PERUBAHAN
KELAS D
Diterjemah Oleh: Akemi Kajitani
Festival olahraga berakhir pada
pertengahan Oktober, sekitaran musim yang mulai mendingin.
Sekolah mengadakan pemilihan umum
untuk memutuskan siapa yang akan bertanggung jawab atas dewan murid berikutnya.
Segera setelah pemilihan selesai, sekolah mengadakan upacara pelantikan dewan
murid. Itu merupakan acara berskala besar yang mengumpulkan murid dari seluruh angkatan sekolah ke ruang olahraga. Namun, bagi sebagian besar murid tahun pertama, itu
adalah pengalaman yang sangat bagus. Mereka mengantuk, tetapi mereka berusaha
untuk tetap diam dan memperlambat napas mereka sehingga para guru dan senior
tidak akan memperhatikan mereka.
"Sekarang, inilah sepatah
kata akhir dari presiden dewan murid, Horikita."
Setelah pembicaraan dari
moderator, Horikita Manabu perlahan-lahan mendekati mikrofon di atas panggung.
Jika itu adalah Horikita yang
sebelumnya (yang lebih muda yang aku maksud) hanya dengan melihat kakaknya di atas
panggung, mungkin akan membuatnya takut. Tapi sekarang, saat dia memperhatikan proses pengunduran jabatan kakaknya, dia menatapnya dengan tatapan tegas.
"Saya merasa bangga dan
bersyukur karena mampu memimpin murid selama hampir dua tahun. Terima
kasih banyak."
Setelah pernyataan singkatnya,
kakak Horikita pelan-pelan mundur dan kembali ke posisi semula.
Tidak ada kata-kata yang
menggerakan di dalam pidatonya. Bisa dikatakan bahwa itu adalah pernyataan yang
serius dan berdedikasi.
Namun, bukan berarti upacara pelantikan
akan berakhir hanya dengan ini.
Anggota dewan murid di atas
panggung yang bersamanya berdiri tegap, tidak mematahkan postur mereka yang
kuat.
"Presiden dewan murid
Horikita telah bekerja sangat keras untuk kalian semua. Sekarang, sambutlah presiden dewan murid yang baru,
murid tahun kedua Kelas A, Miyabi Nagumo."
Miyabi Nagumo, presiden dewan murid
yang baru, berjalan ke depan dan berdiri di depan mikrofon.
Di antara anggota dewan murid yang
dengan hangat mengawasi dia di atas panggung, sosok Ichinose bisa terlihat.
"Saya, Miyabi Nagumo dari tahun kedua kelas A. Presiden Horikita, saya sangat menghargai bimbingan Anda yang
ketat dan baik sejauh ini. Saya merasa terhormat dan ingin menghormati Anda.
Saya bersyukur karena dapat menemani presiden legendaris yang telah memainkan
salah satu peran kepemimpinan terbesar dalam sejarah sekolah ini. "
Dengan itu, dia membungkuk dalam
ke arah kakak Horikita, dan kemudian kembali menghadap para murid.
"Biarkan saya perkenalkan
diri lagi. Nama saya adalah Miyabi Nagumo. Saya akan menjadi presiden dewan murid
selanjutnya di SMA Koudo Ikusei ini. Mohon bantuannya."
Sangat berbeda dari sikap
yang aku lihat di festival olahraga. Nagumo sangat sopan dan lembut. Ekspresi
dan sikapnya yang dia pegang selama akhir lomba estafet menghilang sepenuhnya.
Tapi aku merasa seperti kami yang hanya memperlihatkan topeng saja.
Nagumo tersenyum tipis dan kecil hingga
suasana berubah tenang.
"Saya akan langsung ke
intinya. Pertama-tama, saya berjanji akan mengubah syarat dan metode pendaftaran
dan pelantikan dewan murid serta praktek pemilihan umumnya. Ini artinya, mengubah tanggal pemilihan umum murid dari
Desember sampai Oktober. Perubahan ini akan menjadi upaya untuk generasi baru bagi
dewan murid dan saya menilai bahwa itu akan terjadi ketika dewan murid yang
baru akan bergerak menuju era baru. Saya akan mengubah masa jabatan presiden
dan para anggota dari syarat dan menjadi masa jabatan yang tidak terbatas sehingga
mereka dapat melayani sampai mereka lulus. Pada saat yang sama, saya akan
menghapuskan syarat jumlah anggota dewan murid. Dengan kata lain, selama dia
adalah orang yang sangat baik dan dibutuhkan, mereka dapat menjadi salah satu anggota dewan murid setiap saat terlepas dari jumlah tempat yang tersedia. Jika
seseorang dinilai tidak layak untuk menjabat, saya akan membuat sistem suara
mayoritas pada pertemuan untuk mengeluarkan mereka dari posisi mereka. Sebagai
titik awal, izinkan saya membuat pemberitahuan kepada para murid, guru, dan mantan
presiden dewan murid yang berkumpul di sini. Sistem sekolah masa depan... saya akan
menghancurkan semua yang telah dipertahankan oleh dewan muird sebelumnya demi sekolah."
Dia berbicara begitu kuat, terlihat memusnahkan semua hasil kerja keraas mantan presiden dewan murid yang
berdiri di belakangnya.
"Awalnya saya ingin menerapkan
sistem baru ini segera, tapi sayangnya, saya tidak bisa melakukan itu. Ini
karena presiden dewan murid yang baru akan terikat dengan berbagai macam kendala pada saat
pertama kali menjabat."
Nagumo melirik Horikita, mantan presiden dewan murid, dan kemudian kembali ke murid.
