New
BADAI PASIR
Bendungan
dan hati manusia secara harfiah terlihat sama. Ketika isinya sudah melewati
batas, mereka akan meluap. Tetapi pria itu telah bertahan dari banyak hal yang
menggelikan hingga sekarang, jadi ia berpikir bahwa ia akan dimaafkan atas
perasaannya yang meluap. Wanita itu juga berpikiran sama. Bagaimanapun… Seorang
shinobi yang telah berhenti bertahan, ia tidak dapat lagi disebut sebagai
shinobi. Lalu, apa yang terjadi dengan shinobi yang bukan lagi shinobi? Sudah
jelas. Mereka menjadi mangsa.
“Kau akan
pergi mengejar Hakuto sendiri…?!” Baki tidak dapat menahan rasa heran serta
kebingungannya atas keputusan yang diambil Gaara. Ini karena bukan seperti itu
yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin.
Tetapi ia
tetap bersikukuh akan melakukannya. “Setidaknya, bawalah dua bawahanku
bersamamu.” ucap Baki.
“Tapi, jika kita berpikir dari perspektif penyelikan,
seharusnya tiga orang.”
“Tidak
mungkin kulakukan.” pria yang dulunya pernah menjadi bawahan Baki itu
menggelengkan kepalanya tanpa keraguan sedikitpun.
“Jika kita melakukannya, ini
akan menjadi sebuah misi. Kita tidak mungkin membiarkan hal ini tercatat dan
akhirnya diketahui publik.”
Baki
akhirnya mengerti apa sebenarnya tujuan Gaara. Jika hal ini dicatat, maka
kemungkinan besar akan terdengar oleh publik. Tentu saja, masalah ini bukanlah
sesuatu yang akan terdengar di berita TV ataupun radio. Hanya tinggal masalah
waktu hingga hal ini terdengar oleh para petinggi Sunagakure. Walaupun belum
ada upacara pernikahan resmi, wanita dari klan Houki itu sepertinya akan
menjadi istri dari Kazekage. Dan ia tidak dapat melindungi wanitanya. Ia akan
kehilangan nilai yang besar, dan akan menuai berbagai kritikan.
Tentu saja,
Gaara bukanlah tipe orang yang mementingkan reputasi. Apa yang dikhawatirkan
Gaara hanyalah jika posisi Sunagakure goyah, maka dasar yang ia bangun akan
runtuh. Hanya itulah yang ia permasalahkan. Jika kau mengatakan ia terobsesi
dengan kekuatan… Maka katakanlah sesukamu. Hanya itu yang terlihat dari tatapan
Gaara. Wajahnya terlihat sangat dewasa.
“Aku mengerti.” ucap Baki.
“Serahkan
segala hal disini kepada kami. Kami akan bertindak layaknya tidak ada apapun
yang terjadi. Tapi hanya sampai pagi tiba.”
“Ya. Akan
kubawa Hakuto ketika matahari terbit!”
“Kau akan
pergi?” tanya sesosok wanita yang telah menunggu Gaara di luar oasis.
“Jika
iya, tolong biarkan aku ikut.” Ia melihat ke arah Kazekage dengan tatapan yang
tajam dari balik kacamatanya.
“Aku senang
dengan kepedulianmu, tapi…”
Ucapan Gaara
langsung dipotong oleh Shijima.
“Dari awal
ini adalah misiku.” ucap Shijima,
“aku harus pergi, karena semua penjaga telah
dikalahkan, dan walaupun aku juga ikut terluka.” Ia lalu menunjukkan luka yang
ada pada dirinya. Ia sedang membicarakan tentang tiga chuunin dari klan Houki
yang sedang menjaga Hakuto, tiba-tiba dikalahkan tanpa ada suara sedikitpun.
Shijima, yang kehilangan setengah kesadarannya akibat tersengat racun, juga
dikalahkan.
“Kau hanya
akan menjadi pengganggu.” ucap Gaara sembari berjalan melewati Shijima. Tetapi,
Shijima kemudian memegang lengan baju Gaara.
“Semua racun
telah dikeluarkan, dan tidak ada bagian vitalku yang terkena.” ucapnya. “Aku
telah memperoleh penanganan medis, jadi saat ini aku dapat melanjutkan misi
ku.”
“….”
Gaara
bermaksud untuk menyingkirkan tangan Shijima dari lengan bajunya dan berniat
untuk pergi, tetapi ia sadar bahwa ia tidak dapat melakukannya. Ahh begitu. Ia
sedang teringat akan sesuatu. Suara shinobi yang bahkan rela mengorbankan
tubuhnya sendiri untuk menyelamatkan orang lain. Ia tidak dapat melihat mata
Shijima karena tertutupi oleh kacamata tebalnya, tetapi kata-kata yang ia
keluarkan sama sekali tanpa keraguan.
“Ada
kemiripan.” ucap Gaara.
“Maaf?”
“Ada seorang
shinobi yang mengatakan hal yang sama denganmu. Ia sangat sulit untuk
ditangani. Tipe orang yang akan terus bergerak walaupun mereka mati.”
“Aku tak
begitu paham dengan yang anda bicarakan.”
“….Ku bilang
akan jadi masalah jika membiarkanmu pergi.” ucap Gaara, dengan sedkit mengeluh.
Tetapi ternyata ia tidak mengeluh karena itu tidak nyaman baginya.
“Begitu.” si
pemimpin berbicara setelah mendengar akhir dari laporan. Ia memberi anggukan
yang penuh kepuasan. Pemimpin itu adalah Toujuurou.
“Secara keseluruhan”, ucap
toujuurou,
” semuanya berjalan sesuai rencana.”
“Ya , tuan.”
Shinobi yang
melayani Toujuurou adalah salah seorang bawahan Kankurou, Maijiru. Ia suka
ketika seorang anak muda patuh dihadapannya. Walaupun anak muda itu memiliki penampilan
yang bagus seperti Maijiru. Ini karena ia merasa iri. dulunya, ia adalah
seorang pengguna taijutsu yang disebut-sebut sebagai yang terkuat di
Sunagakure. Dan ia juga tidak hanya hebat dalam taijutsu. Apakah itu elemen
angin, teknik pemanggilan, ataupun genjutsu, ia dapat bertahan dari semua itu
di setiap medan perang.
Tetapi lebih daripada itu, pergerakan tubuhnya yang
cepat menjadi identitasnya. Namun sekarang ia telah menua. Matanya kini tak
lagi dapat melihat dunia seperti dulu kala, kakinya tidak membiarkannya untuk
terbang, dan jemarinya tidak dapat bergerak seperti yang ia inginkan.
