KEMUSTAHILAN
TERJEMAH OLEH: Deva
Adha
Pada
hari tertentu sebelum kami memulai liburan musim dingin. Angin topan yang besar
melanda kelas D. Ini terjadi tepat setelah Chabashira-sensei memberi tanda
kalau kelas telah berakhir. Pintu-pintu kelas kami terbuka dan murid-murid dari
kelas C, termasuk Ryuuen, muncul di kelas D.
Kelas
menjadi ribut akan kedatangan yang tak terduga ini. Chabashira-sensei melirik
ke mereka sebentar lalu ia meninggalkan ruang kelas dengan segera. Ceritanya
akan berbeda kalau ada perkelahian yang terjadi di sini, tapi tidak ada yang
salah dengan murid dari kelas lain yang hanya berkunjung saja.
Setelah
mengamati kelas D melalui penghitungan yang tidak langsung, dan tetap tidak
mendapatkan jawaban yang mereka cari, Ryuuen dan yang lain akhirnya menampakkan
diri mereka. Atau yang sebenarnya terjadi saat ini mungkin sebuah strategi di
luar pemahamanku. Bagaimanapun juga, tidak salah lagi bahwa mereka sudah
memilih untuk menggunakan strategi dengan menyerang dari depan.
Horikita,
yang baru saja mau pergi, terhenti dan melihat ke arah murid-murid kelas C.
Mereka yang muncul adalah Ryuuen, Ishizaki, Yamada Albert, Komiya, dan Kondou.
Ini sangat dimengerti sekali bahwa kelas menjadi tegang dengan kumpulan para
pekelahi.
“Apa-apaan
kalian? Ini ruang kelas D.”
Yang
pertama kali bereaksi akan kedatangan Ryuuen adalah Sudou. Sifatnya yang menantang
untuk berkelahi yang mungkin menjadi faktornya, tetapi ini mungkin juga murni
reaksi pembelaan diri untuk menghindari dirinya yang dipermainkan seperti
sebelumnya.
Dan
terlebihnya lagi, dia harus menjaga Horikita. Perasaan itu yang mungkin ia
dahulukan. Sudou langsung berdiri dan mendekati Ryuuen. Setelah melihat hal
itu, Hirata mulai panik dan berdiri di antara mereka berdua seakan takut akan
terjadinya konflik di antara mereka.
”Apa
kamu ada urusan dengan kelas kita, Ryuuen-kun?”
Hirata
bertanya kepadanya, seakan dia tidak tahu dengan situasinya, kemudian Ryuuen
menjawabnya dengan luar biasa.
“Memangnya
harus ada alasan untuk berkunjung ke kelas seangkatan? Ini sesuatu hal yang
biasa terjadi di sekolah-sekolah, bukan? Pergi ke kelas lain untuk mengunjungi
teman. Kenapa kalian semua harus takut?”
Kata-katanya
yang diucapkan terdengar seperti hasutan tetapi Haruta dengan tenang menjawabnya.
“Kalau
biasanya, iya. Bukankah menurutmu keadaan di sekolah kita berbeda dengan
sekolah-sekolah pada umumnya? Setidaknya, kamu belum pernah mengunjungi ke
kelas D sebelumnya.”
Hirata
mencoba untuk menenangkan keadaan seakan ini dalam keadaan yang darurat.
“Kita
kan orang asing sampai sekarang. Aku rasa sekarang waktu yang tepat untuk
bertindak lebih agresif”
Dia
meletakkan tangannnya di atas meja seorang perempuan yang ada di dekatnya dan
tersenyum, memperlihatkan giginya yang putih.
“Kalian
hebat sekali saat ujian Paper Shuffle kemarin. Dan membuat kelas C kalah.
Hasilnya memang belum dibagikan, tentu saja, tapi kalian mungkin akan menjadi
kelas C di semester 3. Cukup mengesankan.”
“Heh.
Itu berarti kamu bos kera yang tidak becus, benarkan? Sampai jatuh ke kelas D.”
Hirata
dengan paniknya menahan Sudou di sebelahnya yang menjawab dengan asal-asalan.
“Kita
menaruh usaha untuk membuat kemajuan yang stabil.”
“Usaha,
ya? Sudou, yang kelihatannya sama sekali tidak paham dengan konsepnya, masih
berada di sini sangat mengherankan sekali. Kukira dia yang akan dikeluarkan
untuk pertama kali.”
“Akhirnya
kamu mengingat namaku juga?”
Mata
mereka saling bertatapan satu sama lain. Beberapa teman sekelas kami yang baru
mau pulang juga terdiam di situasi seperti ini.
“Bisakah
kalian memberitahu ke kita apa yang kalian inginkan?”
Dari
sudut pandang Hirata, dia mau segera menyelesaikan hal ini untuk terhindar dari
keinginannya Ryuuen. Namun, sebaiknya menganggap dia sengaja bertindak seperti
itu.
“Aku
sekarang akan memberikan peringatan kepada kalian kelas D.”
“Peringatan?
Maksudmu?”
“Aku
tidak akan menjelaskan ke kalian yang tidak mengerti. Atau yang mungkin
pura-pura tidak tahu?”
Sekilas,
itu terlihat seperti ejekan untuk Hirata tapi bukan itu sebenarnya. Ryuuen tidak
melihat kearah Hirata, dia melihat ke sekeliling kelas.
Jika
perkataan itu bukan untuk Hirata lalu mungkin itu untuk Keisei atau aku, atau
mungkin Akito atau yang lainnya. Tetapi dia hanya melihat sekitarnya sebentar
saja.
Dan
akhirnya, ada orang yang tak terduga yang menangkap perhatian Ryuuen.
Orang
itu tidak sadar kalau dia sedang diperhatikan, dia tidak perduli sama sekali
dan mulai berkemas untuk meninggalkan ruangan. Meskipun tak ada seorangpun yang
bergerak karena kehadiran Ryuuen, dia bersikap seperti biasanya. Tertawa
sedikit, Ryuuen melihat kebelakang ke anak buahnya yang berada sedikit di
belakangnya dan memberi isyarat untuk meninggalkan ruangan kelas dengan segera.
Tampaknya
murid itu adalah target yang dia cari. Setelah Ryuuen dan yang lainnya menutup
pintu kelas, suasana yang tegang itu mulai menghilang dan teman sekelas kami
sekali lagi membuat sebuah keributan.
“Hey,
hey, Ryuuen sepertiya mau melakukan sesuatu yang bukan main! Suatu hal yang
tidak bisa dipercaya, benarkan!?”
“Bukankah
mereka lebih seperti mau melakukan sesuatu ke Kouenji!?”
Itu
benar. Orang yang Ryuuen cari adalah Kouenji Rokusuke, orang aneh di kelas D.
Ike dan Yamauchi mulai memberikan berbagai macam teori.
Tapi
akhir-akhir ini, Kushida jarang kelihatan. Aku tahu kalau ini karena
kekalahannya melawan Horikita, tapi dia mulai berhenti untuk aktif di kelas.
Tentu
saja, bukan berarti dia diam sendiri. Sekarang saja, dia sedang berbicara
dengan perempuan yang lain mengenai Ryuuen, tapi dia tidak melibatkan dirinya
sedikitpun. Dan Horikita tetaplah Horikita, dia tidak membicarakan sedikitpun
tentang Kushida ke aku.
“Bukankah
ini buruk? Yang barusan terjadi.”