"Saya berjanji, akan ada
revolusi besar dalam waktu dekat. Murid dengan kekuatan akan naik ke atas dan
mereka yang tidak memiliki kekuatan akan jatuh ke bawah. Saya akan mengubah
sekolah ini menjadi meritokrasi nyata, jadi, silahkan tunjukkan apa yang kalian
semua bisa dilakukan. "
T/N: Meritokrasi, adalah penghargaan/bayaran/imbalan
yang diberikan.
Ruang olahraga segera bungkam
oleh deklarasinya, tetapi hampir semua murid mulai berteriak gembira dan
menjadi ribut. Mungkin ada pertempuran antara tahun kedua dan tahun ketiga yang
tidak kami ketahui. Itu adalah acara yang membuatku merasa seperti itu.
***
Salah satu acara tersebut
berakhir, dan setelah sekolah pada hari tertentu, sekarang sedang pertengahan
semester dua.
Lingkunganku mulai berubah
sedikit demi sedikit. Kelas D yang melewati pulau tak berpenghuni dan festival
olahraga yang berantakan, tetapi kami mulai memiliki kerja sama sebagai sebuah
kelas. Perkumpulan teman kecil setiap orang berangsur-angsur mulai melebar, dan
orang-orang yang berpikir bahwa mereka tidak bisa bersosialisasi menjadi lebih
baik dalam menangani satu sama lain.
Sikap semua orang terhadap kelas
juga meningkat secara signifikan. Di masa lalu, Kelas D punya masalah dengan
murid yang datang terlambat, tidur di kelas, berbicara selama pelajaran, dan
melakukan semua jenis pelanggaran. Dalam hal ini, terutama Sudōu menunjukkan
perubahan.
Setelah festival olahraga, meskipun
jumlah hari sejak saat itu relatif singkat, jelas sekali bahwa sikapya terhadap
sekolah sudah meningkat. Kadang-kadang dia terlihat sedikit mengantuk di kelas,
tapi itu mungkin karena dampak dari latihannya yang berat di klub bola basket.
Bahkan jika dia tertidur, dia selalu meluangkan waktu untuk menulis catatan. Karena
itu penting baginya untuk mendapatkan pelajaran demi Horikita dan masa depan
kelas. Mungkin perhatiannya selama kelas memiliki dampak dalam sesuatu juga.
Sikap kasar yang dia miliki
bersama teman-temannya, Ike dan Yamauchi, menjadi lebih lembut.
Dia tidak ingin pendapat Horikita
yang dicintainya tentang dirinya semakin memburuk dengan membiarkan dia
menyaksikan hal yang memalukan. Aku pikir, sebagian besar inilah yang
memotivasi dia untuk berubah.
Singkatnya, Sudo tumbuh dengan baik dan dia mulai mendapatkan reputasi yang lebih baik di antara teman-teman
sekelasnya.
Pada saat yang sama, ada
perubahan, tidak hanya terjadi pada reputasi Sudō, tapi pada diriku juga.
Apa itu hal yang baik atau buruk,
bagaimanapun, sulit untuk dikatakan.
"Apa kau sendirian?"
Saat aku memikirkan situasi, aku
ditegur oleh orang di samping tempat dudukku.
"Memangnya kenapa kalau sendirian?"
Tetangga sebelahku, Horikita,
sepertinya tertawa kecil. Aku menatapnya dengan tatapan kosong.
"Teman tersayangmu, Ike-kun
dan Yamauchi-kun. Mereka jadi lebih sering mengajakmu."
"Benarkah?"
Faktanya, dia cenderung selalu
menunjukan secara ekstrem bagian buruk dari kepribadiannya.
"Ara, maaf. Saat makan
siang, kau terlihat sendirian. Sepulang sekolah, kau juga sendirian."
Kami menyaksikan Ike dan Yamauchi
meninggalkan ruang kelas bersama Professor. Apa mereka akan pergi ke Keyaki
Mall bersama?
Aku pikir aku terlihat setenang Sang
Buddha, tapi Horikita sepertinya sudah tahu semuanya.
Benar. Ini akan menjadi bagian
dari perubahan dalam reputasiku sendiri. Setelah festival olahraga, aku sudah
tidak lagi diajak oleh dua orang yang paling dekat denganku. Tidak, itu lebih
seperti mereka yang benar-benar mengabaikanku.
"Tidak mungkin. Mereka pikir
kau adalah orang yang setara dengan mereka, sekelompok murid tidak berguna, kau
dibagian itu. Tapi, ternyata kau sebenarnya menyembunyikan banyak kekuatan
fisik yang tinggi dari mereka."
“Kekuatan fisik yang
tinggi? Kakiku hanya sedikit lebih cepat, itu saja.”
"Tapi gerak kakimu cepat -
terutama untuk seorang murid. Ini sangat cepat. Selain itu, mereka mungkin juga
mulai memperhatikan kejadian aneh lainnya. Mereka mungkin memperhatikan pengukuran
genggaman tanganmu yang lebih tinggi dari rata-rata, benarkan? Orang-orang
memiliki kecenderungan dasar untuk membenci orang lain karena mereka bersikap
baik, dan situasimu sekarang, bahwa kau sudah menyembunyikan keunggulanmu."
Aku tahu hal seperti itu, tidak
perlu dikatakan lagi. Namun, aku juga harus mengakui bahwa aku tidak memiliki
pemahaman yang jelas tentang rata-rata. Bahwa aku percaya, aku "hanya
berlari sedikit lebih cepat" adalah yang sebenarnya terjadi.
"Nikmatilah kehidupan
menyendirimu."
Horikita memberikan tatapan
merendahkan sebelum meninggalkan ruang kelas, rambut panjangnya berkibar.
Meskipun sendirian, cara memerintahnya,
setidaknya sedikit sopan.