Walaupun
begitu, orang-orang masih menganggapnya sebagai ‘manusia super’, seorang
pahlawan yang masih dianggap hebat di usia tuanya kini. Tapi mereka salah. Sebenarnya
tidak seperti itu. Menjadi tua artinya melangkah ke bawah. Menjadi tua berarti
perlahan turun dari posisinya di puncak. Berbagai macam shinobi kini telah
melebihi kemampuannya di kondisi tubuh tuanya.
Apa artinya? Itu artinya bahwa
tidak seperti dirinya saat masa muda, ia tidak lagi dapat berada di puncak. Hal
tersebut tidak dapat dibiarkan. Oleh karena itu Toujuurou dikirim. Karena sama
mereka tidak sehebat dirinya saat ini, suatu hari, mereka akan melebihi
dirinya. Itulah mengapa aku akan menunjukkan bahwa aku adalah orang yang
dibutuhkan di desa. Toujuurou memberikan Maijuru beberapa instruksi, dan
kemudian kembali bersandar di sofanya yang nyaman.
Malam hari
terasa dingin di padang pasir. Hal ini karena tidak ada awan atau embun,
sungai, lautan ataupun hutan yang mampu menahan panas saat matahari bersinar
terik. Itulah kenapa di saat siang hari rasanya sangat panas hingga seakan-akan
kau sedang dipanggang, dan saat di malam hari kau bisa menggigil karena
kedinginan. Ini bukan karena Negara Api tidak dapat mengalahkan Negara Angin.
Itu bukanlah hal yang kami inginkan.
Itu yang dikatakan Daimyo Negara Api.
Kata-katanya tidak beralasan. Saat ini, Gaara dan Shijima jelas sedang berlari
di tengah padang pasir yang dingin. Mereka tidak terbang dengan pasir Gaara
karena ia takut mereka akan ketahuan. Berlari juga membantu mereka untuk
mencari jejak si penculik dengan lebih akurat, selain itu juga mereka dapat
menyimpan chakra.
“Lihat ke
arah bukit pasir itu. Seperti yang diduga, mereka mengarah ke perbatasan dengan
Negara Api.”
Disitu
terlihat shinobi yang telah mengalahkan Hakuto. Dapat terlihat dari jejak
kakinya. Lebih baik berpikir bahwa mereka sangat terampil. Musuh bahkan tidak
terlalu kesulitan untuk mengalahkan Shijima dan para penjaga yang lain. Bahkan
sepertinya ia cukup terampil untuk menghilangkan jejak kakinya dengan elemen
angin ketika sambil berjalan.
“Cukup sulit
untuk melacaknya.” Gaara bergumam pada dirinya sendiri, tetapi ia sama sekali
tidak kehilangan kewibawaan. Pasir padang pasir sudah menjadi layaknya keluarga
bagi Gaara. Jika bukan Gaara yang melacak shinobi tersebut, sangat bisa
dipastikan bahwa ia pasti lolos, dengan tidak ada satu orangpun yang mampu
melacaknya di gurun pasir yang luas itu. Teknik yang dipakai shinobi itu untuk
menghilangkan jejaknya juga termasuk teknik tingkat tinggi.
Ketika Gaara
berjalan, pasir di bawah kakinya bergerak, dan sebelum kau mengetahuinya,
butiran pasir tersebut telah bergerak layaknya sedang terhisap, menunjukkan
jejak kaki yang telah ditutupi. Pasir tidak berbohong kepada Gaara.
“Jika ia
mengarah ke perbatasan, ia pasti akan melewati daerah Klan Houki. ” ucap
Shijima.
“Ahh, itu
benar. Klanmu aslinya berasal dari Negara Api, kan?”
“… Ya.”
wajah Shijima sedikit ketakutan.
“Maksudku
bukan begitu. ” ucap Gaara,
“Aku tidak bermaksud mencelamu. Aku hanya mengecek
faktanya saja. Kau tentunya lebih familiar dengan wilayah itu. Apakah ada
beberapa daerah disana yang kemungkinan bisa digunakan untuk bersembunyi?”
“Ada sebuah
tempat yang jaraknya kira-kira satu setengah jam dari sini. Itu adalah
reruntuhan kuno dari sebuah kota. Itu adalah daerah terkutuk, tidak ada orang
pelarian ataupun pencuri yang berani kesana.”
“Begitu.”
Ada banyak
reruntuhan kota kuno di padang pasir itu. Banyak orang yang bingung apakah
kota-kota tersebut dibangun dahulu sekali sebelum daerah tersebut menjadi
padang pasir. Tetapi, sampai sekarang belum ada detail yang jelas. Teori yang
ada hanya menyebutkan bahwa reruntuhan tersebut merupakan peninggalan zaman
Rikudo Sennin dan Ootsutsuki Kaguya.
“Baiklah,
kita istirahat sejenak.”
“… Kenapa,
tuan? Kita harus cepat menyelamatkan nona Hakuto.”
Di
kepalanya, Gaara memutar-mutar informasi tentang Hakuto yang diberikan oleh
Baki. Kebanyakan misi yang ia jalani adalah penyusupan, pembunuhan, dan
penjagaan. Semenjak ia dimasukkan dalam rahasia klannya, hubungan dalam klan,
informasi tentangnya tidaklah terlalu jelas, tetapi… Ia belum memiliki banyak
pengalaman tentang misi keluar dari wilayah Klannya.
Gaara
menemukan bukit pasir yang terlihat bagus sebagai tempat beristirahat.
“Istirahatlah.”
ucapnya.
“Suhu tubuhmu telah turun lebih rendah dari yang kau pikir.”
“Tapi-“
“Duduk! Ini
adalah perintah dari Kazekage. “
Gaara
sebenarnya tidak suka menggunakan kewenangannya untuk hal seperti ini, tetapi
membawa kembali Hakuto adalah prioritas utamanya.
“Aku
mengerti.” Shijima kemudian duduk, perlahan, dan mengambil tempat di sebelah
Gaara.
