerikan yang mengikatku.

Lebih tepatnya, mungkin bukan seperti itu. Aku telah mendapatkan kekuatan yang tidak akan kalah pada masa lalu yang telah mengikatku begitu lama. Hal itu adalah, kemarin, setelah acara penutupan yang mengakhiri semester kedua. Aku dipanggil oleh Ryuuen dan yang lainnya, dan menerima beberapa perlakuan bully. Terdengar payah memang jika aku mengatakannya seperti ini tapi kenyataannya hal itu memang terjadi padaku. Saat itu aku mencapai titik terendahku.

Di sekolah ini aku selalu melarikan diri mencari keselamatan, kupikir aku akan sekali lagi terjatuh pada neraka. Lalu, aku mendengar berbagai macam hal. Dan diantara semuanya itu, satu yang paling mengejutkan adalah, Manabe dan teman-temannya yang membullyku saat itu pada kenyataannya ternyata mereka dikendalikan oleh Kiyotaka. Awalnya aku merasa putus asa, dan bahkan amarah pun muncul. Namun…pada akhirnya aku terselamatkan.

Semua seperti telah direncanakan Kiyotaka. Orang yang menungguku saat aku turun dengan selamat dari atap sekolah adalah mantan ketua Osis dan Cabashira-sensei. Itu tidak seperti mereka punya hal yang ingin dikatakan padaku, hanya bentuk keprihatinan mereka agar perhatian orang-orang tidak tertuju padaku. Sejujurnya,tanpa pertolongan mereka, aku ragu bisa sampai ke asrama dengan selamat.

Satu hal yang mereka katakan padaku adalah keduanya bertindak berdasarkan instruksi Kiyotaka. Kurasa karena mereka menyadari bahwa hanya itu satu-satunya cara untuk menenangkanku. Peristiwa yang terjadi di atap sekolah. Sebuah benih atas diriku yang telah dibully oleh Manabe dan teman-temannya telah tertanam. Jika aku memiliki kekuatan untuk melepaskan diri dari masa laluku, aku pasti bisa lebih tegas saat itu. Hal itu akan berakhir tanpa apa yang terjadi di masa sekolah menengah pertamaku harus diketahui…..tidak, bukan begitu. Pada dasarnya, akulah yang salah. Untuk bisa terlihat tegas, aku terus bersikap sombong.

Untuk itu, seandainya Manabe dan teman-temannya tidak senang akan sikapku aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah cara yang aku pilih untuk menghindari bullying. Dengan segala risiko baik buruknya.

“Fu……….”

Aku menghela nafas panjang. Tapi bukan helaan nafas yang buruk. Bagaimana menjelaskannya ya? Itu helaan nafas yang dipenuhi dengan emosi… tidak. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik.

Hanya ada satu hal yang aku yakin. Dan itu adalah, entah itu ketika aku tertidur, atau ketika aku terbangun. Di dalam pikiranku, Kiyotaka selalu ada disana.

Sejak kemarin, hal itu bagai terbakar tepat ke dalam benakku dan aku tidak bisa melupakannya.

“…..lebih seperti, mou, bagaimana aku mengatakannya, ini adalah permainan yang licik…….”

Walaupun suhu tubuhku seharusnya normal, untuk beberapa alasan, tubuhku menjadi panas. Untuk menekan gejolak panas yang mendadak naik dalam tubuhku, aku menutup kedua mataku. Ayanokouji Kiyotaka. Murid tahun pertama kelas D. Awalnya aku tidak memikirkan apapun tentang dia. Hanya teman sekelas yang tanpa bayangan. Terkadang pembicaraan tentang dia yang terlihat keren memang muncul, tapi itu tidak pernah menarik. Dan lagipula, teman sekelas yang lain dapat dengan segera melupakan Kiyotaka begitu saja.

Di dunia yang modern ini, keterampilan dalam berkomunikasi merupakan faktor besar dalam popularitas seseorang. Itu adalah suatu hal yang pada dasarnya kurang dari Kiyotaka. Tidak peduli sebagus apapun dia dalam bidang olahraga, jika tidak disertai dengan elemen lainnya, tingkat popularitasnya tidak akan meluas lebih jauh lagi. Itulah sebabnya, nama-nama seperti Yousuke-kun, Tsukasaki-kun dari kelas A dan Shibata-kun dari kelas B jauh lebih tinggi tingkat popularitasnya.
  
Tapi—Kiyotaka yang asli, dia sebenarnya tidak buruk dalam bersosialisasi, dia sangat pintar, dia sangat dewasa, dia juga hebat dalam berolahraga sampai-sampai dia tidak akan kalah bahkan dengan siswa senior sekalipun, dan lagi, dia sangat kuat hingga mencapai titik hampir luar biasa…….ada juga bagian dari Kiyotaka yang kejam dan tidak kenal belas kasihan, tapi…….walaupun begitu, pada akhirnya, dia pasti akan menyelamatkanku.

"Ha………..!?”

Mungkinkah, aku, sebelum aku menyadarinya, tentang Kiyotaka----

“Tidak, tidak, tidak, tidak. Tidak mungkin, tidak mungkin!”

Sambil memegang wajahku yang memerah, aku menggelengkan kepala dengan cepat ke kiri dan ke kanan. Karena wajahku yang menjadi merah ini, aku panik……. Aku hampir terlihat seperti gadis yang sedang jatuh cinta.

Bukannya aku menolak percintaan. Aku juga seorang gadis yang ingin merasakan jatuh cinta sebagaimana mestinya. Hanya saja, bagaimana aku harus mengatakannya, ada bagian dari diriku yang tidak bisa mengakui bahwa aku melihat Kiyotaka dengan pandangan seperti itu.

“Itu benar. Tidak mungkin begitu. Karena dia juga aku jadi mengalami hal yang mengerikan…….”

Sebaliknya, aku ingin dia berterimakasih padaku karena tidak mendendam padanya. Selain itu, untuk dia yang mencuri hatiku juga, aku tidak bisa memaafkan hal seperti itu.

Berdiri di depan cermin, aku menyisir rambutku yang kusut setelah bangun tidur.

“Tapi, aku juga jadi orang terlalu baik, kan?”

Bahkan jika hal ini kebetulan terjadi untuk menanggung kesalahan, aku bertanya-tanya apakah orang biasa mau memaafkan Kiyotaka untuk hal yang sudah dia perbuat? Kemungkinannya adalah tidak mungkin. Sudah jelas bahwa itu tidak mungkin. Sebaliknya, mereka mungkin malah menaruh dendam terhadapnya. Hanya saja kebetulan hal itu terjadi pada orang yang sangat murah hati sepertiku makanya dia sudah dimaafkan. Berterima kasihlah, Kiyotaka. Berbicara keras seperti itu dalam kepalaku, aku melepaskan diri dari semua delusi yang salah.

Itu karena, aku tidak bisa memberinya maaf jika di depan Kiyotaka langsung.

Sebaliknya, aku ingin tahu apa aku harus mengganggunya sedikit. Berpura-pura marah karena sudah dimanipulasi olehnya, –sepertinya terdengar bagus. Dan mungkin saja, kalau aku melihat wajah Kiyotaka, kemarahan dalam diriku barangkali akan mucul juga.

Saat aku merenungkan hal itu, sebuah pesan sampai pada teleponku. 

“Hari ini jam 11. Sebelumnya, terima kasih Karuizawa-san.”

“Ahh, benar juga. Hari ini ya.”

Itu adalah pesan dari teman sekelasku, Satou Maya-san. Sebelum besok, tanggal 24, sebagai pemberitahuan hari ini, aku menerima kontak dari Satou-san yang mengatakan dia ingin bertemu denganku karena ada sesuatu yang ingin dia konsultasikan.

Biasanya, karena aku berada dalam kelompok yang berbeda dengan Satou-san, kami jarang bertukar pesan.

Tentu saja, sebagai teman sekelas, kami bergaul dengan cukup baik, tapi ini adalah pertama kalinya dia mengajakku keluar untuk bertemu dengannya.

“Tapi, walau begitu, aku yakin aku sehat-sehat saja.”

Kemarin, di bawah langit yang dingin, aku menerima beberapa ember air yang disiramkan ke atas kepalaku dan walaupun hal buruk seperti itu terjadi padaku, hari ini aku masih sangat sehat sampai-sampai aku ingin memuji diriku sendiri akan hal itu.

Setelah menggigil kedinginan hingga ke tulang, aku pergi mandi untuk menghangatkan tubuhku seperti biasa, tapi jika ini terjadi pada gadis normal lainnya mungkin bisa saja mereka terkena flu atau walaupun mereka tertidur selama tiga hari berturut-turut itu tidaklah aneh.

“Itu karena aku sudah terlalu terbiasa mendapat perlakuan seperti ini………bercanda kok.”

Aku menyadari pembacaraan masokis semacam itu keluar begitu saja. ‘Aku’ yang sampai hari kemarin. Adalah ‘aku’ yang berpikir bahwa dirinya telah berubah tapi pada kenyataannya dia tidak berubah sama sekali.