Aku melihatnya pergi, dan saat
ini, Karuizawa, yang masih di kelas, melirikku dengan mata yang tak
terlukiskan. Tatapan kami baru saja bertemu, tetapi dia secara alami
memalingkan wajah seolah-olah dia tidak berniat mencariku secara khusus. Jelas ada
niat di balik tatapannya, tapi tanpa mengatakan apa-apa, dia mengikuti Horikita
keluar dari kelas. Panjang roknya yang berkibar jauh lebih banyak daripada
murid lainnya. Seakan mencoba bertahan hidup di dunia yang kesalahannya hanya
satu atau dua sentimeter.
"Bagaimana dia... yah, tidak
masalah."
"Hei, hei,
Ayanokōji-kun."
Ketika aku berpikir tentang apa
yang harus aku lakukan, seorang pengunjung yang tak terduga muncul di sampingku.
Dia adalah tipe perempuan seksi
yang sama dengan Karuizawa. Satō... Aku tidak ingat siapa nama depannya. Dia
adalah perempuan yang sangat baik yang berteman dengan Ike dan Yamauchi di grup
chat mereka di masa lalu. Aku juga ikut di grup chat mereka, tapi kami hampir
tidak punya kepentingan yang sama.
Meskipun dia teman sekelas, dia
adalah salah satu yang hampir tidak pernah aku ajak bicara.
Dia seorang perempuan yang ingin
dekat dengan anak laki-laki dan merasa populer seperti Kushida diantara murid
perempuan, tapi dia tidak populer di antara lawan jenis.
Ike mengatakan bahwa dia terlihat
sangat jahat dan harus terbiasa dengan laki-laki, jadi Ike menolaknya. Benar-benar
hati yang rumit.
Menyangkut waktu kedatangan itu,
dia mungkin sudah menungguku sampai sendirian.
Satō melihat sekeliling ruangan
dengan gugup.
"Ada apa?"
Dalam menghadapi situasi yang
aneh, aku hanya bisa mengajukan pertanyaan seperti itu.
"Em... Ini sedikit..."
Dia tidak membuat dirinya cukup
jelas. Sayangnya, aku tidak bisa berspekulasi tentang kalimat itu. Terlalu sedikit informasi tentang
murid bernama Satō.
"Bagaimana aku mengatakannya,
ya? Apa aku boleh meminjam waktumu? Aku punya sesuatu yang mau aku katakan."
Ini sedikit aneh. Aku sedikit
memperketat kewaspadaanku, tapi aku tidak cukup berani menolak tawaran. Lebih
mudah mengumpulkan keberanian yang cukup untuk menerima daripada mengumpulkan
keberanian untuk menolak.
"Di sini sedikit tidak
nyaman. Kau keberatan kalau kita pergi ke tempat lain?"
Sebelum aku menjawab, Satō terlihat sudah memprediksi bahwa aku tidak akan menolak, dan menawarkan tempat lain. Aku
mematuhinya dan mengikuti di belakangnya.
"Ah..."
Saat aku ingin meninggalkan
kelas, Sakura membuat suara seolah mencoba mengatakan sesuatu, tapi tidak ada
yang keluar dan dia akhirnya berbalik.
Kami keluar dari lorong ke koridor
penghubung ruang olahraga. Untuk sisa waktu setelah makan siang, itu akan penuh
sesak karena murid yang bermain dan berlatih di ruang olahraga akan menggunakan
koridor ini untuk berpindah tempat. Tapi sekarang, semua orang mungkin masih
makan siang, jadi ini adalah salah satu daerah yang paling sedikit orangnya.
Mungkin inilah tempat yang ideal untuk membicarakan sesuatu.
"Aku akan menanyakanmu
sesuatu yang sedikit aneh... Ayanokōji-kun, apa ada seseorang yang saat ini
bersamamu?"
"Er, apa maksudnya?"
"Yah ... secara garis besar,
itu artinya pacar... bagaimana?"
Jika aku ditanya, apa aku harus
memilih di antara "ya" atau "tidak"? Aku tidak akan punya kelebihan
untuk menjawab apa pun selain "tidak."
Mengatakan hal seperti itu seakan menekankan
seberapa tidak populernya aku, dan meskipun aku merasa enggan untuk melakukannya,
tidak ada gunanya berbohong, jadi aku menjawabnya dengan jujur.
"Tidak..."
"Hmm, aku mengerti...
Bisakah aku menganggap seolah-olah kau sedang mencari pacar?"
Dia tidak memandang remeh, juga
tidak mengasihani, tapi malah menunjukkan senyum kecil yang bahagia.
Pada titik ini, aku mulai
mengerti bagaimana keadaannya.
Apa ini jebakan dengan tujuan
menjebakku? Aku waspada, tapi tidak ada tanda-tanda seseorang yang bersembunyi
di dekatnya. Tentu saja, kami belum diikuti sejak keluar dari kelas.
Jadi, apa Sato sendirilah, atau
temannya, sepertinya, berpikir bahwa aku adalah pacar yang baik. Kenapa
tiba-tiba di saat seperti ini?
Apa ini ada hubungannya dengan
bagaimana Horikita mampu menyimpulkan bahwa aku memiliki kemampuan fisik yang
tinggi?
"Jika kau mau memulai dengan
hanya sebatas teman baik ... apa kau akan bertukar nomor telepon denganku?"
Sepertinya, itu bukan temannya
yang meminta, Satō sendirilah yang tertarik.
Tidak pernah terpikir olehku hari dimana permintaan seorang perempuan benar-benar akan datang.
Ini seperti langkah awal sebelum ditembak.
"Bagaimanapun, aku
mengerti."
Aku tidak bisa menemukan alasan
untuk menolak permintaannya bertukar nomor telepon.
Menjalin hubungan akan menjadi
masalah waktu dan garis masa depan. Untuk sekarang, aku hanya diminta untuk
bertukar nomor telepon.
"Baiklah."