“Ini akan
baik untukmu. Ucap Gaara. Ia mengeluarkan kompor portable, lalu menaruh teko
kecil di atas api. Ia menambahkan air dari kantong minum, gula, daun minum, dan
daun teh. Sementara menunggu teko mengeluarkan suara yang indah sebagai tanda
bahwa tehnya sudah siap, Gaara melihat ke arah bintang di langit. Ia tidak
mengatakan bahwa ia suka atau tidak suka pada bintang. Bintang digunakan
sebagai alat untuk mengetahui lokasi diantara padang pasir dengan cara
mengamati posisi bintang tadi. Itulah mengapa shinobi dari padang pasir seperti
Gaara selalu melihat bintang-bintang.
Langit di
Negara Angin sangatlah cerah. Walaupun di atas pasir banyak terlihat kumpulan
debu yang berkumpul layaknya awan, tetapi langit tetap terlihat sangat bersih
dan cerah. Bukan karena lampu dari kota, ataupun awan yang menghalangi
pemandangan.
Teh di teko
telah mendidih. Gaara menuangkannya ke beberapa cangkir teh portabel dengan
kondisi agak tinggi. Ia melakukannya untuk memastikan ampas teh tetap
tertinggal di teko. Jika ia tidak melakukannya, maka ampas teh akan ikut turun
ke cangkir. Dan kau jadi harus minum teh beserta ampasnya.
“Minum ini.”
ucap Gaara, “Hangatkan tubuhmu.”
“Baik,
tuan.”
Ketika Gaara
memberikan secangkir teh kepada Shijima, jemarinya secara tidak sengaja
bersentuhan dengan wanita itu. Mereka saling beradu pandangan sejenak. Cahaya
bintang memberikan cukup cahaya untuk memperjelas keadaan tersebut, dan Gara
sadar bahwa Shijima terlihat sangat mirip dengan Hakuto, kecuali pada bagian
kacamata tebalnya. Gaara menyimpulkan bahwa mereka bukan saja sekedar berasal
dari Klan yang sama, tetapi ia tidak berani berasumsi lebih jauh. Keluarganya
sendiri bisa dikatakan cukup rumit, dan karena Gaara pernah terluka dengan hal
yang disebut keluarga, jadi Gaara tidak suka bertanya tentang masalah keluarga
orang lain.
“… Ini
hangat. ” kacamata Shijima sedikit berembun akibat uap dari teh, dan dari
suaranya terdengar bahwa ia merasa senang dengan teh buatan Gaara.
“Sudah
seharusnya.” ucap Gaara, sembari meminum tehnya.
Rasa dari
daun teh, mint dan gula yang manis berbaur menjadi satu. Sebuah sensasi rasa
yang menyenangkan bagi mereka yang tinggal di padang pasir.
“Malam hari
di padang pasir, suhu tubuh manusia menurun dengan cepat, selain itu kadar gula
dalam tubuh juga ikut menurun. Yang paling ditakutkan adalah hal itu terjadi
tanpa kita sadari.”
“Tanpa
disadari? Apakah aku baru saja mengalaminya?”
“Tak ada
yang sadar. Termasuk aku.” ucap Gaara sambil meminum kembali tehnya. “Padang
pasir bukanlah tempat orang bisa hidup. Itulah mengapa insting bertahan hidup
menjadi tidak terkontrol disini. Aku banyak melihat shinobi dari negara lain
yang sudah tidak lagi dapat merasakan panas ataupun dingin, lalu meninggal.”
Bahkan Gaara, orang yang memiliki pertahanan mutlak juga memiliki kemungkinan
untuk mengalaminya. Pertahanan mutlak miliknya akan memblok setiap serangan ke
arahnya, tetapi secara alamiah, itu tidak akan membantunya dalam memperoleh
kemenangan.
“Agar kita
tidak mati seperti itu, sangat penting untuk menjaga tempo serta kondisi kita.
Istirahatlah setiap dua jam sekali. Selagi istirahat, minumlah teh yang manis.
Jika terus melakukannya, fase istirahat itu akan menyelamatkan dirimu.”
Angin
kembali bertiup, mengubah warna padang pasir sekali lagi.
“Shinobi
yang menculik Hakuto sama sekali belum beristirahat. Tetapi itu tidak akan
lama. Dalam waktu dekat, ia harus istirahat apa yang paling penting dari
seorang shinobi agar dapat terus bertahan bukanlah idealismenya, melainkan
kemampuan.”
“…Boleh aku
bertanya satu hal kepada Anda?” tanya Shijima. Ia sedang menatap ke cangkir
tehnya yang setengah kosong seakan-akan matanya sedang menerawang jauh.
“Apa itu?”
tanya Gaara.
“Kenapa kau
melakukan sampai sejauh ini?”
“Demi
kejayaan Sunagakure.” ucap Gaara.
“Karena aku adalah Kazekage yang bertanggung
jawab untuk masa depan desa.”
“Hanya itu?”
“Tentu saja
Hakuto itu penting. Aku tak akan membiarkannya diselamatkan oleh orang lain.”
Urutannya
seharusnya dirubah sehingga Hakuto akan diucapkan pertama kali, tetapi Gaara
adalah orang yang sangat serius bahkan hingga membiarkan kebohongan berbaur
diantara kata-katanya.
“Kenapa?”
tanya Gaara.
“….Tidak.
Bukan apa-apa.”
“Begitu.
Kalau begitu kita harus segera beranjak sekarang. Kita harus mengejar shinobi
itu.”
Gaara
berdiri, mengumpulkan dedauan yang tertinggal di teko ke dalam sedikit air teh
yang tersisa di cangkirnya, lalu melemparkannya dengan gerakan yang agak
dibesar-besarkan ke arah angin gurun.
“… Apakah
itu sejenis ninjutsu?”
“Mantera. ”
ucap Gaara dengan tampang yang sangat serius.
“Mantera?”
“Kakakku,
Temari, mengajarkannya padaku. Hal ini sudah turun temurun diajarkan pada Klan
Kazekage. Sebuah mantera yang membuatmu dapat meminjam kekuatan dari roh padang
pasir untuk menyelamatkan orang yang kau sayangi.”
“Begitukah?”
sebuah senyuman kecil terpampang di wajah Shijima.
“Kalau begitu, kuharap para
roh meminjamkan kekuatan mereka, dan harapan terkabulkan. Aku akan memberikan
sedikit kekuatan yang ku punya juga.”
“Aku akan
bergantung padamu.”
Keduanya
kembali berjalan di tengah padang pasir.
Aku tidak
pernah berpikir akan mencapai keadaan seperti ini dengan sangat cepat. Kankurou
telah kembali ke Sunagakure, hal terlihat di wajahnya adalah ekspresi seseorang
yang baru saja memakan lemon yang asam.
