PANAH CINTA
23
Desember. Langit terlihat cerah. Bangun di pagi hari terasa begitu nyaman.
Bahkan hampir luar biasa menyegarkan, walaupun aku baru saja membuka mataku.
Aku terulas oleh kenyamanan, dan hal ini membuatku terasa seakan masih ada
dalam mimpi.
Itu adalah
perubahan pertama yang terjadi padaku. Jadi, apa yang berubah? Jika ada orang
yang bertanya padaku tentang hal itu, dengan tegas aku akan menjawab ‘Tidak’.
Tapi, bukan berarti tidak ada yang berubah sama sekali. Sejujurnya, telah ada
yang berubah. Perubahan yang dramatis. Aku, Karuizawa Kei, sudah tidak lagi
memiliki masa lalu yang mengerikan yang mengikatku.
Lebih
tepatnya, mungkin bukan seperti itu. Aku telah mendapatkan kekuatan yang tidak
akan kalah pada masa lalu yang telah mengikatku begitu lama. Hal itu adalah,
kemarin, setelah acara penutupan yang mengakhiri semester kedua. Aku dipanggil
oleh Ryuuen dan yang lainnya, dan menerima beberapa perlakuan bully. Terdengar
payah memang jika aku mengatakannya seperti ini tapi kenyataannya hal itu memang
terjadi padaku. Saat itu aku mencapai titik terendahku.
Di
sekolah ini aku selalu melarikan diri mencari keselamatan, kupikir aku akan
sekali lagi terjatuh pada neraka. Lalu, aku mendengar berbagai macam hal. Dan
diantara semuanya itu, satu yang paling mengejutkan adalah, Manabe dan
teman-temannya yang membullyku saat itu pada kenyataannya ternyata mereka
dikendalikan oleh Kiyotaka. Awalnya aku merasa putus asa, dan bahkan amarah pun
muncul. Namun…pada akhirnya aku terselamatkan.
Semua
seperti telah direncanakan Kiyotaka. Orang yang menungguku saat aku turun
dengan selamat dari atap sekolah adalah mantan ketua Osis dan Cabashira-sensei.
Itu tidak seperti mereka punya hal yang ingin dikatakan padaku, hanya bentuk
keprihatinan mereka agar perhatian orang-orang tidak tertuju padaku.
Sejujurnya,tanpa pertolongan mereka, aku ragu bisa sampai ke asrama dengan
selamat.
Satu hal
yang mereka katakan padaku adalah keduanya bertindak berdasarkan instruksi
Kiyotaka. Kurasa karena mereka menyadari bahwa hanya itu satu-satunya cara
untuk menenangkanku. Peristiwa yang terjadi di atap sekolah. Sebuah benih atas
diriku yang telah dibully oleh Manabe dan teman-temannya telah tertanam. Jika
aku memiliki kekuatan untuk melepaskan diri dari masa laluku, aku pasti bisa
lebih tegas saat itu. Hal itu akan berakhir tanpa apa yang terjadi di masa
sekolah menengah pertamaku harus diketahui…..tidak, bukan begitu. Pada
dasarnya, akulah yang salah. Untuk bisa terlihat tegas, aku terus bersikap
sombong.
Untuk
itu, seandainya Manabe dan teman-temannya tidak senang akan sikapku aku tidak
bisa berbuat apa-apa. Ini adalah cara yang aku pilih untuk menghindari
bullying. Dengan segala risiko baik buruknya.
“Fu……….”
Aku
menghela nafas panjang. Tapi bukan helaan nafas yang buruk. Bagaimana
menjelaskannya ya? Itu helaan nafas yang dipenuhi dengan emosi… tidak. Aku
tidak bisa menjelaskannya dengan baik.
Hanya ada
satu hal yang aku yakin. Dan itu adalah, entah itu ketika aku tertidur, atau
ketika aku terbangun. Di dalam pikiranku, Kiyotaka selalu ada disana.
Sejak
kemarin, hal itu bagai terbakar tepat ke dalam benakku dan aku tidak bisa
melupakannya.
“…..lebih
seperti, mou, bagaimana aku mengatakannya, ini adalah permainan yang licik…….”
Walaupun
suhu tubuhku seharusnya normal, untuk beberapa alasan, tubuhku menjadi panas.
Untuk menekan gejolak panas yang mendadak naik dalam tubuhku, aku menutup kedua
mataku. Ayanokouji Kiyotaka. Murid tahun pertama kelas D. Awalnya aku tidak
memikirkan apapun tentang dia. Hanya teman sekelas yang tanpa bayangan.
Terkadang pembicaraan tentang dia yang terlihat keren memang muncul, tapi itu
tidak pernah menarik. Dan lagipula, teman sekelas yang lain dapat dengan segera
melupakan Kiyotaka begitu saja.
Di dunia
yang modern ini, keterampilan dalam berkomunikasi merupakan faktor besar dalam
popularitas seseorang. Itu adalah suatu hal yang pada dasarnya kurang dari Kiyotaka.
Tidak peduli sebagus apapun dia dalam bidang olahraga, jika tidak disertai
dengan elemen lainnya, tingkat popularitasnya tidak akan meluas lebih jauh
lagi. Itulah sebabnya, nama-nama seperti Yousuke-kun, Tsukasaki-kun dari kelas
A dan Shibata-kun dari kelas B jauh lebih tinggi tingkat popularitasnya.
Tapi—Kiyotaka yang asli, dia sebenarnya tidak
buruk dalam bersosialisasi, dia sangat pintar, dia sangat dewasa, dia juga
hebat dalam berolahraga sampai-sampai dia tidak akan kalah bahkan dengan siswa
senior sekalipun, dan lagi, dia sangat kuat hingga mencapai titik hampir luar
biasa…….ada juga bagian dari Kiyotaka yang kejam dan tidak kenal belas kasihan,
tapi…….walaupun begitu, pada akhirnya, dia pasti akan menyelamatkanku.
"Ha………..!?”
Mungkinkah,
aku, sebelum aku menyadarinya, tentang Kiyotaka----
“Tidak,
tidak, tidak, tidak. Tidak mungkin, tidak mungkin!”
Sambil
memegang wajahku yang memerah, aku menggelengkan kepala dengan cepat ke kiri
dan ke kanan. Karena wajahku yang menjadi merah ini, aku panik……. Aku hampir
terlihat seperti gadis yang sedang jatuh cinta.
Bukannya
aku menolak percintaan. Aku juga seorang gadis yang ingin merasakan jatuh cinta
sebagaimana mestinya. Hanya saja, bagaimana aku harus mengatakannya, ada bagian
dari diriku yang tidak bisa mengakui bahwa aku melihat Kiyotaka dengan
pandangan seperti itu.
“Itu
benar. Tidak mungkin begitu. Karena dia juga aku jadi mengalami hal yang
mengerikan…….”
Sebaliknya,
aku ingin dia berterimakasih padaku karena tidak mendendam padanya. Selain itu,
untuk dia yang mencuri hatiku juga, aku tidak bisa memaafkan hal seperti itu.
Berdiri
di depan cermin, aku menyisir rambutku yang kusut setelah bangun tidur.
“Tapi,
aku juga jadi orang terlalu baik, kan?”
Bahkan
jika hal ini kebetulan terjadi untuk menanggung kesalahan, aku bertanya-tanya
apakah orang biasa mau memaafkan Kiyotaka untuk hal yang sudah dia perbuat?
Kemungkinannya adalah tidak mungkin. Sudah jelas bahwa itu tidak mungkin.
Sebaliknya, mereka mungkin malah menaruh dendam terhadapnya. Hanya saja
kebetulan hal itu terjadi pada orang yang sangat murah hati sepertiku makanya
dia sudah dimaafkan. Berterima kasihlah, Kiyotaka. Berbicara keras seperti itu
dalam kepalaku, aku melepaskan diri dari semua delusi yang salah.
Itu
karena, aku tidak bisa memberinya maaf jika di depan Kiyotaka langsung.
Sebaliknya,
aku ingin tahu apa aku harus mengganggunya sedikit. Berpura-pura marah karena
sudah dimanipulasi olehnya, –sepertinya terdengar bagus. Dan mungkin saja,
kalau aku melihat wajah Kiyotaka, kemarahan dalam diriku barangkali akan mucul
juga.
Saat aku
merenungkan hal itu, sebuah pesan sampai pada teleponku.
“Hari ini
jam 11. Sebelumnya, terima kasih Karuizawa-san.”
“Ahh,
benar juga. Hari ini ya.”
Itu
adalah pesan dari teman sekelasku, Satou Maya-san. Sebelum besok, tanggal 24,
sebagai pemberitahuan hari ini, aku menerima kontak dari Satou-san yang
mengatakan dia ingin bertemu denganku karena ada sesuatu yang ingin dia
konsultasikan.
Biasanya,
karena aku berada dalam kelompok yang berbeda dengan Satou-san, kami jarang
bertukar pesan.
Tentu
saja, sebagai teman sekelas, kami bergaul dengan cukup baik, tapi ini adalah
pertama kalinya dia mengajakku keluar untuk bertemu dengannya.
“Tapi,
walau begitu, aku yakin aku sehat-sehat saja.”
Kemarin,
di bawah langit yang dingin, aku menerima beberapa ember air yang disiramkan ke
atas kepalaku dan walaupun hal buruk seperti itu terjadi padaku, hari ini aku
masih sangat sehat sampai-sampai aku ingin memuji diriku sendiri akan hal itu.