Ponsel menunjukkan halaman
pendaftaran kontak yang telah selesai. Menambah jumlah kontak anak perempuan adalah
hal yang paling menyenangkan.
Setelah interaksi singkat ini
dengan Satō, ada ketenangan yang aneh di atmosfer.
"Aku akan menanyakan hal
yang sedikit canggung. Kenapa kau tiba-tiba meminta nomor teleponku?"
Satō tersipu sedikit, dan tidak
membuka matanya.
"Bertanya kenapa... Selama
festival olahraga... Bisakah aku bilang kalau kau sangat keren? Apa aku bisa bilang
kalau kau begitu dekat, tapi aku sama sekali tidak memperhatikanmu? Menganggap laki-laki
terbaik di kelas adalah Hirata-kun, tapi dia pacarnnya Karuizawa-san, jadi itu
tidak mungkin.”
Ketika dia selesai mengatakan
ini, dia membuka matanya dan menatapku, dan dengan menjadi canggung
menyesuaikan apa yang dia katakan.
"Ah... aku tidak berpikir
kalau kau lebih buruk dari Hirata-kun. Sejujurnya, setelah aku melihat lebih
dekat, kau terlihat lebih tampan daripada Hirata-kun. Kau juga terlihat sangat
bisa diandalkan dan lembut ... Itu saja!"
Mungkin perasaan malu sudah
membengkak dari dalam dirinya, karena aku tidak bisa mendengar bagian terakhir
dengan sangat baik, dan Satō pergi seperti angin. Pikiranku tidak
bisa mengikuti apa yang terjadi dengannya, jadi aku hanya berdiri diam.
Aku berada dalam situasi tak
terduga di tempat yang tak terduga dengan orang yang tak terduga. Meskipun
tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, aku tidak berharap ini
benar-benar terjadi. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak berpikir negatif
atau positif tentang Satō, hanya menganggapnya sebagai teman sekelas biasa. Apa
ini berarti, sesuatu yang benar untuk dilakukan adalah menolak
pengakuannya?
Tidak, dia tidak bilang dia ingin
bersamaku atau dia menyukaiku. Aku hanya ditanya tentang status hubunganku dan
dimintai nomor kontak. Bahkan jika aku mengasumsikan niatnya sedikit, aku hanya
diminta untuk berteman dengannya dan bertukar kontak. Jika aku menolak
pengakuannya, mungkin dia akan meludahiku, Berkata bahwa aku salah paham. Itu
akan sangat memalukan.
Menjadi pengamat saat ditembak atau menembak lebih baik, tapi ketika kau sendirilah yang menjadi target salah satu dari
mereka, itu hanya akan merepotkan. Sekarang aku mengerti bagaimana perasaan
Sakura sebelum ditembak oleh Yamauchi.
Ketika aku kembali ke kelas,
merenungkan tentang situasi yang rumit, aku berjalan menuju Katsuragi dan
Yahiko dari Kelas A.
Aku berpikir bahwa aku tidak
perlu bicara, tetapi Katsuragi berhenti dan berkata pada Yahiko:
"Aku minta maaf, pergilah. Aku
ingin mengatakan sesuatu pada Ayanokōji-kun."
Yahiko menjadi waspada, tapi
karena itu perintah dari Katsuragi, dia segera mengangguk dan pergi.
"Horikita sepertinya tidak
bersamamu."
"Kami tidak selalu
bersama."
Apa yang harus aku katakan?
Dibandingkan berbicara dengan perempuan, berbicara dengan anak laki-laki sangat
mudah.
Mempertimbangkan ini, aku merasa
seperti orang bodoh karena berjuang untuk mendapatkan teman.
"Benar juga. Sejujurnya, aku
terkejut melihat perlombaan estafet di festival olahraga sebelumnya. Itu mungkin sesuatu
yang tidak diharapkan orang lain di sekolah."
Topik pembicaraan tentu saja akan
menjadi seperti ini. Aku tidak terkejut sama sekali, dan berkata acuh tak acuh:
"Maksudmu, Kelas D juga tidak tertipu?" Kataku.
T/N: Tidak mengerti apa maksud hubungan pertanyaan ini dengan pernyataan Katsuragi (゚ペ)
T/N: Tidak mengerti apa maksud hubungan pertanyaan ini dengan pernyataan Katsuragi (゚ペ)
"Tidak masalah, tapi
sebagian besar murid Kelas D terlihat terkejut juga. Selama reaksi mereka bukan sebuah tindakan, sepertinya hanya ada beberapa orang saja yang tahu seberapa cepat kau bisa berlari."
Katsuragi pintar... Dia sangat
teliti mengamati lingkungannya dengan baik dalam keributan itu.
Kebanyakan orang hanya akan
memperhatikan diriku sendiri dan presiden dewan murid. Dia tidak hanya
memperhatikan kelasnya sendiri, tetapi juga mengamati kelas-kelas lain dengan
teliti.
"Kau bebas membayangkan apa
yang akan kau lakukan, tapi aku tidak akan mengatakan apa-apa." Aku
berbicara.
"Tidak masalah. Aku tidak
berusaha mendapatkan apa pun darimu."
"Jika kelas bermusuhan,
bukankah kau menginginkan informasi sebanyak yang kau bisa? Atau, dari sudut
pandang Kelas A, apa kau tidak melihat Kelas D sebagai musuhmu?"
Katsuragi memberikan ekspresi
sedikit kesal dan mengambil beberapa langkah ke depan, berhenti di jendela.
Tatapannya bergeser ke arah luar.
"Aku sedang bekerja terlalu keras menghadapi segala macam masalah rumit yang sedang terjadi saat ini. Aku tidak punya kelebihan untuk memata-matai kelas-kelas lain." sambungku.
"Tapi kau menyuruh Horikita mengawasi Ryuuen."