“Tuan
Kankurou.”
Sekitar dua
puluh shinobi muda datang mengelilinginya. Masing-masing dari mereka merupakan
korban dari Perang Dunia Shinobi Keempat yang dibesarkan olehnya. Dapat
dikatakan bahwa mereka itu polos. Mereka semua, laki-laki dan perempuan, masih
berusia remaja.
“Kami telah
berdiskusi untuk sesaat, dan akhirnya, kami menyimpulkan bahwa kami tidak
setuju dengan pemerintahan yang sekarang.”
“Lihatlah
kalian. Kalian sedang membicarakan sesuatu yang sangat krusial.” Kankurou
menggelengkan kepalanya, sepertinya mereka sedang bercanda, tapi tatapan serius
terlihat dari mata mereka. Mereka
benar-benar membicarakan sesuatu yang tak seharusnya, pikirnya.
“Di bawah
label manis dari sebuah ‘pengenduran’, sebenarnya yang terjadi adalah semua
anggaran sedang dikurangi, dan bahkan kami tidak lagi diberikan pekerjaan.”
“Kami tidak
lagi dapat bertahan dengan kebijakan pemerintahan tuan Gaara yang terkesan
lemah!”
“Ketika kami
dipaksa untuk bertahan dengan gaya hidup yang keras seperti ini, dia malah
enak-enakan keluar dan merencanakan pertemuan pernikahan yang mewah.”
“Kami rasa
orang yang seharusnya memimpin kami adalah dirimu, tuan Kankurou, sebagai anak
tertua Kazekage yang sebelumnya!”
“….”
Ia dapat
mengerti perasaan mereka. Daimyo mengansumsikan shinobi Sunagakure sebagai alat
yang dapat digantikan. Dan menanggapi pengenduran tersebut, mereka terus
memberikan misi ke desa lain yang lebih murah untuk menahan anggaran. Tapi
tentu saja, itu hanya berlaku untuk mereka yang dipercayakan dengan uang pajak
warga serta mengelolanya dengan baik. Dan bahkan, sejak masa lalu.. ada sebuah
perjanjian yang mengatakan bahwa shinobi akan menjaga negara, dan daimyo yang
akan mengelola negara.
Gaara
bukannya tidak berkompeten. Adiknya sedang memikirkan sebuah solusi dimana
orang Sunagakure, dan semua orang di daerah itu dapat hidup layak. Dan
selangkah demi selangkah, ia mulai makin dekat dengan tujuan itu. Tetapi ia
tetap tidak bisa menyenangkan semua orang dengan tujuannya.
Jalan yang
dipilih Gaara adalah jalan ‘keadilan’, bukan hanya untuk Suna. Jika perang
dunia shinobi kembali pecah, dan Suna berhasil mengalahkan desa lain dan
mengambil semua harta benda serta tanah subur mereka, lalu , ya! itu mungkin
merupakan bentuk kompensasi dan hadiah, sebagaimana yang dikatakan oleh shinobi
muda tadi.
Tetapi mereka akan berdiri di atas bukit mayat, dan mereka akan
memperoleh kejayaan yang melahirkan kebencian. Lebih jauh lagi, apa yang
terjadi jika merekalah yang kalah perang? Jika sekali lagi Sunagakure
dikalahkan, maka mereka tidak akan sanggup berdiri lagi. Itulah mengapa Gaara
memilih jalan ‘kedamaian’. Bukan karena idealismenya, tetapi kerena ia berpikir
secara relalistis demi kebaikan negaranya. Bekerja sama dengan desa lain memang
tidak akan menunjukkan hasil dalam waktu dekat, tetapi berkat kerjasama itu,
Sunagakure akan menjadi lebih makmur daripada sebelumnya. Gaara telah
memikirkan ini semua.
“Apakah ini
artinya….” ucap Kankurou, “Kalian bermaksud membunuh Gaara?”
“!”
Semua shinobi
itu terdiam membisu. Walaupun tak satupun dari mereka yang menyaksikan Perang
Dunia Shinobi Ke-empat secara langsung, mereka semua tahu kemampuan bertarung
Gaara yang legendaris. Gaara telah bertarung pada level melawan ‘dewa’ dan
keluarga Ootsutsuki Kaguya, dan juga boneka yang dikirim dari bulan. Ia adalah
Kazekage diantara Kazegake. Bahkan sampai sekarang, ketika mereka berbicara
tentang kudeta, semua shinobi muda tentunya percaya dengan Gaara.
“Itu- kami
tidak bermaksud seperti itu.”
“Kami hanya
berpikir bahwa tuan Gaara dapat mengambil posisi sebagai penasihat, dan tuan
Kankurou dapat menjadi Kazekage.”
“Kami hanya
ingin menarik tuan Gaara dari ranah politik.”
“Begitu…
Kalian sedang memikirkan tentang hal itu rupanya.”
Jika para
shinobi muda itu melakukannya, maka kekuatan dari luar akan sulit melihatnya
sebagai pukulan yang mendadak. Jika perubahan politik di Suna dilakukan dengan
cara itu, maka desa lain tidak akan memiliki alasan untuk membantu.
“Tuan
Kankurou!”
Bisa
dikatakan Sunagakure adalah desa yang miskin. Tapi tentu saja, ada desa yang
bahkan lebih miskin dari Suna. Kankurou berpikir bahwa perubahan yang dibawa
oleh pemerintahan Gaara sudah sangat hebat. Tetapi, ketika para shinobi muda
berinteraksi dengan desa lain dan membandingkan antara desanya dengan desa yang
lain, mereka tersadar bahwa sebenarnya Sunagakure masih tergolong miskin. Oleh
sebab itu, mereka mulai merasakan ketidaknyamanan. Contohnya, ketika bertanya
kepada Kankurou atau Temari, mereka akan berkata, ‘jika dibandingkan dengan
masa penyerangan Konoha, kehidupan setiap orang saat ini sudah jauh lebih
baik’. Tetapi para shinobi muda itu hanya tau kata ‘sekarang’.
“Tuan
Kankurou!”
“Tuan
Kankurou!”
“Tolong beri
tahu kami apa keputusan anda!”
Dua puluh
pasang mata menatap tajam ke arah Kankurou. Ia tidak punya pilihan selain
memberi mereka jawaban.
⁰â‚’⁰
Gaara merasa
ia sedang melihat kuburan batu dengan jumlah yang banyak terbentang di
sekitarnya, saling berbaris satu sama lain. Ia dapat mengerti mengapa bahkan
para pencuri tidak ingin datang ke tempat ini.