Setelah
menggigil kedinginan hingga ke tulang, aku pergi mandi untuk menghangatkan
tubuhku seperti biasa, tapi jika ini terjadi pada gadis normal lainnya mungkin
bisa saja mereka terkena flu atau walaupun mereka tertidur selama tiga hari
berturut-turut itu tidaklah aneh.
“Itu
karena aku sudah terlalu terbiasa mendapat perlakuan seperti ini………bercanda
kok.”
Aku
menyadari pembacaraan masokis semacam itu keluar begitu saja. ‘Aku’ yang sampai
hari kemarin. Adalah ‘aku’ yang berpikir bahwa dirinya telah berubah tapi pada
kenyataannya dia tidak berubah sama sekali.
Aku
selalu ketakutan akan dibully, selalu meringkuk. Jauh di dalam hatiku,
kegelapan selalu menyebar keluar. Tapi sekarang, aku bisa mengatakannya dengan
jelas. Aku bertanya-tanya apakah aku bisa berubah walaupun sedikit. Aku melepas piyamaku, dan yang tertinggal
hanya pakaian dalam saja. Pada saat itu, bekas luka yang terukir di tubuh
putihku mau tak mau mulai terlihat. Walaupun aku tidak menginginkannya, pasti
tetap akan terlihat juga. Setiap hari, aku menghadapi bekas luka-luka ini,
perasaanku tercabik dan aku mulai merasa ingin mati saja. Tapi, aku tidak
pernah memikirkan luka ini sebanyak yang kulakukan kemarin.
Walaupun
aku sangat membenci luka ini, sangat menyesalkannya dan merasa sangat sedih.
Hanya dalam satu hari, aku sendiri bahkan tidak percaya aku bisa berubah
sebanyak ini.
“Tapi
walaupun begitu, aku tidak bisa memperlihatkan luka ini pada anak lelaki…….”
Jika
mereka melihat bekas luka ini, si lawan jenis pasti akan menjauhkan diri. Tubuh
seorang gadis seharusnya lembut dan halus dan indah….. Dan luka ini bisa
menghancurkan ilusi mereka tentang hal itu.
Aku yakin bahkan cinta yang sudah ratusan
tahun pun akan menyerah pada luka ini. Tapi tidak, aku tidak punya niat untuk
menunjukkan luka ini pada orang lain…. Aku akan menyimpan fantasi itu dalam
hatiku…. Hanya saja………mungkin aku belum mau menunjukkannya dengan ucapanku
sendiri….. tapi, Kiyotaka berbeda.
Walau dia
sudah melihat bekas lukaku ini, satu kalipun dia tidak pernah mengungkapkan
rasa jijiknya. Apakah itu hanya karena dia tidak mengatakannya? Atau karena
saat itu terlalu gelap di dalam kapal? Atau dia hanya berbohong? Apakah jauh di
dalam dia berpikir bahwa luka ini menjijikan? Atau mungkinkah dia benar-benar
tidak mengganggapnya menjijikan sama sekali? Afirmasi dan penolakan terus
berulang di dalam kepalaku. Tapi tidak mungkin ada jawaban yang bisa ditemukan
dari pertanyaan itu. Terus bertanya-tanya sendiri, tiba-tiba aku menyadari
sesuatu yang penting.
“Ngomong-ngomong
tentang Kiyotaka, dia sudah menyentuh tubuhku dengan tangannya, kan?”
Saat itu,
aku tidak punya waktu untuk berpikir, tapi bukankah ini hal yang sangat luar
biasa? Dia menyentuh pahaku, seragamku hampir dilucuti…… Aku diperlakukan
seperti kuman dan hama oleh anak perempuan, dan aku tidak mendapat perlindungan
dari anak lelaki. Seluruh kelas, semua angkatan sekolah, tidak ada yang
menganggapku sebagai manusia, kurang lebih tidak ada yang melihatku sebagai
seorang perempuan. Meski aku tidak pernah benar-benar bergandengan tangan
dengan lelaki sebelumnya, apa yang telah dia lakukan padaku, aku
bertanya-tanya.
“Benar-benar,
mou, mou, mou! Aku memikirkan hal itu lagi! Aku sangat bodoh!”
Sekali
lagi, ayo tutup masalah yang berkaitan dengan Kiyotaka dan segel saja. Aku akan
melakukannya. Itu hanyalah sebuah kecelakaan aku harus melupakan tentang hal
itu. Aku meraih bajuku dan mulai berganti pakaian.
***
Setelah beberapa lama
mempersiapkan diri, aku segera menuju ke tempat tujuan dengan berlari kecil.
Keyaki Mall yang juga menyambut liburan musim dingin dipadati oleh pelajar.
Kebanyakan dari mereka sepertinya datang kemari untuk bermain, karena ada lebih
banyak orang dibanding saat liburan biasa.
“Sepertinya benar. Tidak ada
tempat lain yang bisa dituju untung hang out selain di tempat ini.”
Semua kebutuhan telah tersedia di
sini jadi aku tidak memiliki keluhan tapi juga tidak ada hal yang baru di sini.
Setelah entah bagaimana bisa tiba
tepat waktu, aku memanggil Satou-san yang sedang menunggu dengan telepon di
tangannya di depan kafe tempat pertemuan kami.
“Selamat pagi, Satou-san.”
“Ahh, Karuizawa-san! Selamat
pagi!”
Matanya terlihat bersinar ketika
dia melambaikan tangannya padaku. Mungkin sebelumnya dia pergi ke penata
rambut, rambutnya terlihat tertata rapi. Hanya dengan satu hal itu saja, sudah
membuatku membayangkan berbagai hal.
Kemarin malam Satou-san menghubungiku
untuk meminta konsultasi. Tubuh dan pikiranku sudah benar-bener lelah, tapi aku
tetap diam akan kenyataan itu. Tentu aku harus. Fakta bahwa aku dipanggil ke
atap sekolah dan diguyuri air dingin adalah sesuatu yang ‘tidak pernah terjadi’
bagi orang lain. Dengan kata lain, melihat dari sudut pandang Satou-san, aku
harus menjadi diriku yang biasanya. Itu sebabnya walaupun bisa aja aku menolak
permintaan konsultasinya, aku memutuskan untuk membantunya. Lagipula……dari
beberapa waktu lalu, aku sudah dibuat penasaran akan perilaku Satou-san.
“Maaf karena tiba-tiba
memanggilmu keluar.”
“Tidak apa-apa. Tak perlu
khawatir.”
“Aku sangat terbantu kalau kau
berkata seperti itu.”
Bersama dengan Satou-san yang terlihat senang, seperti yang
direncanakan kami segera memasuki kafe. Walau di depan pintu masuk saja sudah
padat, terlihat ada pasangan yang kebetulan
hendak keluar, itu memudahkan kami untuk masuk.
“Ramai sekali ya….”
Aku mengatakan itu tanpa berpikir.
Sangat menjengkelkan.
“Di liburan musim dingin ini, aku
penasaran apa semua siswa angkatan tidak memiliki ujian apapun.”
Aku juga memiliki pertanyaan yang
sama seperti Satou-san.
Selama liburan musim panas, siswa
angkatan pertama segera dikirim berlayar dengan kapal pesiar mewah. Tapi kali
ini, dilihat dari siswa seluruh angkatan yang ada di sini, sepertinya tidak ada
ujian khusus yang diadakan.
Aku penasaran apa sekolah ini juga
akan memberikan kami pelayanan lagi, setidaknya untuk liburan musim dingin.
Atau mungkinkah pada akhir tahun ini, di awal semester baru, suatu ujian akan
dimulai? Kalau benar seperti itu, aku akan membencinya.
“Kalau kau belum sarapan, pesan
saja apapun yang kau mau. Aku yang akan
membayar semuanya.”
Satou-san memintaku untuk tidak
menahan diri dengan senyuman di wajahnya. Dan seperti yang dia katakan, aku
memesan American scone dan café au lait, dan kami berdua, duduk di meja kecil
untuk dua orang dekat pusat pertokoan.
“Jadi konsultasi apa yang kau mau
dariku?”
Sebuah konsultasi yang membuat
Satou-san sampai mau membayarkan makananku, aku bertanya-tanya apa ini akan
jadi permintaan yang sangat penting.
Sedikit mengubah posisi duduk,
aku mencoba bersandar dengan santai.
“Hmmm….yah. Masalahnya adalah,
kau tahu? Sebenarnya…….aku akan segera pergi berkencan.”
Satou-san berkata lalu
memotongnya dengan itu.
“…….kencan?”
Walaupun aku terkejut, aku
menahan gejolak ini dan balik bertanya padanya.
“Itu benar.”
Dengan tersipu, Satou-san
mengangguk dua atau tiga kali padaku. Aku merasakan firasat buruk, sudah kuduga
perkiraanku tepat sasaran. Dan pasangannya, kalau aku tidak salah membaca
situasi ini, adalah….
“Ummm….. dengan siapa?”
Sepertinya Satou-san menungguku
bertanya seperti itu.
“Dengan Ayanokouji-kun, kau tahu.
Ini mengejutkan…..’kan?
Satou-san bergumam, terlihat
malu-malu tapi juga senang. Tiba-tiba, aku bisa merasakan sengatan ringan di
telingaku, tapi aku berpura-pura tenang.
Aku meraih rotiku, dan melahapnya
dengan gigitan sedikit lebih besar dari biasanya. Remahan roti itu jatuh di
atas penampan. Lalu aku menyesap café au lait untuk tenggorokanku yang jadi
kering.
“Heh……… jadi Satou-san mengincar
Ayanokouji-kun. Itu memang mengejutkan~”
Tentu saja aku menyadari bahwa
Satou-san telah jatuh cinta pada Kiyotaka. Tapi, karena sebelumnya dia tidak
pernah memberitahukannya padaku, menjawab seperti itu adalah pilihan yang aman.