Aku hanya memberitahukan informasi yang aku tahu kepada Katsuragi.
"Orang itu selalu bergerak mengabaikan cerminannya demi menang. Dia melakukan apa pun untuk menjadi yang terbaik, bahkan jika dia harus memanfaatkan sesuatu seperti intimidasi dan kekerasan."
Namun, Katsuragi seharusnya tidak hanya merasa lelah dengan Ryuuen. Akan lebih baik jika memberitahu bahwa dia harus waspada dengan Sakayanagi yang bersembunyi di Kelas A. Meskipun begitu, aku sengaja tidak mengungkitnya.
Sakayanagi adalah murid yang tahu masa laluku dan penuh misteri. Jika aku tidak menangani situasi ini dengan hati-hati, aku akan digigit oleh ular.
"Intimidasi dan kekerasan? Itu pasti berbahaya jika sekolah tahu."
"Dia tipe orang yang akan melakukan sesuatu semacam itu dengan terampil dan diam-diam. Tolong terus desak Horikita untuk tidak memandang rendah dia. Meskipun ini semua mungkin terlihat seolah-olah aku sedang membantu musuh dan membuatmu waspada, Ryuuen adalah musuh Kelas A, Kelas B, dan Kelas D. "
"Aku sedang bekerja terlalu keras menghadapi segala macam masalah rumit yang sedang terjadi saat ini. Aku tidak punya kelebihan untuk memata-matai kelas-kelas lain." sambungku.
"Tapi kau menyuruh Horikita mengawasi Ryuuen."
Aku hanya memberitahukan informasi yang aku tahu kepada Katsuragi.
"Orang itu selalu bergerak mengabaikan cerminannya demi menang. Dia melakukan apa pun untuk menjadi yang terbaik, bahkan jika dia harus memanfaatkan sesuatu seperti intimidasi dan kekerasan."
Namun, Katsuragi seharusnya tidak hanya merasa lelah dengan Ryuuen. Akan lebih baik jika memberitahu bahwa dia harus waspada dengan Sakayanagi yang bersembunyi di Kelas A. Meskipun begitu, aku sengaja tidak mengungkitnya.
Sakayanagi adalah murid yang tahu masa laluku dan penuh misteri. Jika aku tidak menangani situasi ini dengan hati-hati, aku akan digigit oleh ular.
"Intimidasi dan kekerasan? Itu pasti berbahaya jika sekolah tahu."
"Dia tipe orang yang akan melakukan sesuatu semacam itu dengan terampil dan diam-diam. Tolong terus desak Horikita untuk tidak memandang rendah dia. Meskipun ini semua mungkin terlihat seolah-olah aku sedang membantu musuh dan membuatmu waspada, Ryuuen adalah musuh Kelas A, Kelas B, dan Kelas D. "
Memang benar bahwa Kelas C secara
aktif berjuang melawan semua kelas. Namun, ada bukti bahwa Katsuragi dan Ryuuen
sebelumnya sudah bekerja sama. Aku tidak yakin apa aku bisa mempercayainya
tanpa syarat.
Saat aku memikirkan ini,
Katsuragi terlihat merasakan ketidakpercayaanku.
"Kau tidak percaya
padaku?"
Karena keprihatinannya, aku
memutuskan untuk menggali lebih dalam apa yang dia ketahui.
"Sejujurnya, aku tidak
percaya sepenuhnya padamu. Sulit bagiku untuk memutuskan apakah aku akan memberi tahu Horikita tentang apa yang kau katakan. Aku tidak bisa memberi tahu
sumbernya, tapi ada rumor kalau kau bekerjasama dengan Ryuuen. Apa ini hanya sekedar
rumor? "
"... Di mana kau mendengar
itu? Tidak ... Tidak perlu beritahu."
Katsuragi sepertinya sudah mendapat jawaban. Dia tidak kehilangan ketenangannya dan melanjutkan:
"Aku menyesal sekarang.
Meskipun itu perasaan yang sesaat dan tidak ada kebebasan, seharusnya aku tidak
mengambil risiko dan melibatkan diri dengan dia. Itulah kenapa aku ingin kau menanggapi
nasihat ini. Jika kau terlibat dengan orang itu , kau akan terpuruk. "
Aku tidak tahu apa masalahnya,
tapi Katsuragi seharusnya sudah mengalaminya sendiri. Kejujuran kata-katanya
tidak bisa menjamin, tapi permintaannya masih bisa dijelaskan sebagai bujukan.
"Aku tahu sejak awal ada
risiko bergabung dengan orang itu."
"Lalu, apa hasil yang didapat
setelah kau menggabungkan kekuatan melawannya?"
Katsuragi tertawa sendiri.
Aku pikir itu tidak penting, tapi
tidak ada ketenangan di wajah Katsuragi. Dia seharusnya tidak cemas atau kecewa
dengan pertanyaanku, jadi aku memutuskan untuk menggali lebih jauh.
"Aku tahu kau sedang
berusaha menghentikan Ryuuen, tapi masalah itu seharusnya menjadi milik Kelas A
dan Kelas B. Aku melihat poin kelas yang diumumkan di awal Oktober."
Katsuragi menutup mulutnya,
sepertinya dia tidak peduli dengan masalah itu.
Setelah berakhirnya ujian di pulau
tak berpenghuni, poin Kelas A poin meningkat menjadi 1.124 poin. Itu adalah
situasi yang positif bagi mereka pada awalnya, tetapi ada pengurangan poin yang
signifikan selama ujian khusus kedua dan festival olahraga, menjadikan Kelas A
874 poin. Sebaliknya, Kelas B tidak terlalu jauh di belakang, duduk di 753 poin.
Selain memulai pada level yang sama, selang tersebut merupakan jarak terdekat antar kelas
manapun saat ini. Untuk melengkapi ini, Kelas C ada di 542 poin, sementara
Kelas D 262 poin.
"Aku hanya bisa mengakui
bahwa ini bukan situasi yang sangat bagus untuk Kelas A. Aku dibodohi oleh struktur
sekolah. Ketidakmampuanku memahami dengan sempurna sistem poin kelas juga
merupakan salah satu faktornya."
Dia tidak menyebut nama Sakayanagi
dengan sembarangan.
Disamping Sakayanagi, seperti
yang dikatakan Katsuragi, bahwa sekolah memiliki sistem poin yang menyesatkan.
Sistem ini terlihat sederhana, tapi
tak disangka, ada banyak hal yang sulit dimengerti dan poin yang tidak jelas, dipakai
dan dihapus.
Dalam kelas balik, seharusnya
mudah dikenali. Segera setelah penerimaan murid baru, sekolah melakukan peninjauan
ketat atas keterlambatan, ketidakhadiran, dan sikap kelas. Bahkan, Kelas D,
kami sangat terpengaruh hingga kami kehilangan semua poin kelas yang baru kami
mulai sekaligus, pengalaman itu masih segar dalam ingatanku.
Namun sekarang, sikap kelas dan
sebagainya tidak mencerminkan kenaikan atau penurunan poin sampai sebanyak itu.
Tentu saja, murid di semua kelas
mulai menanggap kelas dengan serius, tapi aku tidak yakin, pengurangan hukuman sudah benar-benar
menghilang.
Sekarang aku memikirkannya,
mungkin, itulah “Ujian Khusus" yang sebenarnya.
"Aku lahir di pedesaan dan
masuk SMP di sana. Tempat ini sangat berbeda dari kehidupan SMA yang selalu aku
bayangkan."
Setelah Katsuragi mengatakannya,
dia sedikit frustrasi.
"Meskipun kita semua tahu,
sekolah ini adalah tempat yang tidak bisa dimengerti dan sangat rumit.
Aku baru-baru ini merasakannya lagi. Murid di kelas yang sama harus ramah satu
sama lain dan seharusnya tidak pernah bermusuhan satu sama lain."
Tidak ada keraguan bahwa ini
berbeda dari kehidupan sekolah yang normal. Sekolah sudah menciptakan sistem
yang dirancang dengan baik yang tidak mendorong murid untuk berteman dengan
murid dari kelas lain. Bisa juga dikatakan bahwa sekolah dibangun berdasarkan
persaingan. Tergantung situasinya, akan ada kasus-kasus di mana kebencian bersama
pada akhirnya mengarah ke sebuah konflik. Inilah jenis sekolah yang kami masuki.
Dengan cara yang sama, sistem
seperti ini menyebabkan kerjasama kelas meningkat secara signifikan.
Yah, apakah kerjasama kelas ini
ada untuk kelas lain selain Kelas B juga masih meragukan.
Kelas D sudah memiliki sejumlah
tindakan individu yang bertentangan dengan konsep kerjasama, Kelas C secara
efektif menjalankan sistem kediktatoran, dan Kelas A terbagi di antara dua
faksi yang bersaing untuk merebut kekuasaan secara habis-habisan. Keseluruhan,
topik kerjasama adalah situasi yang sulit bagi sebagian besar murid tahun
pertama.
"Apa kau tidak ragu,
Ayanokōji-kun?"
"Jujur, sama sekali tidak.
Hal itu tidak mempengaruhi pendapatku tentang seberapa baik atau buruknya
sekolah ini. Jika tujuan untuk membidik dan mempertahankan posisi Kelas A
dikesampingkan, ini jelas merupakan sekolah yang menawan dan bagus. Hanya
dengan sedikit kerja keras, murid tidak perlu khawatir tentang sesuatu seperti
makanan dan pakaian. Kita bahkan mendapatkan uang untuk dibelanjakan karena
poin dibayarkan oleh sekolah. Segala sesuatu di sekolah ini benar-benar
disiapkan dengan matang dan dipikirkan dengan baik. "
Ini adalah pemikiran yang dibagikan
oleh semua murid yang tinggal di sekolah ini. Selama kami tidak ingin hidup
seperti dewa, tidak akan ada yang menolak lingkungan seperti ini
sekarang. Katsuragi tidak bisa membantah hal ini.
"Aku setuju. Jika ada
sesuatu yang tidak dipuasi, sudah pasti lingkungannya yang terlalu sempurna.
Aku tidak berpikir bahwa inilah cara yang harus ditempuh murid SMA. Murid di
sekolah ini tidak akan bisa lulus dari ujian yang sangat sulit atau apa pun itu...
Semuanya tidak masuk akal. Bagaimanapun, tolong beri tahu Horikita tentang ancaman
yang ditimbulkan Ryuuen.”
Aku disarankan oleh laki-laki
pendiam dan berjanji bahwa aku akan memberitahukan ini kepada Horikita.
Faktanya, Ryuuen sudah
meluncurkan serangan kuat ke Kelas D dalam upayanya untuk mengalahkan kami.
“Kau hanya ingin hidup tenang juga?
Kekhawatiran sepertinya tidak pernah berakhir ... untuk kita berdua. ”
Aku hanya bisa bergumam.
Aku hanya bisa bergumam.
***
Malam itu, ketika aku sedang
bersantai di kamarku, Karuizawa menelepon. Kami sudah bertukar nomor kontak
sebelumnya, tapi aku masih sedikit terkejut mendengarnya untuk pertama kali.
"Aku punya pertanyaan."
Setelah menjawab telepon dan meletakkannya di telingaku, Karuizawa segera mengatakan hal tersebut.
"Jika aku bisa menjawab, seharusnya tidak masalah."
"Kau ditembak Satō, kan?"
Aku terdiam pada pertanyaan tak terduga. Bagaimana dia bisa tahu?