Pasirnya
berwarna putih, membuatmu berpikir apakah mereka berasal dari tulang-belulang
yang telah hancur. Bangunan-bangunan yang mencuat ke atas dari dalam pasir
kemungkinan besar adalah gedung pencakar langit yang dibangun oleh orang zaman
dahulu. Bahkan saat ini, kau dapat merasakan jika ada sekumpulan orang yang
dulunya tinggal disini.
Keadaan
kursi yang masih sama, tiang-tiang besi yang dulunya adalah lampu jalan,
jalanan lebar, kereta api yang terbaring di atas rel tanpa ada seorangpun yang
menaikinya, komputer yang terkubur di pasir…
Tidak
diketahui kemana perginya orang-orang yang dulu tinggal disini. Hanya ada
cahaya bulan dan bintang yang menerangi, dan suara desahan napas yang terdengar
berat. Bisa dikatakan ini adalah kuburan berpasir putih. Di tengah-tengah
tempat itu, mereka melihat Hakuto. Di sebelahnya ada seorang shinobi yang tidak
dikenali. Jika mencoba untuk menebak usianya, ia tidak terlihat terlalu lebih
tua di atas Gaara. Ia memiliki ukuran tubuh yang sedang tetapi jelas berotot,
dengan rambut hitam yang pendek. Ia terlihat mirip dengan Gaara.
“Jadi kaulah
yang membawa Hakuto.”
Hakuto tidak
sedang terikat, dan juga ia sedang tidak dibawa. Apakah Gaara masih dapat
menyebut situasi itu sebagai ‘penculikan’ atau tidak, yang jelas ia tidak
memiliki kata lain untuk diucapkan.
Seorang
pria, dan seorang wanita. Mungkin seperti itulah situasi yang sedang
tergambarkan. Bagaimanapun, ada kata-kata yang harus Gaara ucapkan melihat
posisi dimana ia berdiri.
“Aku
Shigezane, dari Klan Houki.” pria itu berbicara tanpa keraguan. Ia berjalan ke
arah Gaara dengan tatapan tajam. Langkahnya terbenam diantara pasir,
meninggalkan suara gesekan serta jejak yang jelas.
“Kudengar
kau adalah pemilik dari Pertambangan Besi.”
“Sebuah
kehormatan jika anda pernah mendengar namaku. ” jawab Shigazane.
“Aku akan
dicela jika aku menggunakan teknik yang diturunkan oleh Kazekage Keempat dengan
jelek.”
“Ayahku
dulunya sering memuji kemampuanmu.” ucap Gaara.
Tidak ada kebohongan di balik
kata-katanya. Ia belum pernah berjumpa langsung dengan pria itu, tetapi
‘Shigezane dari Klan Houki’ dikenal sebagai orang yang menggunakan ninjutsu
unik untuk mengeluarkan biji besi dari dalam bumi, seorang ahli dalam
penambangan mineral dan penghancuran. Hampir mirip dengan elemen magnet, teknik
tersebut juga dapat membuat si pengguna dapat menggunakan pasir emas dari dalam
tanah. Teknik itu diajarkan oleh ayah Gaara, untuk memperbaiki kondisi
finansial desa.
Sungguh
ironis.
Jutsu Gaara
juga dipengaruhi oleh teknik milik ayahnya, tetapi lebih kepada memanipulasi
pasir yang ia miliki sejak lahir sebagai Jinchuriki. Kebenarannya adalah bahkan
tidak ada satupun keturunan Kazekage Keempat yang mewarisi tekniknya. itulah
mengapa dengan mengetahui bahwa orang yang dihadapannya adalah orang yang
dididik langsung oleh Gaara, berbagai emosi yang aneh muncul dari dalam
dirinya.
“Aku tidak
tau siapa yang menyuruhmu untuk melakukan ini,” ucap Gaara
”Tetapi apa yang kau
lakukan saat ini tidak lebih dari sebuah pengalihan. Apakah kau benar-benar
bermaksud untuk mati karena tugas seperti itu?”
“Aku sangat
sadar dengan apa yang aku lakukan.” mata Shigazane tidak bergeming. Hanya orang
yang berniat untuk berjalan langsung ke kematianlah yang terpancar dari
matanya. Warna matanya terlihat mirip dengan milik Hakuto yang berdiri di
sebelahnya. Dan dengan itu, Gaara mengerti.
“Gaara-sama!”
teriak Shijima.”Aku akan menyerang duluan!”
“!”
Shijima
berlari kearaha Shigazane. Ia mengeluarkan, menggenggam houshuriken di
tangannya dan, ketika membuat kagebunshin, ia mendorong pasir di bawahnya
dengan kekuatan penuh, melompat di udara.
“Shigazane!”
teriaknya,
”Kau telah menculik putri padahal kau sendiri berasal dari Klan
Houki, terimalah hukumanmu!”
“Shijima?!”
Shigazane langsung membuat segel tangan. Ia menggunakan elemen air, padahal
teknik itu tidak cocok digunakan di padang pasir. Tetapi selain itu kami juga
jarang memiliki teknik yang mampu melawan elemen air.
Pasir di
bawah Gaara bergetar. Getarannya berasal dari bawah !
Gaara
langsung membuat pelindung pasir, tetapi ia tidak dapat menjangkau Shijima. Air
dari bawah keluar layaknya pilar-pilar pedang air bertekanan tinggi. Terowongan
dipenuhi dengan debu dan gas, jadi teknik itu sangat sesuai untuk menggali ke
lapisan batuan. Jika dirimu terkena serangan langsung, pedang air itu dapat
memotong tubuhmu dengan mudah.
Houshuriken
milik Shijima dihentikan oleh serangan air Shijima. Angin yang tersegel di
houshuriken miliknya buyar, tetapi mampu melemahkan tekanan air itu. Walaupun
begitu serangan pedang air tersebut masih memiliki kekuatan yang bahkan cukup
kuat untuk menggores dan menyobek baju milik Shijima.
“Tch!” Gaara
langsung berlari ke arah Shijima. Ia tidak ingin melihat kunoichi yang datang
untuk membantunya terbunuh dengan kejam.