Horikita
bertanya kepadaku selagi aku sedang memikirkan sesuatu hal yang tidak
bersangkutan dengan Ryuuen. Meskipun Horikita, yang ingin untuk menghindari
hal-hal yang bersangkutan dengan kelas C dengan semampunya, menganggap masalah ini
adalah masalah yang penting.
“Sepertinya
begitu.”
Sepertinya
Ryuuen punya urusan dengan Kouenji tapi itu juga membingungkan.
Kouenji
memang memberikan kesan yang misterius. Namun, dari luar, ini seharusnya tidak
terlihat seperti Kouenji yang melakukan pergerakan dari dalam kelas D. Mungkin
ada alasan dibalik dia pergi mengejar Kouenji secara terang-terangan di saat
banyak orang yang melihatnya.
“Kiyotaka,
gimana kalau kita memeriksa keadaannya?”
Akito
yang mengatakan hal itu.
“Yang
barusan itu banyak sekali orangnya. Mungkin mereka mau melakukan sesuatu.”
“Sepertinya
begitu.....walaupun masih ada banyak orang di sekitar sini, itu tetap saja belum
menjamin.”
Jikalau,
kemungkinannya hanya sedikit bahwa Kouenji diserang, kelas D juga yang akan
bertanggung jawab karena tidak mencegahnya. Dan masalahnya tidak hanya terkena
hukuman dari sekolah saja.
Kamu
juga akan menyesal untuk tidak menolongnya di sana. Saat aku pergi ke koridor bersama
Akito, Keisei juga mengikuti dari belakang.
“Aku
juga ikut. Semakin sedikit orangnya, maka semakin berbahaya.”
Setelah
sedikit jeda Horikita dan Sudou juga mengikuti dalam pengejaran. Hirata juga
pergi keluar kelas dengan ekspresi khawatir.
Tampaknya
hari ini akan terjadi badai. Aku meminta Keisei dan Akito untuk menunggu lalu
aku berbicara ke Hirata.
“Hirata,
bukankah sebaiknya kamu tetap di sini saja? Kalau kamu ikut juga nanti
murid-murid yang bersemangat lainnya seperti Ike dan Yamauchi juga ikutan, dan
akhirnya menjadi keributan yang besar.”
“....kamu
benar. Tapi, aku ingin tahu kalau keadaan Kouenji baik-baik saja.”
“Horikita
juga menuju ke sana. Keisei dan Akito juga bersamaku. Kemungkinan terburuknya,
kalau terjadi kekerasan, aku akan menghubungimu.”
“Keisei-kun?
Baiklah, aku mengerti. Tolong pastikan mereka untuk tidak berlebihan.”
Hirata
merasa bingung pada nama ’Keisei’ tapi tidak menanyakannya. Hirata dengan
segera kembali ke kelas D yang penuh dengan kegelisahan.
“Itu
keputusan yang benar, Kiyotaka. Semakin banyak orang, semakin besar masalahnya.
Selain itu, Hirata memang lebih cocok untuk menenangkan kelas.”
Keisei
mengangguk seakan ia yakin akan hal itu, mungkin dia tipe orang yang melawan
arus. Sekarang masalahnya adalah ke mana Kouenji pergi. Di dalam gedung
sekolah, meskipun Ryuuen dan anak buahnya tidak bisa bertindak yang ceroboh.
Kalau mereka mau menyerang, berarti dia pergi ke luar tetapi aku belum bisa
membayangkan ke mana Kouenji pergi.
“Apa
yang biasanya Kouenji lakukan sepulang sekolah?”
“...nggak
tau sama sekali.”
“Aku
juga.”
Akito
dan Keisei memiringkan kepala mereka seakan mereka sama sekali tidak tahu.
“Apakah
ada yang tahu kebiasaannya Kouenji?”
Di
kelas kita tidak ada yang pernah berbicara yang lama dengannya sebelumnya.
“Dia
seringkali langsung balik menuju ke asrama.”
“Bagaimana
kamu mengetahuinya?”
“Aku
seringkali melihatnya pulang. Lagipula, ini akan menjadi masalah kalau dia
meninggalkan gedung sekolah. Pertama-tama, kita harus menuju ke pintu masuk
sekolah.”
Setelah
mengatakan itu, kami menuju ke arah pintu masuk sekolah.
Kalau
sepatunya masih ada berarti dia masih ada di dalam gedung sekolah, kalau begitu
kita masih bisa mengulur waktu.
Agar
tidak tertinggal, kami meningkatkan kecepatan kami.
“Sesuatu
hal yang serius seperti konflik yang mungkin sebenarnya akan terjadi.”
Sudou
mengatakan itu ke Horikita sambil mengepalkan tangannya.
“Jangan
bercanda. Kekerasan massal antara kelas D dan kelas C bukanlah hal yang lucu.
Yang lebih penting, kenapa kamu juga mengikutiku?”
“Bukankah
itu sudah jelas? Karena aku khawatirkan Suzune. Aku sudah mendengar rumor
tentang Ryuuen yang juga menyerang perempuan.”
“Aku
tidak serapuh itu sampai harus membutuhkan perlindunganmu.”
“Janganlah
berbicara begitu.”
Horikita
tidak merubah sikapnya yang bisa melindungi dirinya sendiri. Karena dia ahli di
bidang ilmu beladiri, dia tidak membutuhkan seorang laki-laki. Sudou yang
menunjukan kejantanannya itu menjadi sia-sia.
Tetapi
Sudou tetaplah Sudou, jadi dia mungkin tidak terhibur sedikitpun dengan
Horikita yang kuat.
“Selain
itu, ini mungkin tidak penting tapi ada satu hal yang harus aku tambahkan.
Bagaimana dengan kamu mengfokuskan kecemasanmu itu terhadap ekskulmu?”
“Aku
bilang tidak apa-apa. Masih ada waktu sampai latihan dimulai. Kita nyari
Kouenji aja dulu.”
Meskipun
dia mencoba untuk menyinkirkannya, Sudou tetap mengikuti Horikita.
“Ya
ampun....ini jadi susah untuk bergerak kemana-mana sambil membawa benih
masalah.”
Dia
memberinya hinaan siluman.
Kalau
Horikita terluka saat ia sedang sendiri, Sudou pasti akan marah. Jikalau hal
itu terjadi, hal ini akan menjadi keributan yang besar sampai membuat hal yang
sebelumnya terlihat seperti hal yang sepele.
***
Setelah
meninggalkan sekolah, Aku menuju jalan tiga jalur yang menuju kembali ke
asrama. Karena sekolah barusan berakhir, hanya ada sedikit murid yang terlihat.
Namun, ada beberapa murid laki-laki dari kelas C yang terlihat. Aku tidak
melihatnya pas tadi di kelas tetapi sepertinya Ibuki dari kelas C juga ada bersama
mereka.
Yang
paling pentingnya lagi, aku bisa melihat punggung Kouenji dari kejauhan seperti
sedang menuju pulang ke asrama sendirian. Tampaknya mereka serius dengan
menyerang Kouenji.
Selagi
Ryuuen memperpendek jaraknya, dia memberi perintah ke Ishizaki untuk menutupi
jalannya Kouenji.
“Sepertinya
mereka ada di sini, seperti yang Suzune katakan. Ayo kita hentikan mereka.”
Melihat
mereka, Sudou bertanya ke Horikita untuk perintah selanjutnya.
“Kita
tunggu dan lihat dulu. Kita masih belum tahu apa yang Ryuuen cari.”
Seperti
yang Ryuuen tadi katakan, tidak ada peraturan yang melarang murid untuk
berinteraksi dengan kelas lain dan ini sesuatu hal yang biasa. Tidak ada yang
kami peroleh dari menyela mereka saat ini.
Sambil
mendekati mereka, kami mengamati keadaannya.
“Hey,
tunggu sebentar, Kouenji. Hibur lah kita sedikit.”
“Ada
apa dengan kalian? Aku tidak ingat telah melakukan sesuatu yang membuatmu
menghalangiku seperti ini.”
Karena
Ishizaki menghalangi jalannya, aku tidak bisa melihat muka Kouenji tapi nada
suaranya sama seperti biasannya.
“Bukan
kamu yang memutuskan hal itu.”
“Hmph.
Bukan kamu juga yang memutuskannya.”
Kouenji
melihat kearah rombongan Ryuuen dari kelas C. Tidak ada sedikitpun kegelisahan
atau panik yang tercermin di matanya.
“Kamu
ingat aku, bukan?”
Dengan
kedua tangannya di saku, Ryuuen berdiri di depan Kouenji.
“Tentu
saja aku mengingatmu. Kamu Delinquent-kun dari kelas C, bukan?”
“Waktu
itu aku sengaja membiarkanmu lolos tapi untuk sekarang kamu harus ikut
denganku, orang aneh.”
“Maaf
tapi waktu itu aku sedang sibuk.”
Dia
meminta maaf sambil mengibaskan rambutnya ke belakang. Tidak terlihat seperti
sebuah permintaan maaf.
“Tapi
aku tidak bisa berpura-pura untuk tidak mendengar hal itu. Yang kamu bilang
’aneh’ itu apakah aku?”
“Memangnya
siapa lagi?”
“Itu
benar-benar pernyataan yang tidak bisa dimengerti untuk dibuat, tapi akan aku
biarkan saja. Karena aku kebetulan orang yang murah hati. Tapi aku ada kencan
habis ini jadi bisakah kamu mempercepat urusanmu itu?”
“Sayang
sekali. Tapi kamu akan mengatur ulang jadwal kencanmu.”
“Jadi,
kamu tidak mau mundur dari sini?”
“Memangnya
kenapa kalau tidak?”
Kouenji
menyilangkan lengannya sebentar seakan ia sedang berpikir lalu memisahkan
lengannya lagi.
“Kalau
begitu kita selesaikan masalah kita di sana.”
Kouenji
menunjuk ke arah tempat duduk yang jaraknya tidak jauh dari situ, mungkin
setelah memutuskan bahwa tidak ada jalan lain untuk melarikan diri dari ini
atau mungkin tidak mau menghalangi jalan untuk orang lain.
“Aku
tidak peduli di mana pun itu.”
“Kalau
begitu ikut aku.”
Dan
dengan Kouenji yang menuntun mereka, mereka pergi ke tempat duduk yang berada
di pinggir jalan. Akan berbeda ceritanya kalau mereka berada di tengah jalan
tapi kalau mereka pergi ke tempat yang tertutup seperti itu, ini akan menjadi
sulit untuk diawasi.
“Sepertinya
kita juga harus mengikuti mereka ke sana juga.”
Setelah
mendengarnya, Sudou mencoba untuk bergerak ke sana, tapi Horikita
menghentikannya.
“Hindari
sikap kekerasanmu yang ceroboh, mengerti?”
“I-Iya.”
Sudou,
setelah diperingatkan lagi, dia menuntun bersamaan dengan Horikita menuju ke tempat
Ryuuen dan rombongannya. Beberapa saat setelah itu, kami juga ketahuan oleh
mereka. Horikita dengan segera memulai bicara ke Ryuuen.
“Apa
yang mau kamu lakukan, Ryuuen-kun? Kalau ini tidak bisa terkendalikan lagi, ini
akan menjadi masalah yang besar.”
“Kuku.
Jadi kamu kamu kepancing untuk datang ke sini, ya?”
Dia
langsung tertawa seakan sejak awal ia tahu kalau akan ada yang mengikuti mereka.
Lalu dia dengan pelan menatapi wajah kami satu satu yang ada di sini. Ternyata
ini benar bahwa dia sedang menargetkan Kouenji tapi ada juga kemungkinan bahwa
ini adalah jebakan yang bertujuan untuk mempersempit jumlah orang yang sedang
dia cari.
Kalau
bukan begitu tidak ada alasannya untuk mengunjungi kelas D dengan anak buah di
belakangnya.
Tujuannya
sama untuk membawa keluar target yang sebenarnya.
“Ayanokouji
dan Miyake, ditambah Yukimura, ya? Baiklah, kurasa sudah cukup.”
“Aku
juga di sini, Ryuuen.”
Ryuuen
menghiraukan Sudou yang memperlihatkan genggaman tangannya.
“Ada
apa dengan Hirata?”
“Tidak
tahu. Kamu tidak tertarik dengannya, bukan?”
“Oh
yang benar saja, orang itu penuh dengan rasa keadilan, jadi bukanlah hal yang
aneh kalau dia berada di sini.”
“Maksudku
bukan berarti semuanya akan berakhir sesuai dengan perkiraanmu.”
“Baiklah.
Untuk saat ini, itu saja.”
Dengan
tanda dari Ryuuen, Ishizaki dan yang lainnya mengelilingi Kouenji. Melihat hal
itu, Akito bergumam tanpa menutup-nutupi rasa jijikannya akan hal itu.
“Kayak
kaisar saja. Memerintah teman sekelasnya dengan memberi isyarat seperti itu.”
“Maaf,
Miyake. Karena aku menjadi dewasa yang seperti ini.”
Dengan
kedua tangan di sakunya, Ryuuen mendekati Kouenji.
“Tunggu.”
“Tunggu?
Untuk apa? Seperti yang kamu lihat, kita tidak akan melakukan apa-apa.”
Untuk
saat ini, mereka masih belum menyentuh Kouenji.
“Aku
tidak keberatan dengan kamu bermain-main tapi bukankah kehadiranku di sini
tidak dibutuhkan?”
Kouenji
mengatakan hal itu ke Ryuuen yang tidak hanya menghalangi jalannya tapi
sekarang malah sedang berbicara dengan orang yang lain. Ryuuen mengabaikan
peringatan dari Horikita dan balik melihat Kouenji.
“Ngomong-ngomong,
kamu akan menjadi pemeran utama hari ini, Kouenji. Lagipula kamu berhutang aku
satu hal.”
“Berhutang
satu hal? Aku tidak mengingat akan hal itu.”
“Aku
kehilangan beberapa poin dari tindakanmu pada saat menyelesaikan ujian zodiak.”
Dia
ternyata telah mengetahuinya. Aku ingin tahu dari mana sebenarnya dia mendengar
hal itu.
“Ahh,
maksud kamu saat permainan kebohongan itu. Aku akan minta maaf kalau aku telah
mengganggu jalanmu.”
Walaupun
dia sedang meminta maaf, Kouenji sama sekali tidak terlihat seperti orang yang
sedang meminta maaf. Dia dengan beraninya mengeluarkan cermin tangannya. Ini mungkin
suatu hal yang sulit untuk dimengerti bagi anak kelas C.
Pada
saat anak kelas C melihatnya dengan kecurigaan, Kouenji dengan sopan
mengatakannya.
“Hari
ini terasa sedikit berangin. Aku hanya membuatnya terlihat baik saja, gaya yang
keren bukanlah hal yang mengganggu.”
Dia
menoleh ke kiri dan ke kanan beberapa kali untuk mengecek penampilannya di
cermin.
“Hmm.....sepertinya
sedikit kurang rapi dan kurang anggun. Maaf tapi bisakah kamu memegangkan
cermin ini untuk sebentar?”
Dengan
mengatakan hal itu, Kouenji memberikan laki-laki yang berdiri di depannya,
Ryuuen, cermin tangannya. Ryuuen menerima cermin tersebut dengan senyuman di
wajahnya.
“Kamu
bisa mengarahkan cerminnya kepadaku.”
Kouenji
mengatakan hal itu dan mengambil pengeras rambut yang ringkas dari dalam tasnya
sebelum dia mengolesi di jari-jarinya dan menggunakan kedua tangannya untuk
memberi style pada rambutnya.
Melihat
kekonyolan ini, anak kelas C yang lain tidak bisa menyela sama sekali. Namun,
terdengar suara yang bergema keras terjadi.
Ini
adalah Ryuuen yang melempar cermin tangan yang ia terima dari Kouenji ke
lantai. Dan dengan senyuman biasa yang terlihat di wajahnya, ia menggenggam
lengan Kouenji.
“Tingkah
gilamu itu, aku ingin tahu mau sampai kapan akan berlanjut.”
Sambil
memberi style pada rambutnya dengan kedua tangannya, Kouenji menghelakan
napasnya.
“Kamu
benar-benar bertingkah seperti berandalan. Kamu tahu, cermin tangan itu sangat
mahal?”
“Salahku,
tanganku licin.”
“Fufu.
Ya mau bagaimana lagi. Kalau begitu, lepaskan lenganku. Aku tidak bisa
memberikan style ke rambutku dengan benar kalau seperti ini. Tentu saja, aku
orang yang baik-baik saja dengan rambut yang tidak rapi sekalipun.”
Dalam
keadaan yang tegang seperti itu, Ryuuen dengan pelan melepaskan lengan Kouenji.
Di
tempat ini yang melakukan tindakan
mencoloklah yang dapat membawa resiko yang besar. Tapi ini adalah modus operandi
untuk memburu musuhnya ke batas maksimalnya.
“Sudah
hentikan, Ryuuen-kun.”
“Diam,
Suzune. Sekarang Kouenjilah yang menjadi teman bermainku.”
“Bukankah
kamu hanya menyerangnya secara sepihak? Dia tidak mau ikut campur dengan
masalah ini.”
Selagi
mengambil serpihan cermin tangan, Horikita memelototi Ryuuen.
“Biar
aku saja yang melakukan. Nanti tanganmu terluka.”
“Aku
baik-baik saja. Ini akan menjadi lebih bermasalah kalau kamu sampai terluka karena
kamu masih ada ekskul.”
Dengan
mengatakan seperti itu, Horikita menolak tawaran dari Sudou.
“Yang
benar saja. Aku tidak bisa membiarkan seorang perempuan terluka begitu saja.”
Dengan
mendorong sedikit Horikita kesamping, Sudou mulai untuk mengambil serpihan itu.
“Aku
tidak akan mengobatimu kalau kamu sampai terluka.”
Walaupun
Horikita mengatakan hal itu, Sudou lanjut untuk mengambil serpihan tanpa
memperhatikannya.
“Aku
ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan keributan ini, tapi sepertinya di
sini terdapat kumpulan orang-orang yang cukup menarik.”
Dan
kejadian ini tidak berakhir dengan kelas D dan kelas C saja. Seakan tertarik
dengan konflik ini, Sakayanagi dari kelas A dan rombongannya pun muncul. Aku
juga melihat Kamuro Masumi diantaranya tapi aku tidak tahu nama dua orang
laki-laki yang lain, hanya mukanya saja.
“Sakayanagi,
ya?...kamu datangnya tepat sekali.”
Dia
berhenti, dan dengan ringan mengetukkan tongkatnya ke lantai. Di sini menjadi
cukup ramai.
Termasuk
Kouenji, ada enam dari kelas D dan lima dari kelas C. Serta empat dari kelas A.
Totalnya menjadi limabelas orang.
“Kehadiranku
di sini hanya kebetulan belaka.”
“Jangan
membuatku tertawa.”
Ini
sangat jelas sekali, bagi Ryuuen pun, bahwa ini benar-benar hanya kebetulan.
“Heran
saja, untuk mengira anggota pemimpin dari kelas C dan murid-murid dari kelas D
akan berkumpul di sini. Apa mungkin sedang mengadakan diskusi mengenai acara
Natal?”
“Mundurlah,
aku masih belum punya urusan denganmu.”
“Tidak
harus sampai segitunya, bukan? Kalau sedang berencana untuk mengadakan acara
sebaiknya lebih ramai lebih meriah, bukan? Bagaimana kalau aku juga ikutan?”
Tetapi
Ryuuen tidak menunjukan tanda kalau dia mau mengikuti hasutan dari Sakayanagi.
“Kalau
kamu masih mau di sini sebaiknya jangan mengganggu jalanku.”
“Tentu
saja, aku tidak aka melakukan apapun yang membuat malu pengurus acara.”
Sakayanagi
menjauh dan duduk di kursi yang ada di sekitar. Dan tiga murid dari kelas A
mengelilinginya seakan melindunginya.
Baik,
menurutku kekerasan sepertinya tidak akan terjadi di situasi saat ini
tapi...tidak ada kamera pengawas di area ini.
Tetap
saja, jika melihat sekitar ini akan terlihat murid yang mau pulang. Tidak bisa
tahu kapan akan ada banyak murid yang akan melewati tempat ini. Sulit
dibayangkan akan terjadinya perkelahian di sini. Sampai saat ini orang yang
menjadi dalang semua ini sedang tersenyum tanpa takut, Kouenji Rokusuke,
membuka mulutnya.
“Aku
tidak peduli dengan keramaian ini tapi bolehkah kita selesaikan sekarang juga?
Kalau kamu tidak berencana untuk menyelesaikannya maka aku akan pergi dari
sini.”
“Tunggu
sebentar, Kouenji. Ryuuen-san barusan bilangkan kalau kamu tidak akan bisa
lolos lagi.”
“Maaf,
ceritanya jadi kepanjangan dan pembicaraan kita tertunda. Mari kita selesaikan
masalah ini.”
Kouenji
senyum sedikit.
“Biar
aku simpulkan dari keadaan saat ini yang---kamu terobsesi untuk mengalahkan orang
yang membuat masalah untuk kelas C atau orang yang membentuk persekutuan dengan
kelas lain. Bukankah begitu?”
“Begini,
semua yang merusak pemandangan yang tidak aku suka adalah musuh yang harus kukalahkan.”
“Dan
orang dalam di kelas D yang sepertinya mengganggumu. Jadi kamu mencoba untuk
mengungkapkan identitas orang ini.”
Kouenji
sepertinya mengerti dengan inti dari masalah ini tanpa membutuhkan penjelasan
dari Ryuuen. Hal ini sedikit tidak terduga dari orang yang tidak memiliki
kesadaran akan apapun yang secara pribadi ia tidak tertarik.
“Tepat
sekali.”
“Kalau
begitu aku minta maaf karena telah mengecewakanmu, tapi aku sama sekali tidak
tertarik dengan masa depan kelas D atau maupun kelas yang lain. Aku tidak
pernah melakukan yang penting dalam ujian sampai sekarang dan aku tidak berniat
untuk melakukannya di kedepannya. Apakah sangat menyenangkan dengan membuang
waktu kepada orang yang seperti itu?”
“Sangat
lucu sekali, kalau begitu bisakah kamu menjelaskan mengenai ujian zodiak itu?
Rumornya sudah tersebar, kamu tahu?”
“Baiklah,
kamu cukup berpengetahuan.”
Saat
ujian zodiak itu, Kouenji berhasil menebak dengan cemerlang identitas serigala
dari grup ‘Kera’ yang dia ditugasi. Tetapi meskipun seseorang menyadari bahwa
kelas D menang dari hasil itu sendiri, ini cukup sulit untuk menebak dengan
benar murid itu.
Dia
melakukan pekerjaannya dengan benar. Atau mungkin dia hanya menebak Kouenji
karena dia yang ditugaskan ke dalam grup ‘Kera’. Dia mungkin telah yakin akan
hal itu setelah Kouenji tidak mengelak gugatannya.
“Itu
hanya caraku menghabiskan waktu. Aku tidak bisa menghadiri semua pertemuan yang
membosankan itu, jadi aku memutuskan untuk mengakhiri semua itu yang merupakan
jalan pintas menuju kebebasan. Hanya itu saja.”
Kouenji
mengeluarkan HP-nya dan menukarnya ke mode kamera agar dia bisa melihat
dirinya. Tampaknya dia berniat untuk menggunakannya sebagai pengganti cermin
tangannya.
“Bukan
berarti kita bisa mengeluarkanmu dari kemungkinan bahwa kamu yang mengambil
peran pada ujian-ujian yang lainnya juga. Dengan kata lain, tidak ada jaminan
bahwa kamu bukan dalang dari kelas D, ya kan?”
“Itu
benar tetapi kalau itu kesimpulan yang kamu tarik, berarti kamu hanya orang
bodoh yang hanya memiliki otak yang sedikit.”
Ishizaki
mencoba untuk memulai kekerasan tapi Ryuuen tertawa dan menghentikannya.
Namun,
balasan yang cemerlang itu patut dipuji. Kalau kamu tetap bersikeras menyatakan
bahwa orang yang tidak bersangkutan itu sebagai dalangnya maka akan membuatmu
terlihat seperti orang bodoh.
“Kuku,
baik cukuplah. Kalau kamu mengatakan yang sejujurnya maka itu berarti kamu
keberadaan yang tidak berbahaya bagiku.”
“Iya.
Aku suka denganmu yang mudah untuk mengerti dengan cepat, Dragon Boy.”
Sakayanagi
tiba-tiba tertawa pada saat dia mengatakan Dragon Boy. Tapi Ryuuen
menghiraukannya dan mengganti topik sepenuhnya.
“Lalu
apa yang akan kamu lakukan kalau aku menyuruh orang-orang ini untuk menghukummu
di sini? Sebagai balasan untuk ujian zodiak, tanpa ada alasan tertentu. Apa
yang akan kamu lakukan kalau aku mencoba menundukkanmu melalui kekerasan yang
tak berarti?”
Horikita
mencoba untuk bereaksi untuk mengganggu keadaan ini tapi sebelum dia sempat
melakukannya, Kouenji tertawa.
“Barusan
itu pertanyaan yang tidak masuk akal. Kamu tidak akan memilih pilihan itu di
sini. Tidak ada yang bisa didapatkan dari kekerasan di tempat umum seperti ini,
benarkan?”
“Sayang
sekali, aku tidak sedang mengutamakan untuk berpikir mengamuk bahkan di tempat
yang tidak nyaman seperti ini. Disamping keuntungan dari perbuatan seperti itu.”
“Oh
begitu. Kalau begitu ijinkan aku untuk memberi jawaban. Kalau kamu sempat
memilih pilihan itu, aku akan mengalahkan siapapun yang menghadapiku untuk
melindungi harga diriku.”
“Maksudmu
kamu bisa melakukan hal itu dengan dirimu sendiri?”
“Aku
sangat sulit membayangkan alasan untuk aku tidak bisa.”
Sambil
mendengar percakapan yang menarik itu, Sakayanagi tersenyum dari jauh.
“Sepertinya
kita salah target. Kouenji tidak tampak seperti X. Dia hanya gila dalam hal
yang berbeda. Yang terlihat hanya itu saja darinya.”
“Hal
yang paling penting adalah kita telah menghilangkan kesalahpahaman ini.”
“Biarkan
aku bertanya kepadamu, Kouenji. Poin kelas D sedang meningkat dengan stabil.
Dan pastinya ada seseorang yang pintar dibalik semua ini. Kalau bukan kamu
berarti siapa dia? Apakah seseorang dari rakyat jelata yang mengikuti kita ke
sini seperti sekumpulan orang bodoh?”
Untuk
pertama kali, Kouenji melihat ke arah kita. Tapi dia mengejek, mengangkat
bahunya dan dengan segera kehilangan minat.
“Aku
tidak masalah untuk menjawab pertanyaan itu tapi---.”
“Bolehkah
aku berbicara sebentar?”
Sakayanagi
berbicara sambil tetap duduk di kursi seakan dia memotong pembicaraannya
Kouenji.
“Itu
topik yang menarik untuk dibicarakan. Sesuatu hal tentang seorang murid dari
kelas D yang mengganggu jalan kelas C? Aku sudah mendengar kalau Dragon Boy-san
sedang mencari orang itu tapi benarkah rumor itu sebuah kenyataan?”
“Aku
bilang tutup mulutmu, Sakayanagi. Dan juga, kalau kamu memanggilku dengan
sebutan itu lagi akanku bunuh kau, mengerti?”
“Fufu.
Kamu tidak suka ya? Menurutku itu nama yang sangat bagus. Kalau begitu aku
minta maaf, hanya tampaknya seperti sesuatu yang tidak bisa aku cukup pahami
sedang terjadi.”
Diikuti
dengan tawaan kecil. Lalu Sakayanagi melanjutkan pembicaraan tanpa
memperhatikan hal itu.
“Bukankah
ini hanya rencanamu yang telah dihancurkan oleh seseorang dari kelas D? Ini
adalah salah satu landasan dari konflik antar kelas di sekolah ini.
Menyingkirkan kelas lain bukanlah hal yang aneh, ya kan? Sebagai bukti, kamu
dan aku sudah bertarung tepat seperti itu sudah beberapa kali. Aku tidak tahu
siapa orang ini tetapi bukankah menurutmu menyembunyikan identitas seseorang
kedalam gerakan merupakan cara bertarung yang cemerlang? Haruskah kamu pergi
keluar hanya untuk menginterogasi seorang murid yang tidak bersangkutan seperti
ini? Sejujurnya, dari sudut pandangku ini sangatlah menyedihkan.”
“Akan
aku akui rencanaku telah dirusak oleh si X ini, tapi bukan itu masalahnya di
sini. Aku melakukan hal ini hanya untuk menarik keluar orang yang diam-diam
bersembunyi dari belakang. Hanya semacam itu permainannya.”
“Oh
begitu rupanya. Jadi melakukan tindakan pemerasan seperti ini juga termasuk dalam
rencanamu?”
“Itu
benar, aku tidak akan malu karena kekerasan, jika hal itu yang dibutuhkan saat
ini. Aku suka melakukannya dengan caraku sendiri.”
“Kalau
begitu, kamu tidak hanya bertindak menyedihkan tetapi juga memperlihatkan
seberapa tidak kompetennya dirimu? Aku sudah mendengar cukup banyak dari
Masumi-san dan Hashimoto-kun tentang rencanamu di pulau tak berpenghuni yang
hancur itu. Jika kamu telah melakukan penelitian dengan benar, kamu seharusnya
sudah tahu dengan jelas kalau dia orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan
hal ini. Yang pertama, aku dengar orang yang berada dibalik kejadian di pulau
tak berpenghuni adalah Horikita Suzune. Aku ingin tahu benar atau tidaknya
orang misterius yang sedang kamu cari saat ini?”
Kata-kata
dan mata yang tajam dari Sakayanagi menyerang Ryuuen.
“...kamu
yakin kalau ini bukan hanya sebuah alasan atas rencanamu yang gagal...?”
Seakan
mencoba untuk menyambungkan perkataan dari Sakayanagi, seorang murid dari kelas
A bergumam akan hal itu dengan suara yang rendah.
“Itu
terlalu berlebihan, Kitou. Meskipun begitu Ryuuen tidak sebodoh itu.”
Yang
melanjutkan perkataan itu ke Ryuuen sepertinya Hashimoto namanya, kalau tidak
salah. Tetapi Ryuuen tidak menunjukkan kegelisahan terhadap hasutan-hasutan dari
Sakayanagi dan rombongannya. Karena itu adalah sesuatu hal yang paling Ryuuen
mengerti.
“Jangan
bercanda, Sakayanagi. Aku telah memanipulasi Katsuragi untuk menanda tangani
sebuah kontrak.”
Daripada
menyangkal pernyataan itu, dia malah mengganti topik. Ini seakan dia ingin
mengatakan kalau ini adalah gilirannya untuk menyerang sekarang.
“Kontrak,
ya? Iya, kalau aku ingat, disitu tertuliskan ’sebagai ganti untuk bantuan dari
kelas C saat di pulau, private point akan dibayarkan sebagai kompensasinya’.
Untuk lebih jelasnya lagi, ada klausa ’20.000 poin setiap bulannya sampai lulus’,
kalau tidak salah.”
Sakayanagi
juga meresponnya tanpa ada keraguan akan hal itu.
“Huh?
Apa maksudnya itu? Apa yang sudah kalian lakukan di belakang? Apa kamu tidak
apa dengan hal itu!?”
Sudou
menggonggongkan keluhannya.
“Tidak
ada masalah dengan peraturan. Ini adalah suatu hal yang kedua kelas kita
setujui. Kita akan mendapatkan poin kelas yang seharusnya milik kelas C dan
sebagai gantinya dengan memberi kompensasi kepada mereka...dengan kata lain,
kita hanya membayar kelas C dengan menggunakan poin pribadi.”
Aku
tahu kelas A dan C telah bersekutu saat ujian di pulau itu tapi aku tidak
tahu kesepakatan apa yang mereka
lakukan. Ini benar-benar kesepakatan yang sangat bagus. Dengan menghabiskan
semua poin mereka dan meninggalkan kelas A dengan 270 poin yang bisa digunakan
di pulau (dikurang 30 poin karena Sakayanagi absen) selagi menawarkan 20.000
poin pribadi sebagai gantinya.
Kalau
dilihat awalnya, ini mungkin seperti kelas C yang menang tetapi yang terpenting
adalah memimpin poin kelas di akhir ujian. Karena yang menentukan peringkat
kelas adalah poin kelas. Hampir bisa dibilang poin pribadi dialokasikan ke kamu
hanya sebagai sebuah bonus. Hasilnya, Katsuragi mungkin akan kehilangan poin
tapi jika dia tidak, hasilnya mungkin akan sama kalau tidak jauh lebih buruk
untuk kelas A. Maksudnya di sini adalah perbedaan antara poin kelas itu yang
membuatnya penting.
Jika
mereka melakukan cara yang biasa saat ujian di pulau, maka mereka hanya akan
memiliki sedikit poin yang tersisa dan perbedaan antara mereka dan kelas B akan
menyusut secara proporsional.
Tapi
mengapa mereka mengungkapkannya sekarang setelah mereka merahasiakannya selama
ini? Ini sesuatu yang mungkin sama halnya dengan Sakayanagi yang sedang mem-bully
Ryuuen. Pertama Ryuuen mengejek Sakayanagi dan sekarang Sakayanagi membalas
perlakuan itu, mungkin semacam itu yang bisa aku pahami dari ini.
“Bukan
aku yang akan terkena masalah karena telah terbongkar semua ini, tetapi kalian.
Kelas lain akan tahu kalau kita telah mengambil 20.000 poin dari kalian setiap
bulannya tanpa pengecualian.”
“Ini
akan tersebar secepat mungkin kalau kamu mau. Tidak ada masalah dengan
mengkhawatirkan hal itu. Lagipula, yang menyusun ide untuk kontrak itu adalah
Katsuragi-kun.”
Karena
dia tidak ada pada saat di pulau dan karena dari itu ini tidak ada sangkutan
dengan dirinya, jadi Sakayanagi tidak harus khawatir tentang bocornya hal ini.
Tidak,
masih ada kemungkinan bahwa dia yang memerintah kelas sebelumnya untuk tidak
melakukan hal yang tidak dibutuhkan lainnya tapi mengingat bagaimana mereka
berdua pernah bekerjasama sebelumnya, mungkin dia sengaja membuat mereka
kebingungan. Buktinya, Katsuragi sekarang tidak sedang aktif selagi Sakayanagi
mendominasi kelasnya.
“Sialan,
kalau begitu kelas C mendapatkan uang saku bulanan yang sudah pasti.”
“Jangan
mau kena tipu, Sudou-kun. Itu semua poin kelas C yang harusnya diterima tapi
mereka memilih untuk mengorbankannya. Bukan berarti mereka mendapatkan apapun
dari itu.”
“Benarkah
begitu, Suzune? Kita juga bisa mendapatkan 200 poin kelas dari ujian di pulau
itu, kamu tahu? Ditambah lagi, kelas yang harus membayar mereka dan ini akan
terus berlanjut sampai kelas A tumbang.”
“Kamu
salah, Ini memang sama tapi apa yang akan kita terima berupa poin pribadi. Ini
sangat berbeda dengan poin kelas.”
Kalau
tujuan Ryuuen adalah kelas A maka dia memang benar-benar belum mendapatkan apa
pun. Anggapan itu, bisa dibilang komentar dari Horikita benar. Tapi faktanya
kurang lebih 800.000 poin pribadi, dalam bentuk uang, yang mengalir dari kelas
A ke kelas C juga penting.
Meskipun
kelas C selanjutnya akan kehilangan poin dan tidak tersisa sama sekali,
setidaknya mereka dijamin mendapatkan uang bulanan yang minim. Meskipun sedang
diburu oleh faksi Sakayanagi, faksi Katsuragi benar-benar memberi mereka
tumpangan yang gratis.
“Apakah
kamu sudah selesai berbicara? Sepertinya kamu suka sekali untuk ikut campur.
Aku bukan bermaksud untuk mengelak akan hal itu tapi aku meminta kamu berhenti
untuk menggangguku lagi. Ini akan sangat tidak menyenangkan untuk membuang
waktu dengan mendengarkan pendapat-pendapatmu yang tidak berguna itu.”
“Tunggu
sebentar, Kouenji. Kamu belum memberikanku jawabanmu.”
Seakan
dia baru mengingatnya, Kouenji menatap langit sebentar.
“Suatu
hal tentang orang yang pintar dari kelas D, ya? Sejujurnya, aku belum
memikirkannya ...lagipula, ini akan lebih baik kalau aku tidak menjawabnya.
Kamu sedang memburu jawaban itu sampai membahayakan dirimu. Ini bukanlah hal
yang benar untuk merebut semua kepuasan itu darimu. Aku hanya menikmati masa
mudaku di sekolah ini. Hanya itu. Kalau sekolah ini bisa membuatku semangat
maka ceritanya akan berbeda tapi aku rasa itu tidak akan terjadi. Kalau begitu,
aku akan mencintai perempuan-perempuan cantik dan menuju yang lebih tinggi
lagi. Dan aku akan melanjutkan untuk membangun keindahanku sendiri. Hanya itu
saja.”
“Jadi
kamu tidak akan berpartisipasi dalam konflik kelas?”
“Aku
tidak pernah dan tidak akan pernah. Itu yang dari awal aku sampaikan. Dari
sudut pandangku, kelas A maupun kelas C mungkin sama saja. Semua orang yang ada
di sini membosankanku.”
“Apa
yang barusan kamu katakan?! Ryuuen-san, orang ini barusan mengejek kita! Mari
kita beri dia pelajaran!”
Telah
diremehkan, Ishizaki mengangkat kepalan tangannya kepada Kouenji. Tetapi orang
yang bertindak membenarkan perkataan Kouenji sebelum Ryuuen adalah Sakayanagi,
yang tidak melakukan apapun tapi tersenyum dan menggodanya dari kejauhan.
Sepertinya ada sesuatu mengenai perkataan Kouenji yang tidak bisa dia abaikan.
“Aku
tidak bisa pura-pura untuk tidak mendengar hal itu. Dragon Boy-san lah
yang---.”
Tepat
setelah ia mengucapkan kata-kata itu, Ryuuen dengan cepat mendekat kearah dia
dan meluncurkan sebuah tendangan tanpa menahannya sama sekali.
“Woah--!?”
Hashimoto
menjadi panik dan berdiri di antara Sakayanagi dan Ryuuen lalu memblokir
tendangan itu dengan lengan kirinya.
Tapi
karena benturan yang kuat, Hashimoto terlempar ke samping dan terjatuh ke
beton.
Kalau
Hashimoto tidak datang menghadangnya, pastinya Sakayanagi yang akan tertendang tepat
di mukanya. Hashimoto dan murid laki-laki yang satunya bernama Kitou memasang
sarung tangan dan mulai sikap bertarung untuk melawan Ryuuen.
“Apakah
aku mengganggumu?”
“Aku
bilang kalau kamu menyebutnya lagi akan kubunuh kamu.”
“Cukup
hentikan. Perilakumu barusan itu adalah masalah besar.”
Menyaksikan
penyerangan itu, Horikita memberinya peringatan tetapi Sakayanagi yang
menghentikannya.
“Apa
ada masalah barusan, Hashimoto-kun?”
“Tidak.
Aku hanya terjatuh sendiri.”
Sambil
membersihkan kotoran yang ada di bajunya, Hashimoto perlahan berdiri.
“Seperti
yang dia katakan, Horikita-san.”
“...kamu
gila ya, kalian berdua, kamu dan Ryuuen sama-sama gila.”
Kelas
A, di bawah kepemimpinan Sakayanagi, tidak memberikan keluhan untuk menentang
tindak kekerasan ini.
Sebaliknya,
mereka lebih memilih untuk menghilangkannya.
“Aku
harus minta maaf, Ryuuen-kun. Karna sepertinya aku telah menyinggungmu
berlebihan.”
Setelah
meminta maaf, dia melihat ke arah Kouenji.
“Kembali
ke topik sebelumnya, apa yang membuat semua orang di sini, termasuk aku, yang
membuatmu bosan?”
Bagi
Sakayanagi, komentar yang diberikan oleh Kouenji lebih mengkhawatirkan daripada
Ryuuen yang ada di depannya. Ryuuen juga, menjadi tak acuh, mulai menjaga
jaraknya dengan Sakayanagi.
“Aku
bersumpah, hal semacam ini....”
Gejolak
dan amarah Horikita bisa dimengerti.
Semua
orang yang ada di sini masing-masing memiliki sedikit keunikan.
“Apakah
kamu tidak suka dengan apa yang aku katakan, Little Girl?”
Menuju
kearah kursi yang Sakayanagi tempati, Kouenji membuka telapak tangannya dan
menunjuk ke arahnya.
“Kuku.
Little Girl, ya? Menurutku itu panggilan yang bagus.”
Seakan
ia membalas untuk panggilan Dragon Boy, Ryuuen mengejeknya.
“Kouenji-san,
kamu salah dalam penggunaan bahasa inggrismu. Aku bukan anak perempuan yang kecil.”
“Fu.
Fu. Fu. Aku yang menentukan hal itu. Bukan kamu. Aku tidak membuat kesalahan
dalam penggunaan katanya. Penggunaan kata ‘girl’ cocok untuk bentuk fisik dan usiamu,
makanya aku memutuskan untuk memanggilmu itu.”
“Hal
itu yang membuatmu salah. Menurut penggunaan kata ‘little girl’ digunakan untuk
anak perempuan seusia SD. Di dunia ini tidak hanya mengijinkanmu untuk
bertindak semaumu.”
“Itu
merupakan kebijakanku untuk tidak mengikuti akal sehat.”
Dia
mengibaskan rambutnya kebelakang.
“...Sudah
cukup, Kouenji.”
Kitou
mengambil langkah ke depan. Dia bergerak untuk melepaskan sarung tangannya.
Awalnya aku pikir itu merupakan sesuatu yang dia pakai untuk melindungi dari
kedinginan tetapi sepertinya bukan begitu.
“Ada
apa dengannya? Kukira akan ada iblis yang keluar kalau dia melepas sarung
tangannya.”
“Maksudmu
apa?”
Karena
Sudou tiba-tiba mengatakan ‘iblis’ aku tanpa sengaja menanyakan hal itu.
“Loh,
kamu nggak tau? Itu dari manga yang dulunya pernah populer. Manga yang kalau
mereka melepas sarung tangannya, nanti akan ada iblis yang keluar dan mereka
berkelahi melawan para iblis.”
Aku
belum pernah mendengar sebelumnya tapi lagipula, aku belum pernah membaca manga
sebelumnya.
“Aku
tidak ada keperluan dengan kelas A. Mundurlah.”
“Tolong
setidaknya biarkan aku memperbaiki perkataannya.”
“Fufufu,
ini sebenarnya bukan hal yang buruk untuk diperebutkan oleh kalian tapi
sayangnya untuk masalah perempuan dan laki-laki, aku lebih memilih yang lebih
tua dari aku.”
Kouenji
mempermainkan sang perwakilan kelas Sakayanagi dan Ryuuen.
Bukti
yang paling menunjukkan kalau akal sehat tidak mempan kepadanya yang membuatnya
paling kuat, dalam arti tertentu. ‘Ketidak warasan’ mungkin bisa dihitung
sebagai kekuatan yang setara dengan kekerasan dan kebohongan.
“Aku
senang bisa bertemu denganmu hari ini. Pergilah dari sini.”
Ryuuen,
yang kesusahan berurusan dengan Kouenji. Karena dia tahu kalau tidak ada
informasi lagi yang bisa ia dapat darinya, dia mendesaknya untuk pergi.
“Baiklah.
Selamat tinggal.”
Mungkin
yang menjadi angin topannya di sini adalah Kouenji bukan Ryuuen. Kejadian ini
berakhir dan menjadi sunyi.
“Tampaknya
waktu melihat-lihatnya telah berakhir. Apa sebaiknya kita kembali saja?”
“Sebaiknya
kamu menantinya dengan senang hati di semester 3 nanti, Sakayanagi.”