"Aku akan mulai dengan mengatakan bahwa ada banyak perempuan di kelas yang sudah tau berita ini."
"Seberapa cepat jaringan berita kalian menyebarkan informasi ini? Lebih cepat daripada Internet. Siapa sumber informasinya?"
"Apa maksudmu siapa? Sumbernya Satō sendiri. Aku diberitahu sebelumnya bahwa dia berencana menembakmu hari ini."
Apa itu semacam perdagangan atau sesuatu? Tidak, itu tidak benar ...
"Itulah kenapa kau menatapku hari ini?"
"Aku punya pertanyaan."
Setelah menjawab telepon dan meletakkannya di telingaku, Karuizawa segera mengatakan hal tersebut.
"Jika aku bisa menjawab, seharusnya tidak masalah."
"Kau ditembak Satō, kan?"
Aku terdiam pada pertanyaan tak terduga. Bagaimana dia bisa tahu?
"Aku akan mulai dengan mengatakan bahwa ada banyak perempuan di kelas yang sudah tau berita ini."
"Seberapa cepat jaringan berita kalian menyebarkan informasi ini? Lebih cepat daripada Internet. Siapa sumber informasinya?"
"Apa maksudmu siapa? Sumbernya Satō sendiri. Aku diberitahu sebelumnya bahwa dia berencana menembakmu hari ini."
Apa itu semacam perdagangan atau sesuatu? Tidak, itu tidak benar ...
"Itulah kenapa kau menatapku hari ini?"
"... Apa kau benar-benar
memperhatikannya?"
"Siapa yang menembak siapa
itu tidak ada yang akan peduli, kan? Kenapa dia memeberitahu sesuatu semacam itu ke
semua orang?"
"Karena perempuan memang seperti
itu. Akan lebih sulit berhubungan satu sama lain setelah itu terjadi."
Apa seperti itulah caramu menandai
orang lain sebagai milikmu?
Anak laki-laki punya fenomena
serupa, jadi itu tidak terduga...
Meski begitu, ada sesuatu yang tidak
aku mengerti.
"Jika ada banyak persaingan
untuk orang yang sama ... Bukankah lebih baik jika kau tidak membuat pengumuman ke perempuan lain karena hasilnya akan sama saja?"
"Ini benar-benar berbeda. Sangat menjengkelkan jika kau tiba-tiba bilang kalau kau sedang menjalin
hubungan dengan seseorang. Membiarkan orang lain tahu sebelumnya menunjukkan bahwa semuanya
baik-baik saja. Terlepas dari itu, aku mau menanyakan jawaban apa yang kau
berikan kepadanya."
Tidak, sangat canggung saat ditanyakan sesuatu semacam itu.
"Apapun jawabanku, itu tidak ada hubungannya denganmu."
"Apapun jawabanku, itu tidak ada hubungannya denganmu."
"Tidak masalah.... tapi kau
tidak bisa mengatakan kalau itu tidak ada hubungannya denganku. Kau mengancamku
dan membuatku melakukan banyak hal untukmu, aku bisa saja ketahuan. Jaringan
informasi perempuan itu sangat luas. Jika rumor menyebar, itu akan membuatku
gelisah. Resikoku akan meningkat dan akhirnya terlibat dalam masalah. Apak kau
mengerti? ”
Dengan kata lain, ketika Satō dan
aku berbicara, ada kemungkinan bahwa informasi tentang Karuizawa akan bocor dan
berisikonya meningkat. Atau, aku mungkin hanya akan peduli dengan Satō, dan
lalai melindungi Karuizawa. Melalui beberapa sistem logika yang aneh, dia
berhasil memikirkan hal semacam ini. Tidak peduli bagaimana aku melihatnya,
jelas dia terlalu memikirkan hal ini.
Terdengar masuk akal, tapi benar-benar
bukan logika yang bagus. Penampilan, kata-kata, dan tindakan Karuizawa tidak sama
dengan pemikiran teoretis yang akan dia ambil secara diam-diam. Kali ini dia
sedikit memaksakannya terlalu banyak.
"Tidak perlu khawatir."
"Apa itu berarti kau
berencana menerima pengakuannya?"
"Aku tidak bilang seperti itu,
kan?"
"Kau bilang jangan khawatir.
Karena kau tidak benar-benar menyangkalnya, Ah... entah bagaimana, aku pikir aku bisa menebakmu, benarkan? Memanfaatkan pengakuan itu, kau mungkin hanya
memikirkan sesuatu yang mesum, kan? Laki-laki adalah makhluk yang seperti itu. "
Pemikiran-pemikiannya melonjak
dengan cara yang berlebihan. Ini seperti orang tua yang merasa sangat bangga
dengan anak mereka yang menang juara satu dalam event olahraga, yang mereka
bicarakan kepada orang tua yang lain bahwa anak mereka suatu saat pasti akan
menjadi atlet Olimpiade.
"Bahkan jika manusia adalah
makhluk yang seperti itu, setidaknya untuk saat ini, aku tidak punya perasaan
seperti itu."
"Buktikan. Jelaskan padaku
alasan penolakanmu."
"Buktikan? Itu bahkan bukan
pengakuan. Dia hanya bilang dia ingin berteman dan kami tukaran nomor telepon."
"…Aku mengerti. Ternyata seperti itu. ”
Kenapa aku harus mengatakan hal
semacam itu pada Karuizawa? Sangat memalukan.
"Ini bukan masalah menerima.
Semuanya berakhir dengan saling bertukaran nomor telepon."
"Hmm ...... Kalau begitu, sampai di sini
saja."
Sikap Karuizawa sangat egois.
Karena aku yang mengangkat teleponnya, akulah yang harus menyelesaikan masalah ini.