“Benar kan? Aku sendiri juga
tidak menyangka. Tapi, saat festival olahraga, ada lari estafet kan? Melihat
sosoknya yang sedang berlari itu membuat hatiku berdebar, kau tahu.”
Satou-san berbicara dengan
perasaan yang meluap sampai-sampai aku merasa malu sendiri mendengarnya.
Tidak salah lagi, ini adalah
reaksi seorang gadis yang sedang jatuh cinta.
“Tapi, bukankah dia orang yang
tidak menonjol? Kalau itu Satou-san, seharusnya ada yang lain, lelaki yang
lebih baik cocok untukmu. Seperti,Tsukasaki-kun dari kelas lain, bagaimana
dengannya?”
Bahkan diantara siswa angkatanku,
dia dipuji untuk jangka waktu tertentu sebagai lelaki yang sangat tampan.
Akhir-akhir ini dia sedang hangat
dibicarakan, bagaimana dengan dia? Aku menyarankan padanya seperti itu.
“Itu tidak baik. Sepertinya
beberapa waktu lalu, dia sudah berpacaran dengan siswi senior dari klub yang
sama dengannya.”
Begitu ya. Jadi dia sudah
dimiliki, pantas saja aku tidak lagi mendengar rumor apapun tentangnya. Bahkan
idola popular di televisi pun, baik lelaki atau perempuan, kala mereka
memutuskan untuk berpacaran, popularitas mereka bisa merosot.
“Jadi begitu ya. Lalu, bagaimana
kalau Satonaka-kun? Seharusnya dia masih sendiri sekarang.”
“Ya, menurutku dia memang
keren……tapi ada sesuatu yang membuatku tidak klik dengannya.”
Walaupun aku sudah menyarankan
beberapa lelaki populer lainnya, Satou-san tidak menunjukkan tanda bahwa dia
tertarik. Sepertinya Satou-san tidak menilai Kiyotaka hanya dari penampilan
luarnya saja. Benar-benar, pada tahap ini aku hampir beranggapan kalau
penampilan luar Kiyotaka lebih rendah dari Doujo-kun atau Satonaka-kun……saat ini
Kiyotaka memang tidak terlalu menonjol tapi jika bersaing hanya dari penampilan
luar saja, tanpa ragu aku akan bilang Kiyotaka itu termasuk kelas atas.
Dengan kata lain, Satou-san, yang
sedang jatuh cinta, sudah menyadari hal itu huh…….. Untuk lelaki maupun
perempuan, penampilan luar dari pasangan masing-masing adalah nilai status
mereka. Aku berpacaran dengan cowok keren, aku berpacaran dengan cewek imut,
hanya dengan hal itu saja evaluasi pribadi seseorang juga akan ikut meningkat.
Seperti apa yang telah kudapatkan lebih dari yang kubayangkan dari berpacaran
dengan Hirata-kun. Jika Satou-san dan
Kiyotaka benar berpacaran, pada tahap ini, evaluasi tentang Satou-san pun pasti
akan naik juga.
Jika Kiyotaka memamerkan
talentanya dan dia mulai jadi menonjol, dengan itu saja sudah bisa membuat
evaluasi tentang dirinya bisa jadi lebih tinggi daripada Hirata-kun. Kiyotaka
mulai menarik lebih banyak perhatian setelah lari estafet tapi situasinya saat
ini adalah, dia tidak menarik perhatian sebanyak yang para gadis harapkan.
Dengan sikapnya yang sehari-hari terlihat pendiam dan hanya berbicara dengan
Horikita-san saja, faktor-faktor tersebut tidak cukup untuk memenuhi ekspektasi
para gadis.
Selanjutnya, anak-anak seperti
Ike-kun, Yamauchi-kun dan Sudou-kun. Bergaul dengan mereka yang sudah dikenal
punya reputasi amat jelek dikalangan para gadis juga jadi kesan minus.
Bagaimanapun, sampai saat ini
seharusnya Satou-san tidak banyak berkomunikasi dengan Kiyotaka. Tapi meskipun
begitu, jatuh cinta padanya hanya karena melihat satu aksi saat estafet saja,
tidakkah itu terlalu dangkal? Aku mengenal Kiyotaka lebih banyak dari
Satou-san. Sifat asli dia, atau lebih tepatnya, kepribadian gelapnya yang tersembunyi.
Satou-san tidak akan pernah tahu tentang hal itu. Ahh, mou. Ini salah, ini
salah! Itu tidak ada hubungannya dengan hal ini. Aku tidak punya hak untuk
berkata jelek tentang Satou-san, dan aku ada di posisi dimana aku harus
menyemangatinya.
Mengapa? Karena aku adalah
kekasih Hirata Yousuke. Karena aku tidak mempunyai alasan untuk mengganggu
kisah asmara orang lain. Itulah sebabnya, aku, sebagai kekasih Hirata, sebagai
pemimpin anak perempuan kelas D, aku harus membantu Satou-san.
“Setelah mendengar semua
ceritamu, apa kau serius sangat ingin mengincar Ayanokouji-kun?”
Jika aku tidak tahu kepribadian
Kiyotaka, tanpa ragu aku pasti akan bertanya seperti itu.
“………iya.”
Menanggapi pertanyaan itu,
Satou-san mengangguk tanpa ragu. Sepertinya dia sudah membulatkan ketetapan
hatinya, dan Satou-san tidak mendekati Kiyotaka sebagai candaan. Hal seperti
itu, aku sudah lama menyadarinya sih.
“Bukankah itu bagus kau sudah menemukan
seseorang yang kau sukai? Dan lagipula, sekarang ini Ayanokouji-kun seharusnya
masih sendiri juga.”
“Itu benar, itulah mengapa aku
pikir ini bisa jadi kesempatanku. Jika nanti ada gadis lain yang juga jatuh
cinta pada Ayanokouji-kun lalu……..aku berpikir seperti itu jadi aku dibuat
tergesa-gesa.”
Jika ada seseorang yang bercerita
pada teman atau teman karibnya mengenai masalah percintaan, sudah ada 50 episod
kisah di dunia ini yang menceritakan tentang lelaki yang mereka suka dicuri
oleh orang lain. Bukan hal yang aneh jika Satou-san bersikap waspada akan hal
itu. Sedangkan bagiku untuk memiliki pacar yang harus bersaing dengan satu atau
dua gadis lainnya, aku pun pasti akan meminimalisir risiko yang terjadi
serendah mungkin.
Tapi walau begitu, berpikir bahwa
ini akan jadi kencan di waktu liburan musim dingin, ini adalah hal di luar apa
yang kubayangkan. Si Kiyotaka itu, walaupun kelihatannya dia tidak tertarik
pada Satou-san, walaupun setelah kejadian insiden di atap sekolah, dia masih saja menyetujui ajakan Satou-san.
Tanpa sadar aku merobek kertas yang membungkus sedotan minumanku.
“… mungkinkah konsultasi yang kau
maksudkan itu, ada kaitannya dengan berkencan?”
Mendengar itu, mata Satou-san
terlihat bersinar kemudian dia mengangguk. Sejak beberapa saat lalu, dia
terlihat terlalu menyilaukan.
“Iya. Kau tahu, seperti apa
rahasia di balik membuat kencan jadi sukses? Aku bertanya-tanya bagaimana aku
harus melakukannya. Bagaimana akhirnya kau bisa berpacaran dengan Hirata-kun,
aku ingin kau menceritakan berbagai hal mengenai itu.”
Di kelas D, satu-satunya yang
dengan jelas mengumumkan hubungan ini hanyalah aku dan Yousuke-kun. Bahkan jika
Satou-san meminta bantuan pada teman-temannya dari kelas lain, Kiyotaka, atau
mungkin Ayanokouji, siapa dia? Sesuatu seperti itulah yang paling mungkin
terjadi. Dengan kata lain, Satou-san mengandalkan bantuanku juga adalah sesuatu
yang tidak dapat dihindari.
“Karuizawa-san, kau berpacaran
dengan Hirata-kun begitu semester pertama dimulai kan?”
“Iya. Kurasa begitu. Tidak ada
yang spesial.”
“Itu adalah hal yang spesial. Itu
benar-benar luar biasa, aku sangat mengagumimu untuk hal itu.”
Berkata demikian, Satou-san
seolah hampir menyambar kedua tanganku dan menggenggamnya.
“Itulah sebabnya, bakatmu yang
seperti itu tolong ajarkan padaku.”
“Itu bukan sesuatu yang bisa
disebut bakat loh….”
Dari awal, aku tidak bisa
menjawab satupun permintaan Satou-san. Aku yang mencoba melarikan diri dari
segala macam bentuk bully yang kuterima di masa sekolah menengah pertamaku ini,
hal itulah yang membuatku menghampiri Hirata-kun, diberi kesempatan untuk
beralih dari sisi yang selalu diintimidasi ke sisi dimana aku tidak akan
terintimidasi lagi. Melihat lagi ke belakang, ternyata aku sangat beruntung.
Itu juga sebuah tindakan awal
untuk memastikan bahwa Yousuke-kun bukanlah tipe orang seperti itu, tapi itu
benar-benar merupakan taruhan yang sangat tinggi. Jika, ketika aku meminta
padanya untuk mengijinkanku berpura-pura menjadi pacarnya, dan dia menolakku,
hasilnya pasti akan berbeda dari apa yang didapat sekarang. Dan tidak hanya
dengan kasar membuangku, dia bisa saja menyebarkan fakta tentang masa laluku
yang selalu dibully ke semua orang. Yousuke-kun adalah seseorang yang menghargai
keharmonisan dari lubuk hatinya, dan tipe orang yang akan membuatnya menjadi
ideal.