Aku selalu ketakutan akan dibully, selalu meringkuk. Jauh di dalam hatiku, kegelapan selalu menyebar keluar. Tapi sekarang, aku bisa mengatakannya dengan jelas. Aku bertanya-tanya apakah aku bisa berubah walaupun sedikit.  Aku melepas piyamaku, dan yang tertinggal hanya pakaian dalam saja. Pada saat itu, bekas luka yang terukir di tubuh putihku mau tak mau mulai terlihat. Walaupun aku tidak menginginkannya, pasti tetap akan terlihat juga. Setiap hari, aku menghadapi bekas luka-luka ini, perasaanku tercabik dan aku mulai merasa ingin mati saja. Tapi, aku tidak pernah memikirkan luka ini sebanyak yang kulakukan kemarin.

Walaupun aku sangat membenci luka ini, sangat menyesalkannya dan merasa sangat sedih. Hanya dalam satu hari, aku sendiri bahkan tidak percaya aku bisa berubah sebanyak ini.

“Tapi walaupun begitu, aku tidak bisa memperlihatkan luka ini pada anak lelaki…….”

Jika mereka melihat bekas luka ini, si lawan jenis pasti akan menjauhkan diri. Tubuh seorang gadis seharusnya lembut dan halus dan indah….. Dan luka ini bisa menghancurkan ilusi mereka tentang hal itu.

Aku yakin bahkan cinta yang sudah ratusan tahun pun akan menyerah pada luka ini. Tapi tidak, aku tidak punya niat untuk menunjukkan luka ini pada orang lain…. Aku akan menyimpan fantasi itu dalam hatiku…. Hanya saja………mungkin aku belum mau menunjukkannya dengan ucapanku sendiri….. tapi, Kiyotaka berbeda.

Walau dia sudah melihat bekas lukaku ini, satu kalipun dia tidak pernah mengungkapkan rasa jijiknya. Apakah itu hanya karena dia tidak mengatakannya? Atau karena saat itu terlalu gelap di dalam kapal? Atau dia hanya berbohong? Apakah jauh di dalam dia berpikir bahwa luka ini menjijikan? Atau mungkinkah dia benar-benar tidak mengganggapnya menjijikan sama sekali? Afirmasi dan penolakan terus berulang di dalam kepalaku. Tapi tidak mungkin ada jawaban yang bisa ditemukan dari pertanyaan itu. Terus bertanya-tanya sendiri, tiba-tiba aku menyadari sesuatu yang penting.

“Ngomong-ngomong tentang Kiyotaka, dia sudah menyentuh tubuhku dengan tangannya, kan?”

Saat itu, aku tidak punya waktu untuk berpikir, tapi bukankah ini hal yang sangat luar biasa? Dia menyentuh pahaku, seragamku hampir dilucuti…… Aku diperlakukan seperti kuman dan hama oleh anak perempuan, dan aku tidak mendapat perlindungan dari anak lelaki. Seluruh kelas, semua angkatan sekolah, tidak ada yang menganggapku sebagai manusia, kurang lebih tidak ada yang melihatku sebagai seorang perempuan. Meski aku tidak pernah benar-benar bergandengan tangan dengan lelaki sebelumnya, apa yang telah dia lakukan padaku, aku bertanya-tanya.

“Benar-benar, mou, mou, mou! Aku memikirkan hal itu lagi! Aku sangat bodoh!”

Sekali lagi, ayo tutup masalah yang berkaitan dengan Kiyotaka dan segel saja. Aku akan melakukannya. Itu hanyalah sebuah kecelakaan aku harus melupakan tentang hal itu. Aku meraih bajuku dan mulai berganti pakaian.

***

Setelah beberapa lama mempersiapkan diri, aku segera menuju ke tempat tujuan dengan berlari kecil. Keyaki Mall yang juga menyambut liburan musim dingin dipadati oleh pelajar. Kebanyakan dari mereka sepertinya datang kemari untuk bermain, karena ada lebih banyak orang dibanding saat liburan biasa.

“Sepertinya benar. Tidak ada tempat lain yang bisa dituju untung hang out selain di tempat ini.”

Semua kebutuhan telah tersedia di sini jadi aku tidak memiliki keluhan tapi juga tidak ada hal yang baru di sini.

Setelah entah bagaimana bisa tiba tepat waktu, aku memanggil Satou-san yang sedang menunggu dengan telepon di tangannya di depan kafe tempat pertemuan kami.

“Selamat pagi, Satou-san.”

“Ahh, Karuizawa-san! Selamat pagi!”

Matanya terlihat bersinar ketika dia melambaikan tangannya padaku. Mungkin sebelumnya dia pergi ke penata rambut, rambutnya terlihat tertata rapi. Hanya dengan satu hal itu saja, sudah membuatku membayangkan berbagai hal.

Kemarin malam Satou-san menghubungiku untuk meminta konsultasi. Tubuh dan pikiranku sudah benar-bener lelah, tapi aku tetap diam akan kenyataan itu. Tentu aku harus. Fakta bahwa aku dipanggil ke atap sekolah dan diguyuri air dingin adalah sesuatu yang ‘tidak pernah terjadi’ bagi orang lain. Dengan kata lain, melihat dari sudut pandang Satou-san, aku harus menjadi diriku yang biasanya. Itu sebabnya walaupun bisa aja aku menolak permintaan konsultasinya, aku memutuskan untuk membantunya. Lagipula……dari beberapa waktu lalu, aku sudah dibuat penasaran akan perilaku Satou-san.

“Maaf karena tiba-tiba memanggilmu keluar.”

“Tidak apa-apa. Tak perlu khawatir.”

“Aku sangat terbantu kalau kau berkata seperti itu.”

Bersama dengan Satou-san  yang terlihat senang, seperti yang direncanakan kami segera memasuki kafe. Walau di depan pintu masuk saja sudah padat, terlihat ada pasangan yang kebetulan  hendak keluar, itu memudahkan kami untuk masuk.

“Ramai sekali ya….”

Aku mengatakan itu tanpa berpikir. Sangat menjengkelkan.

“Di liburan musim dingin ini, aku penasaran apa semua siswa angkatan tidak memiliki ujian apapun.”

Aku juga memiliki pertanyaan yang sama seperti Satou-san.

Selama liburan musim panas, siswa angkatan pertama segera dikirim berlayar dengan kapal pesiar mewah. Tapi kali ini, dilihat dari siswa seluruh angkatan yang ada di sini, sepertinya tidak ada ujian khusus yang diadakan.

Aku penasaran apa sekolah ini juga akan memberikan kami pelayanan lagi, setidaknya untuk liburan musim dingin. Atau mungkinkah pada akhir tahun ini, di awal semester baru, suatu ujian akan dimulai? Kalau benar seperti itu, aku akan membencinya.

“Kalau kau belum sarapan, pesan saja apapun yang kau mau. Aku yang  akan membayar semuanya.”

Satou-san memintaku untuk tidak menahan diri dengan senyuman di wajahnya. Dan seperti yang dia katakan, aku memesan American scone dan café au lait, dan kami berdua, duduk di meja kecil untuk dua orang dekat pusat pertokoan.

“Jadi konsultasi apa yang kau mau dariku?”

Sebuah konsultasi yang membuat Satou-san sampai mau membayarkan makananku, aku bertanya-tanya apa ini akan jadi permintaan yang sangat penting.

Sedikit mengubah posisi duduk, aku mencoba bersandar dengan santai.

“Hmmm….yah. Masalahnya adalah, kau tahu? Sebenarnya…….aku akan segera pergi berkencan.”

Satou-san berkata lalu memotongnya dengan itu.

“…….kencan?”

Walaupun aku terkejut, aku menahan gejolak ini dan balik bertanya padanya.

“Itu benar.”

Dengan tersipu, Satou-san mengangguk dua atau tiga kali padaku. Aku merasakan firasat buruk, sudah kuduga perkiraanku tepat sasaran. Dan pasangannya, kalau aku tidak salah membaca situasi ini, adalah….

“Ummm….. dengan siapa?”

Sepertinya Satou-san menungguku bertanya seperti itu.

“Dengan Ayanokouji-kun, kau tahu. Ini mengejutkan…..’kan?

Satou-san bergumam, terlihat malu-malu tapi juga senang. Tiba-tiba, aku bisa merasakan sengatan ringan di telingaku, tapi aku berpura-pura tenang.

Aku meraih rotiku, dan melahapnya dengan gigitan sedikit lebih besar dari biasanya. Remahan roti itu jatuh di atas penampan. Lalu aku menyesap café au lait untuk tenggorokanku yang jadi kering.

“Heh……… jadi Satou-san mengincar Ayanokouji-kun. Itu memang mengejutkan~”

Tentu saja aku menyadari bahwa Satou-san telah jatuh cinta pada Kiyotaka. Tapi, karena sebelumnya dia tidak pernah memberitahukannya padaku, menjawab seperti itu adalah pilihan yang aman.

“Benar kan? Aku sendiri juga tidak menyangka. Tapi, saat festival olahraga, ada lari estafet kan? Melihat sosoknya yang sedang berlari itu membuat hatiku berdebar, kau tahu.”

Satou-san berbicara dengan perasaan yang meluap sampai-sampai aku merasa malu sendiri mendengarnya.

Tidak salah lagi, ini adalah reaksi seorang gadis yang sedang jatuh cinta.

