Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 3 Volume 7 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Sabtu, 10 November 2018

Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Chapter 3 Volume 7


KEMUSTAHILAN
TERJEMAH OLEH: Deva Adha

Pada hari tertentu sebelum kami memulai liburan musim dingin. Angin topan yang besar melanda kelas D. Ini terjadi tepat setelah Chabashira-sensei memberi tanda kalau kelas telah berakhir. Pintu-pintu kelas kami terbuka dan murid-murid dari kelas C, termasuk Ryuuen, muncul di kelas D.
Kelas menjadi ribut akan kedatangan yang tak terduga ini. Chabashira-sensei melirik ke mereka sebentar lalu ia meninggalkan ruang kelas dengan segera. Ceritanya akan berbeda kalau ada perkelahian yang terjadi di sini, tapi tidak ada yang salah dengan murid dari kelas lain yang hanya berkunjung saja.
Setelah mengamati kelas D melalui penghitungan yang tidak langsung, dan tetap tidak mendapatkan jawaban yang mereka cari, Ryuuen dan yang lain akhirnya menampakkan diri mereka. Atau yang sebenarnya terjadi saat ini mungkin sebuah strategi di luar pemahamanku. Bagaimanapun juga, tidak salah lagi bahwa mereka sudah memilih untuk menggunakan strategi dengan menyerang dari depan.
Horikita, yang baru saja mau pergi, terhenti dan melihat ke arah murid-murid kelas C. Mereka yang muncul adalah Ryuuen, Ishizaki, Yamada Albert, Komiya, dan Kondou. Ini sangat dimengerti sekali bahwa kelas menjadi tegang dengan kumpulan para pekelahi.
“Apa-apaan kalian? Ini ruang kelas D.”
Yang pertama kali bereaksi akan kedatangan Ryuuen adalah Sudou. Sifatnya yang menantang untuk berkelahi yang mungkin menjadi faktornya, tetapi ini mungkin juga murni reaksi pembelaan diri untuk menghindari dirinya yang dipermainkan seperti sebelumnya.
Dan terlebihnya lagi, dia harus menjaga Horikita. Perasaan itu yang mungkin ia dahulukan. Sudou langsung berdiri dan mendekati Ryuuen. Setelah melihat hal itu, Hirata mulai panik dan berdiri di antara mereka berdua seakan takut akan terjadinya konflik di antara mereka.
”Apa kamu ada urusan dengan kelas kita, Ryuuen-kun?”
Hirata bertanya kepadanya, seakan dia tidak tahu dengan situasinya, kemudian Ryuuen menjawabnya dengan luar biasa.
“Memangnya harus ada alasan untuk berkunjung ke kelas seangkatan? Ini sesuatu hal yang biasa terjadi di sekolah-sekolah, bukan? Pergi ke kelas lain untuk mengunjungi teman. Kenapa kalian semua harus takut?”
Kata-katanya yang diucapkan terdengar seperti hasutan tetapi Haruta dengan tenang menjawabnya.
“Kalau biasanya, iya. Bukankah menurutmu keadaan di sekolah kita berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya? Setidaknya, kamu belum pernah mengunjungi ke kelas D sebelumnya.”
Hirata mencoba untuk menenangkan keadaan seakan ini dalam keadaan yang darurat.
“Kita kan orang asing sampai sekarang. Aku rasa sekarang waktu yang tepat untuk bertindak lebih agresif”
Dia meletakkan tangannnya di atas meja seorang perempuan yang ada di dekatnya dan tersenyum, memperlihatkan giginya yang putih.
“Kalian hebat sekali saat ujian Paper Shuffle kemarin. Dan membuat kelas C kalah. Hasilnya memang belum dibagikan, tentu saja, tapi kalian mungkin akan menjadi kelas C di semester 3. Cukup mengesankan.”
“Heh. Itu berarti kamu bos kera yang tidak becus, benarkan? Sampai jatuh ke kelas D.”
Hirata dengan paniknya menahan Sudou di sebelahnya yang menjawab dengan asal-asalan.
“Kita menaruh usaha untuk membuat kemajuan yang stabil.”
“Usaha, ya? Sudou, yang kelihatannya sama sekali tidak paham dengan konsepnya, masih berada di sini sangat mengherankan sekali. Kukira dia yang akan dikeluarkan untuk pertama kali.”
“Akhirnya kamu mengingat namaku juga?”
Mata mereka saling bertatapan satu sama lain. Beberapa teman sekelas kami yang baru mau pulang juga terdiam di situasi seperti ini.
“Bisakah kalian memberitahu ke kita apa yang kalian inginkan?”
Dari sudut pandang Hirata, dia mau segera menyelesaikan hal ini untuk terhindar dari keinginannya Ryuuen. Namun, sebaiknya menganggap dia sengaja bertindak seperti itu.
“Aku sekarang akan memberikan peringatan kepada kalian kelas D.”
“Peringatan? Maksudmu?”
“Aku tidak akan menjelaskan ke kalian yang tidak mengerti. Atau yang mungkin pura-pura tidak tahu?”
Sekilas, itu terlihat seperti ejekan untuk Hirata tapi bukan itu sebenarnya. Ryuuen tidak melihat kearah Hirata, dia melihat ke sekeliling kelas.
Jika perkataan itu bukan untuk Hirata lalu mungkin itu untuk Keisei atau aku, atau mungkin Akito atau yang lainnya. Tetapi dia hanya melihat sekitarnya sebentar saja.
Dan akhirnya, ada orang yang tak terduga yang menangkap perhatian Ryuuen.
Orang itu tidak sadar kalau dia sedang diperhatikan, dia tidak perduli sama sekali dan mulai berkemas untuk meninggalkan ruangan. Meskipun tak ada seorangpun yang bergerak karena kehadiran Ryuuen, dia bersikap seperti biasanya. Tertawa sedikit, Ryuuen melihat kebelakang ke anak buahnya yang berada sedikit di belakangnya dan memberi isyarat untuk meninggalkan ruangan kelas dengan segera.
Tampaknya murid itu adalah target yang dia cari. Setelah Ryuuen dan yang lainnya menutup pintu kelas, suasana yang tegang itu mulai menghilang dan teman sekelas kami sekali lagi membuat sebuah keributan.
“Hey, hey, Ryuuen sepertiya mau melakukan sesuatu yang bukan main! Suatu hal yang tidak bisa dipercaya, benarkan!?”
“Bukankah mereka lebih seperti mau melakukan sesuatu ke Kouenji!?”
Itu benar. Orang yang Ryuuen cari adalah Kouenji Rokusuke, orang aneh di kelas D. Ike dan Yamauchi mulai memberikan berbagai macam teori.