"Aku ingin menanyakanmu
sesuatu sekarang. Kau tidak pernah berinteraksi dengan tiga murid perempuan
dari Kelas C itu sejak di kapal, kan?"
"... Ya, benar. Setidaknya
untuk sekarang."
Nada suaranya menurun satu atau
dua notasi. Untuk Karuizawa, ini adalah peristiwa yang tidak ingin dia beritahu.
"Aku pikir aku sudah mengambil
tindakan pencegahan yang tepat, tapi jika terjadi sesuatu, kau harus segera
memberi tahuku. Bahkan jika kau sudah diancam dengan keras untuk tetap diam,
selama kau memberi tahuku, aku akan segera menyelesaikan masalah itu. ”
Karuizawa dengan jelas menahan
napasnya di telepon. Apa kata-kataku terlalu kuat?
"...... Aku tahu. Apa lagi
yang harus aku katakan? Jika aku tidak berguna untukmu, itu akan sangat
merepotkan untukku..."
Agar bisa bertahan di sekolah
ini, Karuizawa harus mempertahankan statusnya saat ini, apapun yang terjadi.
Untuk melakukan ini, dia
pertama-tama harus mentiadakan semua orang yang mengetahui kebenaran tentang
dirinya.
Namun, mustahil bagi murid dari
Kelas C untuk memahami seluruh situasinya sejak awal. Masalahnya terletak pada
Ryuuen yang bekerja di belakang mereka. Bergantung pada situasinya, aku mungkin
malah harus menyerangnya.
Tidak, aku takut peluang itu
hampir mendekat.
"Jadi, kembali ke topik
Satō, apa yang mau kau lakukan? Karena kau bertukar nomor telepon, ada
kemungkinan sesuatu akan naik ke level berikutnya, kan?"
"Aku akan mengambil sikap diam pada yang satu itu. Setidaknya, aku tidak tahu apa-apa tentang Satō ... Aku mungkin tidak akan
pernah dihubungi olehnya."
"Jadi, jika Satō tidak bisa bertahan
lebih dari ini, apa kau akan mengucekannya?"
"Apa maksudmu dengan mencuekkan?
Kami baru saja tukaran nomor. Secara pribadi, aku tidak berpikir aku akan mulai
menghubunginya."
Aku tidak punya keberanian
mengajaknya berkencan, dan aku tidak yakin kalau aku mampu menggerakkan situasi
ke depan menuju ke pengakuan.
"Ya, Aku mengerti. Jadi, seperti
itu."
Terdengar sedikit puas, Karuizawa
bersiap mematikan panggilan.
"Karuizawa."
"Apa?"
Aku pikir mungkin aku tidak akan
tepat waktu, tapi setelah memanggilnya, teleponnya tidak jadi ditutup.
"Pastikan kau menghapus
catatan panggilan telepon kita dari ponselmu."
"Aku sudah melakukan itu
sejak lama. Aku bahkan menghapus pesan-pesamu."
"Syukurlah."
Bahkan tanpa perintah, Karuizawa
sepertinya melakukan pekerjaan dengan baik.
"Kalau hanya itu saja, aku
akan menutup teleponya."
"Ya."
Aku menambahkan kata-kata ini
untuk mengakhiri pembicaraan kami dan menutup panggilan.
Sejujurnya, aku khawatir apa aku harus mengatakan satu hal lagi atau tidak,
tapi aku menyerah.
Aku menilai bahwa: jika kami mendiskusikan asumsi kami sekarang, itu hanya akan menjadi beban untuk Karuizawa.
Bahkan jika saatnya tiba, jika
itu Karuizawa, setidaknya dia harus bisa menghadapi hal itu.
Sepertinya, aku harus segera
melakukan sesuatu.
LANJUT CHAPTER 2
Lanjut :v
BalasHapusbaguuuusss, makasih bang
BalasHapusrajin upload yah
Semanggaaattt
Satou dah mulai bergerak hhhh
BalasHapusAkhirnya.....update juga.lega aku
BalasHapusMantap
BalasHapusWah dah lama mnunggu akhirnya
BalasHapusKapan lanjut lagi?
BalasHapusThanks min,tetap semangat uploadnya
BalasHapusSemangat terus bang netranslatenya
BalasHapusLanjut gan, ditunggu next chapter nya 😊😊😊
BalasHapusSankyou min
BalasHapusTeam kairuzawa key lanjutkan min
BalasHapusAkhirnya
BalasHapusHuuhhh
BalasHapusSiapsiapsiap
BalasHapusYang di tunggu2 akhirnya update :")
BalasHapusdi tunggu kelanjutannya min
BalasHapusmin kapan update lagi ?
BalasHapushuooooo dah rilis, sankyu min
BalasHapusJaga kesehatan min
BalasHapusVol 2 dan 3 ada yang gal bisa di buka kenapa ya..
BalasHapusKarna gak ada link nya. kalau warna merah udah ada isinya kalau warna hitam belum ada isinya
HapusAkhirnya keluar juga:v nungguin dr bulan kemaren
BalasHapusGan mau nanya ? ch 2 koq belum muncul ?
BalasHapusBelum dikerjakan
HapusSankyu min,rilis dong selanjutnya, udah gak sabar
BalasHapusthanks min
BalasHapusMin klo link english nya yg volume 6 ada ngak ya min?
BalasHapusKlo ada minta dong min
Thank you
Chapter 2 nya kapan min?
BalasHapusTerimakasih min dan ditunggu kelanjutannya
BalasHapusChara yg awalnya di buat egois lalu tiba2 jd baik ke MC, apakah mungkin ini di sengaja ? Saat ini kushida jg aama menyebalkannya spt karuizawa, tp ntahbknp skrg gw suka sm dy.. yah tp yg paling gw suka itu ttep idola kelas b, Ichinose Hanami
BalasHapus