“Tapi, bukankah dia orang yang tidak menonjol? Kalau itu Satou-san, seharusnya ada yang lain, lelaki yang lebih baik cocok untukmu. Seperti,Tsukasaki-kun dari kelas lain, bagaimana dengannya?”

Bahkan diantara siswa angkatanku, dia dipuji untuk jangka waktu tertentu sebagai lelaki yang sangat tampan.


Akhir-akhir ini dia sedang hangat dibicarakan, bagaimana dengan dia? Aku menyarankan padanya seperti itu.

“Itu tidak baik. Sepertinya beberapa waktu lalu, dia sudah berpacaran dengan siswi senior dari klub yang sama dengannya.”

Begitu ya. Jadi dia sudah dimiliki, pantas saja aku tidak lagi mendengar rumor apapun tentangnya. Bahkan idola popular di televisi pun, baik lelaki atau perempuan, kala mereka memutuskan untuk berpacaran, popularitas mereka bisa merosot.

“Jadi begitu ya. Lalu, bagaimana kalau Satonaka-kun? Seharusnya dia masih sendiri sekarang.”

“Ya, menurutku dia memang keren……tapi ada sesuatu yang membuatku tidak klik dengannya.”

Walaupun aku sudah menyarankan beberapa lelaki populer lainnya, Satou-san tidak menunjukkan tanda bahwa dia tertarik. Sepertinya Satou-san tidak menilai Kiyotaka hanya dari penampilan luarnya saja. Benar-benar, pada tahap ini aku hampir beranggapan kalau penampilan luar Kiyotaka lebih rendah dari Doujo-kun atau Satonaka-kun……saat ini Kiyotaka memang tidak terlalu menonjol tapi jika bersaing hanya dari penampilan luar saja, tanpa ragu aku akan bilang Kiyotaka itu termasuk kelas atas.

Dengan kata lain, Satou-san, yang sedang jatuh cinta, sudah menyadari hal itu huh…….. Untuk lelaki maupun perempuan, penampilan luar dari pasangan masing-masing adalah nilai status mereka. Aku berpacaran dengan cowok keren, aku berpacaran dengan cewek imut, hanya dengan hal itu saja evaluasi pribadi seseorang juga akan ikut meningkat. Seperti apa yang telah kudapatkan lebih dari yang kubayangkan dari berpacaran dengan Hirata-kun. Jika  Satou-san dan Kiyotaka benar berpacaran, pada tahap ini, evaluasi tentang Satou-san pun pasti akan naik juga.

Jika Kiyotaka memamerkan talentanya dan dia mulai jadi menonjol, dengan itu saja sudah bisa membuat evaluasi tentang dirinya bisa jadi lebih tinggi daripada Hirata-kun. Kiyotaka mulai menarik lebih banyak perhatian setelah lari estafet tapi situasinya saat ini adalah, dia tidak menarik perhatian sebanyak yang para gadis harapkan. Dengan sikapnya yang sehari-hari terlihat pendiam dan hanya berbicara dengan Horikita-san saja, faktor-faktor tersebut tidak cukup untuk memenuhi ekspektasi para gadis.

Selanjutnya, anak-anak seperti Ike-kun, Yamauchi-kun dan Sudou-kun. Bergaul dengan mereka yang sudah dikenal punya reputasi amat jelek dikalangan para gadis juga jadi kesan minus.

Bagaimanapun, sampai saat ini seharusnya Satou-san tidak banyak berkomunikasi dengan Kiyotaka. Tapi meskipun begitu, jatuh cinta padanya hanya karena melihat satu aksi saat estafet saja, tidakkah itu terlalu dangkal? Aku mengenal Kiyotaka lebih banyak dari Satou-san. Sifat asli dia, atau lebih tepatnya, kepribadian gelapnya yang tersembunyi. Satou-san tidak akan pernah tahu tentang hal itu. Ahh, mou. Ini salah, ini salah! Itu tidak ada hubungannya dengan hal ini. Aku tidak punya hak untuk berkata jelek tentang Satou-san, dan aku ada di posisi dimana aku harus menyemangatinya.

Mengapa? Karena aku adalah kekasih Hirata Yousuke. Karena aku tidak mempunyai alasan untuk mengganggu kisah asmara orang lain. Itulah sebabnya, aku, sebagai kekasih Hirata, sebagai pemimpin anak perempuan kelas D, aku harus membantu Satou-san.

“Setelah mendengar semua ceritamu, apa kau serius sangat ingin mengincar Ayanokouji-kun?”

Jika aku tidak tahu kepribadian Kiyotaka, tanpa ragu aku pasti akan bertanya seperti itu.

“………iya.”

Menanggapi pertanyaan itu, Satou-san mengangguk tanpa ragu. Sepertinya dia sudah membulatkan ketetapan hatinya, dan Satou-san tidak mendekati Kiyotaka sebagai candaan. Hal seperti itu, aku sudah lama menyadarinya sih.

“Bukankah itu bagus kau sudah menemukan seseorang yang kau sukai? Dan lagipula, sekarang ini Ayanokouji-kun seharusnya masih sendiri juga.”

“Itu benar, itulah mengapa aku pikir ini bisa jadi kesempatanku. Jika nanti ada gadis lain yang juga jatuh cinta pada Ayanokouji-kun lalu……..aku berpikir seperti itu jadi aku dibuat tergesa-gesa.”

Jika ada seseorang yang bercerita pada teman atau teman karibnya mengenai masalah percintaan, sudah ada 50 episod kisah di dunia ini yang menceritakan tentang lelaki yang mereka suka dicuri oleh orang lain. Bukan hal yang aneh jika Satou-san bersikap waspada akan hal itu. Sedangkan bagiku untuk memiliki pacar yang harus bersaing dengan satu atau dua gadis lainnya, aku pun pasti akan meminimalisir risiko yang terjadi serendah mungkin.

Tapi walau begitu, berpikir bahwa ini akan jadi kencan di waktu liburan musim dingin, ini adalah hal di luar apa yang kubayangkan. Si Kiyotaka itu, walaupun kelihatannya dia tidak tertarik pada Satou-san, walaupun setelah kejadian insiden di atap sekolah,  dia masih saja menyetujui ajakan Satou-san. Tanpa sadar aku merobek kertas yang membungkus sedotan minumanku.

“… mungkinkah konsultasi yang kau maksudkan itu, ada kaitannya dengan berkencan?”

Mendengar itu, mata Satou-san terlihat bersinar kemudian dia mengangguk. Sejak beberapa saat lalu, dia terlihat terlalu menyilaukan.

“Iya. Kau tahu, seperti apa rahasia di balik membuat kencan jadi sukses? Aku bertanya-tanya bagaimana aku harus melakukannya. Bagaimana akhirnya kau bisa berpacaran dengan Hirata-kun, aku ingin kau menceritakan berbagai hal mengenai itu.”

Di kelas D, satu-satunya yang dengan jelas mengumumkan hubungan ini hanyalah aku dan Yousuke-kun. Bahkan jika Satou-san meminta bantuan pada teman-temannya dari kelas lain, Kiyotaka, atau mungkin Ayanokouji, siapa dia? Sesuatu seperti itulah yang paling mungkin terjadi. Dengan kata lain, Satou-san mengandalkan bantuanku juga adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari.

“Karuizawa-san, kau berpacaran dengan Hirata-kun begitu semester pertama dimulai kan?”

“Iya. Kurasa begitu. Tidak ada yang spesial.”

“Itu adalah hal yang spesial. Itu benar-benar luar biasa, aku sangat mengagumimu untuk hal itu.”

Berkata demikian, Satou-san seolah hampir menyambar kedua tanganku dan menggenggamnya.

“Itulah sebabnya, bakatmu yang seperti itu tolong ajarkan padaku.”

“Itu bukan sesuatu yang bisa disebut bakat loh….”

Dari awal, aku tidak bisa menjawab satupun permintaan Satou-san. Aku yang mencoba melarikan diri dari segala macam bentuk bully yang kuterima di masa sekolah menengah pertamaku ini, hal itulah yang membuatku menghampiri Hirata-kun, diberi kesempatan untuk beralih dari sisi yang selalu diintimidasi ke sisi dimana aku tidak akan terintimidasi lagi. Melihat lagi ke belakang, ternyata aku sangat beruntung.

Itu juga sebuah tindakan awal untuk memastikan bahwa Yousuke-kun bukanlah tipe orang seperti itu, tapi itu benar-benar merupakan taruhan yang sangat tinggi. Jika, ketika aku meminta padanya untuk mengijinkanku berpura-pura menjadi pacarnya, dan dia menolakku, hasilnya pasti akan berbeda dari apa yang didapat sekarang. Dan tidak hanya dengan kasar membuangku, dia bisa saja menyebarkan fakta tentang masa laluku yang selalu dibully ke semua orang. Yousuke-kun adalah seseorang yang menghargai keharmonisan dari lubuk hatinya, dan tipe orang yang akan membuatnya menjadi ideal.

Merasa bahwa dia bisa menyelamatkanku dengan berpura-pura menjadi pacarku, dengan senang hati dia menerima permintaanku. Itulah mengapa aku juga bisa menerimanya, dan memilih untuk berlindung di bawah payung kedamaian yang dia berikan. Pacar dari Yousuke-kun, orang yang menjadi pusat kelas D. Status itu ternyata sangat efektif melebihi apa yang aku bayangkan. Awalnya, ada banyak perasaan iri dan dengki yang datang dari anak perempuan lain di kelas, tapi itu juga, dengan cepat menghilang.

Mengingat apa yang sudah terjadi padaku, aku selalu bersikap arogan pada setiap siswa. Bahkan pada saat berbelanja, menggerutu untuk setiap perubahan kecil, hal-hal seperti itu sudah kulakukan semuanya.

Dan begitulah, aku mampu meraih kedudukan sebagai pemimpin anak perempuan kelas D milikku sendiri.

Tapi, terhadap diriku yang sudah menciptakan status palsu ini, jelas ada sesuatu yang bisa kulakukan dan ada yang tidak. Itu sebabnya, bahkan seandainya Satou-san meminta saran asmara dariku, tidak ada yang bisa kulakukan untuk menjawabnya.

Bagi seseorang yang tidak memiliki pengalaman dalam asmara, tidak mungkin mereka tahu teknik-teknik dalam asmara itu sendiri. Semenjak aku berpacaran dengan Hirata-kun, untuk meyakinkan status “pacaran” ini lebih bisa meyakinkan orang lain, sering kali kami berdua pergi keluar untuk pura-pura berkencan, tapi hatiku tidak ada disana.

Itu sebabnya aku tidak tahu apa yang benar dan apa yang salah. Tapi aku juga tidak mau mengecewakan harapan Satou-san. Aku tidak ingin dia berpikir kalau aku adalah orang yang baru dalam hal romantisme. Jika yang di hadapan Satou-san saat ini adalah diriku beberapa waktu ke belakang, mungkin dengan lantang aku akan memamerkan pengetahuan yang kudapat dari majalah atau televisi. Menjelaskannya seolah itu kejadian yang kualami sendiri, aku bisa saja dengan lancar membicarakan secara rinci tentang romantisme.

Tapi, sekarang ini secara bertahap aku sudah berubah. Terhadap Satou-san, terhadap seseorang yang menaruh kepercayaannya padaku, aku tidak ingin membuat pernyataan asal-asalan seperti itu. Baru-baru ini, aku pun merasa sudah mulai lelah dengan diriku yang terus berakting sok berkuasa dan arogan, untuk sesaat, aku ingin membicarakan sesuatu yang sebenarnya tanpa harus berpura-pura. Tapi aku tidak boleh mengucapkan sepatah katapun tentang itu, aku harus tetap menjadi pacar Yousuke-kun dan bersikap keras. Itulah kenapa aku harus terus mengatakan kebohongan yang tidak ingin aku ceritakan.

Apakah aku benar-benar bermaksud demikian?

Saat ini, apakah keberadaan Yousuke-kun masih sangat penting bagiku?

Pada saat seperti ini, pikiran-pikiran yang tidak perlu terus bermunculan dalam kepalaku. Satu-satunya unsur berbahaya bagiku saat ini, grup Manabe dan Ryuuen, sudah tereliminasi, semua terimakasih kepada strategi Kiyotaka. Dengan kata lain, cerita tentang pembullyanku tidak akan muncul lagi. Lagipula, mulai dari sekarang, walaupun seandainya ada sesuatu yang terjadi, Kiyotaka pasti akan datang dan menyelamatkanku, aku juga memiliki rasa aman atas pemikiran itu.

Kenyataan bahwa aku adalah pacar Yousuke-kun adalah hak yang istimewa tapi jika aku melepas status itu, aku ingin tahu apakah ada kemungkinan kedudukanku di sekolah ini akan dicuri dariku. Tentu saja, jika itu malah jadi masalah tentang aku yang telah dicampakkan oleh Yousuke-kun kurang lebih pasti terdengar payah, tapi aku merasa itu tergantung pada bagaimana cara kami berdua membicarakannya, pasti akan berjalan dengan baik.

Kalau itu terjadi, semuanya akan jadi jelas untukku dan aku akan bebas. Jika aku sudah bebas, akhirnya aku akan bisa mengejar cinta sejatiku. Namun begitu, saat ini aku tidak bisa membayangkan hal ke depannya akan jadi seperti apa lagi. Karena Satou-san yang di hadapanku sekarang tengah mengharapkan jawaban memuaskan dariku. Aku bisa memikirkan keuntungan dari terus berpacaran dengan Yousuke-kun nanti.

Aku harus bisa menyingkirkan pikiran tidak perlu yang terus menggangguku berkali-kali ini.

“Setelah mendengar penjelasanmu, apa yang kutangkap adalah, alih-alih kencan percobaan, Satou-san ingin kencan yang serius dengan maksud tujuan agar bisa berpacaran dengan Ayanokouji-kun, begitu kan?”

“Iya.”

Dengan kata lagi, kencan yang dimaksudkan untuk memikat hati Kiyotaka.

“Apa yang harus kulakukan agar semuanya berhasil?”
“Coba kita lihat…….”

Aku harus berpikir serius. Cara agar Satou-san bisa berpacaran dengan Kiyotaka... ummm, lelaki itu, aku penasaran hal apa yang perlu dilakukan untuk memikat hatinya.


Dia adalah sosok yang jelas berbeda dengan lelaki kebanyakan. Aku ingin tahu apa dia tertarik pada hal semacam romansa percintaan…….. atau mungkin, bisa saja secara mengejutkan dia ternyata tipe lelaki yang sudah lama merindukan romansa percintaan?


Karena kemungkinan apa saja bisa terjadi, membuat penilaian tanpa hal mendasar itu sulit. Selagi pertanyaan-pertanyaan itu timbul tenggelam dalam pikiranku, Satou-san mengeluarkan telepon genggamnya.

“Aku ingin tahu apakah rencanaku terlalu lamat-lamat? Umm, kau tahu, karena aku masih amatir, aku ingin membuat rencana kencan. Tolong bantu aku untuk membuat keputusan.”

Dan sambil menundukkan kepalanya, dia memperlihatkan rencana kencan yang tertulis di catatan layar teleponnya.

Bertemu pada pukul 12 -> Makan Siang -> Bioskop -> Belanja -> Mengungkapkan perasaan di bawah Pohon Legendaris -> Hadiah

Apa yang tertulis disana terlihat simple. Pertama, aku ingin menyela satu hal yang paling membuatku risau diantara hal lainnya.

“Tunggu sebentar. Apa kau berencana untuk mengungkapkan perasaanmu di hari pertama kalian kencan?”

“Aku sudah berniat untuk sekalian membuat kencan ini akan berujung bahagia atau sakit hati……..itu pun kalau seandainya keberanianku bisa muncul.”

Selagi aku berpikir seharusnya dia memperdalam hubungannya dengan Kiyotaka sedikit demi sedikit, dia malah merencanakan pertaruhan penentuan jangka pendek yang jauh melampaui perkiraanku.

“Tidakkah itu terlalu cepat? Menurutku sebaiknya dilakukan setelah dua atau tiga kali kencan saja. Kau juga mungkin bisa mendapati beberapa aspek yang mungkin tidak kau sukai dari pasanganmu itu.”

Tentu saja, gadis yang sudah punya pengalaman asmara pun kadang membuat keputusan mendadak di tempat juga. Tapi Satou-san, dalam hal romansa, terlihat lebih seperti sebagai seorang pemula, kupikir lebih baik untuknya untuk tidak terburu-buru dalam hal itu.

Tapi, tidak banyak kredibilitas yang bisa datang dari sesama pemula sepertiku……. Tapi dia terlihat tergesa-gesa dalam penentuan hasilnya, atau lebih seperti, aku merasa dia seolah sangat memprioritaskan daya tariknya.

Mungkin saja itu karena Satou-san ingin membuat debut status pacarannya di awal semester 3.

“Dan juga, apa maksud dari di bawah pohon legendaris ini? Jangan-jangan ini salah satu cerita yang mengatakan kalau mengucap sumpah cintamu di bawah pohon ini kau dan kekasihmu akan terikat selamanya?”

Aku ingin tahu apakah cerita pohon legenda urban seperti itu ada di sekolah ini. Tapi walaupun jika kekuatan misterius itu memang ada, di hari dan di jaman ini dimana kita tidak bisa mengetahui masa depan seseorang, jika diberi jaminan terikat bersama untuk 10 atau 20 tahun lamanya tidak bisa diharapkan hanya akan terjadi hal-hal yang baik aja.

Seandainya ternyata lelaki kau nikahi itu orang yang tidak berguna sampai-sampai kau ingin bercerai dengannya, jika kau dipaksa untuk terus bersama dengannya seumur hidup malah terdengar seperti kutukan.

“Sepertinya pohon tersebut tidak seterkenal itu, aku menemukannya ketika aku sedang melihat-lihat papan buletin sekolah. Bahwa, jika kau mengungkapkan perasaanmu di bawah pohon itu, pasti akan berhasii. Dan terlebih lagi, sudah ada banyak laporan mengenai tingkat keberhasilan pengungkapan itu.”

Heh………..Aku tidak tahu tentang  itu. Karena aku juga jadi merasa tertarik, aku akan mencari tahu.

Dan ketika kuselidiki, ternyata memang benar ada, di papan buletin sekolah memang tertulis ada beberapa kasus dimana pengutaraan cinta berjalan dengan baik. Sepertinya ketika awal sekolah ini berdiri, pohon besar itu didonasikan kemari dan ditransplantasikan di sini. Kelihatannya umur pohon itu sudah lebih dari 8 tahun.

“Ngomong-ngomong, di sekolah ini ada beberapa pohon hebat lainnya juga kan……”

Biasanya aku tidak mempedulikan keberadaan pohon-pohon itu. Waktu yang tepat untuk pengungkapan perasaan harus pada sore hari sebelum matahari terbenam. Dari pukul 4 sampai pukul 5 sore hari. Dan di sekitaran waktu itu, harus dalam keadaan tidak ada orang lain di sana. Jika keadaan itu terpenuhi, pengungkapan cinta punya kesempatan berhasil sebanyak 99%, kelihatannya begitu.

Tapi 99%-nya itu tedengar mencurigakan.

“Tapi meski begitu, bukankah itu cukup sulit? Waktu yang disebutkan untuk pengakuan ini.”

“Kurasa itu benar. Dikatakan juga jika ada orang lain di sana tepat saat pengungkapan perasaan berlangsung, hasilnya tidak akan berjalan dengan baik.”

Pada sore hari, kehadiran orang lain di tempat tersebut sangatlah tinggi jadi waktunya sangat sulit. Selain itu, tidak aneh juga jika ada anak lelaki atau anak perempuan lain yang ingin coba membuktikan legenda ini.

Salah satu dari lawan bicara harus bisa nyambung percakapan dengan baik, dan memandunya sehingga bisa menghindari keheningan yang membuat canggung. Tentu, hal seperti ini hanyalah mitos, dan aku menganggapnya hanya sebagai mitos. Tapi jika itu untuk membuat pengakuan sekali-dalam-seumur hidupmu berhasil, rasanya seperti berpegangan pada sedotan. Aku juga, kalau itu sudah menyangkut tentang masalah menang atau kalah, pasti ingin meningkatkan kemungkinan menang bahkan jika hanya 1% saja.

“Hey, umm, apa alasan yang membuatmu jatuh cinta pada Ayanokouji-kun?”

“Eh? Kenapa kau bertanya?”

“Ah, tidak, maaf. Itu karena aku tidak tahu apapun mengenai Ayanokouji-kun. Aku ingin mendapat bayangan kira-kira dia itu orang yang seperti apa. Tentang bagian mana dari dirinya yang membuatmu jatuh cinta, seperti itu. Kau tahu, jika aku mengetahuinya, mungkin itu bisa berguna untuk saran yang akan kuberikan untuk rencana kencanmu nanti, benar kan?”

Saat aku bertanya padanya, Satou-san menjawab dengan berbisik sembari menyembunyikan pipinya dengan kedua tangannya, tampak malu.

“Ummm…….pertama-tama, bukankah dia keren? Biasanya dia pendiam dan terlihat dewasa. Dan juga, larinya sangat cepat…….. dan saat ujian juga, nilainya berada di atasku jadi bukan berarti dia itu orang yang bodoh……kau tahu, sebenarnya aku selalu berpikir Hirata-kun jauh lebih baik lagi dari itu sedangkan anak laki-laki lainnya kebanyakan dari mereka sangat kekanak-kanakan.”

Mungkin yang dia maksud itu Ike-kun dan Yamauchi-kun dan yang lainnya. Mengenai hal itu, aku juga setuju. Sampai-sampai aku tidak percaya kalau kami seumuran. Sebagian besar anak laki-laki di kelasku seperti anak-anak. Karena itulah pada periode ini, sebagian besar anak perempuan menjadi kecewa karena anak lelaki teman sekelas mereka tidak sesuai yang mereka harapkan dan akhirnya mereka lebih memilih untuk mendekati senior mereka.

“H-hal yang baru saja kukatakan, rahasiakan dari anak perempuan lainnya, ya? Akan sangat buruk kalau mereka juga menyadari betapa kerennya Ayanokouji-kun. Lagipula, akan terdengar menyedihkan kalau rumor tentangku yang tidak terbiasa dekat dengan lelaki menyebar luas.”

 “Lalu apa tidak apa-apa kalau menceritakannya padaku?”

“Karuizawa-san kan pacarnya Hirata-kun, jadi tidak apa-apa malah itu membuat pikiranku tenang.”

Sepertinya pengaruh dari keberadaan Hirata-kun sangat besar sekali. Satou-san mengandalkanku. Rasanya tidak terlalu buruk mengetahui dia mengandalku sampai pada titik ini…….tapi dari semua hal, mengapa harus tentang Kiyotaka?

Jika ini tentang lelaki lain, aku bisa mendukungnya sepenuh hati dengan perasaan yang jujur. Aku tidak akan merasakan perasaan tidak tenang dalam hatiku ini. Apa ini yang dinamakan takdir?

“Hah…………”

Tiba-tiba aku mendesah seperti itu. Berbeda dengan yang tadi pagi, ini desahan yang berat. Tapi mendengar itu, wajah Satou-san berubah murung saat aku melempar pandang padanya.

“S-seperti yang kuduga, aku tidak menganggumu, kan?”

“Tidak, tidak sama sekali, maaf. Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Sungguh.”

Aku panik dan segera menyangkalnya, tapi di dalam hatiku, aku memang sudah seperti itu sepanjang waktu……… Bukannya aku jatuh cinta pada Kiyotaka atau apapun itu. Hanya saja, bagaimana mengatakannya, aku memang punya hubungan yang spesial dengannya. Apapun yang terjadi, hubungan ini pasti akan selalu diutamakan. Tapi sekarang ini aku harus membalikkan pikiran dan tindakanku demi Satou-san. Aku terus berkata seperti itu pada diriku berulang-ulang.

“Sekarang, bagaimana kalau kita merevisi sedikit rencana kencannya? Kalau kau ingin makan siang berdua, mungkin lebih baik dilakukan setelah menonton film. Kalau seandainya keadaan jadi canggung, kau bisa selalu memulai percakapan dengan membahas film tadi.”

“Umm, baiklah aku akan memasukkan rencana yang sudah Karuizawa-san pikirkan.”

Berkata jujur seperti itu, Satou-san meraih teleponnya.

Tiket filmnya mungkin sudah dia pesan tapi ini demi kebaikannya sendiri. Menonton film segera setelah selesai makan dapat menyebabkan masalah jika situasi yang tak terduga muncul.  Dan juga bisa membuatmu mengantuk jadi itu tidak boleh.

Aku mengakses laman website bioskop tersebut.

“Jadi? Kapan kau akan pergi untuk kencan yang sangat penting ini?”

Pertama-tama aku harus mengecek apakah waktunya bisa diganti atau tidak, kalau aku tidak mengetahui hal paling utamanya kita tidak bisa memulai apapun.

“Waktunya besok lusa.”

“Begitu ya, itu bagus……..tunggu, besok lusa itu kan tanggal 25!”

Aku hampir melonjak kaget. Dengan panic, perlahan aku menurunkan pinggulku yang sedikit terangkat untuk kembali ke tempat duduk.

“Hehehe.”

Tidak. Jangan ‘Hehehe’ padaku…….!

Tanggal 25 Desember. Itu adalah satu hari paling berharga bagi sepasang kekasih di sepanjang tahun. Si Kiyotaka itu, mengiyakan ajakan kencan Satou-san di tanggal 25, apa yang sebenarnya dia pikirkan?

Biasanya pada hari itu menjadi hari dimana sepasang kekasih menghabiskan waktu bersama untuk memperdalam hubungan mereka, dan satu hari dimana mereka mengukuhkan cinta mereka. Hari itu tidak cocok digunakan bagi mereka yang baru mau memulai suatu hubungan. Tidak normal untuk berkencan pada hari itu. Seharusnya Kiyotaka bisa menolaknya dengan lembut dan memindahkan hari kencan ke tanggal 26.

Jika ini kebalikannya, tidak salah lagi ini bisa menimbulkan berbagai macam hal yang tidak menyenangkan pada Kiyotaka.

Seorang anak lelaki yang hanya ingin melakukan hal-hal mesum, sebutan seperti itu bisa melekat padanya. Aku menyela dengan keras seperti itu di dalam pikiranku.

“Fu, fu…”

“……...ada apa Karuizawa-san?”

“Tidak, tidak ada. Tidak usah dipikirkan.”

Kenapa tubuhku jadi terasa panas. Mau hari apapun yang mereka tentukan untuk kencan mereka berdua, itu tidak ada hubungannya denganku. Mereka yang bersangkutan bebas menentukan apapun. Aku harusnya mengerti itu. Ah, mou! Sedari pagi aku terus seperti ini, sebenarnya apa yang terjadi denganku?

Aku menjadi sangat marah pada pikiranku sendiri. Secara imajiner, aku menampar keras pikiran-pikiran keliruku dan menyegelnya dengan paksa.

“Tanggal 25 ya…….ya kurasa itu masih lebih baik daripada malam natal besok.”

Keadaan di bioskop juga, sepertinya akan lebih banyak dipadati penonton pada malam natal. Kemungkinan pasangan-pasangan itu akan menghabiskan waktu bersama sepanjang hari setelah menonton film

Walaupun banyak pasangan yang memanfaatkan hal itu, jika melihatnya dari segi keseluruhan sekolah, hanya sekitar 10% sampai 20% saja dari mereka yang sepertinya berpasangan. Selama salah satu dari mereka tidak peduli dengan waktu dan posisi tempat duduk, sangat memungkinkan bagi mereka untuk menonton berapa putaranpun yang mereka mau

“Tentang filmnya, kau menonton dari pukul 11:50 dan akan selesai sekitar pukul 13:30. Jadi, sebelum pukul 2 kau segera makan siang dan sekitar pukul 3 kau meninggalkan restoran tempat kau makan. Setelah itu, kau atur waktu sendiri dan sekitar pukul 4 kau akan mengungkapkan perasaanmu. Seperti itu kan?”

Hasilnya kira-kira dia harus bisa mengatur waktu sendiri. Ini mungkin untuk yang terbaik.

Satou-san juga terlihat tidak keberatan dan dia mengangguk dengan puas.

“Setelah ini, menurutku lebih baik kau memesan makan siang untuk lusa lebih dulu. Kau mungkin mengingankan posisi tempat duduk di dekat jendela kan?”

Diskon makan siang, tanpa masalah itu bisa dilakukan.

“Dan juga, dengan memesan makan siang jauh hari sebelumnya , mereka akan membuatkan sesuatu yang tidak ada dalam menu.”

“Jadi begitu ya. Aku tidak tahu mengenai hal itu……seperti yang diharapkan dari Karuizawa-san.”

Jika itu besok lusa, di tempat itu juga akan ada akomodasi yang bagus. Ya, sebenarnya, akan terasa lebih baik jika pihak lelaki yang memikirkan semua rencana ini. Tapi kali ini, rencana ini demi pengakuan Satou-san berjalan lancar jadi tidak apa-apa.


Hanya saja, aku tidak tahu apakah ini jawaban yang benar atau salah. Terdengar menyedihkan jika kuulangi lagi tapi…aku sendiri belum pernah pergi berkencan sebelumnya...
***

Hari ini Satou-san berkonsultasi padaku, dan sekarang kami sedang dalam perjalanan pulang  dari kafe. Kami berdua, sembari berbincang kecil, berjalan menuju asrama.

“Pagi ini salju terlihat sedikit menumpuk, tapi sepertinya mulai besok dan seterusnya akan turun lebih banyak lagi.”

Mendengar Satou-san berkata seperti itu, aku melihat ke sekeliling pemandangan yang ada di sekitarku. Walaupun sudah mulai sedikit mencair, masih terlhat banyak sisa-sisa salju yang berserakan. Jika ini terus berlanjut, mungkin akan turun salju sepanjang tahun.

Ahh—salju ya...  Ngomong-ngomong tentang salju, aku teringat kejadian dua tahun lalu. Aku berpura-pura menganggap tumpukan salju sebagai coklat kakigori dan menyuapkannya ke mulutku. Aku teringat kembali kenangan yang membuatku nostalgia. Untuk beberapa alasan, aku merasa itu sesuatu yang sudah lama sekali.

“Aku bertanya-tanya apa menyenangkannya melakukan sesuatu seperti itu.”

“Ehh?”

“Maaf, maaf. Aku hanya berbicara sendiri. Maaf soal itu.”

Mungkin itu karena insiden yang terjadi kemarin, tapi pada akhirnya aku selalu saja teringat kejadian itu. Dan ketika aku sedang bergelut dengan pikiranku, ekspresi Satou-san berubah jadi sedikit kaku. Kupikir itu karena tadi aku berbicara sendiri, tapi kelihatannya bukan.

“Masalahnya adalah, aku tidak bisa mengatakan ini sebelumnya tapi ada satu hal lagi yang ingin kuminta darimu.”

”Kau sudah mengatakannya sekarang kan? Jadi, tak perlu ragu untuk bercerita padaku.”

‘Don’. Aku memukul dadaku secara imajiner dan menjawabnya seperti itu.


“Terima kasih, Karuizawa-san. Umm, yaa, aku senang bisa pergi berkencan, tapi.…..”

Mungkin dia punya beberapa kecemasan terhadap kencan pentingnya, tapi Satou-san melanjutkan ucapannya yang terpotong.

“Sejujurnya, ini adalah kencan pertama yang akan terjadi dalam hidupku……jadi, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.”

“Kau belum pernah berkencan dengan lelaki lain sebelumnya?”

Satou-san terlihat malu. Yahh, dari alur pembicaraan kita tadi, aku memang sudah punya firasat tentang hal itu tapi……..

Kupikir cewek trendi dan modern seperti Satou-san setidaknya pernah berkencan sebelumnya, itu merupakan hal mengejutkan untukku.

“Aku hanya memberitahukan ini padamu, karena kau adalah Karuizawa-san, ok? Sebentar lagi aku akan jadi murid tahun kedua, dan jika aku masih belum juga pergi berkencan, dan kalau aku memberitahukan hal ini pada orang lain, aku pasti akan diolok-olok. Bahwa aku terlalu lamban. Seperti dugaanku, Karuizawa-san pasti berpikir seperti itu juga kan?”

“Y-ya, kurasa kau memang sedikit tertinggal dari kebanyakan gadis angkatan kita. Tapi bukankah itu berarti bahwa kau belum menemukan seseorang yang benar-benar kau sukai saja? Itu juga bisa berarti bahwa kau menghargai dirimu sendiri.”

“Benarkah? Jawabanmu itu membuatku senang.”

Sambil membohonginya seperti itu, aku pun ikut merasa senang. Bukan pada Satou-san, tapi pada diriku sendiri.

“Dan kau tahu? Kupikir aku akan terlalu gugup dan tidak bisa mengatasi hal dengan baik. Itulah sebabnya, termasuk Karuizawa-san dan Hirata-kun…..aku berpikir kalau kita harus berkencan ganda. Untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik antara aku dan Ayanokouji-kun, aku ingin kau membantuku!”

Dia memintaku seperti itu. Tidak mampu memahami dengan baik inti dari permintaan Satou-san, aku diliputi kebingungan.

“K-kencan ganda? M-membantumu?”

“Memang seharusnya kukatakan ini dari awal ya? Itu karena aku telah melakukan berbagai reservasi mengenai hal itu.”

Satou-san meminta maaf dengan ekspresi menyesal. Reservasi seperti itu bisa selesai hanya dalam beberapa menit saja jadi itu bukan masalah. Hal yang paling penting adalah, ada padaku, dengan kata lain, sesosok yang tanpa pengalaman romantisme apapun ini, Satou-san memintaku berperan sebagai Cupid-nya. Aku ingin tahu apakah mungkin hal seabsurd ini bisa terjadi.

“Apa kau…….tidak bisa?”

“Itu-----“

Seharusnya aku menolaknya tanpa ragu. Dengan pengetahuan dangkal yang kumiliki, kesalahan-kesalahan yang kubuat pasti akan terbongkar. Ahh, tapi karena ini juga kencan yang pertama bagi Satou-san, mungkin aku bisa membohonginya lagi? Haruskah aku bersikap formal disini dan menyetujuinya dengan senang hati?

“Sudah kuduga, kau pasti lebih memilih untuk menghabiskan momen Natal berduaan dengan Hirata-kun saja kan?”

“Ehh?”

Saat aku sedang berpikir apa yang sebaiknya kulakukan, sekali lagi Satou-san memasang wajang cemas. Begitu rupanya. Bagi kebanyakan pasangan, mereka pasti lebih memilih untuk menghabisakan waktu berdua bersama untuk besok dan lusa. Jika itu diriku yang biasanya, aku pasti bisa memahami fakta itu dengan benar, tapi saat ini kepalaku penuh dengan pemikiran tentang permintaan final Satou-san.

“Aku juga ingin bisa menjadi pasangan yang ideal, seperti Karuizawa-san dan Hirata-kun.”

Melihat dari sudut pandang Satou-san yang berpikir kehidupan sekolahku berjalan mulus, permintaannya itu tidak aneh dan tidak menyimpang. Tapi hatiku merasa terganggu. Ini tidak ada hubungannya dengan Kiyotaka. Bukannya aku menyukai Yousuke-kun atau apa. Dan bukannya kita benar-benar berpacaran. Hanya pasangan palsu.

Tapi, selama kita terus berakting sebagai pasangan palsu, baik aku maupun Yousuke-kun tidak akan bisa menemukan cinta sejatinya.

Kenyataan itu sangat menggangguku. Kiyotaka juga, tidak akan pernah melihatku sebagai lawan jenis. Selain itu, aku bertanya apakah seseorang sepertiku yang sudah tenggelam dalam kebohongan yang kubuat sendiri bisa membantu Satou-san.

“Hal seperti itu, sedikit…….”

Setelah memikirkannya, awalnya aku memang berniat menolak dan mundur, tapi aku memutuskan untuk tetap bertahan. Sejak beberapa waktu lalu, keberadaan Kiyotaka terus berlarian di kepalaku secara berkala. Jika perasaan ini terus berkelip-kelip untuk waktu yang lama, tidak baik untuk hatiku.
Jika benar begitu, yang harus kulakukan adalah membuatnya tidak berkelip-kelip seperti itu lagi. Sebagai contoh, ya. Jika aku bisa membuat Satou-san dan Kiyotaka bersatu, jika aku melakukannya, tidak akan ada kesempatan lagi dimana hatiku bisa dicuri oleh Kiyotaka.

“S-serahkan saja padaku! Aku akan melakukan sesuatu untuk itu.”

“Benarkah? Karuizawa-san!”

Dengan senang hati meraih tanganku, Satou-san melompat-lompat.... Jadi dia menyukai Kiyotaka sebanyak itu ya….. Jika memang begitu, untuk cinta pertamanya itu, aku harus benar-benar mendukungnya. Menggenggam lelehan salju yang ada di telapak tanganku, aku menepukkannya ke dahiku.

Bercerminlah. Bercerminlah.

Hanya dengan begitu, panas yang tertahan di kepalaku akhirnya mendingin. Jika aku sudah memutuskan mau mendukungnya, setidaknya aku harus membuat kencan ganda nanti berjalan dengan baik. Diriku yang sekarang bukanlah diriku yang sama dari masa sekolah menengah pertamaku dulu. Aku bukan lagi diriku yang selama tiga tahun berturut-turut selalu kalah dan terus merangkul keputusasaan. Dan akhirnya, aku bukan lagi diriku yang sama ketika pertama kali masuk ke sekolah ini. Dengan cara menggunakan sikap keras agar aku bisa membuat kontak dengan teman sekelasku saja itu bukan sesuatu yang bagus. Karena aku tidak tahu lagi harus bagaimana agar aku bisa melindungi diriku sendiri dengan cara lain, aku tidak ingin berakhir sama seperti masa sekolahku yang dulu.

Jika Satou-san menahan rasa malunya sendiri untuk bisa meminta kerja samaku, aku harus menghadapinya dengan sungguh-sungguh, jika tidak aku tidak bisa menyebut diriku sebagai teman sejati baginya. Tapi jika ini menyangkut tentang kencan ganda, beberapa masalah akan timbul. Sekarang ini masalahnya adalah apakah Yousuke-kun punya waktu luang atau tidak. Aku harus segera memastikan hal itu. Kami sudah sepakat memutuskan untuk tidak bertemu pada hari Natal. Karena status pacaran kami sudah menyebar bahkan sampai ke telinga para siswa senior dan menjadi desas-desus, kami tidak perlu lagi memamerkan status ke-berpacaran kami pada orang-orang di sekitar.

Agar tidak menyia-nyiakan waktu masing-masing, kami telah memutuskan untuk menghabiskan waktu Natal sendiri-sendiri.

Jika seseorang kebetulan bertanya, kami berkencan di dalam kamar, tidak akan ada masalah jika kujawab seperti itu. Bahkan jika kebetulan seseorang melihatku sendirian di luar, dengan mudah aku bisa menjawab kami berencana untuk bertemu pada malam hari untuk mengakhiri ceritanya. Itu sebabnya, mungkin Yousuke-kun sudah punya rencananya sendiri.

“Umm, hey, aku ingin memberitahu Ayanokouji-kun bahwa kita tidak sengaja bertemu dengan Karuizawa-san dan Hirata-kun di hari H nanti.”

Selagi aku sudah memikirkan beberapa rencana dalam kepalaku, aku dimintai hal lain lagi.

“Apa kau menolak membuat rencana ini sebagai kencan ganda sejak awal?”

“Kira-kira seperti itu. Apa itu tidak baik?”

“Ahhh~~, ummm…….”

Tentu saja bukannya itu tidak baik. Jika itu hal yang memang diinginkan Satou-san, tidak ada salahnya. Tapi setelah memikirkan itu selama beberapa saat, aku segera membuat kesimpulan.

“Jangan lakukan itu. Mungkin lebih baik kau katakan dengan jujur padanya kalau kau ingin melakukan kencan ganda.”

“Apakah begitu. Apa dia tidak akan suka?”

Setelah mendengar itu tampaknya Satou-san menilai bahwa Kiyotaka mungkin tidak menyukainya.

“Kalau nanti dia tahu ini sudah diatur sebelumnya, itu lebih cenderung bisa membuat dia tidak menyukainya kan?”

“Begitu ya…..”

“Tapi terserah kau yang memutuskan.”

Aku mengatakan itu padanya untuk berjaga-jaga. Lakukan saranku! Aku tidak bisa memaksanya seperti itu.

Satou-san nampak berpikir, tapi jika kau tanya padaku, ini adalah sebuah kesalahan. Tidak mungkin Kiyotaka tidak mengetahui strategi yang sudah kita atur ini. Aku tidak tahu pada tahap apa dia akan menyadarinya, tapi cepat atau lambat, dia akan tahu kalau ini settingan. Sekarang ini aku sangat mempermasalahkannya karena, tentu saja hal itu tidak akan menimbulkan apapun kecuali perasaan tidak nyaman.

Jangan lakukan karena insting Kiyotaka sangat tajam? Kalau mengatakannya seperti itu pasti terdengar tidak wajar. Kiyotaka dan aku tidak memiliki hubungan satu sama lain. Itulah yang umum diketahui orang lain termasuk teman sekelas kami.

Tapi hanya karena hal itu, tidak juga bisa kukatakan kalau kencan ganda itu adalah sesuatu yang buruk. Karena aku tidak punya pengetahuan tentangnya.

Jika setelah ini aku mencari tahu dan menemukan “Kencan ganda sangat ideal bagi pemula” tertulis dalam suatu artikel, aku juga akan dibiarkan bertanggung jawab. Jadi jawaban yang benar adalah mengharapkan Satou-san membuat keputusan yang benar.

“Pada hari itu, bisakah kau bertemu denganku secara natural seolah kita tidak sengaja berpapasan? Ya, itu terdengar bagus.”

Arah yang secara halus sudah ku ajukan, tidak sampai pada Satou-san. Karena dia lebih berharap untuk menyembunyikan strategi kencan ganda yang sudah diatur ini.

“Jika Satou-san menginginkan itu, aku sih tidak keberatan.”

Dan ya aku mengatakan itu dengan jujur. Yang tersisa sekarang adalah memastikan Kiyotaka tidak mengetahui kalau kami sudah bekerja sama. Karena masalahnya sudah jadi seperti ini, aku mungkin juga bisa menguji sampai sejauh mana aku bisa menipu si Kiyotaka itu.

“Ahh, jika seandainya Hirata-kun menolak ajakan kencan gandanya, aku minta maaf ya.”

Aku mengatakan itu dari awal untuk berjaga-jaga. Dan akhirnya kami telah sampai di asrama.

***

Ketika sampai di kamar, aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur, menggenggam teleponku dan menatap langit-langit. Tepat sebelum aku sampai ke kamar, aku merasakan banyak kecemasan yang berbeda telah menyebar dalam diriku. Konsultasi dari Satou-san. Kenyataan bahwa Satou-san menyukai Kiyotaka. Cerita mengenai Sataou-san  yang meminta bantuanku agar dia bisa berpacaran dengan Kiyotaka. Pada saat yang sama dengan aku yang merasakan perasaan menjengkelkan yang aneh ini, tak bisa tertolong tapi aku juga merasa bergolak. Jika ini hanyalah masalah percintaan biasa, itu mungkin lebih mudah bagiku.

Aku sudah mengerahkan kebijakan yang kumiliki dalam diriku, dan kupikir aku berhasil mendukung Satou-san. Tapi lebih dari apapun, yang membuatku penasaran bukan tentang aspek romantis itu sendiri. Apakah Kiyotaka mau berkencan dengan Satou-san karena minatnya pada lawan jenis? Hal semacam itu. Bagaimana kalau dia tidak punya “tujuan romantis” sama sekali? Maka itu bisa menjadi masalah besar.

Aku merasa aku berpikir terlalu berlebihan mengenai hal ini, tapi entahlah. Bagaimanapun juga, orang yang dipilih Satou-san itu Kiyotaka. Aku tidak begitu mengerti apa yang sebenarnya Kiyotaka pikirkan. Bagaimana jika pada kencan ini dia bukannya tertarik pada Satou-san sebagai lawan jenis, tapi lebih karena ingin mengetahui lebih banyak tentang Satou-san sendiri? Kencan yang bertujuan untuk memastikan apakah Satou-san murid yang dapat dipergunakan atau tidak. Aku membayangkan hal seperti itu.

Sama seperti saat dia membuat kontak denganku, fakta bahwa Satou-san bisa saja menjadi kunci lain untuk melancarkan kehidupan sekolah Kiyotaka, sebagian dari diriku takut akan hal itu. Jika pandangan Kiyotaka jatuh pada Satou-san, aku bertanya-tanya apakah itu akan mengancam keberadaanku. Tergantung pada situasinya, Kiyotaka yang selama ini berperan sebagai pelindungku, tidak lagi bisa jadi seperti itu. Aku menekan tombol panggilan. Lalu mengetikkan 11 digit nomor secara manual.

“Aku bahkan belum hafal nomorku sendiri dan malah..….”

Tanpa kusadari, nomor kontak Kiyotaka sudar terukir dalam kepalaku. Sekarang yang harus kulakukan adalah menekan ikon panggil dan panggilan akan tersambung. Walaupun aku menelponnya, apa yang mau kukatakan padanya? Aku bertanya seperti itu pada diriku sendiri.

Apa kau pikir Satou-san lebih mudah dimanfaatkan daripada aku? Sesuatu seperti itu?

“Apa itu? Bodoh sekali…..”

Bahkan sebelum aku mulai mempertanyakannya, ini terdengar hampir seperti aku ingin dipergunakan olehnya. Tidak, bukan itu masalahnya. Hanya saja……aku ingin melindungi diriku sendiri. Menggunakan pelindung yang diketahui sebagai Kiyotaka, aku hanya ingin terus bertahan hidup sembari melindungi statusku di sekolah ini. Itu benar, jelas itu alasannya.

“Kenapa tidak kudengar langsung saja darinya?”

Dengan berpikir seperti itu, sekuat tenaga aku memaksa menggerakkan ibu jari tangan kiriku. Tapi, walaupun itu hanya tinggal beberapa senti saja sampai aku menyentuh tombol panggil, ibu jariku tidak mau bergerak lebih jauh lagi. Pada akhirnya, aku tidak sanggup menekan tombol panggilan itu sama sekali.

“Haah. Aku seperti orang bodoh.”

Kenapa aku harus menanyakan sesuatu seperti “Apa kau sudah selesai menggunakanku?” padanya.

Dan tidak lama setelah itu, teleponku bergetar.

“Uwaa?!”

Pada layar, muncul 11 digit nomor yang sebelumnya kuketik. Kupikir aku tidak sengaja menekan tombol panggil tapi ternyata bukan karena itu.

“………h-halo?”

Aku panik dan menjawab panggilan tersebut.

“Ada sesuatu yang ingin kuminta padamu.”

Suara malas dan datar yang familiar menyapa telingaku.

“Apa itu? Sesuatu yang kau inginkan dariku?

“Apa ada orang lain di sekitarmu sekarang?”

“Tidak ada. Aku sedang di kamarku.”

Mungkinkah, dia mengkhawatirkan apakah kesehatanku memburuk dan meneleponku karena khawatir. Meski begitu, ini sudah terlalu larut kalau meneleponku malam-malam seperti ini. Tapi tetap saja, hatiku menari-nari akan harapan kecil itu.

“Ada sesuatu yang aku ingin kau selidiki, Karuizawa.”

Tapi harapanku itu hancur hanya dalam di bawah satu detik saja.

“Apa-apaan itu? Kau tidak mau mengandalkanku lagi, kau mengatakan hal itu sebelumnya kan? Dan malah, dengan sengaja kau sudah memperingatkanku untuk menghapus nomor kontakmu.”

Aku ingin mengajukan komplain itu (walau aku tidak tahu pernyataan seperti itu benar atau tidak) ke dalam kata-kata. Pertama-tama, sejak kejadian di atap kemarin sampai sekarang, bukannya dia punya banyak hal yang harus dia katakan padaku?

Mengatakan sesuatu seperti “Apa kau terkena flu?”. Yaah, walaupun bukan kata-kata manis seperti itu, setidaknya dia seharusnya mengatakan sepatah dua patah kata atau sesuatu seperti “Aku minta maaf”. Fakta bahwa dialah dalang yang sudah membuatku dibully, seharusnya bisa menghancurkan suasana hati. Dan kalau itu bukan aku, dia bahkan mungkin sudah dilaporkan ke pihak sekolah. Mau dalam bentuk apapun itu, paling tidak harus ada permintaan maaf. Dan berpikir bahwa kalimat pertama yang keluar dari mulutnya itu malah “Aku ingin kau menyelidiki sesuatu”………

“Hei, Kiyotaka. Apa kau bahkan mengerti posisimu? Aku tidak butuh untuk bekerja sama denganmu lebih jauh lagi, atau kau harus bertanggung jawab dan lindungi aku selamanya. Tanpa bayaran.”

Kupikir aku bisa dengan berani mengatakan itu, karena aku sudah merasa cukup frustasi dengan masalah Satou-san. Tapi, kata-kata itu hanya tersangkut di tenggorokanku dan tidak mau keluar. Itu karena aku takut, jika aku mengatakan sesuatu seperti itu, Kiyotaka akan meninggalku.

“Apa yang kau ingin aku selidiki?”

“Ini tentang Satou.”

“……..tentang Satou-san?”

Dari semua hal dalam situasi ini, kenapa harus tentang Satou-san….. Sampai sejauh mana lagi orang-orang di sekitarku akan membuatku kesal.

Tapi ada juga rencana tentang kencan ganda, jadi aku tidak mengatakan apapun bahwa hari ini aku bertemu dengan Satou-san.

“Kenapa dengan dia?”

“Aku ingin tahu dengan siapa dia biasanya bergaul, apa pola tindakannya. Untuk lebih tepatnya, aku akan sangat berterimakasih jika aku juga mengetahui hobi dan kesukaannya. Tentunya, kalau kau sudah tahu, itu akan jadi lebih mudah.”

Aku tidak tahu apapun tentangnya. Dengan jahat aku berbisik seperti itu dalam hatiku.

“Sayang sekali, aku dan Satou-san ada di grup yang berbeda. Hal semacam itu agak jauh dari yang kuketahui.”

“Jauh ya. Bahkan nampaknya bagi seorang pemipin para gadis pun ada banyak hal yang tidak dia ketahui.”

“Muu…..kau mengatakan sesuatu yang jahat.”

“Kalau kau tidak tahu, bisa tolong kau cari tahukan? Sebisa mungkin jangan sampai Satou tahu tentang hal ini, aku lebih suka kau lakukan dengan metode itu.”

“……ya, aku bisa mencari tahunya dengan bertanya pada Shinohara-san.”

“Tolong pilih metode yang menurutmu ideal. Aku akan menyerahkan sisanya padamu.”

“Aku mengerti, aku akan mencoba bertanya-tanya…..….setidaknya beri tahu aku apa alasannya.”

“Tolong email aku mengenai rinciannya.”

Sepertinya setelah selesai dengan urusannya, Kiyotaka merasa puas dengan itu, setelah mengatakan permintaan sepihaknya dia memutus teleponnya. Tidak ada jawaban untuk pertanyaanku.

“Ada apa dengannya? Seenaknya melakukan apapun yang dia mau…….aku sama sekali tidak mengharapkan apapun darinya.”

Seharusnya aku batuk satu atau dua kali tepat ke telinganya.

Sambil terus menggerutu, aku mengirim pesan obrolan pada Shinohara-san. Walaupun aku sedang tertekan seperti ini, aku merasa ingin mengagumi kesetiaanku sendiri karena telah dengan jujur menuruti apa yang diperintahnya.

Dan setelah kulakukan itu, aku sudah mengamankan beberapa informasi mengenai Satou-san yang kudapat dari Shinohara-san. Untuk beberapa saat, kami mengobrol sebentar sembari aku mengumpulkan informasi. Menyatukan informasi yang kudapat, aku kemudian mengirimkannya ke alamat email Kiyotaka.”

Seperti biasa aku tidak mendapat balasan darinya, tapi tidak masalah, seharusnya sudah terkirim. Seperti yang kuduga, si Kiyotaka itu……apa dia tertarik pada Satou-san? Sudah jelas dia berencana mengumpulkan informasi sebelum berkencan agar dia dapat banyak keuntungan saat berkencan nanti. Apa itu berarti, jika kencannya berjalan dengan baik lalu mereka berdua akan mulai berpacaran? Atau apa itu berarti……tindakan yang dimaksudkan untuk menjadikan Satou-san sebagai pion sehingga dia bisa menggunakannya. Walaupun aku memikirkannya berulang-ulang, tidak ada jawaban yang bisa kudapat.

Tidak mungkin seperti itu kan.

“Ahh mou!! Apa yang lelaki itu inginkan?”

Aku tidak akan bisa tidur malam ini, sepertinya ini akan jadi hari yang panjang.

22 komentar:

  1. Wew, ada admin baru. semangat min buat updatenya.. terima kasih sudah di translate ke bahasa indonesia

    BalasHapus
  2. Mantap, makin banyak yang translate makin cepat selesai

    BalasHapus
  3. Ending volume ini buat fans pindah ke team Karuizawa, Kei :'

    BalasHapus
  4. langsung di gas sama adminya :v

    BalasHapus
  5. Lanjut yg vol. 5 dan 6 dong g asik klo langsung 7
    Walau gw tertarik ama karuizawa :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Volume 5 emang lagi dikerjakan, tapi belum diposting aja.

      Hapus
  6. semangat gan ngerjakannya, klo bisa ,maaf! jangan lama lama Upload postingannya ya

    BalasHapus
  7. Aku jd berharap ayanokoji sama karuizawa 😍😍
    Mimin, makasih banyak

    BalasHapus
  8. Wkwkwkwk....
    Dari volume 5 ch 2 langsung ane lompat volume 7,5...
    Tapi kga masalah yang penting seru

    BalasHapus
  9. Hahahaha pala ane pusing kalo lompat2 bacanya. Tapi Siip lah. Semoga manga nya segera keluar��️��️��️

    BalasHapus
  10. Min orang orang ITU baca vol 7 dimana ya?

    BalasHapus
  11. Min semangat. Tapi tolong vol nya jgn d loncati dong

    BalasHapus
  12. Yang semangat mom udah gak sabar liat si karuizawa pdkt dengan ayanokyojin

    BalasHapus
  13. Next min gk sabar nih karuizawa

    BalasHapus