Tapi akhir-akhir ini, Kushida jarang kelihatan. Aku tahu kalau ini karena kekalahannya melawan Horikita, tapi dia mulai berhenti untuk aktif di kelas.
Tentu saja, bukan berarti dia diam sendiri. Sekarang saja, dia sedang berbicara dengan perempuan yang lain mengenai Ryuuen, tapi dia tidak melibatkan dirinya sedikitpun. Dan Horikita tetaplah Horikita, dia tidak membicarakan sedikitpun tentang Kushida ke aku.
“Bukankah ini buruk? Yang barusan terjadi.”
Horikita bertanya kepadaku selagi aku sedang memikirkan sesuatu hal yang tidak bersangkutan dengan Ryuuen. Meskipun Horikita, yang ingin untuk menghindari hal-hal yang bersangkutan dengan kelas C dengan semampunya, menganggap masalah ini adalah masalah yang penting.
“Sepertinya begitu.”
Sepertinya Ryuuen punya urusan dengan Kouenji tapi itu juga membingungkan.
Kouenji memang memberikan kesan yang misterius. Namun, dari luar, ini seharusnya tidak terlihat seperti Kouenji yang melakukan pergerakan dari dalam kelas D. Mungkin ada alasan dibalik dia pergi mengejar Kouenji secara terang-terangan di saat banyak orang yang melihatnya.
“Kiyotaka, gimana kalau kita memeriksa keadaannya?”
Akito yang mengatakan hal itu.
“Yang barusan itu banyak sekali orangnya. Mungkin mereka mau melakukan sesuatu.”
“Sepertinya begitu.....walaupun masih ada banyak orang di sekitar sini, itu tetap saja belum menjamin.”
Jikalau, kemungkinannya hanya sedikit bahwa Kouenji diserang, kelas D juga yang akan bertanggung jawab karena tidak mencegahnya. Dan masalahnya tidak hanya terkena hukuman dari sekolah saja.
Kamu juga akan menyesal untuk tidak menolongnya di sana. Saat aku pergi ke koridor bersama Akito, Keisei juga mengikuti dari belakang.
“Aku juga ikut. Semakin sedikit orangnya, maka semakin berbahaya.”
Setelah sedikit jeda Horikita dan Sudou juga mengikuti dalam pengejaran. Hirata juga pergi keluar kelas dengan ekspresi khawatir.
Tampaknya hari ini akan terjadi badai. Aku meminta Keisei dan Akito untuk menunggu lalu aku berbicara ke Hirata.
“Hirata, bukankah sebaiknya kamu tetap di sini saja? Kalau kamu ikut juga nanti murid-murid yang bersemangat lainnya seperti Ike dan Yamauchi juga ikutan, dan akhirnya menjadi keributan yang besar.”
“....kamu benar. Tapi, aku ingin tahu kalau keadaan Kouenji baik-baik saja.”
“Horikita juga menuju ke sana. Keisei dan Akito juga bersamaku. Kemungkinan terburuknya, kalau terjadi kekerasan, aku akan menghubungimu.”
“Keisei-kun? Baiklah, aku mengerti. Tolong pastikan mereka untuk tidak berlebihan.”
Hirata merasa bingung pada nama ’Keisei’ tapi tidak menanyakannya. Hirata dengan segera kembali ke kelas D yang penuh dengan kegelisahan.
“Itu keputusan yang benar, Kiyotaka. Semakin banyak orang, semakin besar masalahnya. Selain itu, Hirata memang lebih cocok untuk menenangkan kelas.”
Keisei mengangguk seakan ia yakin akan hal itu, mungkin dia tipe orang yang melawan arus. Sekarang masalahnya adalah ke mana Kouenji pergi. Di dalam gedung sekolah, meskipun Ryuuen dan anak buahnya tidak bisa bertindak yang ceroboh. Kalau mereka mau menyerang, berarti dia pergi ke luar tetapi aku belum bisa membayangkan ke mana Kouenji pergi.
“Apa yang biasanya Kouenji lakukan sepulang sekolah?”
“...nggak tau sama sekali.”
“Aku juga.”
Akito dan Keisei memiringkan kepala mereka seakan mereka sama sekali tidak tahu.
“Apakah ada yang tahu kebiasaannya Kouenji?”
Di kelas kita tidak ada yang pernah berbicara yang lama dengannya sebelumnya.
“Dia seringkali langsung balik menuju ke asrama.”
“Bagaimana kamu mengetahuinya?”
“Aku seringkali melihatnya pulang. Lagipula, ini akan menjadi masalah kalau dia meninggalkan gedung sekolah. Pertama-tama, kita harus menuju ke pintu masuk sekolah.”
Setelah mengatakan itu, kami menuju ke arah pintu masuk sekolah.
Kalau sepatunya masih ada berarti dia masih ada di dalam gedung sekolah, kalau begitu kita masih bisa mengulur waktu.
Agar tidak tertinggal, kami meningkatkan kecepatan kami.
“Sesuatu hal yang serius seperti konflik yang mungkin sebenarnya akan terjadi.”
Sudou mengatakan itu ke Horikita sambil mengepalkan tangannya.
“Jangan bercanda. Kekerasan massal antara kelas D dan kelas C bukanlah hal yang lucu. Yang lebih penting, kenapa kamu juga mengikutiku?”
“Bukankah itu sudah jelas? Karena aku khawatirkan Suzune. Aku sudah mendengar rumor tentang Ryuuen yang juga menyerang perempuan.”
“Aku tidak serapuh itu sampai harus membutuhkan perlindunganmu.”
“Janganlah berbicara begitu.”
Horikita tidak merubah sikapnya yang bisa melindungi dirinya sendiri. Karena dia ahli di bidang ilmu beladiri, dia tidak membutuhkan seorang laki-laki. Sudou yang menunjukan kejantanannya itu menjadi sia-sia.
Tetapi Sudou tetaplah Sudou, jadi dia mungkin tidak terhibur sedikitpun dengan Horikita yang kuat.
“Selain itu, ini mungkin tidak penting tapi ada satu hal yang harus aku tambahkan. Bagaimana dengan kamu mengfokuskan kecemasanmu itu terhadap ekskulmu?”
“Aku bilang tidak apa-apa. Masih ada waktu sampai latihan dimulai. Kita nyari Kouenji aja dulu.”
Meskipun dia mencoba untuk menyinkirkannya, Sudou tetap mengikuti Horikita.
“Ya ampun....ini jadi susah untuk bergerak kemana-mana sambil membawa benih masalah.”
Dia memberinya hinaan siluman.
Kalau Horikita terluka saat ia sedang sendiri, Sudou pasti akan marah. Jikalau hal itu terjadi, hal ini akan menjadi keributan yang besar sampai membuat hal yang sebelumnya terlihat seperti hal yang sepele.