Jika
dilihat, sebenarnya Shijima mengorbankan dirinya agar Gaara dapat menyaksikan
teknik yang digunakan Shigazane dalam pertarungan. Itu maksud Shijima yang
sebenarnya. Tetapi, alasan ‘yang benar’ itu adalah omong kosong. Gaara tidak
pernah melakukan ‘hal yang benar’ selama hidupnya, bahkan hanya sekali. Ia
adalah orang yang hidup demi kasih sayang. Kasih sayang, yang dipegang ditangan
dan ia berikan kepada semua orang, tanpa mengharapkan balasan apapun. Itulah
mengapa Gaara berlari.
“Akan
kuambil nyawamu!” Shigazane kembali mengeluarkan geyser air.
“Tetapi
serangan itu terlalu sederhana.” ucap Gaara. Ia mengubah perisai pasirnya
dengan memikirkan sudut yang pas, bermaksud daripada menerima serangan itu,
lebih baik ia membelokkannya.
Tak perduli
seberapa besar tekanan yang dimiliki, jika diberikan sudut yang tepat pada
energi kinetiknya, maka pedang air tersebut akan kehilangan kemampuan
memotongnya.
Pasir putih
di sekitar Gaara bergetar, layaknya bunga yang bermekaran. Jika diamati ia
seperti sedang berada di antara kebun yang dipenuhi mawar putih.
Serangan
pedang air mengarah ke Gaara, lagi dan lagi. Tetapi air tersebut dihalangi oleh
pasirnya dan juga angin, sehingga sama sekali tidak menyentuhnya.
Pertarungan
jarak jauh seperti ini sangat membahayakan bagi Hakuto. Gaara memutuskan untuk
menyelesaikannya dengan pertarungan jarak dekat. Daat itu, Hakuto yang sampai
sekarang hanya mampu mengamati jalannya pertarungan berteriak dengan pandangan
kesedihan,
“Tuan Gaara, Shijima, larilah!”
“Hakuto!”
untuk sesaat, Shigazane melihat ke belakang bahunya. Ia terkejut, begitu juga
yang lain. Melihat adanya kesempatan, Gaara langsung menyiapkan serangan
lanjutan. Shigazane juga telah membuat sebuah segel tangan. Dapat dirasakan
bahwa dirinya sedang mengumpulkan chakra dalam jumlah besar.
“Sebuah
serangan skala besar, huh?” Gaara langsung bersiap dalam posisi bertahan.
Tetapi
kemudian, pasir di bawah kaki Gaara mulai tengelam.
“Pasir
hisap?!”
Pasir hisap
adalah fenomena yang terjadi ketika pasir dipenuhi dengan air, dan akibat jutsu
Shigazane, pasir menjadi basah dan tenggelam.
“Teknik air
yang sebelumnya hanyalah strategi untuk membasahi pasir di sekitarku!”
Layaknya
sebuah kapal yang ditarik kedalam pusaran air raksasa, dalam sekejap tubuh
Gaara sudah tenggelam hingga bagian perut ke bawah. Jika ia tidak melakukan
sesuatu, tubuhnya akan seluruhnya tertelan ke dalam pasir hisap.
Tetapi,
cukup sulit untuk berhadapan dengan pasir seperti ini. Ia tidak dapat
menahannya dengan pelindung pasir, karena dalam situasi ini, musuhnya adalah
pasir itu sendiri. Pasir di sekitarnya sedang dimanipulasi oleh chakra
Shigazane, jadi ia tidak dapat mengendalikan secara penuh pasir di sekitarnya.
“Dia
mendapatkanku... Seluruh
tempat ini adalah jebakan!”
Tapi bukan
berarti tidak mungkin untuk keluar. Sebenarnya ia sangat mungkin untuk keluar.
Ia dapat mengendalikan sejumlah kecil pasir , membungkuskan pada dirinya dan
lalu terbang. Tetapi Gaara tidak melakukan itu. Itu karena ia melihat Shijima
juga ikut terhisap. Shijima telah terluka di pertarungan yang sebelumnya
sepertinya ia tidak dapat melarikan diri. Jika ia tertarik seluruhnya, maka ia
akan mati karena kehabisan napas. Bahkan jika Gaara mengalahkan Shigazane, ia
tidak akan dapat menjangkau Shijima tepat waktu. Bahkan Gaara sendiri tidak
dapat menemukannya dalam waktu singkat di dalam area pasir yang luas itu. Oleh
karena itu, Gaara menggunakan pasirnya untuk melompat dan mengeluarkan Shijima.
“Tuan
Gaara?!” Shijima menangis, “Mengapa anda….?!”
“Jangan
bicara” ucapnya, sembari meraih tangan Shijima dan menariknya keluar. Di saat
yang sama, ia membuat pelindung pasir di sekeliling mereka.
“Sepertinya
kita tidak akan dapat keluar tepat waktu dengan terbang…! Tahan napasmu!”
ucapnya pada Shijima. Lalu mereka berdua terhisap ke dalam pasir hisap
tersebut.
Gaara telah
menyelubungi mereka berdua dengan pasirnya. Sementara perlahan mereka semakin
tenggelam ke dalam kegelapan, Gaara berusaha mengumpulkan udara di sekitar
mereka.
⁰â‚’⁰
“Aku
mengerti.” ucap Kankurou. Ia telah selesai berdebat dan berakhir dengan
memberikan anggukan setuju.
“Ahh.”
“Tuan
Kankurou!”
“Tuan
Kankurou!”
“Ketika aku
dan yang lainnya memilih Gaara sebagai Kazekage, kami juga tidak melakukannya
dengan cara yang biasa”, ucap Kankurou,
” Bisa dikatakan ini hanyalah bentuk
pengulangan dari itu, kan?”
Sudah tidak
ada jalan untuk kembali.
“Jadi apakah
kau sudah menyelesaikan rencana yang spesifik?”
“Tentu
saja.”
Kankurou
melihat ke arah protokol yang diberikan kepadanya, dan ia mendesah secara serta
merta. Protokol itu sama persis dengan rencana untuk mengendalikan sebuah kota
layaknya yang diajarkan di buku. Maksudnya jelas, tapi tidak ada bentuk
imajinasi di sana. Lebih tepatnya, tidak ada seusatu yang disebut dengan
‘elemen kejutan’. Seperti misalnya, yah! Uzumaki Naruto. Kankurou menandai
beberapa bagian dengan tinta merah, lalu menyerahkan kembali protokol tersebut
.
“Aku
mengerti.” ucapnya.