“Kalau
kamu sudah selesai berurusan dengan kelas D, maka aku akan menjadi musuhmu
kapanpun.”
Meninggalkan
kata-kata itu, murid-murid dari kelas A pergi.
“Apa
kita pergi juga dari sini, Horikita?”
“Iya...aku
tidak bisa terus-terus terganggu dengan urusan seperti ini lagi.”
Sudou
sudah mengambil kebanyakan dari serpihan cermin yang jatuh tadi dan untuk
sekarang bisa dikatakan keadaan kembali seperti biasa.
“Tapi
dia terlihat kurang tertarik dengan Kouenji daripada yang kubayangkan....”
Horikita
sepertinya ragu dengan tindakan Ryuuen. Di samping itu, keraguan itu juga
menular ke kelas C.
“...apakah
tidak apa-apa untuk membiarkannya pergi?”
“Jika
dia orang yang aku cari, aku tidak akan membiarkannya pergi.”
“Meskipun
dia terlalu banyak mencurigakan. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan dan ada
kemungkinan kalau dia juga berbohong, ya kan?”
“Pola
pemikiran kita berbeda. X berpikir sama sepertiku. Aku tidak bisa membayangkan
kalau dia yang melakukan semua itu dari belakang. Lagipula, apakah dia terlihat
seperti orang yang tipenya bisa bekerjasama dengan Horikita?”
“Itu
memang sulit untuk dibayangkan. Lalu mengapa kamu menargetkan Kouenji?”
“Yo.
Apa yang kalian semua pikirkan tentang Kouenji?”
Setelah
melepaskan tatapan matanya dari Kouenji, Ryuuen melihat kearah kita dengan
sebuah senyuman yang menyeramkan.
“Kalian
dari tadi hanya berbisik-bisik. Aku tidak tahu maksudmu itu.”
Sudou,
tidak bisa mengerti tindakan Ryuuen, sedang memelototinya sambil mengancamnya
dengan genggaman tangan.
“Orang
idiot diam aja.”
“Apa
kamu bilang!?”
Horikita
menghentikan Sudou dengan tatapannya.
“Ryuuen-kun,
tindakanmu sudah kelewatan batas. Yang membuat ini menjadi susah untuk
dicerna.”
“Kalau
begitu berarti aku melakukan sesuatu hal yang benar.”
Meskipun
dia telah ditegur, Ryuuen tidak memperhatikannya sama sekali. Sebaliknya, dia
terlihat semakin menyukai keadan ini.
“Aku
sudah bisa cukup mempersempit kandidat untuk hari ini, Suzune. Mengenai
keberadaan yang merayap-rayap di belakangmu.”
“Aku
tidak bermasud untuk mendengarkan apapun yang kamu katakan. Hanya membuang
waktu saja untuk menghiburmu. Yang paling penting, aku ingin kamu untuk tidak
mendekati teman sekelasku lagi.”
“Aku
bebas untuk memilih untuk mendekat atau menjauhi. Aku tidak melanggar peraturan
apapun di sini.”
Orang
yang pertama kali melanggar peraturanlah yang menggunakan kata peraturan
sebagai pelindungnya.
“Tapi
sepertinya permainan ini akan segera berakhir. Aku akan menunggunya di akhir
nanti.”
Menyingkatnya
dengan itu, Ryuuen melihat ke arah Sakayanagi dan rombongannya lalu pergi.
“Akhirnya
dia pergi. Mari kita pergi. Untuk saat ini, kita ke tempatnya Hirata-kun dengan
cepat.”
“Tapi
bagaimana dengan Ryuuen? Kamu berpikiran kalau dia mau melakukan sesuatu, bukan?”
“Aku
tidak tahu. Menurutku tidak ada satu orangpun yang bisa memahami apa yang ingin
dia lakukan.”
Sepertinya
persiapan Ryuuen telah selesai. Dengan sadar akan hal itu, aku melihat Ryuuen
pergi.
pertamax yeay keluar
BalasHapusNice.. next capt
BalasHapusLanjut min sampai Epilog, gak sabar nihh lihat Ayanokoji hajar Ryueen
BalasHapusSelesaiin dulu min chapter 5 bagian 4 nya vol 6 sama epilognya
BalasHapusIyh min tolong selesaikan volume 6 aja dulu, ini cuma permintaan sih
BalasHapus#Pertamax thanxs
lanjut bro
BalasHapusMakasih min, always thankyou for your hardwork
BalasHapusTrima kasih atas kerja kerasnya min... lakukan yg terbaik!!
BalasHapusDi tunggu kelanjutannya.
Vol 6 -_-
BalasHapusHalah.....
Tolong selesain lah min ...
Gimana gitu rasanya menang paper shuffle tapi ga tau bagaimana bisa menang ... !
mantap min, lanjut
BalasHapusMin yang dilanjutun yang mana kok sudah sekitar 2 minggu gak up
BalasHapusMin, ente gabung group fb Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no KyouShitsu e Indonesia ngga? Ane dah lama ngirim permintaan gabung, tapi ngga kunjung dikonfirmasi.
BalasHapusnjer, lama ga hadir kesini .-.
BalasHapusmin lanjutan nya kapan ?
Min blognya gak aktif lg ?
BalasHapusMantap ceritanya, kalau bisa selesaikan dulu vol yang blum selesai seperti vol 5, 6 baru lanjut vol baru :)
BalasHapusup chap 4-epilog,,, :3
BalasHapusTancap gassss
BalasHapusWah udah mati nih blog
BalasHapusYah.. saya gk banyak komentar sih , miminya juga buat nih web gk ada iklanya intinya mimin sudah berjuang dengan baik , moga rezekinya banyak. BTW volume 6nya min kelarin :v .
BalasHapusMin, updatenya ga jalan lagi ya?
BalasHapusyang ngomel masalah selesein dulu vol 6, baca aja dari sumbernya, toh juga udah tercantum di depan. gamau karena bahasa inggris? tinggal copy link, paste di google translate dah. kaga beda jauh sama yg di web ini, cuma di web ini kata kata yang agak nyeleneh di gugel tranlsate di betulin disini
BalasHapusPertanyaan dimanakah tempat saya bisa membaca ln youkouso vol 10 yg katanya liris bulan januarijanuari ini ?
BalasHapusYg skip vol 6 sayang bgt padahal ada bagian tegangnya loh lebih baik baca dari sumber nya
BalasHapusMin sudah gak up lagi ya???
BalasHapusemg di mana sumbernya gan? translate indo kah apa inggris?
BalasHapussayang bgt pdhl gua suka nih blog buat baca novel, tp malah dh off
BalasHapusKapan up lagi min...??
BalasHapusUntuk admin yang terhormat, apakah tidak update lagi untuk volume 2 & 3 ? Soalnya masih banyak yang kosong. Terimakasih sudah menyediakan situs ini semoga admin sehat selalu
BalasHapusGua suka nih blog, sehat slalu min byank rizki dan cpet update lg hehe
BalasHapusupdate chapter seterusnya min ...Gk sabar liat ayanokoji yang biasa diem tiba tiba ngehajar ryuen ngelindungin karuizawa hehehe
BalasHapusMin,tolong up volume 7 chapter 4 dan seterusnya dong,penasaran nih
BalasHapusMin, gak update lagi bukan?
BalasHapusSayang, naggung
Project ini masih lanjut atau drop? Kalau udah drop mau saya ambil nih?
BalasHapusLah chap 4.5 sama epilog gak sa di buka 😭
BalasHapus