***

Setelah meninggalkan sekolah, Aku menuju jalan tiga jalur yang menuju kembali ke asrama. Karena sekolah barusan berakhir, hanya ada sedikit murid yang terlihat. Namun, ada beberapa murid laki-laki dari kelas C yang terlihat. Aku tidak melihatnya pas tadi di kelas tetapi sepertinya Ibuki dari kelas C juga ada bersama mereka.
Yang paling pentingnya lagi, aku bisa melihat punggung Kouenji dari kejauhan seperti sedang menuju pulang ke asrama sendirian. Tampaknya mereka serius dengan menyerang Kouenji.
Selagi Ryuuen memperpendek jaraknya, dia memberi perintah ke Ishizaki untuk menutupi jalannya Kouenji.
“Sepertinya mereka ada di sini, seperti yang Suzune katakan. Ayo kita hentikan mereka.”
Melihat mereka, Sudou bertanya ke Horikita untuk perintah selanjutnya.
“Kita tunggu dan lihat dulu. Kita masih belum tahu apa yang Ryuuen cari.”
Seperti yang Ryuuen tadi katakan, tidak ada peraturan yang melarang murid untuk berinteraksi dengan kelas lain dan ini sesuatu hal yang biasa. Tidak ada yang kami peroleh dari menyela mereka saat ini.
Sambil mendekati mereka, kami mengamati keadaannya.
“Hey, tunggu sebentar, Kouenji. Hibur lah kita sedikit.”
“Ada apa dengan kalian? Aku tidak ingat telah melakukan sesuatu yang membuatmu menghalangiku seperti ini.”
Karena Ishizaki menghalangi jalannya, aku tidak bisa melihat muka Kouenji tapi nada suaranya sama seperti biasannya.
“Bukan kamu yang memutuskan hal itu.”
“Hmph. Bukan kamu juga yang memutuskannya.”
Kouenji melihat kearah rombongan Ryuuen dari kelas C. Tidak ada sedikitpun kegelisahan atau panik yang tercermin di matanya.
“Kamu ingat aku, bukan?”
Dengan kedua tangannya di saku, Ryuuen berdiri di depan Kouenji.
“Tentu saja aku mengingatmu. Kamu Delinquent-kun dari kelas C, bukan?”
“Waktu itu aku sengaja membiarkanmu lolos tapi untuk sekarang kamu harus ikut denganku, orang aneh.”
“Maaf tapi waktu itu aku sedang sibuk.”
Dia meminta maaf sambil mengibaskan rambutnya ke belakang. Tidak terlihat seperti sebuah permintaan maaf.
“Tapi aku tidak bisa berpura-pura untuk tidak mendengar hal itu. Yang kamu bilang ’aneh’ itu apakah aku?”
“Memangnya siapa lagi?”
“Itu benar-benar pernyataan yang tidak bisa dimengerti untuk dibuat, tapi akan aku biarkan saja. Karena aku kebetulan orang yang murah hati. Tapi aku ada kencan habis ini jadi bisakah kamu mempercepat urusanmu itu?”
“Sayang sekali. Tapi kamu akan mengatur ulang jadwal kencanmu.”
“Jadi, kamu tidak mau mundur dari sini?”
“Memangnya kenapa kalau tidak?”
Kouenji menyilangkan lengannya sebentar seakan ia sedang berpikir lalu memisahkan lengannya lagi.
“Kalau begitu kita selesaikan masalah kita di sana.”
Kouenji menunjuk ke arah tempat duduk yang jaraknya tidak jauh dari situ, mungkin setelah memutuskan bahwa tidak ada jalan lain untuk melarikan diri dari ini atau mungkin tidak mau menghalangi jalan untuk orang lain.
“Aku tidak peduli di mana pun itu.”
“Kalau begitu ikut aku.”
Dan dengan Kouenji yang menuntun mereka, mereka pergi ke tempat duduk yang berada di pinggir jalan. Akan berbeda ceritanya kalau mereka berada di tengah jalan tapi kalau mereka pergi ke tempat yang tertutup seperti itu, ini akan menjadi sulit untuk diawasi.
“Sepertinya kita juga harus mengikuti mereka ke sana juga.”
Setelah mendengarnya, Sudou mencoba untuk bergerak ke sana, tapi Horikita menghentikannya.
“Hindari sikap kekerasanmu yang ceroboh, mengerti?”
“I-Iya.”
Sudou, setelah diperingatkan lagi, dia menuntun bersamaan dengan Horikita menuju ke tempat Ryuuen dan rombongannya. Beberapa saat setelah itu, kami juga ketahuan oleh mereka. Horikita dengan segera memulai bicara ke Ryuuen.
“Apa yang mau kamu lakukan, Ryuuen-kun? Kalau ini tidak bisa terkendalikan lagi, ini akan menjadi masalah yang besar.”
“Kuku. Jadi kamu kamu kepancing untuk datang ke sini, ya?”
Dia langsung tertawa seakan sejak awal ia tahu kalau akan ada yang mengikuti mereka. Lalu dia dengan pelan menatapi wajah kami satu satu yang ada di sini. Ternyata ini benar bahwa dia sedang menargetkan Kouenji tapi ada juga kemungkinan bahwa ini adalah jebakan yang bertujuan untuk mempersempit jumlah orang yang sedang dia cari.
Kalau bukan begitu tidak ada alasannya untuk mengunjungi kelas D dengan anak buah di belakangnya.
Tujuannya sama untuk membawa keluar target yang sebenarnya.
“Ayanokouji dan Miyake, ditambah Yukimura, ya? Baiklah, kurasa sudah cukup.”
“Aku juga di sini, Ryuuen.”
Ryuuen menghiraukan Sudou yang memperlihatkan genggaman tangannya.
“Ada apa dengan Hirata?”
“Tidak tahu. Kamu tidak tertarik dengannya, bukan?”
“Oh yang benar saja, orang itu penuh dengan rasa keadilan, jadi bukanlah hal yang aneh kalau dia berada di sini.”
“Maksudku bukan berarti semuanya akan berakhir sesuai dengan perkiraanmu.”
“Baiklah. Untuk saat ini, itu saja.”
Dengan tanda dari Ryuuen, Ishizaki dan yang lainnya mengelilingi Kouenji. Melihat hal itu, Akito bergumam tanpa menutup-nutupi rasa jijikannya akan hal itu.
“Kayak kaisar saja. Memerintah teman sekelasnya dengan memberi isyarat seperti itu.”
“Maaf, Miyake. Karena aku menjadi dewasa yang seperti ini.”
Dengan kedua tangan di sakunya, Ryuuen mendekati Kouenji.
“Tunggu.”
“Tunggu? Untuk apa? Seperti yang kamu lihat, kita tidak akan melakukan apa-apa.”
Untuk saat ini, mereka masih belum menyentuh Kouenji.
“Aku tidak keberatan dengan kamu bermain-main tapi bukankah kehadiranku di sini tidak dibutuhkan?”
Kouenji mengatakan hal itu ke Ryuuen yang tidak hanya menghalangi jalannya tapi sekarang malah sedang berbicara dengan orang yang lain. Ryuuen mengabaikan peringatan dari Horikita dan balik melihat Kouenji.
“Ngomong-ngomong, kamu akan menjadi pemeran utama hari ini, Kouenji. Lagipula kamu berhutang aku satu hal.”
“Berhutang satu hal? Aku tidak mengingat akan hal itu.”
“Aku kehilangan beberapa poin dari tindakanmu pada saat menyelesaikan ujian zodiak.”
Dia ternyata telah mengetahuinya. Aku ingin tahu dari mana sebenarnya dia mendengar hal itu.
“Ahh, maksud kamu saat permainan kebohongan itu. Aku akan minta maaf kalau aku telah mengganggu jalanmu.”
Walaupun dia sedang meminta maaf, Kouenji sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sedang meminta maaf. Dia dengan beraninya mengeluarkan cermin tangannya. Ini mungkin suatu hal yang sulit untuk dimengerti bagi anak kelas C.
Pada saat anak kelas C melihatnya dengan kecurigaan, Kouenji dengan sopan mengatakannya.
“Hari ini terasa sedikit berangin. Aku hanya membuatnya terlihat baik saja, gaya yang keren bukanlah hal yang mengganggu.”
Dia menoleh ke kiri dan ke kanan beberapa kali untuk mengecek penampilannya di cermin.
“Hmm.....sepertinya sedikit kurang rapi dan kurang anggun. Maaf tapi bisakah kamu memegangkan cermin ini untuk sebentar?”
Dengan mengatakan hal itu, Kouenji memberikan laki-laki yang berdiri di depannya, Ryuuen, cermin tangannya. Ryuuen menerima cermin tersebut dengan senyuman di wajahnya.
“Kamu bisa mengarahkan cerminnya kepadaku.”
Kouenji mengatakan hal itu dan mengambil pengeras rambut yang ringkas dari dalam tasnya sebelum dia mengolesi di jari-jarinya dan menggunakan kedua tangannya untuk memberi style pada rambutnya.
Melihat kekonyolan ini, anak kelas C yang lain tidak bisa menyela sama sekali. Namun, terdengar suara yang bergema keras terjadi.
Ini adalah Ryuuen yang melempar cermin tangan yang ia terima dari Kouenji ke lantai. Dan dengan senyuman biasa yang terlihat di wajahnya, ia menggenggam lengan Kouenji.
“Tingkah gilamu itu, aku ingin tahu mau sampai kapan akan berlanjut.”
Sambil memberi style pada rambutnya dengan kedua tangannya, Kouenji menghelakan napasnya.
“Kamu benar-benar bertingkah seperti berandalan. Kamu tahu, cermin tangan itu sangat mahal?”
“Salahku, tanganku licin.”
“Fufu. Ya mau bagaimana lagi. Kalau begitu, lepaskan lenganku. Aku tidak bisa memberikan style ke rambutku dengan benar kalau seperti ini. Tentu saja, aku orang yang baik-baik saja dengan rambut yang tidak rapi sekalipun.”
Dalam keadaan yang tegang seperti itu, Ryuuen dengan pelan melepaskan lengan Kouenji.
Di  tempat ini yang melakukan tindakan mencoloklah yang dapat membawa resiko yang besar. Tapi ini adalah modus operandi untuk memburu musuhnya ke batas maksimalnya.
“Sudah hentikan, Ryuuen-kun.”
“Diam, Suzune. Sekarang Kouenjilah yang menjadi teman bermainku.”
“Bukankah kamu hanya menyerangnya secara sepihak? Dia tidak mau ikut campur dengan masalah ini.”
Selagi mengambil serpihan cermin tangan, Horikita memelototi Ryuuen.
“Biar aku saja yang melakukan. Nanti tanganmu terluka.”
“Aku baik-baik saja. Ini akan menjadi lebih bermasalah kalau kamu sampai terluka karena kamu masih ada ekskul.”
Dengan mengatakan seperti itu, Horikita menolak tawaran dari Sudou.
“Yang benar saja. Aku tidak bisa membiarkan seorang perempuan terluka begitu saja.”
Dengan mendorong sedikit Horikita kesamping, Sudou mulai untuk mengambil serpihan itu.
“Aku tidak akan mengobatimu kalau kamu sampai terluka.”
Walaupun Horikita mengatakan hal itu, Sudou lanjut untuk mengambil serpihan tanpa memperhatikannya.
“Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan keributan ini, tapi sepertinya di sini terdapat kumpulan orang-orang yang cukup menarik.”
Dan kejadian ini tidak berakhir dengan kelas D dan kelas C saja. Seakan tertarik dengan konflik ini, Sakayanagi dari kelas A dan rombongannya pun muncul. Aku juga melihat Kamuro Masumi diantaranya tapi aku tidak tahu nama dua orang laki-laki yang lain, hanya mukanya saja.
“Sakayanagi, ya?...kamu datangnya tepat sekali.”
Dia berhenti, dan dengan ringan mengetukkan tongkatnya ke lantai. Di sini menjadi cukup ramai.
Termasuk Kouenji, ada enam dari kelas D dan lima dari kelas C. Serta empat dari kelas A. Totalnya menjadi limabelas orang.
“Kehadiranku di sini hanya kebetulan belaka.”
“Jangan membuatku tertawa.”
Ini sangat jelas sekali, bagi Ryuuen pun, bahwa ini benar-benar hanya kebetulan.
“Heran saja, untuk mengira anggota pemimpin dari kelas C dan murid-murid dari kelas D akan berkumpul di sini. Apa mungkin sedang mengadakan diskusi mengenai acara Natal?”
“Mundurlah, aku masih belum punya urusan denganmu.”
“Tidak harus sampai segitunya, bukan? Kalau sedang berencana untuk mengadakan acara sebaiknya lebih ramai lebih meriah, bukan? Bagaimana kalau aku juga ikutan?”
Tetapi Ryuuen tidak menunjukan tanda kalau dia mau mengikuti hasutan dari Sakayanagi.
“Kalau kamu masih mau di sini sebaiknya jangan mengganggu jalanku.”
“Tentu saja, aku tidak aka melakukan apapun yang membuat malu pengurus acara.”
Sakayanagi menjauh dan duduk di kursi yang ada di sekitar. Dan tiga murid dari kelas A mengelilinginya seakan melindunginya.
Baik, menurutku kekerasan sepertinya tidak akan terjadi di situasi saat ini tapi...tidak ada kamera pengawas di area ini.
Tetap saja, jika melihat sekitar ini akan terlihat murid yang mau pulang. Tidak bisa tahu kapan akan ada banyak murid yang akan melewati tempat ini. Sulit dibayangkan akan terjadinya perkelahian di sini. Sampai saat ini orang yang menjadi dalang semua ini sedang tersenyum tanpa takut, Kouenji Rokusuke, membuka mulutnya.
“Aku tidak peduli dengan keramaian ini tapi bolehkah kita selesaikan sekarang juga? Kalau kamu tidak berencana untuk menyelesaikannya maka aku akan pergi dari sini.”
“Tunggu sebentar, Kouenji. Ryuuen-san barusan bilangkan kalau kamu tidak akan bisa lolos lagi.”
“Maaf, ceritanya jadi kepanjangan dan pembicaraan kita tertunda. Mari kita selesaikan masalah ini.”
Kouenji senyum sedikit.
“Biar aku simpulkan dari keadaan saat ini yang---kamu terobsesi untuk mengalahkan orang yang membuat masalah untuk kelas C atau orang yang membentuk persekutuan dengan kelas lain. Bukankah begitu?”
“Begini, semua yang merusak pemandangan yang tidak aku suka adalah musuh yang harus kukalahkan.”
“Dan orang dalam di kelas D yang sepertinya mengganggumu. Jadi kamu mencoba untuk mengungkapkan identitas orang ini.”
Kouenji sepertinya mengerti dengan inti dari masalah ini tanpa membutuhkan penjelasan dari Ryuuen. Hal ini sedikit tidak terduga dari orang yang tidak memiliki kesadaran akan apapun yang secara pribadi ia tidak tertarik.
“Tepat sekali.”
“Kalau begitu aku minta maaf karena telah mengecewakanmu, tapi aku sama sekali tidak tertarik dengan masa depan kelas D atau maupun kelas yang lain. Aku tidak pernah melakukan yang penting dalam ujian sampai sekarang dan aku tidak berniat untuk melakukannya di kedepannya. Apakah sangat menyenangkan dengan membuang waktu kepada orang yang seperti itu?”
“Sangat lucu sekali, kalau begitu bisakah kamu menjelaskan mengenai ujian zodiak itu? Rumornya sudah tersebar, kamu tahu?”
“Baiklah, kamu cukup berpengetahuan.”
Saat ujian zodiak itu, Kouenji berhasil menebak dengan cemerlang identitas serigala dari grup ‘Kera’ yang dia ditugasi. Tetapi meskipun seseorang menyadari bahwa kelas D menang dari hasil itu sendiri, ini cukup sulit untuk menebak dengan benar murid itu.
Dia melakukan pekerjaannya dengan benar. Atau mungkin dia hanya menebak Kouenji karena dia yang ditugaskan ke dalam grup ‘Kera’. Dia mungkin telah yakin akan hal itu setelah Kouenji tidak mengelak gugatannya.
“Itu hanya caraku menghabiskan waktu. Aku tidak bisa menghadiri semua pertemuan yang membosankan itu, jadi aku memutuskan untuk mengakhiri semua itu yang merupakan jalan pintas menuju kebebasan. Hanya itu saja.”
Kouenji mengeluarkan HP-nya dan menukarnya ke mode kamera agar dia bisa melihat dirinya. Tampaknya dia berniat untuk menggunakannya sebagai pengganti cermin tangannya.
“Bukan berarti kita bisa mengeluarkanmu dari kemungkinan bahwa kamu yang mengambil peran pada ujian-ujian yang lainnya juga. Dengan kata lain, tidak ada jaminan bahwa kamu bukan dalang dari kelas D, ya kan?”
“Itu benar tetapi kalau itu kesimpulan yang kamu tarik, berarti kamu hanya orang bodoh yang hanya memiliki otak yang sedikit.”
Ishizaki mencoba untuk memulai kekerasan tapi Ryuuen tertawa dan menghentikannya.
Namun, balasan yang cemerlang itu patut dipuji. Kalau kamu tetap bersikeras menyatakan bahwa orang yang tidak bersangkutan itu sebagai dalangnya maka akan membuatmu terlihat seperti orang bodoh.
“Kuku, baik cukuplah. Kalau kamu mengatakan yang sejujurnya maka itu berarti kamu keberadaan yang tidak berbahaya bagiku.”
“Iya. Aku suka denganmu yang mudah untuk mengerti dengan cepat, Dragon Boy.”
Sakayanagi tiba-tiba tertawa pada saat dia mengatakan Dragon Boy. Tapi Ryuuen menghiraukannya dan mengganti topik sepenuhnya.
“Lalu apa yang akan kamu lakukan kalau aku menyuruh orang-orang ini untuk menghukummu di sini? Sebagai balasan untuk ujian zodiak, tanpa ada alasan tertentu. Apa yang akan kamu lakukan kalau aku mencoba menundukkanmu melalui kekerasan yang tak berarti?”
Horikita mencoba untuk bereaksi untuk mengganggu keadaan ini tapi sebelum dia sempat melakukannya, Kouenji tertawa.
“Barusan itu pertanyaan yang tidak masuk akal. Kamu tidak akan memilih pilihan itu di sini. Tidak ada yang bisa didapatkan dari kekerasan di tempat umum seperti ini, benarkan?”
“Sayang sekali, aku tidak sedang mengutamakan untuk berpikir mengamuk bahkan di tempat yang tidak nyaman seperti ini. Disamping keuntungan dari perbuatan seperti itu.”
“Oh begitu. Kalau begitu ijinkan aku untuk memberi jawaban. Kalau kamu sempat memilih pilihan itu, aku akan mengalahkan siapapun yang menghadapiku untuk melindungi harga diriku.”
“Maksudmu kamu bisa melakukan hal itu dengan dirimu sendiri?”
“Aku sangat sulit membayangkan alasan untuk aku tidak bisa.”
Sambil mendengar percakapan yang menarik itu, Sakayanagi tersenyum dari jauh.
“Sepertinya kita salah target. Kouenji tidak tampak seperti X. Dia hanya gila dalam hal yang berbeda. Yang terlihat hanya itu saja darinya.”
“Hal yang paling penting adalah kita telah menghilangkan kesalahpahaman ini.”
“Biarkan aku bertanya kepadamu, Kouenji. Poin kelas D sedang meningkat dengan stabil. Dan pastinya ada seseorang yang pintar dibalik semua ini. Kalau bukan kamu berarti siapa dia? Apakah seseorang dari rakyat jelata yang mengikuti kita ke sini seperti sekumpulan orang bodoh?”
Untuk pertama kali, Kouenji melihat ke arah kita. Tapi dia mengejek, mengangkat bahunya dan dengan segera kehilangan minat.
“Aku tidak masalah untuk menjawab pertanyaan itu tapi---.”
“Bolehkah aku berbicara sebentar?”
Sakayanagi berbicara sambil tetap duduk di kursi seakan dia memotong pembicaraannya Kouenji.
“Itu topik yang menarik untuk dibicarakan. Sesuatu hal tentang seorang murid dari kelas D yang mengganggu jalan kelas C? Aku sudah mendengar kalau Dragon Boy-san sedang mencari orang itu tapi benarkah rumor itu sebuah kenyataan?”
“Aku bilang tutup mulutmu, Sakayanagi. Dan juga, kalau kamu memanggilku dengan sebutan itu lagi akanku bunuh kau, mengerti?”
“Fufu. Kamu tidak suka ya? Menurutku itu nama yang sangat bagus. Kalau begitu aku minta maaf, hanya tampaknya seperti sesuatu yang tidak bisa aku cukup pahami sedang terjadi.”
Diikuti dengan tawaan kecil. Lalu Sakayanagi melanjutkan pembicaraan tanpa memperhatikan hal itu.
“Bukankah ini hanya rencanamu yang telah dihancurkan oleh seseorang dari kelas D? Ini adalah salah satu landasan dari konflik antar kelas di sekolah ini. Menyingkirkan kelas lain bukanlah hal yang aneh, ya kan? Sebagai bukti, kamu dan aku sudah bertarung tepat seperti itu sudah beberapa kali. Aku tidak tahu siapa orang ini tetapi bukankah menurutmu menyembunyikan identitas seseorang kedalam gerakan merupakan cara bertarung yang cemerlang? Haruskah kamu pergi keluar hanya untuk menginterogasi seorang murid yang tidak bersangkutan seperti ini? Sejujurnya, dari sudut pandangku ini sangatlah menyedihkan.”
“Akan aku akui rencanaku telah dirusak oleh si X ini, tapi bukan itu masalahnya di sini. Aku melakukan hal ini hanya untuk menarik keluar orang yang diam-diam bersembunyi dari belakang. Hanya semacam itu permainannya.”
“Oh begitu rupanya. Jadi melakukan tindakan pemerasan seperti ini juga termasuk dalam rencanamu?”
“Itu benar, aku tidak akan malu karena kekerasan, jika hal itu yang dibutuhkan saat ini. Aku suka melakukannya dengan caraku sendiri.”
“Kalau begitu, kamu tidak hanya bertindak menyedihkan tetapi juga memperlihatkan seberapa tidak kompetennya dirimu? Aku sudah mendengar cukup banyak dari Masumi-san dan Hashimoto-kun tentang rencanamu di pulau tak berpenghuni yang hancur itu. Jika kamu telah melakukan penelitian dengan benar, kamu seharusnya sudah tahu dengan jelas kalau dia orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini. Yang pertama, aku dengar orang yang berada dibalik kejadian di pulau tak berpenghuni adalah Horikita Suzune. Aku ingin tahu benar atau tidaknya orang misterius yang sedang kamu cari saat ini?”
Kata-kata dan mata yang tajam dari Sakayanagi menyerang Ryuuen.
“...kamu yakin kalau ini bukan hanya sebuah alasan atas rencanamu yang gagal...?”
Seakan mencoba untuk menyambungkan perkataan dari Sakayanagi, seorang murid dari kelas A bergumam akan hal itu dengan suara yang rendah.
“Itu terlalu berlebihan, Kitou. Meskipun begitu Ryuuen tidak sebodoh itu.”
Yang melanjutkan perkataan itu ke Ryuuen sepertinya Hashimoto namanya, kalau tidak salah. Tetapi Ryuuen tidak menunjukkan kegelisahan terhadap hasutan-hasutan dari Sakayanagi dan rombongannya. Karena itu adalah sesuatu hal yang paling Ryuuen mengerti.
“Jangan bercanda, Sakayanagi. Aku telah memanipulasi Katsuragi untuk menanda tangani sebuah kontrak.”
Daripada menyangkal pernyataan itu, dia malah mengganti topik. Ini seakan dia ingin mengatakan kalau ini adalah gilirannya untuk menyerang sekarang.
“Kontrak, ya? Iya, kalau aku ingat, disitu tertuliskan ’sebagai ganti untuk bantuan dari kelas C saat di pulau, private point akan dibayarkan sebagai kompensasinya’. Untuk lebih jelasnya lagi, ada klausa ’20.000 poin setiap bulannya sampai lulus’, kalau tidak salah.”
Sakayanagi juga meresponnya tanpa ada keraguan akan hal itu.
“Huh? Apa maksudnya itu? Apa yang sudah kalian lakukan di belakang? Apa kamu tidak apa dengan hal itu!?”
Sudou menggonggongkan keluhannya.
“Tidak ada masalah dengan peraturan. Ini adalah suatu hal yang kedua kelas kita setujui. Kita akan mendapatkan poin kelas yang seharusnya milik kelas C dan sebagai gantinya dengan memberi kompensasi kepada mereka...dengan kata lain, kita hanya membayar kelas C dengan menggunakan poin pribadi.”
Aku tahu kelas A dan C telah bersekutu saat ujian di pulau itu tapi aku tidak tahu  kesepakatan apa yang mereka lakukan. Ini benar-benar kesepakatan yang sangat bagus. Dengan menghabiskan semua poin mereka dan meninggalkan kelas A dengan 270 poin yang bisa digunakan di pulau (dikurang 30 poin karena Sakayanagi absen) selagi menawarkan 20.000 poin pribadi sebagai gantinya.
Kalau dilihat awalnya, ini mungkin seperti kelas C yang menang tetapi yang terpenting adalah memimpin poin kelas di akhir ujian. Karena yang menentukan peringkat kelas adalah poin kelas. Hampir bisa dibilang poin pribadi dialokasikan ke kamu hanya sebagai sebuah bonus. Hasilnya, Katsuragi mungkin akan kehilangan poin tapi jika dia tidak, hasilnya mungkin akan sama kalau tidak jauh lebih buruk untuk kelas A. Maksudnya di sini adalah perbedaan antara poin kelas itu yang membuatnya penting.
Jika mereka melakukan cara yang biasa saat ujian di pulau, maka mereka hanya akan memiliki sedikit poin yang tersisa dan perbedaan antara mereka dan kelas B akan menyusut secara proporsional.
Tapi mengapa mereka mengungkapkannya sekarang setelah mereka merahasiakannya selama ini? Ini sesuatu yang mungkin sama halnya dengan Sakayanagi yang sedang mem-bully Ryuuen. Pertama Ryuuen mengejek Sakayanagi dan sekarang Sakayanagi membalas perlakuan itu, mungkin semacam itu yang bisa aku pahami dari ini.
“Bukan aku yang akan terkena masalah karena telah terbongkar semua ini, tetapi kalian. Kelas lain akan tahu kalau kita telah mengambil 20.000 poin dari kalian setiap bulannya tanpa pengecualian.”
“Ini akan tersebar secepat mungkin kalau kamu mau. Tidak ada masalah dengan mengkhawatirkan hal itu. Lagipula, yang menyusun ide untuk kontrak itu adalah Katsuragi-kun.”
Karena dia tidak ada pada saat di pulau dan karena dari itu ini tidak ada sangkutan dengan dirinya, jadi Sakayanagi tidak harus khawatir tentang bocornya hal ini.
Tidak, masih ada kemungkinan bahwa dia yang memerintah kelas sebelumnya untuk tidak melakukan hal yang tidak dibutuhkan lainnya tapi mengingat bagaimana mereka berdua pernah bekerjasama sebelumnya, mungkin dia sengaja membuat mereka kebingungan. Buktinya, Katsuragi sekarang tidak sedang aktif selagi Sakayanagi mendominasi kelasnya.
“Sialan, kalau begitu kelas C mendapatkan uang saku bulanan yang sudah pasti.”
“Jangan mau kena tipu, Sudou-kun. Itu semua poin kelas C yang harusnya diterima tapi mereka memilih untuk mengorbankannya. Bukan berarti mereka mendapatkan apapun dari itu.”
“Benarkah begitu, Suzune? Kita juga bisa mendapatkan 200 poin kelas dari ujian di pulau itu, kamu tahu? Ditambah lagi, kelas yang harus membayar mereka dan ini akan terus berlanjut sampai kelas A tumbang.”
“Kamu salah, Ini memang sama tapi apa yang akan kita terima berupa poin pribadi. Ini sangat berbeda dengan poin kelas.”
Kalau tujuan Ryuuen adalah kelas A maka dia memang benar-benar belum mendapatkan apa pun. Anggapan itu, bisa dibilang komentar dari Horikita benar. Tapi faktanya kurang lebih 800.000 poin pribadi, dalam bentuk uang, yang mengalir dari kelas A ke kelas C juga penting.
Meskipun kelas C selanjutnya akan kehilangan poin dan tidak tersisa sama sekali, setidaknya mereka dijamin mendapatkan uang bulanan yang minim. Meskipun sedang diburu oleh faksi Sakayanagi, faksi Katsuragi benar-benar memberi mereka tumpangan yang gratis.
“Apakah kamu sudah selesai berbicara? Sepertinya kamu suka sekali untuk ikut campur. Aku bukan bermaksud untuk mengelak akan hal itu tapi aku meminta kamu berhenti untuk menggangguku lagi. Ini akan sangat tidak menyenangkan untuk membuang waktu dengan mendengarkan pendapat-pendapatmu yang tidak berguna itu.”
“Tunggu sebentar, Kouenji. Kamu belum memberikanku jawabanmu.”
Seakan dia baru mengingatnya, Kouenji menatap langit sebentar.
“Suatu hal tentang orang yang pintar dari kelas D, ya? Sejujurnya, aku belum memikirkannya ...lagipula, ini akan lebih baik kalau aku tidak menjawabnya. Kamu sedang memburu jawaban itu sampai membahayakan dirimu. Ini bukanlah hal yang benar untuk merebut semua kepuasan itu darimu. Aku hanya menikmati masa mudaku di sekolah ini. Hanya itu. Kalau sekolah ini bisa membuatku semangat maka ceritanya akan berbeda tapi aku rasa itu tidak akan terjadi. Kalau begitu, aku akan mencintai perempuan-perempuan cantik dan menuju yang lebih tinggi lagi. Dan aku akan melanjutkan untuk membangun keindahanku sendiri. Hanya itu saja.”
“Jadi kamu tidak akan berpartisipasi dalam konflik kelas?”
“Aku tidak pernah dan tidak akan pernah. Itu yang dari awal aku sampaikan. Dari sudut pandangku, kelas A maupun kelas C mungkin sama saja. Semua orang yang ada di sini membosankanku.”
“Apa yang barusan kamu katakan?! Ryuuen-san, orang ini barusan mengejek kita! Mari kita beri dia pelajaran!”
Telah diremehkan, Ishizaki mengangkat kepalan tangannya kepada Kouenji. Tetapi orang yang bertindak membenarkan perkataan Kouenji sebelum Ryuuen adalah Sakayanagi, yang tidak melakukan apapun tapi tersenyum dan menggodanya dari kejauhan. Sepertinya ada sesuatu mengenai perkataan Kouenji yang tidak bisa dia abaikan.
“Aku tidak bisa pura-pura untuk tidak mendengar hal itu. Dragon Boy-san lah yang---.”
Tepat setelah ia mengucapkan kata-kata itu, Ryuuen dengan cepat mendekat kearah dia dan meluncurkan sebuah tendangan tanpa menahannya sama sekali.
“Woah--!?”
Hashimoto menjadi panik dan berdiri di antara Sakayanagi dan Ryuuen lalu memblokir tendangan itu dengan lengan kirinya.
Tapi karena benturan yang kuat, Hashimoto terlempar ke samping dan terjatuh ke beton.
Kalau Hashimoto tidak datang menghadangnya, pastinya Sakayanagi yang akan tertendang tepat di mukanya. Hashimoto dan murid laki-laki yang satunya bernama Kitou memasang sarung tangan dan mulai sikap bertarung untuk melawan Ryuuen.
“Apakah aku mengganggumu?”
“Aku bilang kalau kamu menyebutnya lagi akan kubunuh kamu.”
“Cukup hentikan. Perilakumu barusan itu adalah masalah besar.”
Menyaksikan penyerangan itu, Horikita memberinya peringatan tetapi Sakayanagi yang menghentikannya.
“Apa ada masalah barusan, Hashimoto-kun?”
“Tidak. Aku hanya terjatuh sendiri.”
Sambil membersihkan kotoran yang ada di bajunya, Hashimoto perlahan berdiri.
“Seperti yang dia katakan, Horikita-san.”
“...kamu gila ya, kalian berdua, kamu dan Ryuuen sama-sama gila.”
Kelas A, di bawah kepemimpinan Sakayanagi, tidak memberikan keluhan untuk menentang tindak kekerasan ini.
Sebaliknya, mereka lebih memilih untuk menghilangkannya.
“Aku harus minta maaf, Ryuuen-kun. Karna sepertinya aku telah menyinggungmu berlebihan.”
Setelah meminta maaf, dia melihat ke arah Kouenji.
“Kembali ke topik sebelumnya, apa yang membuat semua orang di sini, termasuk aku, yang membuatmu bosan?”
Bagi Sakayanagi, komentar yang diberikan oleh Kouenji lebih mengkhawatirkan daripada Ryuuen yang ada di depannya. Ryuuen juga, menjadi tak acuh, mulai menjaga jaraknya dengan Sakayanagi.
“Aku bersumpah, hal semacam ini....”
Gejolak dan amarah Horikita bisa dimengerti.
Semua orang yang ada di sini masing-masing memiliki sedikit keunikan.
“Apakah kamu tidak suka dengan apa yang aku katakan, Little Girl?”
Menuju kearah kursi yang Sakayanagi tempati, Kouenji membuka telapak tangannya dan menunjuk ke arahnya.
“Kuku. Little Girl, ya? Menurutku itu panggilan yang bagus.”
Seakan ia membalas untuk panggilan Dragon Boy, Ryuuen mengejeknya.
“Kouenji-san, kamu salah dalam penggunaan bahasa inggrismu. Aku bukan anak perempuan yang kecil.”
“Fu. Fu. Fu. Aku yang menentukan hal itu. Bukan kamu. Aku tidak membuat kesalahan dalam penggunaan katanya. Penggunaan kata ‘girl’ cocok untuk bentuk fisik dan usiamu, makanya aku memutuskan untuk memanggilmu itu.”
“Hal itu yang membuatmu salah. Menurut penggunaan kata ‘little girl’ digunakan untuk anak perempuan seusia SD. Di dunia ini tidak hanya mengijinkanmu untuk bertindak semaumu.”
“Itu merupakan kebijakanku untuk tidak mengikuti akal sehat.”
Dia mengibaskan rambutnya kebelakang.
“...Sudah cukup, Kouenji.”
Kitou mengambil langkah ke depan. Dia bergerak untuk melepaskan sarung tangannya. Awalnya aku pikir itu merupakan sesuatu yang dia pakai untuk melindungi dari kedinginan tetapi sepertinya bukan begitu.
“Ada apa dengannya? Kukira akan ada iblis yang keluar kalau dia melepas sarung tangannya.”
“Maksudmu apa?”
Karena Sudou tiba-tiba mengatakan ‘iblis’ aku tanpa sengaja menanyakan hal itu.
“Loh, kamu nggak tau? Itu dari manga yang dulunya pernah populer. Manga yang kalau mereka melepas sarung tangannya, nanti akan ada iblis yang keluar dan mereka berkelahi melawan para iblis.”
Aku belum pernah mendengar sebelumnya tapi lagipula, aku belum pernah membaca manga sebelumnya.
“Aku tidak ada keperluan dengan kelas A. Mundurlah.”
“Tolong setidaknya biarkan aku memperbaiki perkataannya.”
“Fufufu, ini sebenarnya bukan hal yang buruk untuk diperebutkan oleh kalian tapi sayangnya untuk masalah perempuan dan laki-laki, aku lebih memilih yang lebih tua dari aku.”
Kouenji mempermainkan sang perwakilan kelas Sakayanagi dan Ryuuen.
Bukti yang paling menunjukkan kalau akal sehat tidak mempan kepadanya yang membuatnya paling kuat, dalam arti tertentu. ‘Ketidak warasan’ mungkin bisa dihitung sebagai kekuatan yang setara dengan kekerasan dan kebohongan.
“Aku senang bisa bertemu denganmu hari ini. Pergilah dari sini.”
Ryuuen, yang kesusahan berurusan dengan Kouenji. Karena dia tahu kalau tidak ada informasi lagi yang bisa ia dapat darinya, dia mendesaknya untuk pergi.
“Baiklah. Selamat tinggal.”
Mungkin yang menjadi angin topannya di sini adalah Kouenji bukan Ryuuen. Kejadian ini berakhir dan menjadi sunyi.
“Tampaknya waktu melihat-lihatnya telah berakhir. Apa sebaiknya kita kembali saja?”
“Sebaiknya kamu menantinya dengan senang hati di semester 3 nanti, Sakayanagi.”
“Kalau kamu sudah selesai berurusan dengan kelas D, maka aku akan menjadi musuhmu kapanpun.”
Meninggalkan kata-kata itu, murid-murid dari kelas A pergi.
“Apa kita pergi juga dari sini, Horikita?”
“Iya...aku tidak bisa terus-terus terganggu dengan urusan seperti ini lagi.”
Sudou sudah mengambil kebanyakan dari serpihan cermin yang jatuh tadi dan untuk sekarang bisa dikatakan keadaan kembali seperti biasa.
“Tapi dia terlihat kurang tertarik dengan Kouenji daripada yang kubayangkan....”
Horikita sepertinya ragu dengan tindakan Ryuuen. Di samping itu, keraguan itu juga menular ke kelas C.
“...apakah tidak apa-apa untuk membiarkannya pergi?”
“Jika dia orang yang aku cari, aku tidak akan membiarkannya pergi.”
“Meskipun dia terlalu banyak mencurigakan. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan dan ada kemungkinan kalau dia juga berbohong, ya kan?”
“Pola pemikiran kita berbeda. X berpikir sama sepertiku. Aku tidak bisa membayangkan kalau dia yang melakukan semua itu dari belakang. Lagipula, apakah dia terlihat seperti orang yang tipenya bisa bekerjasama dengan Horikita?”
“Itu memang sulit untuk dibayangkan. Lalu mengapa kamu menargetkan Kouenji?”
“Yo. Apa yang kalian semua pikirkan tentang Kouenji?”
Setelah melepaskan tatapan matanya dari Kouenji, Ryuuen melihat kearah kita dengan sebuah senyuman yang menyeramkan.
“Kalian dari tadi hanya berbisik-bisik. Aku tidak tahu maksudmu itu.”
Sudou, tidak bisa mengerti tindakan Ryuuen, sedang memelototinya sambil mengancamnya dengan genggaman tangan.
“Orang idiot diam aja.”
“Apa kamu bilang!?”
Horikita menghentikan Sudou dengan tatapannya.
“Ryuuen-kun, tindakanmu sudah kelewatan batas. Yang membuat ini menjadi susah untuk dicerna.”
“Kalau begitu berarti aku melakukan sesuatu hal yang benar.”
Meskipun dia telah ditegur, Ryuuen tidak memperhatikannya sama sekali. Sebaliknya, dia terlihat semakin menyukai keadan ini.
“Aku sudah bisa cukup mempersempit kandidat untuk hari ini, Suzune. Mengenai keberadaan yang merayap-rayap di belakangmu.”
“Aku tidak bermasud untuk mendengarkan apapun yang kamu katakan. Hanya membuang waktu saja untuk menghiburmu. Yang paling penting, aku ingin kamu untuk tidak mendekati teman sekelasku lagi.”
“Aku bebas untuk memilih untuk mendekat atau menjauhi. Aku tidak melanggar peraturan apapun di sini.”
Orang yang pertama kali melanggar peraturanlah yang menggunakan kata peraturan sebagai pelindungnya.
“Tapi sepertinya permainan ini akan segera berakhir. Aku akan menunggunya di akhir nanti.”
Menyingkatnya dengan itu, Ryuuen melihat ke arah Sakayanagi dan rombongannya lalu pergi.
“Akhirnya dia pergi. Mari kita pergi. Untuk saat ini, kita ke tempatnya Hirata-kun dengan cepat.”
“Tapi bagaimana dengan Ryuuen? Kamu berpikiran kalau dia mau melakukan sesuatu, bukan?”
“Aku tidak tahu. Menurutku tidak ada satu orangpun yang bisa memahami apa yang ingin dia lakukan.”
Sepertinya persiapan Ryuuen telah selesai. Dengan sadar akan hal itu, aku melihat Ryuuen pergi.

34 komentar:

  1. Lanjut min sampai Epilog, gak sabar nihh lihat Ayanokoji hajar Ryueen

    BalasHapus
  2. Selesaiin dulu min chapter 5 bagian 4 nya vol 6 sama epilognya

    BalasHapus
  3. Iyh min tolong selesaikan volume 6 aja dulu, ini cuma permintaan sih

    #Pertamax thanxs

    BalasHapus
  4. Makasih min, always thankyou for your hardwork

    BalasHapus
  5. Trima kasih atas kerja kerasnya min... lakukan yg terbaik!!
    Di tunggu kelanjutannya.

    BalasHapus
  6. Vol 6 -_-
    Halah.....
    Tolong selesain lah min ...
    Gimana gitu rasanya menang paper shuffle tapi ga tau bagaimana bisa menang ... !

    BalasHapus
  7. Min yang dilanjutun yang mana kok sudah sekitar 2 minggu gak up

    BalasHapus
  8. Min, ente gabung group fb Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no KyouShitsu e Indonesia ngga? Ane dah lama ngirim permintaan gabung, tapi ngga kunjung dikonfirmasi.

    BalasHapus
  9. njer, lama ga hadir kesini .-.
    min lanjutan nya kapan ?

    BalasHapus
  10. Mantap ceritanya, kalau bisa selesaikan dulu vol yang blum selesai seperti vol 5, 6 baru lanjut vol baru :)

    BalasHapus
  11. Yah.. saya gk banyak komentar sih , miminya juga buat nih web gk ada iklanya intinya mimin sudah berjuang dengan baik , moga rezekinya banyak. BTW volume 6nya min kelarin :v .

    BalasHapus
  12. Min, updatenya ga jalan lagi ya?

    BalasHapus
  13. yang ngomel masalah selesein dulu vol 6, baca aja dari sumbernya, toh juga udah tercantum di depan. gamau karena bahasa inggris? tinggal copy link, paste di google translate dah. kaga beda jauh sama yg di web ini, cuma di web ini kata kata yang agak nyeleneh di gugel tranlsate di betulin disini

    BalasHapus
  14. Pertanyaan dimanakah tempat saya bisa membaca ln youkouso vol 10 yg katanya liris bulan januarijanuari ini ?

    BalasHapus
  15. Yg skip vol 6 sayang bgt padahal ada bagian tegangnya loh lebih baik baca dari sumber nya

    BalasHapus
  16. Min sudah gak up lagi ya???

    BalasHapus
  17. emg di mana sumbernya gan? translate indo kah apa inggris?

    BalasHapus
  18. sayang bgt pdhl gua suka nih blog buat baca novel, tp malah dh off

    BalasHapus
  19. Untuk admin yang terhormat, apakah tidak update lagi untuk volume 2 & 3 ? Soalnya masih banyak yang kosong. Terimakasih sudah menyediakan situs ini semoga admin sehat selalu

    BalasHapus
  20. Gua suka nih blog, sehat slalu min byank rizki dan cpet update lg hehe

    BalasHapus
  21. update chapter seterusnya min ...Gk sabar liat ayanokoji yang biasa diem tiba tiba ngehajar ryuen ngelindungin karuizawa hehehe

    BalasHapus
  22. Min,tolong up volume 7 chapter 4 dan seterusnya dong,penasaran nih

    BalasHapus
  23. Min, gak update lagi bukan?
    Sayang, naggung

    BalasHapus
  24. Project ini masih lanjut atau drop? Kalau udah drop mau saya ambil nih?

    BalasHapus
  25. Lah chap 4.5 sama epilog gak sa di buka 😭

    BalasHapus