“Tapi, berjanjilah padaku. Tidak ada darah yang
ditumpahkan. Jika ada satu saja, akan ada ganjarannya. Hingga saat paling
terakhir, rencana ini adalah untuk menekan para atasan secara damai, dan
mengambil posisi Gaara sebagai Kazekage.”
“Ya, tuan!”
“Siapa yang
membuat rencana ini?”
“Saya.”
Maizuru melangkah maju dengan bangga. Kedua pipinya merona.
“Begitu.”
ucap Kankurou.
“Aku mengerti perasaanmu. Kau tidak akan melakukan sesuatu yang
buruk, kan?”
Di
tengah-tengah sorakan gembira yang kedua, Kankurou melihat ke langit-langit,
mencoba menerawang ke arah langit yang tidak dapat dilihat. Ia tidak akan dapat
kembali ke hari-harinya yang indah dan damai lagi.
.
.
.
Kegelapan.
.
.
.
Kegelapan
yang amat gelap.
Sesuatu yang
berwarna merah dan pekat menyebar di sekitarnya.
Darah.
Bau darah
selalu mengelilingi Gaara muda.
“Mengapa…
Aku berbeda dari yang lain?”
Ia terlahir
sebagai Jinchuriki. Ia adalah anak Kazekage, tetapi ia bahkan mengalami
percobaan pembunuhan yang diperintahkan oleh ayahnya sendiri. Gaara juga tidak
tau bagaimana caranya berinteraksi dengan orang lain selain melukai mereka.
Ia
bertanya-tanya sudah berapa orang yang ia bunuh. Ada orang yang ia bunuh
semata-mata hanya karena tidak suka, dan ada pula yang ia bunuh karena misi.
Pamannya, Yashamaru, sudah menjadi layaknya orang tua baginya, tetapi mati
karena mencoba untuk membunuhnya. Ia juga sudah membunuh orang lain seperti
Yashamaru.
Gaara tidak
dapat menimbang antara baik dan jahat. Ia hanya…. membunuh. Ia membunuh dan
membunuh dan membunuh, dan membuat dirinya dipenuhi darah. Ia berpikir bahwa…
Ia telah mencintai dirinya sendiri.
Ketika ia bangun,
ia melihat wajah wanita yang cantik di hadapannya.
“…..
Hakuto?”
“Anda sudah
sadar, Tuan Gaara?” ucap Shijima yang sudah merawatnya.
“Ternyata
dirimu, Shijima. Aku minta maaf.
Membandingkan
wajah antara wanita satu dengan yang lain itu adalah kesalahan. Bahkan Gaara
yang menolak dunia ini pun merasa demikian.
“Tak
masalah…” ucap Shijima.
“Yang paling penting anda sudah sadar kembali.”
Sepertinya
ia telah menggunakan chakra dalam jumlah besar. Tubuhnya serasa sangat berat.
“Dimana
kita?”
Sepertinya
di terowongan bawah tanah.” ucap Shijima.
“Sepertinya pasir tadi turun ke arah
air tadi berasal.”
Mata Gaara
akhirnya mulai beradaptasi dengan kegelapan tempat itu. Shijima
memiliki tongkat cahaya darurat di tangannya. Ia dapat melihat bangunan kuno di
sekeliling mereka. Gaara tidak
dapat melihat langit. Itu artinya mereka terjatuh cukup jauh.
“Berapa lama
waktu yang telah kita lewati?”
"Sekitar tiga
jam.”
“Begitu.”
Gara mengayuh napasnya, dan menunggu hingga chakranya pulih kembali.
Hakuto tidak
terlihat terluka. Ia sepertinya belum terbunuh saat ini, kan? Masih ada
waktu hingga matahari terbit. Ia harus tenang.
Shijima
berbicara. “Bolehkah aku bertanya sesuatu?”
“Jika
sesuatu itu dapat kujawab…..” ucap Gaara.
“….. Mengapa
anda menyelamatkanku?” tanya Shijima yang dipenuhi kebingungan. Ia mungkin
sudah menduga bahwa Gaara akan mengabaikan dirinya. Ia tidak perlu bersedih
akan hal itu. Shinobi memang seperti itu. Yang pertama, adalah misi.
Selanjutnya adalah dirimu sendiri. Sudah alamiah bagi shinobi untuk berpikir
seperti itu.
“Tidak ada
alasan.” ucap Gaara.
“Tidak ada
alasan….?!” Shijima merasa bingung.
“Kau menyelamatkanku dengan tidak hanya
mengabaikan wanita yang akan menjadi istrimu, tetapi juga dirimu! Aku hanyalah
seorang shinobi-!”
“Oi.” Gaara
merasa risih mendengar kata-kata itu.
“Jangan berbicara seperti sebuah nyawa
itu patut dipertanyakan.”
“Eh?”
“Tak masalah
nyawa siapa itu, nilainya sama dengan nyawa orang lain. Kau adalah penduduk
Sunagakure, itu berarti kau adalah bagian dari keluargaku.” Gaara sendiri tidak
mengerti mengapa ia marah.
“Memang ada waktu dimana seorang yang lebih tinggi
memerintahkan bawahannya untuk mati, tapi itu hanya terjadi ketika kemungkinan
mereka bertahan hidup sangat kecil sehingga harus mengorbankan seseorang.
Menghadapi kematian itu berbeda dengan bunuh diri, dan mempercayai seseorang
dengan misi yang sulit itu berbeda hanya berdiri dan melihat mereka mati.”
“Aku
mengerti.” ucap Shijima.
“Tetapi pertarungan tadi juga berkaitan dengan harga
diri anda. Jika anda membiarkan wanita yang akan anda nikahi dibawa -“
“Aku tau.
Para petinggi akan menggunakan itu sebagai suatu propaganda -tidak, mereka
mungkin merencakan hal itu untuk membuat itu terjadi.”
“Lalu
mengapa?”
“Karena aku
ingin menyelamatkanmu.” Gaara berbalik sehingga ia dapat melihat mata Shijima
di balik kacamatanya
“…… Dulu, di
tengah pertarungan selama ‘Penyerang Konoha’, aku bertemu seseorang. Uzumaki
Naruto. Ia shinobi yang benar-benar aneh.”
“Si
legendaris…?”
“Teknik nya,
dan juga pengetahuannya sangatlah buruk.” ucap Gaara.
“Berbeda denganku,
dibiarkan hidup layaknya manusia yang menjadi jinchuriki… Kurasa ia benar-benar
idiot.”