Merasa bahwa dia bisa
menyelamatkanku dengan berpura-pura menjadi pacarku, dengan senang hati dia
menerima permintaanku. Itulah mengapa aku juga bisa menerimanya, dan memilih
untuk berlindung di bawah payung kedamaian yang dia berikan. Pacar dari
Yousuke-kun, orang yang menjadi pusat kelas D. Status itu ternyata sangat
efektif melebihi apa yang aku bayangkan. Awalnya, ada banyak perasaan iri dan
dengki yang datang dari anak perempuan lain di kelas, tapi itu juga, dengan
cepat menghilang.
Mengingat apa yang sudah terjadi
padaku, aku selalu bersikap arogan pada setiap siswa. Bahkan pada saat
berbelanja, menggerutu untuk setiap perubahan kecil, hal-hal seperti itu sudah
kulakukan semuanya.
Dan begitulah, aku mampu meraih
kedudukan sebagai pemimpin anak perempuan kelas D milikku sendiri.
Tapi, terhadap diriku yang sudah
menciptakan status palsu ini, jelas ada sesuatu yang bisa kulakukan dan ada
yang tidak. Itu sebabnya, bahkan seandainya Satou-san meminta saran asmara
dariku, tidak ada yang bisa kulakukan untuk menjawabnya.
Bagi seseorang yang tidak
memiliki pengalaman dalam asmara, tidak mungkin mereka tahu teknik-teknik dalam
asmara itu sendiri. Semenjak aku berpacaran dengan Hirata-kun, untuk meyakinkan
status “pacaran” ini lebih bisa meyakinkan orang lain, sering kali kami berdua
pergi keluar untuk pura-pura berkencan, tapi hatiku tidak ada disana.
Itu sebabnya aku tidak tahu apa
yang benar dan apa yang salah. Tapi aku juga tidak mau mengecewakan harapan
Satou-san. Aku tidak ingin dia berpikir kalau aku adalah orang yang baru dalam
hal romantisme. Jika yang di hadapan Satou-san saat ini adalah diriku beberapa
waktu ke belakang, mungkin dengan lantang aku akan memamerkan pengetahuan yang
kudapat dari majalah atau televisi. Menjelaskannya seolah itu kejadian yang
kualami sendiri, aku bisa saja dengan lancar membicarakan secara rinci tentang
romantisme.
Tapi, sekarang ini secara
bertahap aku sudah berubah. Terhadap Satou-san, terhadap seseorang yang menaruh
kepercayaannya padaku, aku tidak ingin membuat pernyataan asal-asalan seperti
itu. Baru-baru ini, aku pun merasa sudah mulai lelah dengan diriku yang terus
berakting sok berkuasa dan arogan, untuk sesaat, aku ingin membicarakan sesuatu
yang sebenarnya tanpa harus berpura-pura. Tapi aku tidak boleh mengucapkan
sepatah katapun tentang itu, aku harus tetap menjadi pacar Yousuke-kun dan
bersikap keras. Itulah kenapa aku harus terus mengatakan kebohongan yang tidak
ingin aku ceritakan.
Apakah aku benar-benar bermaksud
demikian?
Saat ini, apakah keberadaan
Yousuke-kun masih sangat penting bagiku?
Pada saat seperti ini,
pikiran-pikiran yang tidak perlu terus bermunculan dalam kepalaku. Satu-satunya
unsur berbahaya bagiku saat ini, grup Manabe dan Ryuuen, sudah tereliminasi,
semua terimakasih kepada strategi Kiyotaka. Dengan kata lain, cerita tentang
pembullyanku tidak akan muncul lagi. Lagipula, mulai dari sekarang, walaupun
seandainya ada sesuatu yang terjadi, Kiyotaka pasti akan datang dan
menyelamatkanku, aku juga memiliki rasa aman atas pemikiran itu.
Kenyataan bahwa aku adalah pacar
Yousuke-kun adalah hak yang istimewa tapi jika aku melepas status itu, aku
ingin tahu apakah ada kemungkinan kedudukanku di sekolah ini akan dicuri
dariku. Tentu saja, jika itu malah jadi masalah tentang aku yang telah
dicampakkan oleh Yousuke-kun kurang lebih pasti terdengar payah, tapi aku
merasa itu tergantung pada bagaimana cara kami berdua membicarakannya, pasti
akan berjalan dengan baik.
Kalau itu terjadi, semuanya akan
jadi jelas untukku dan aku akan bebas. Jika aku sudah bebas, akhirnya aku akan
bisa mengejar cinta sejatiku. Namun begitu, saat ini aku tidak bisa
membayangkan hal ke depannya akan jadi seperti apa lagi. Karena Satou-san yang
di hadapanku sekarang tengah mengharapkan jawaban memuaskan dariku. Aku bisa
memikirkan keuntungan dari terus berpacaran dengan Yousuke-kun nanti.
Aku harus bisa menyingkirkan
pikiran tidak perlu yang terus menggangguku berkali-kali ini.
“Setelah mendengar penjelasanmu,
apa yang kutangkap adalah, alih-alih kencan percobaan, Satou-san ingin kencan
yang serius dengan maksud tujuan agar bisa berpacaran dengan Ayanokouji-kun,
begitu kan?”
“Iya.”
Dengan kata lagi, kencan yang
dimaksudkan untuk memikat hati Kiyotaka.
“Apa yang harus kulakukan agar
semuanya berhasil?”
“Coba kita lihat…….”
Aku harus berpikir serius. Cara
agar Satou-san bisa berpacaran dengan Kiyotaka... ummm, lelaki itu, aku
penasaran hal apa yang perlu dilakukan untuk memikat hatinya.
Dia adalah sosok yang jelas
berbeda dengan lelaki kebanyakan. Aku ingin tahu apa dia tertarik pada hal
semacam romansa percintaan…….. atau mungkin, bisa saja secara mengejutkan dia
ternyata tipe lelaki yang sudah lama merindukan romansa percintaan?
Karena kemungkinan apa saja bisa
terjadi, membuat penilaian tanpa hal mendasar itu sulit. Selagi
pertanyaan-pertanyaan itu timbul tenggelam dalam pikiranku, Satou-san
mengeluarkan telepon genggamnya.
“Aku ingin tahu apakah rencanaku
terlalu lamat-lamat? Umm, kau tahu, karena aku masih amatir, aku ingin membuat
rencana kencan. Tolong bantu aku untuk membuat keputusan.”
Dan sambil menundukkan kepalanya,
dia memperlihatkan rencana kencan yang tertulis di catatan layar teleponnya.
Bertemu pada pukul 12 ->
Makan Siang -> Bioskop -> Belanja -> Mengungkapkan
perasaan di bawah Pohon Legendaris -> Hadiah
Apa yang tertulis disana terlihat
simple. Pertama, aku ingin menyela satu hal yang paling membuatku risau
diantara hal lainnya.
“Tunggu sebentar. Apa kau
berencana untuk mengungkapkan perasaanmu di hari pertama kalian kencan?”
“Aku sudah berniat untuk sekalian
membuat kencan ini akan berujung bahagia atau sakit hati……..itu pun kalau
seandainya keberanianku bisa muncul.”
Selagi aku berpikir seharusnya
dia memperdalam hubungannya dengan Kiyotaka sedikit demi sedikit, dia malah
merencanakan pertaruhan penentuan jangka pendek yang jauh melampaui
perkiraanku.
“Tidakkah itu terlalu cepat?
Menurutku sebaiknya dilakukan setelah dua atau tiga kali kencan saja. Kau juga
mungkin bisa mendapati beberapa aspek yang mungkin tidak kau sukai dari
pasanganmu itu.”
Tentu saja, gadis yang sudah
punya pengalaman asmara pun kadang membuat keputusan mendadak di tempat juga.
Tapi Satou-san, dalam hal romansa, terlihat lebih seperti sebagai seorang
pemula, kupikir lebih baik untuknya untuk tidak terburu-buru dalam hal itu.
Tapi, tidak banyak kredibilitas
yang bisa datang dari sesama pemula sepertiku……. Tapi dia terlihat tergesa-gesa
dalam penentuan hasilnya, atau lebih seperti, aku merasa dia seolah sangat
memprioritaskan daya tariknya.
Mungkin saja itu karena Satou-san
ingin membuat debut status pacarannya di awal semester 3.
“Dan juga, apa maksud dari di
bawah pohon legendaris ini? Jangan-jangan ini salah satu cerita yang mengatakan
kalau mengucap sumpah cintamu di bawah pohon ini kau dan kekasihmu akan terikat
selamanya?”
Aku ingin tahu apakah cerita
pohon legenda urban seperti itu ada di sekolah ini. Tapi walaupun jika kekuatan
misterius itu memang ada, di hari dan di jaman ini dimana kita tidak bisa
mengetahui masa depan seseorang, jika diberi jaminan terikat bersama untuk 10
atau 20 tahun lamanya tidak bisa diharapkan hanya akan terjadi hal-hal yang
baik aja.
Seandainya ternyata lelaki kau
nikahi itu orang yang tidak berguna sampai-sampai kau ingin bercerai dengannya,
jika kau dipaksa untuk terus bersama dengannya seumur hidup malah terdengar
seperti kutukan.
“Sepertinya pohon tersebut tidak
seterkenal itu, aku menemukannya ketika aku sedang melihat-lihat papan buletin
sekolah. Bahwa, jika kau mengungkapkan perasaanmu di bawah pohon itu, pasti
akan berhasii. Dan terlebih lagi, sudah ada banyak laporan mengenai tingkat
keberhasilan pengungkapan itu.”
Heh………..Aku tidak tahu
tentang itu. Karena aku juga jadi merasa
tertarik, aku akan mencari tahu.
Dan ketika kuselidiki, ternyata
memang benar ada, di papan buletin sekolah memang tertulis ada beberapa kasus
dimana pengutaraan cinta berjalan dengan baik. Sepertinya ketika awal sekolah
ini berdiri, pohon besar itu didonasikan kemari dan ditransplantasikan di sini.
Kelihatannya umur pohon itu sudah lebih dari 8 tahun.
“Ngomong-ngomong, di sekolah ini
ada beberapa pohon hebat lainnya juga kan……”
Biasanya aku tidak mempedulikan
keberadaan pohon-pohon itu. Waktu yang tepat untuk pengungkapan perasaan harus
pada sore hari sebelum matahari terbenam. Dari pukul 4 sampai pukul 5 sore
hari. Dan di sekitaran waktu itu, harus dalam keadaan tidak ada orang lain di
sana. Jika keadaan itu terpenuhi, pengungkapan cinta punya kesempatan berhasil
sebanyak 99%, kelihatannya begitu.
Tapi 99%-nya itu tedengar
mencurigakan.
“Tapi meski begitu, bukankah itu
cukup sulit? Waktu yang disebutkan untuk pengakuan ini.”
“Kurasa itu benar. Dikatakan juga
jika ada orang lain di sana tepat saat pengungkapan perasaan berlangsung,
hasilnya tidak akan berjalan dengan baik.”
Pada sore hari, kehadiran orang
lain di tempat tersebut sangatlah tinggi jadi waktunya sangat sulit. Selain
itu, tidak aneh juga jika ada anak lelaki atau anak perempuan lain yang ingin
coba membuktikan legenda ini.
Salah satu dari lawan bicara
harus bisa nyambung percakapan dengan baik, dan memandunya sehingga bisa
menghindari keheningan yang membuat canggung. Tentu, hal seperti ini hanyalah
mitos, dan aku menganggapnya hanya sebagai mitos. Tapi jika itu untuk membuat
pengakuan sekali-dalam-seumur hidupmu berhasil, rasanya seperti berpegangan
pada sedotan. Aku juga, kalau itu sudah menyangkut tentang masalah menang atau
kalah, pasti ingin meningkatkan kemungkinan menang bahkan jika hanya 1% saja.
“Hey, umm, apa alasan yang
membuatmu jatuh cinta pada Ayanokouji-kun?”
“Eh? Kenapa kau bertanya?”
“Ah, tidak, maaf. Itu karena aku
tidak tahu apapun mengenai Ayanokouji-kun. Aku ingin mendapat bayangan
kira-kira dia itu orang yang seperti apa. Tentang bagian mana dari dirinya yang
membuatmu jatuh cinta, seperti itu. Kau tahu, jika aku mengetahuinya, mungkin
itu bisa berguna untuk saran yang akan kuberikan untuk rencana kencanmu nanti,
benar kan?”
Saat aku bertanya padanya,
Satou-san menjawab dengan berbisik sembari menyembunyikan pipinya dengan kedua
tangannya, tampak malu.
“Ummm…….pertama-tama, bukankah
dia keren? Biasanya dia pendiam dan terlihat dewasa. Dan juga, larinya sangat
cepat…….. dan saat ujian juga, nilainya berada di atasku jadi bukan berarti dia
itu orang yang bodoh……kau tahu, sebenarnya aku selalu berpikir Hirata-kun jauh
lebih baik lagi dari itu sedangkan anak laki-laki lainnya kebanyakan dari
mereka sangat kekanak-kanakan.”
Mungkin yang dia maksud itu
Ike-kun dan Yamauchi-kun dan yang lainnya. Mengenai hal itu, aku juga setuju.
Sampai-sampai aku tidak percaya kalau kami seumuran. Sebagian besar anak
laki-laki di kelasku seperti anak-anak. Karena itulah pada periode ini, sebagian
besar anak perempuan menjadi kecewa karena anak lelaki teman sekelas mereka
tidak sesuai yang mereka harapkan dan akhirnya mereka lebih memilih untuk
mendekati senior mereka.
“H-hal yang baru saja kukatakan,
rahasiakan dari anak perempuan lainnya, ya? Akan sangat buruk kalau mereka juga
menyadari betapa kerennya Ayanokouji-kun. Lagipula, akan terdengar menyedihkan
kalau rumor tentangku yang tidak terbiasa dekat dengan lelaki menyebar luas.”
“Lalu apa tidak apa-apa kalau menceritakannya
padaku?”
“Karuizawa-san kan pacarnya
Hirata-kun, jadi tidak apa-apa malah itu membuat pikiranku tenang.”
Sepertinya pengaruh dari
keberadaan Hirata-kun sangat besar sekali. Satou-san mengandalkanku. Rasanya
tidak terlalu buruk mengetahui dia mengandalku sampai pada titik ini…….tapi
dari semua hal, mengapa harus tentang Kiyotaka?
Jika ini tentang lelaki lain, aku
bisa mendukungnya sepenuh hati dengan perasaan yang jujur. Aku tidak akan
merasakan perasaan tidak tenang dalam hatiku ini. Apa ini yang dinamakan
takdir?
“Hah…………”
Tiba-tiba aku mendesah seperti
itu. Berbeda dengan yang tadi pagi, ini desahan yang berat. Tapi mendengar itu,
wajah Satou-san berubah murung saat aku melempar pandang padanya.
“S-seperti yang kuduga, aku tidak
menganggumu, kan?”
“Tidak, tidak sama sekali, maaf.
Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Sungguh.”
Aku panik dan segera
menyangkalnya, tapi di dalam hatiku, aku memang sudah seperti itu sepanjang
waktu……… Bukannya aku jatuh cinta pada Kiyotaka atau apapun itu. Hanya saja,
bagaimana mengatakannya, aku memang punya hubungan yang spesial dengannya.
Apapun yang terjadi, hubungan ini pasti akan selalu diutamakan. Tapi sekarang
ini aku harus membalikkan pikiran dan tindakanku demi Satou-san. Aku terus
berkata seperti itu pada diriku berulang-ulang.
“Sekarang, bagaimana kalau kita
merevisi sedikit rencana kencannya? Kalau kau ingin makan siang berdua, mungkin
lebih baik dilakukan setelah menonton film. Kalau seandainya keadaan jadi
canggung, kau bisa selalu memulai percakapan dengan membahas film tadi.”
“Umm, baiklah aku akan memasukkan
rencana yang sudah Karuizawa-san pikirkan.”
Berkata jujur seperti itu,
Satou-san meraih teleponnya.
Tiket filmnya mungkin sudah dia
pesan tapi ini demi kebaikannya sendiri. Menonton film segera setelah selesai
makan dapat menyebabkan masalah jika situasi yang tak terduga muncul. Dan juga bisa membuatmu mengantuk jadi itu
tidak boleh.
Aku mengakses laman website
bioskop tersebut.
“Jadi? Kapan kau akan pergi untuk
kencan yang sangat penting ini?”
Pertama-tama aku harus mengecek
apakah waktunya bisa diganti atau tidak, kalau aku tidak mengetahui hal paling
utamanya kita tidak bisa memulai apapun.
“Waktunya besok lusa.”
“Begitu ya, itu bagus……..tunggu, besok
lusa itu kan tanggal 25!”
Aku hampir melonjak kaget. Dengan
panic, perlahan aku menurunkan pinggulku yang sedikit terangkat untuk kembali
ke tempat duduk.
“Hehehe.”
Tidak. Jangan ‘Hehehe’ padaku…….!
Tanggal 25 Desember. Itu adalah
satu hari paling berharga bagi sepasang kekasih di sepanjang tahun. Si Kiyotaka
itu, mengiyakan ajakan kencan Satou-san di tanggal 25, apa yang sebenarnya dia
pikirkan?
Biasanya pada hari itu menjadi
hari dimana sepasang kekasih menghabiskan waktu bersama untuk memperdalam
hubungan mereka, dan satu hari dimana mereka mengukuhkan cinta mereka. Hari itu
tidak cocok digunakan bagi mereka yang baru mau memulai suatu hubungan. Tidak
normal untuk berkencan pada hari itu. Seharusnya Kiyotaka bisa menolaknya
dengan lembut dan memindahkan hari kencan ke tanggal 26.
Jika ini kebalikannya, tidak
salah lagi ini bisa menimbulkan berbagai macam hal yang tidak menyenangkan pada
Kiyotaka.
Seorang anak lelaki yang hanya
ingin melakukan hal-hal mesum, sebutan seperti itu bisa melekat padanya. Aku
menyela dengan keras seperti itu di dalam pikiranku.
“Fu, fu…”
“……...ada apa Karuizawa-san?”
“Tidak, tidak ada. Tidak usah
dipikirkan.”
Kenapa tubuhku jadi terasa panas.
Mau hari apapun yang mereka tentukan untuk kencan mereka berdua, itu tidak ada
hubungannya denganku. Mereka yang bersangkutan bebas menentukan apapun. Aku
harusnya mengerti itu. Ah, mou! Sedari pagi aku terus seperti ini, sebenarnya
apa yang terjadi denganku?
Aku menjadi sangat marah pada
pikiranku sendiri. Secara imajiner, aku menampar keras pikiran-pikiran keliruku
dan menyegelnya dengan paksa.
“Tanggal 25 ya…….ya kurasa itu
masih lebih baik daripada malam natal besok.”
Keadaan di bioskop juga,
sepertinya akan lebih banyak dipadati penonton pada malam natal. Kemungkinan
pasangan-pasangan itu akan menghabiskan waktu bersama sepanjang hari setelah
menonton film
Walaupun banyak pasangan yang
memanfaatkan hal itu, jika melihatnya dari segi keseluruhan sekolah, hanya
sekitar 10% sampai 20% saja dari mereka yang sepertinya berpasangan. Selama
salah satu dari mereka tidak peduli dengan waktu dan posisi tempat duduk,
sangat memungkinkan bagi mereka untuk menonton berapa putaranpun yang mereka
mau
“Tentang filmnya, kau menonton
dari pukul 11:50 dan akan selesai sekitar pukul 13:30. Jadi, sebelum pukul 2
kau segera makan siang dan sekitar pukul 3 kau meninggalkan restoran tempat kau
makan. Setelah itu, kau atur waktu sendiri dan sekitar pukul 4 kau akan
mengungkapkan perasaanmu. Seperti itu kan?”
Hasilnya kira-kira dia harus bisa
mengatur waktu sendiri. Ini mungkin untuk yang terbaik.
Satou-san juga terlihat tidak
keberatan dan dia mengangguk dengan puas.
“Setelah ini, menurutku lebih baik
kau memesan makan siang untuk lusa lebih dulu. Kau mungkin mengingankan posisi
tempat duduk di dekat jendela kan?”
Diskon makan siang, tanpa masalah
itu bisa dilakukan.
“Dan juga, dengan memesan makan
siang jauh hari sebelumnya , mereka akan membuatkan sesuatu yang tidak ada
dalam menu.”
“Jadi begitu ya. Aku tidak tahu
mengenai hal itu……seperti yang diharapkan dari Karuizawa-san.”
Jika itu besok lusa, di tempat itu
juga akan ada akomodasi yang bagus. Ya, sebenarnya, akan terasa lebih baik jika
pihak lelaki yang memikirkan semua rencana ini. Tapi kali ini, rencana ini demi
pengakuan Satou-san berjalan lancar jadi tidak apa-apa.
Hanya saja, aku tidak tahu apakah
ini jawaban yang benar atau salah. Terdengar menyedihkan jika kuulangi lagi
tapi…aku sendiri belum pernah pergi berkencan sebelumnya...
***
Hari ini Satou-san berkonsultasi
padaku, dan sekarang kami sedang dalam perjalanan pulang dari kafe. Kami berdua, sembari berbincang
kecil, berjalan menuju asrama.
“Pagi ini salju terlihat sedikit
menumpuk, tapi sepertinya mulai besok dan seterusnya akan turun lebih banyak
lagi.”
Mendengar Satou-san berkata
seperti itu, aku melihat ke sekeliling pemandangan yang ada di sekitarku.
Walaupun sudah mulai sedikit mencair, masih terlhat banyak sisa-sisa salju yang
berserakan. Jika ini terus berlanjut, mungkin akan turun salju sepanjang tahun.
Ahh—salju ya... Ngomong-ngomong tentang salju, aku teringat
kejadian dua tahun lalu. Aku berpura-pura menganggap tumpukan salju sebagai
coklat kakigori dan menyuapkannya ke mulutku. Aku teringat kembali kenangan
yang membuatku nostalgia. Untuk beberapa alasan, aku merasa itu sesuatu yang
sudah lama sekali.
“Aku bertanya-tanya apa
menyenangkannya melakukan sesuatu seperti itu.”
“Ehh?”
“Maaf, maaf. Aku hanya berbicara
sendiri. Maaf soal itu.”
Mungkin itu karena insiden yang
terjadi kemarin, tapi pada akhirnya aku selalu saja teringat kejadian itu. Dan
ketika aku sedang bergelut dengan pikiranku, ekspresi Satou-san berubah jadi
sedikit kaku. Kupikir itu karena tadi aku berbicara sendiri, tapi kelihatannya
bukan.
“Masalahnya adalah, aku tidak
bisa mengatakan ini sebelumnya tapi ada satu hal lagi yang ingin kuminta
darimu.”
”Kau sudah mengatakannya sekarang
kan? Jadi, tak perlu ragu untuk bercerita padaku.”
“Terima kasih, Karuizawa-san.
Umm, yaa, aku senang bisa pergi berkencan, tapi.…..”
Mungkin dia punya beberapa
kecemasan terhadap kencan pentingnya, tapi Satou-san melanjutkan ucapannya yang
terpotong.
“Sejujurnya, ini adalah kencan
pertama yang akan terjadi dalam hidupku……jadi, aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan.”
“Kau belum pernah berkencan
dengan lelaki lain sebelumnya?”
Satou-san terlihat malu. Yahh,
dari alur pembicaraan kita tadi, aku memang sudah punya firasat tentang hal itu
tapi……..
Kupikir cewek trendi dan modern
seperti Satou-san setidaknya pernah berkencan sebelumnya, itu merupakan hal
mengejutkan untukku.
“Aku hanya memberitahukan ini
padamu, karena kau adalah Karuizawa-san, ok? Sebentar lagi aku akan jadi murid
tahun kedua, dan jika aku masih belum juga pergi berkencan, dan kalau aku
memberitahukan hal ini pada orang lain, aku pasti akan diolok-olok. Bahwa aku
terlalu lamban. Seperti dugaanku, Karuizawa-san pasti berpikir seperti itu juga
kan?”
“Y-ya, kurasa kau memang sedikit
tertinggal dari kebanyakan gadis angkatan kita. Tapi bukankah itu berarti bahwa
kau belum menemukan seseorang yang benar-benar kau sukai saja? Itu juga bisa
berarti bahwa kau menghargai dirimu sendiri.”
“Benarkah? Jawabanmu itu
membuatku senang.”
Sambil membohonginya seperti itu,
aku pun ikut merasa senang. Bukan pada Satou-san, tapi pada diriku sendiri.
“Dan kau tahu? Kupikir aku akan
terlalu gugup dan tidak bisa mengatasi hal dengan baik. Itulah sebabnya,
termasuk Karuizawa-san dan Hirata-kun…..aku berpikir kalau kita harus berkencan
ganda. Untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik antara aku dan
Ayanokouji-kun, aku ingin kau membantuku!”
Dia memintaku seperti itu. Tidak
mampu memahami dengan baik inti dari permintaan Satou-san, aku diliputi
kebingungan.
“K-kencan ganda? M-membantumu?”
“Memang seharusnya kukatakan ini
dari awal ya? Itu karena aku telah melakukan berbagai reservasi mengenai hal
itu.”
Satou-san meminta maaf dengan
ekspresi menyesal. Reservasi seperti itu bisa selesai hanya dalam beberapa
menit saja jadi itu bukan masalah. Hal yang paling penting adalah, ada padaku,
dengan kata lain, sesosok yang tanpa pengalaman romantisme apapun ini,
Satou-san memintaku berperan sebagai Cupid-nya. Aku ingin tahu apakah mungkin
hal seabsurd ini bisa terjadi.
“Apa kau…….tidak bisa?”
“Itu-----“
Seharusnya aku menolaknya tanpa
ragu. Dengan pengetahuan dangkal yang kumiliki, kesalahan-kesalahan yang kubuat
pasti akan terbongkar. Ahh, tapi karena ini juga kencan yang pertama bagi
Satou-san, mungkin aku bisa membohonginya lagi? Haruskah aku bersikap formal
disini dan menyetujuinya dengan senang hati?
“Sudah kuduga, kau pasti lebih
memilih untuk menghabiskan momen Natal berduaan dengan Hirata-kun saja kan?”
“Ehh?”
Saat aku sedang berpikir apa yang
sebaiknya kulakukan, sekali lagi Satou-san memasang wajang cemas. Begitu
rupanya. Bagi kebanyakan pasangan, mereka pasti lebih memilih untuk
menghabisakan waktu berdua bersama untuk besok dan lusa. Jika itu diriku yang
biasanya, aku pasti bisa memahami fakta itu dengan benar, tapi saat ini
kepalaku penuh dengan pemikiran tentang permintaan final Satou-san.
“Aku juga ingin bisa menjadi
pasangan yang ideal, seperti Karuizawa-san dan Hirata-kun.”
Melihat dari sudut pandang
Satou-san yang berpikir kehidupan sekolahku berjalan mulus, permintaannya itu
tidak aneh dan tidak menyimpang. Tapi hatiku merasa terganggu. Ini tidak ada
hubungannya dengan Kiyotaka. Bukannya aku menyukai Yousuke-kun atau apa. Dan
bukannya kita benar-benar berpacaran. Hanya pasangan palsu.
Tapi, selama kita terus berakting
sebagai pasangan palsu, baik aku maupun Yousuke-kun tidak akan bisa menemukan
cinta sejatinya.
Kenyataan itu sangat
menggangguku. Kiyotaka juga, tidak akan pernah melihatku sebagai lawan jenis.
Selain itu, aku bertanya apakah seseorang sepertiku yang sudah tenggelam dalam
kebohongan yang kubuat sendiri bisa membantu Satou-san.
“Hal seperti itu, sedikit…….”
Setelah memikirkannya, awalnya
aku memang berniat menolak dan mundur, tapi aku memutuskan untuk tetap
bertahan. Sejak beberapa waktu lalu, keberadaan Kiyotaka terus berlarian di
kepalaku secara berkala. Jika perasaan ini terus berkelip-kelip untuk waktu yang
lama, tidak baik untuk hatiku.
Jika benar begitu, yang harus
kulakukan adalah membuatnya tidak berkelip-kelip seperti itu lagi. Sebagai
contoh, ya. Jika aku bisa membuat Satou-san dan Kiyotaka bersatu, jika aku
melakukannya, tidak akan ada kesempatan lagi dimana hatiku bisa dicuri oleh
Kiyotaka.
“S-serahkan saja padaku! Aku akan
melakukan sesuatu untuk itu.”
“Benarkah? Karuizawa-san!”
Dengan senang hati meraih
tanganku, Satou-san melompat-lompat.... Jadi dia menyukai Kiyotaka sebanyak itu
ya….. Jika memang begitu, untuk cinta pertamanya itu, aku harus benar-benar
mendukungnya. Menggenggam lelehan salju yang ada di telapak tanganku, aku menepukkannya
ke dahiku.
Bercerminlah. Bercerminlah.
Hanya dengan begitu, panas yang
tertahan di kepalaku akhirnya mendingin. Jika aku sudah memutuskan mau
mendukungnya, setidaknya aku harus membuat kencan ganda nanti berjalan dengan
baik. Diriku yang sekarang bukanlah diriku yang sama dari masa sekolah menengah
pertamaku dulu. Aku bukan lagi diriku yang selama tiga tahun berturut-turut
selalu kalah dan terus merangkul keputusasaan. Dan akhirnya, aku bukan lagi
diriku yang sama ketika pertama kali masuk ke sekolah ini. Dengan cara
menggunakan sikap keras agar aku bisa membuat kontak dengan teman sekelasku
saja itu bukan sesuatu yang bagus. Karena aku tidak tahu lagi harus bagaimana
agar aku bisa melindungi diriku sendiri dengan cara lain, aku tidak ingin
berakhir sama seperti masa sekolahku yang dulu.
Jika Satou-san menahan rasa
malunya sendiri untuk bisa meminta kerja samaku, aku harus menghadapinya dengan
sungguh-sungguh, jika tidak aku tidak bisa menyebut diriku sebagai teman sejati
baginya. Tapi jika ini menyangkut tentang kencan ganda, beberapa masalah akan
timbul. Sekarang ini masalahnya adalah apakah Yousuke-kun punya waktu luang
atau tidak. Aku harus segera memastikan hal itu. Kami sudah sepakat memutuskan
untuk tidak bertemu pada hari Natal. Karena status pacaran kami sudah menyebar
bahkan sampai ke telinga para siswa senior dan menjadi desas-desus, kami tidak
perlu lagi memamerkan status ke-berpacaran kami pada orang-orang di sekitar.
Agar tidak menyia-nyiakan waktu
masing-masing, kami telah memutuskan untuk menghabiskan waktu Natal
sendiri-sendiri.
Jika seseorang kebetulan
bertanya, kami berkencan di dalam kamar, tidak akan ada masalah jika kujawab
seperti itu. Bahkan jika kebetulan seseorang melihatku sendirian di luar,
dengan mudah aku bisa menjawab kami berencana untuk bertemu pada malam hari
untuk mengakhiri ceritanya. Itu sebabnya, mungkin Yousuke-kun sudah punya
rencananya sendiri.
“Umm, hey, aku ingin memberitahu
Ayanokouji-kun bahwa kita tidak sengaja bertemu dengan Karuizawa-san dan
Hirata-kun di hari H nanti.”
Selagi aku sudah memikirkan
beberapa rencana dalam kepalaku, aku dimintai hal lain lagi.
“Apa kau menolak membuat rencana
ini sebagai kencan ganda sejak awal?”
“Kira-kira seperti itu. Apa itu
tidak baik?”
“Ahhh~~, ummm…….”
Tentu saja bukannya itu tidak
baik. Jika itu hal yang memang diinginkan Satou-san, tidak ada salahnya. Tapi
setelah memikirkan itu selama beberapa saat, aku segera membuat kesimpulan.
“Jangan lakukan itu. Mungkin
lebih baik kau katakan dengan jujur padanya kalau kau ingin melakukan kencan
ganda.”
“Apakah begitu. Apa dia tidak
akan suka?”
Setelah mendengar itu tampaknya
Satou-san menilai bahwa Kiyotaka mungkin tidak menyukainya.
“Kalau nanti dia tahu ini sudah
diatur sebelumnya, itu lebih cenderung bisa membuat dia tidak menyukainya kan?”
“Begitu ya…..”
“Tapi terserah kau yang
memutuskan.”
Aku mengatakan itu padanya untuk
berjaga-jaga. Lakukan saranku! Aku tidak bisa memaksanya seperti itu.
Satou-san nampak berpikir, tapi
jika kau tanya padaku, ini adalah sebuah kesalahan. Tidak mungkin Kiyotaka
tidak mengetahui strategi yang sudah kita atur ini. Aku tidak tahu pada tahap
apa dia akan menyadarinya, tapi cepat atau lambat, dia akan tahu kalau ini
settingan. Sekarang ini aku sangat mempermasalahkannya karena, tentu saja hal
itu tidak akan menimbulkan apapun kecuali perasaan tidak nyaman.
Jangan lakukan karena insting
Kiyotaka sangat tajam? Kalau mengatakannya seperti itu pasti terdengar tidak
wajar. Kiyotaka dan aku tidak memiliki hubungan satu sama lain. Itulah yang
umum diketahui orang lain termasuk teman sekelas kami.
Tapi hanya karena hal itu, tidak
juga bisa kukatakan kalau kencan ganda itu adalah sesuatu yang buruk. Karena
aku tidak punya pengetahuan tentangnya.
Jika setelah ini aku mencari tahu
dan menemukan “Kencan ganda sangat ideal bagi pemula” tertulis dalam suatu
artikel, aku juga akan dibiarkan bertanggung jawab. Jadi jawaban yang benar
adalah mengharapkan Satou-san membuat keputusan yang benar.
“Pada hari itu, bisakah kau
bertemu denganku secara natural seolah kita tidak sengaja berpapasan? Ya, itu
terdengar bagus.”
Arah yang secara halus sudah ku
ajukan, tidak sampai pada Satou-san. Karena dia lebih berharap untuk
menyembunyikan strategi kencan ganda yang sudah diatur ini.
“Jika Satou-san menginginkan itu,
aku sih tidak keberatan.”
Dan ya aku mengatakan itu dengan
jujur. Yang tersisa sekarang adalah memastikan Kiyotaka tidak mengetahui kalau
kami sudah bekerja sama. Karena masalahnya sudah jadi seperti ini, aku mungkin
juga bisa menguji sampai sejauh mana aku bisa menipu si Kiyotaka itu.
“Ahh, jika seandainya Hirata-kun
menolak ajakan kencan gandanya, aku minta maaf ya.”
Aku mengatakan itu dari awal
untuk berjaga-jaga. Dan akhirnya kami telah sampai di asrama.
***
Ketika sampai di kamar, aku
membaringkan tubuhku di atas tempat tidur, menggenggam teleponku dan menatap
langit-langit. Tepat sebelum aku sampai ke kamar, aku merasakan banyak
kecemasan yang berbeda telah menyebar dalam diriku. Konsultasi dari Satou-san.
Kenyataan bahwa Satou-san menyukai Kiyotaka. Cerita mengenai Sataou-san yang meminta bantuanku agar dia bisa
berpacaran dengan Kiyotaka. Pada saat yang sama dengan aku yang merasakan
perasaan menjengkelkan yang aneh ini, tak bisa tertolong tapi aku juga merasa
bergolak. Jika ini hanyalah masalah percintaan biasa, itu mungkin lebih mudah
bagiku.
Aku sudah mengerahkan kebijakan
yang kumiliki dalam diriku, dan kupikir aku berhasil mendukung Satou-san. Tapi
lebih dari apapun, yang membuatku penasaran bukan tentang aspek romantis itu
sendiri. Apakah Kiyotaka mau berkencan dengan Satou-san karena minatnya pada
lawan jenis? Hal semacam itu. Bagaimana kalau dia tidak punya “tujuan romantis”
sama sekali? Maka itu bisa menjadi masalah besar.
Aku merasa aku berpikir terlalu
berlebihan mengenai hal ini, tapi entahlah. Bagaimanapun juga, orang yang
dipilih Satou-san itu Kiyotaka. Aku tidak begitu mengerti apa yang sebenarnya
Kiyotaka pikirkan. Bagaimana jika pada kencan ini dia bukannya tertarik pada
Satou-san sebagai lawan jenis, tapi lebih karena ingin mengetahui lebih banyak
tentang Satou-san sendiri? Kencan yang bertujuan untuk memastikan apakah
Satou-san murid yang dapat dipergunakan atau tidak. Aku membayangkan hal
seperti itu.
Sama seperti saat dia membuat kontak
denganku, fakta bahwa Satou-san bisa saja menjadi kunci lain untuk melancarkan
kehidupan sekolah Kiyotaka, sebagian dari diriku takut akan hal itu. Jika
pandangan Kiyotaka jatuh pada Satou-san, aku bertanya-tanya apakah itu akan
mengancam keberadaanku. Tergantung pada situasinya, Kiyotaka yang selama ini
berperan sebagai pelindungku, tidak lagi bisa jadi seperti itu. Aku menekan
tombol panggilan. Lalu mengetikkan 11 digit nomor secara manual.
“Aku bahkan belum hafal nomorku
sendiri dan malah..….”
Tanpa kusadari, nomor kontak
Kiyotaka sudar terukir dalam kepalaku. Sekarang yang harus kulakukan adalah
menekan ikon panggil dan panggilan akan tersambung. Walaupun aku menelponnya,
apa yang mau kukatakan padanya? Aku bertanya seperti itu pada diriku sendiri.
Apa kau pikir Satou-san lebih
mudah dimanfaatkan daripada aku? Sesuatu seperti itu?
“Apa itu? Bodoh sekali…..”
Bahkan sebelum aku mulai
mempertanyakannya, ini terdengar hampir seperti aku ingin dipergunakan olehnya.
Tidak, bukan itu masalahnya. Hanya saja……aku ingin melindungi diriku sendiri.
Menggunakan pelindung yang diketahui sebagai Kiyotaka, aku hanya ingin terus
bertahan hidup sembari melindungi statusku di sekolah ini. Itu benar, jelas itu
alasannya.
“Kenapa tidak kudengar langsung
saja darinya?”
Dengan berpikir seperti itu,
sekuat tenaga aku memaksa menggerakkan ibu jari tangan kiriku. Tapi, walaupun itu
hanya tinggal beberapa senti saja sampai aku menyentuh tombol panggil, ibu
jariku tidak mau bergerak lebih jauh lagi. Pada akhirnya, aku tidak sanggup
menekan tombol panggilan itu sama sekali.
“Haah. Aku seperti orang bodoh.”
Kenapa aku harus menanyakan
sesuatu seperti “Apa kau sudah selesai menggunakanku?” padanya.
Dan tidak lama setelah itu,
teleponku bergetar.
“Uwaa?!”
Pada layar, muncul 11 digit nomor
yang sebelumnya kuketik. Kupikir aku tidak sengaja menekan tombol panggil tapi
ternyata bukan karena itu.
“………h-halo?”
Aku panik dan menjawab panggilan
tersebut.
“Ada sesuatu yang ingin kuminta
padamu.”
Suara malas dan datar yang
familiar menyapa telingaku.
“Apa itu? Sesuatu yang kau
inginkan dariku?
“Apa ada orang lain di sekitarmu
sekarang?”
“Tidak ada. Aku sedang di
kamarku.”
Mungkinkah, dia mengkhawatirkan
apakah kesehatanku memburuk dan meneleponku karena khawatir. Meski begitu, ini
sudah terlalu larut kalau meneleponku malam-malam seperti ini. Tapi tetap saja,
hatiku menari-nari akan harapan kecil itu.
“Ada sesuatu yang aku ingin kau
selidiki, Karuizawa.”
Tapi harapanku itu hancur hanya
dalam di bawah satu detik saja.
“Apa-apaan itu? Kau tidak mau
mengandalkanku lagi, kau mengatakan hal itu sebelumnya kan? Dan malah, dengan
sengaja kau sudah memperingatkanku untuk menghapus nomor kontakmu.”
Aku ingin mengajukan komplain itu
(walau aku tidak tahu pernyataan seperti itu benar atau tidak) ke dalam
kata-kata. Pertama-tama, sejak kejadian di atap kemarin sampai sekarang,
bukannya dia punya banyak hal yang harus dia katakan padaku?
Mengatakan sesuatu seperti “Apa
kau terkena flu?”. Yaah, walaupun bukan kata-kata manis seperti itu, setidaknya
dia seharusnya mengatakan sepatah dua patah kata atau sesuatu seperti “Aku
minta maaf”. Fakta bahwa dialah dalang yang sudah membuatku dibully, seharusnya
bisa menghancurkan suasana hati. Dan kalau itu bukan aku, dia bahkan mungkin
sudah dilaporkan ke pihak sekolah. Mau dalam bentuk apapun itu, paling tidak
harus ada permintaan maaf. Dan berpikir bahwa kalimat pertama yang keluar dari
mulutnya itu malah “Aku ingin kau menyelidiki sesuatu”………
“Hei, Kiyotaka. Apa kau bahkan
mengerti posisimu? Aku tidak butuh untuk bekerja sama denganmu lebih jauh lagi,
atau kau harus bertanggung jawab dan lindungi aku selamanya. Tanpa bayaran.”
Kupikir aku bisa dengan berani
mengatakan itu, karena aku sudah merasa cukup frustasi dengan masalah
Satou-san. Tapi, kata-kata itu hanya tersangkut di tenggorokanku dan tidak mau
keluar. Itu karena aku takut, jika aku mengatakan sesuatu seperti itu, Kiyotaka
akan meninggalku.
“Apa yang kau ingin aku
selidiki?”
“Ini tentang Satou.”
“……..tentang Satou-san?”
Dari semua hal dalam situasi ini,
kenapa harus tentang Satou-san….. Sampai sejauh mana lagi orang-orang di
sekitarku akan membuatku kesal.
Tapi ada juga rencana tentang
kencan ganda, jadi aku tidak mengatakan apapun bahwa hari ini aku bertemu
dengan Satou-san.
“Kenapa dengan dia?”
“Aku ingin tahu dengan siapa dia
biasanya bergaul, apa pola tindakannya. Untuk lebih tepatnya, aku akan sangat
berterimakasih jika aku juga mengetahui hobi dan kesukaannya. Tentunya, kalau
kau sudah tahu, itu akan jadi lebih mudah.”
Aku tidak tahu apapun tentangnya.
Dengan jahat aku berbisik seperti itu dalam hatiku.
“Sayang sekali, aku dan Satou-san
ada di grup yang berbeda. Hal semacam itu agak jauh dari yang kuketahui.”
“Jauh ya. Bahkan nampaknya bagi
seorang pemipin para gadis pun ada banyak hal yang tidak dia ketahui.”
“Muu…..kau mengatakan sesuatu
yang jahat.”
“Kalau kau tidak tahu, bisa
tolong kau cari tahukan? Sebisa mungkin jangan sampai Satou tahu tentang hal
ini, aku lebih suka kau lakukan dengan metode itu.”
“……ya, aku bisa mencari tahunya
dengan bertanya pada Shinohara-san.”
“Tolong pilih metode yang
menurutmu ideal. Aku akan menyerahkan sisanya padamu.”
“Aku mengerti, aku akan mencoba
bertanya-tanya…..….setidaknya beri tahu aku apa alasannya.”
“Tolong email aku mengenai
rinciannya.”
Sepertinya setelah selesai dengan
urusannya, Kiyotaka merasa puas dengan itu, setelah mengatakan permintaan
sepihaknya dia memutus teleponnya. Tidak ada jawaban untuk pertanyaanku.
“Ada apa dengannya? Seenaknya
melakukan apapun yang dia mau…….aku sama sekali tidak mengharapkan apapun
darinya.”
Seharusnya aku batuk satu atau
dua kali tepat ke telinganya.
Sambil terus menggerutu, aku
mengirim pesan obrolan pada Shinohara-san. Walaupun aku sedang tertekan seperti
ini, aku merasa ingin mengagumi kesetiaanku sendiri karena telah dengan jujur
menuruti apa yang diperintahnya.
Dan setelah kulakukan itu, aku
sudah mengamankan beberapa informasi mengenai Satou-san yang kudapat dari
Shinohara-san. Untuk beberapa saat, kami mengobrol sebentar sembari aku
mengumpulkan informasi. Menyatukan informasi yang kudapat, aku kemudian
mengirimkannya ke alamat email Kiyotaka.”
Seperti biasa aku tidak mendapat
balasan darinya, tapi tidak masalah, seharusnya sudah terkirim. Seperti yang
kuduga, si Kiyotaka itu……apa dia tertarik pada Satou-san? Sudah jelas dia berencana
mengumpulkan informasi sebelum berkencan agar dia dapat banyak keuntungan saat
berkencan nanti. Apa itu berarti, jika kencannya berjalan dengan baik lalu
mereka berdua akan mulai berpacaran? Atau apa itu berarti……tindakan yang
dimaksudkan untuk menjadikan Satou-san sebagai pion sehingga dia bisa
menggunakannya. Walaupun aku memikirkannya berulang-ulang, tidak ada jawaban
yang bisa kudapat.
Tidak mungkin seperti itu kan.
“Ahh mou!! Apa yang lelaki itu
inginkan?”
Aku tidak akan bisa tidur malam
ini, sepertinya ini akan jadi hari yang panjang.
Wew, ada admin baru. semangat min buat updatenya.. terima kasih sudah di translate ke bahasa indonesia
BalasHapusizin share min
BalasHapushaha, zeeblah '-')b
BalasHapusMantap, makin banyak yang translate makin cepat selesai
BalasHapusEnding volume ini buat fans pindah ke team Karuizawa, Kei :'
BalasHapuslangsung di gas sama adminya :v
BalasHapuslanjut terus min
BalasHapusLanjut yg vol. 5 dan 6 dong g asik klo langsung 7
BalasHapusWalau gw tertarik ama karuizawa :v
Volume 5 emang lagi dikerjakan, tapi belum diposting aja.
Hapussemangat gan ngerjakannya, klo bisa ,maaf! jangan lama lama Upload postingannya ya
BalasHapusMin vol. 5 kapan upload.?
BalasHapusHari ini
HapusSemangat min
BalasHapusAku jd berharap ayanokoji sama karuizawa 😍😍
BalasHapusMimin, makasih banyak
Wkwkwkwk....
BalasHapusDari volume 5 ch 2 langsung ane lompat volume 7,5...
Tapi kga masalah yang penting seru
Hahahaha pala ane pusing kalo lompat2 bacanya. Tapi Siip lah. Semoga manga nya segera keluar��️��️��️
BalasHapuslanjut
BalasHapusMin orang orang ITU baca vol 7 dimana ya?
BalasHapusMin semangat. Tapi tolong vol nya jgn d loncati dong
BalasHapussemangat min
BalasHapusYang semangat mom udah gak sabar liat si karuizawa pdkt dengan ayanokyojin
BalasHapusNext min gk sabar nih karuizawa
BalasHapus