Ia masih
sangat muda dulunya. Dan ingatan itu berasal dari masa ujian chuunin. Di saat
itu, Gaara dikirim untuk berpartisipasi di ujian chuunin sebagai mata-mata
untuk menghancurkan Konoha dari dalam.
“Tapi…” ucap
Gaara,
“Si Naruto itu datang dan melawanku. Apa artinya hidup, tak perduli
betapapun sakitnya… Dan apa artinya menyayangi orang lain, ia mengajarkan hal
itu padaku.”
Itu adalah
ingatan yang amat berharga. Dan bukan hanya tentang Naruto. Rock Lee. Haruno
Sakura. Nara Shikamaru, yang juga menjadi kakak iparnya. Temari dan Kankurou,
yang mendukungnya walaupun mereka juga takut terhadapnya. Semuanya masih begitu
muda.
“Aku bertemu
dengannya, dan aku belajar bagaimana mencintai selain diri sendiri… Dan, aku
ingin suatu hari nanti aku dapat mencintai seseorang layaknya ibuku dan kakakku
mencintaiku. Alasan aku dapat berpikir seperti itu adalah… Karena Naruto ada.”
Sebuah
cahaya yang menerangi kegelapan, kegelapan yang abadi. Cahaya itu adalah
Naruto.
Masih ada
mimpi yang Gaara ingat jelas hingga saat itu. Mimpi yang ia lihat ketika
terkena Mugen Tsukuyomi. Ayahnya, ibunya, dan Yashamaru ada disana. Ia ada
disana, muda dan tak dipenuhi darah. Dan juga ada Naruto, temannya.
Ia tidak
merasakan cinta, status yang tinggi, ataupun kebaggaan sebagai Shinobi. Ia
hanya merasa sangat, amat sangat bahagia. Gaara tidak menyesal membuang mimpi
tersebut. Ia percaya bahwa saat ini ia hidup seperti mimpi itu, tetapi dalam
kenyataan, sebagai masa depan yang telah mereka pilih sendiri. Tetapi orang
yang membuat impian Gaara menjadi sungguh indah adalah Naruto. Jika ia tidak
bertemu Naruto, ia tidak akan merasakan sensasi persahabatan dalam genjutsu
tersebut. Ditambah, ini merupakan fakta saat ini, bahwa Gaara benar-benar
memiliki teman dan keluarga di sisinya.
“Naruto
tidak memperoleh apapun dari apa yang ia lakukan. Seharusnya ia telah membunuh
dan membenci musuh seperti ku. Tetapi ia tidak melakukannya. Itulah mengapa…. ”
Gaara memberikan senyuman kecil.
“Kurasa aku ingin mencoba melakukan sesuatu
yang tak logis juga.”
Ketika ia
mengatakan itu dengan kuat, rasanya terdengar seperti hal yang memalukan.
Tetapi , itu juga cukup menenangkan.
“Sesuatu
yang tak logis?” tanya Shijima.
“Ya. Seperti
angin yang bertiup di padang pasir. Tak terbatas apapun, mencintai semuanya…
Sebenarnya, aku ingin hidup seperti itu.”
“Ya aku
mengerti.” Shijima mengangguk, matanya terlihat mencoba menerawang jauh.
“Tapi aku
tidak benar-benar bisa melakukannya.” ucap Gaara.
“Aku memiliki banyak hal yang
tak dapat kusingkirkan, dan juga terlalu banyak yang harus aku lindungi.”
“Itu karena
anda adalah Kazekage.” ucap Shijima. Ia tersenyum. Senyuman Shijima berbeda
dengan milik Hakuto ataupun Temari. Untuk sesaat, Gaara merasa senyuman itu
mirip dengan milik ibunya yang ia lihat. Lalu ia bertanya apalah ini yang
dimaksud dengab ‘mother complex’ yang dibicarakan Temari.
“Aku juga
merasa seperti itu. ” ucap Shijima. Ia mengangkat jemarinya dan memainkan
kacamatanya.
“Aku….” shijima melepaskan kacamatanya. Matanya tertutup. Ia
terlihat mirip dengan Hakuto, tetapi senyuman Shijima lebih dipenuhi kesedihan.
“… Aku
mengorbankan diriku sendiri,” ucap Shijima.
“Untuk penelitian bagaimana
mereplikasi ‘Sharingan’ dari Konoha.”
“…. Apakah
itu Orochimaru?”
“Benar.”
Orochimaru
adalah shinobi legendaris Konoha yang telah terjatuh ke jalan yang salah. Ia
membunuh Kazekage Sunagakure dan menyamar sebagai dirinya untuk beberapa saat,
sementara ia membawa eksperimennya. Detail kejadian itu belum diklarifikasi
hingga saat ini, tetapi berpikir tentang test itu, salah satu subjek orochimaru
ada di hadapannya.
“Eksperimen
tersebut berakhir dengan kegagalan… Dan aku menyegel mataku sendiri.” ucap
Shijima.
“Aku harus, karena aku tidak memiliki jutsu untuk menahan Teknik Mata.
Dan aku mempercayakan urusan penerus klan pada adikku, Hakuto.”
Shijima
memakai kembali kacamata tebalnya.
Jadi itulah
alasannya. Sekarang Gaara mengerti mengapa ia menggunakan kacamata padahal itu
sangat tidak cocok dengan pertarungan. Kacamata itu adalah alat untuk menahan
kekuatan dari doujutsu.
“Mengapa kau
memberitahu ku?” tanya Gaara.
Bahkan jika
mereka berasal dari desa yang sama, seseorang tidak boleh dengan ceroboh
mengungkapkan tentang teknik mereka sendiri. Itu adalah aturan di dunia
shinobi. Karena mengungkapkan jutsumu sendiri kepada orang lain sama artinya
dengan mempercayakan nyawamu pada orang tersebut.
“Aku , juga…
Ingin melakukan hal yang sedikit tak logis.” ucap Shijima dengan lembut sambil
perlahan bangkit.
“Apakah itu buruk?”
Tubuh
Shijima sedikit diterangi cahaya. Ia terlihat sangat cantik.
“Tidak, ”
Gaara kemudian ikut berdiri,
“tidak buruk sama sekali.”
“Kita dapat
mencari jalan keluar dengan bantuan elemen angin milikku.” ucap Shijima.
“Aku
akan membuat kita keluar.”
“Aku
bergantung padamu.” ucap Gaara.
“Aku ingin menyimpan chakra sebanyak mungkin.”
Rasa
lelahnya telah lenyap. Kini saatnya untuk melanjutkan tujuan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar