Novel Gaara Hiden Chapter 4 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Selasa, 26 April 2016

Novel Gaara Hiden Chapter 4


BADAI PASIR



Bendungan dan hati manusia secara harfiah terlihat sama. Ketika isinya sudah melewati batas, mereka akan meluap. Tetapi pria itu telah bertahan dari banyak hal yang menggelikan hingga sekarang, jadi ia berpikir bahwa ia akan dimaafkan atas perasaannya yang meluap. Wanita itu juga berpikiran sama. Bagaimanapun… Seorang shinobi yang telah berhenti bertahan, ia tidak dapat lagi disebut sebagai shinobi. Lalu, apa yang terjadi dengan shinobi yang bukan lagi shinobi? Sudah jelas. Mereka menjadi mangsa.

 

“Kau akan pergi mengejar Hakuto sendiri…?!” Baki tidak dapat menahan rasa heran serta kebingungannya atas keputusan yang diambil Gaara. Ini karena bukan seperti itu yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin.

 

Tetapi ia tetap bersikukuh akan melakukannya. “Setidaknya, bawalah dua bawahanku bersamamu.” ucap Baki. 

 

“Tapi, jika kita berpikir dari perspektif penyelikan, seharusnya tiga orang.”

 

“Tidak mungkin kulakukan.” pria yang dulunya pernah menjadi bawahan Baki itu menggelengkan kepalanya tanpa keraguan sedikitpun.

 

“Jika kita melakukannya, ini akan menjadi sebuah misi. Kita tidak mungkin membiarkan hal ini tercatat dan akhirnya diketahui publik.”

 

Baki akhirnya mengerti apa sebenarnya tujuan Gaara. Jika hal ini dicatat, maka kemungkinan besar akan terdengar oleh publik. Tentu saja, masalah ini bukanlah sesuatu yang akan terdengar di berita TV ataupun radio. Hanya tinggal masalah waktu hingga hal ini terdengar oleh para petinggi Sunagakure. Walaupun belum ada upacara pernikahan resmi, wanita dari klan Houki itu sepertinya akan menjadi istri dari Kazekage. Dan ia tidak dapat melindungi wanitanya. Ia akan kehilangan nilai yang besar, dan akan menuai berbagai kritikan. 


Tentu saja, Gaara bukanlah tipe orang yang mementingkan reputasi. Apa yang dikhawatirkan Gaara hanyalah jika posisi Sunagakure goyah, maka dasar yang ia bangun akan runtuh. Hanya itulah yang ia permasalahkan. Jika kau mengatakan ia terobsesi dengan kekuatan… Maka katakanlah sesukamu. Hanya itu yang terlihat dari tatapan Gaara. Wajahnya terlihat sangat dewasa. 

 

“Aku mengerti.” ucap Baki. 

 

“Serahkan segala hal disini kepada kami. Kami akan bertindak layaknya tidak ada apapun yang terjadi. Tapi hanya sampai pagi tiba.”

 

“Ya. Akan kubawa Hakuto ketika matahari terbit!”

 

“Kau akan pergi?” tanya sesosok wanita yang telah menunggu Gaara di luar oasis. 

 

“Jika iya, tolong biarkan aku ikut.” Ia melihat ke arah Kazekage dengan tatapan yang tajam dari balik kacamatanya.

 

“Aku senang dengan kepedulianmu, tapi…”

 

Ucapan Gaara langsung dipotong oleh Shijima.

 

“Dari awal ini adalah misiku.” ucap Shijima, 

 

“aku harus pergi, karena semua penjaga telah dikalahkan, dan walaupun aku juga ikut terluka.” Ia lalu menunjukkan luka yang ada pada dirinya. Ia sedang membicarakan tentang tiga chuunin dari klan Houki yang sedang menjaga Hakuto, tiba-tiba dikalahkan tanpa ada suara sedikitpun. Shijima, yang kehilangan setengah kesadarannya akibat tersengat racun, juga dikalahkan.

 

“Kau hanya akan menjadi pengganggu.” ucap Gaara sembari berjalan melewati Shijima. Tetapi, Shijima kemudian memegang lengan baju Gaara.

 

“Semua racun telah dikeluarkan, dan tidak ada bagian vitalku yang terkena.” ucapnya. “Aku telah memperoleh penanganan medis, jadi saat ini aku dapat melanjutkan misi ku.”

 

“….”

 

Gaara bermaksud untuk menyingkirkan tangan Shijima dari lengan bajunya dan berniat untuk pergi, tetapi ia sadar bahwa ia tidak dapat melakukannya. Ahh begitu. Ia sedang teringat akan sesuatu. Suara shinobi yang bahkan rela mengorbankan tubuhnya sendiri untuk menyelamatkan orang lain. Ia tidak dapat melihat mata Shijima karena tertutupi oleh kacamata tebalnya, tetapi kata-kata yang ia keluarkan sama sekali tanpa keraguan.

 

“Ada kemiripan.” ucap Gaara.

 

“Maaf?”

 

“Ada seorang shinobi yang mengatakan hal yang sama denganmu. Ia sangat sulit untuk ditangani. Tipe orang yang akan terus bergerak walaupun mereka mati.”

 

“Aku tak begitu paham dengan yang anda bicarakan.”

 

“….Ku bilang akan jadi masalah jika membiarkanmu pergi.” ucap Gaara, dengan sedkit mengeluh. Tetapi ternyata ia tidak mengeluh karena itu tidak nyaman baginya.

 

 

“Begitu.” si pemimpin berbicara setelah mendengar akhir dari laporan. Ia memberi anggukan yang penuh kepuasan. Pemimpin itu adalah Toujuurou. 

 

“Secara keseluruhan”, ucap toujuurou,

 

” semuanya berjalan sesuai rencana.”

 

“Ya , tuan.”

 

Shinobi yang melayani Toujuurou adalah salah seorang bawahan Kankurou, Maijiru. Ia suka ketika seorang anak muda patuh dihadapannya. Walaupun anak muda itu memiliki penampilan yang bagus seperti Maijiru. Ini karena ia merasa iri. dulunya, ia adalah seorang pengguna taijutsu yang disebut-sebut sebagai yang terkuat di Sunagakure. Dan ia juga tidak hanya hebat dalam taijutsu. Apakah itu elemen angin, teknik pemanggilan, ataupun genjutsu, ia dapat bertahan dari semua itu di setiap medan perang. 


Tetapi lebih daripada itu, pergerakan tubuhnya yang cepat menjadi identitasnya. Namun sekarang ia telah menua. Matanya kini tak lagi dapat melihat dunia seperti dulu kala, kakinya tidak membiarkannya untuk terbang, dan jemarinya tidak dapat bergerak seperti yang ia inginkan. 

 

Walaupun begitu, orang-orang masih menganggapnya sebagai ‘manusia super’, seorang pahlawan yang masih dianggap hebat di usia tuanya kini. Tapi mereka salah. Sebenarnya tidak seperti itu. Menjadi tua artinya melangkah ke bawah. Menjadi tua berarti perlahan turun dari posisinya di puncak. Berbagai macam shinobi kini telah melebihi kemampuannya di kondisi tubuh tuanya. 


Apa artinya? Itu artinya bahwa tidak seperti dirinya saat masa muda, ia tidak lagi dapat berada di puncak. Hal tersebut tidak dapat dibiarkan. Oleh karena itu Toujuurou dikirim. Karena sama mereka tidak sehebat dirinya saat ini, suatu hari, mereka akan melebihi dirinya. Itulah mengapa aku akan menunjukkan bahwa aku adalah orang yang dibutuhkan di desa. Toujuurou memberikan Maijuru beberapa instruksi, dan kemudian kembali bersandar di sofanya yang nyaman.

 

Malam hari terasa dingin di padang pasir. Hal ini karena tidak ada awan atau embun, sungai, lautan ataupun hutan yang mampu menahan panas saat matahari bersinar terik. Itulah kenapa di saat siang hari rasanya sangat panas hingga seakan-akan kau sedang dipanggang, dan saat di malam hari kau bisa menggigil karena kedinginan. Ini bukan karena Negara Api tidak dapat mengalahkan Negara Angin. Itu bukanlah hal yang kami inginkan. 

 

Itu yang dikatakan Daimyo Negara Api. Kata-katanya tidak beralasan. Saat ini, Gaara dan Shijima jelas sedang berlari di tengah padang pasir yang dingin. Mereka tidak terbang dengan pasir Gaara karena ia takut mereka akan ketahuan. Berlari juga membantu mereka untuk mencari jejak si penculik dengan lebih akurat, selain itu juga mereka dapat menyimpan chakra.

 

“Lihat ke arah bukit pasir itu. Seperti yang diduga, mereka mengarah ke perbatasan dengan Negara Api.”

 

Disitu terlihat shinobi yang telah mengalahkan Hakuto. Dapat terlihat dari jejak kakinya. Lebih baik berpikir bahwa mereka sangat terampil. Musuh bahkan tidak terlalu kesulitan untuk mengalahkan Shijima dan para penjaga yang lain. Bahkan sepertinya ia cukup terampil untuk menghilangkan jejak kakinya dengan elemen angin ketika sambil berjalan.

 

“Cukup sulit untuk melacaknya.” Gaara bergumam pada dirinya sendiri, tetapi ia sama sekali tidak kehilangan kewibawaan. Pasir padang pasir sudah menjadi layaknya keluarga bagi Gaara. Jika bukan Gaara yang melacak shinobi tersebut, sangat bisa dipastikan bahwa ia pasti lolos, dengan tidak ada satu orangpun yang mampu melacaknya di gurun pasir yang luas itu. Teknik yang dipakai shinobi itu untuk menghilangkan jejaknya juga termasuk teknik tingkat tinggi.

 

Ketika Gaara berjalan, pasir di bawah kakinya bergerak, dan sebelum kau mengetahuinya, butiran pasir tersebut telah bergerak layaknya sedang terhisap, menunjukkan jejak kaki yang telah ditutupi. Pasir tidak berbohong kepada Gaara.

 

“Jika ia mengarah ke perbatasan, ia pasti akan melewati daerah Klan Houki. ” ucap Shijima.

 

“Ahh, itu benar. Klanmu aslinya berasal dari Negara Api, kan?”

 

“… Ya.” wajah Shijima sedikit ketakutan.

 

“Maksudku bukan begitu. ” ucap Gaara, 

 

“Aku tidak bermaksud mencelamu. Aku hanya mengecek faktanya saja. Kau tentunya lebih familiar dengan wilayah itu. Apakah ada beberapa daerah disana yang kemungkinan bisa digunakan untuk bersembunyi?”

 

“Ada sebuah tempat yang jaraknya kira-kira satu setengah jam dari sini. Itu adalah reruntuhan kuno dari sebuah kota. Itu adalah daerah terkutuk, tidak ada orang pelarian ataupun pencuri yang berani kesana.”

 

“Begitu.”

 

Ada banyak reruntuhan kota kuno di padang pasir itu. Banyak orang yang bingung apakah kota-kota tersebut dibangun dahulu sekali sebelum daerah tersebut menjadi padang pasir. Tetapi, sampai sekarang belum ada detail yang jelas. Teori yang ada hanya menyebutkan bahwa reruntuhan tersebut merupakan peninggalan zaman Rikudo Sennin dan Ootsutsuki Kaguya.

 

“Baiklah, kita istirahat sejenak.”

 

“… Kenapa, tuan? Kita harus cepat menyelamatkan nona Hakuto.”

 

Di kepalanya, Gaara memutar-mutar informasi tentang Hakuto yang diberikan oleh Baki. Kebanyakan misi yang ia jalani adalah penyusupan, pembunuhan, dan penjagaan. Semenjak ia dimasukkan dalam rahasia klannya, hubungan dalam klan, informasi tentangnya tidaklah terlalu jelas, tetapi… Ia belum memiliki banyak pengalaman tentang misi keluar dari wilayah Klannya.

 

Gaara menemukan bukit pasir yang terlihat bagus sebagai tempat beristirahat.

 

“Istirahatlah.” ucapnya. 

 

“Suhu tubuhmu telah turun lebih rendah dari yang kau pikir.”

 

“Tapi-“

 

“Duduk! Ini adalah perintah dari Kazekage. “

 

Gaara sebenarnya tidak suka menggunakan kewenangannya untuk hal seperti ini, tetapi membawa kembali Hakuto adalah prioritas utamanya.

 

“Aku mengerti.” Shijima kemudian duduk, perlahan, dan mengambil tempat di sebelah Gaara.

 

“Ini akan baik untukmu. Ucap Gaara. Ia mengeluarkan kompor portable, lalu menaruh teko kecil di atas api. Ia menambahkan air dari kantong minum, gula, daun minum, dan daun teh. Sementara menunggu teko mengeluarkan suara yang indah sebagai tanda bahwa tehnya sudah siap, Gaara melihat ke arah bintang di langit. Ia tidak mengatakan bahwa ia suka atau tidak suka pada bintang. Bintang digunakan sebagai alat untuk mengetahui lokasi diantara padang pasir dengan cara mengamati posisi bintang tadi. Itulah mengapa shinobi dari padang pasir seperti Gaara selalu melihat bintang-bintang.

 

Langit di Negara Angin sangatlah cerah. Walaupun di atas pasir banyak terlihat kumpulan debu yang berkumpul layaknya awan, tetapi langit tetap terlihat sangat bersih dan cerah. Bukan karena lampu dari kota, ataupun awan yang menghalangi pemandangan.

 

Teh di teko telah mendidih. Gaara menuangkannya ke beberapa cangkir teh portabel dengan kondisi agak tinggi. Ia melakukannya untuk memastikan ampas teh tetap tertinggal di teko. Jika ia tidak melakukannya, maka ampas teh akan ikut turun ke cangkir. Dan kau jadi harus minum teh beserta ampasnya.

 

“Minum ini.” ucap Gaara, “Hangatkan tubuhmu.”

 

“Baik, tuan.”

 

Ketika Gaara memberikan secangkir teh kepada Shijima, jemarinya secara tidak sengaja bersentuhan dengan wanita itu. Mereka saling beradu pandangan sejenak. Cahaya bintang memberikan cukup cahaya untuk memperjelas keadaan tersebut, dan Gara sadar bahwa Shijima terlihat sangat mirip dengan Hakuto, kecuali pada bagian kacamata tebalnya. Gaara menyimpulkan bahwa mereka bukan saja sekedar berasal dari Klan yang sama, tetapi ia tidak berani berasumsi lebih jauh. Keluarganya sendiri bisa dikatakan cukup rumit, dan karena Gaara pernah terluka dengan hal yang disebut keluarga, jadi Gaara tidak suka bertanya tentang masalah keluarga orang lain.

 

“… Ini hangat. ” kacamata Shijima sedikit berembun akibat uap dari teh, dan dari suaranya terdengar bahwa ia merasa senang dengan teh buatan Gaara.

 

“Sudah seharusnya.” ucap Gaara, sembari meminum tehnya.

 

Rasa dari daun teh, mint dan gula yang manis berbaur menjadi satu. Sebuah sensasi rasa yang menyenangkan bagi mereka yang tinggal di padang pasir.

 

“Malam hari di padang pasir, suhu tubuh manusia menurun dengan cepat, selain itu kadar gula dalam tubuh juga ikut menurun. Yang paling ditakutkan adalah hal itu terjadi tanpa kita sadari.”

 

“Tanpa disadari? Apakah aku baru saja mengalaminya?”

 

“Tak ada yang sadar. Termasuk aku.” ucap Gaara sambil meminum kembali tehnya. “Padang pasir bukanlah tempat orang bisa hidup. Itulah mengapa insting bertahan hidup menjadi tidak terkontrol disini. Aku banyak melihat shinobi dari negara lain yang sudah tidak lagi dapat merasakan panas ataupun dingin, lalu meninggal.” Bahkan Gaara, orang yang memiliki pertahanan mutlak juga memiliki kemungkinan untuk mengalaminya. Pertahanan mutlak miliknya akan memblok setiap serangan ke arahnya, tetapi secara alamiah, itu tidak akan membantunya dalam memperoleh kemenangan.

 

“Agar kita tidak mati seperti itu, sangat penting untuk menjaga tempo serta kondisi kita. Istirahatlah setiap dua jam sekali. Selagi istirahat, minumlah teh yang manis. Jika terus melakukannya, fase istirahat itu akan menyelamatkan dirimu.”

 

Angin kembali bertiup, mengubah warna padang pasir sekali lagi.

 

“Shinobi yang menculik Hakuto sama sekali belum beristirahat. Tetapi itu tidak akan lama. Dalam waktu dekat, ia harus istirahat apa yang paling penting dari seorang shinobi agar dapat terus bertahan bukanlah idealismenya, melainkan kemampuan.”

 

“…Boleh aku bertanya satu hal kepada Anda?” tanya Shijima. Ia sedang menatap ke cangkir tehnya yang setengah kosong seakan-akan matanya sedang menerawang jauh.

 

“Apa itu?” tanya Gaara.

 

“Kenapa kau melakukan sampai sejauh ini?”

 

“Demi kejayaan Sunagakure.” ucap Gaara. 

 

“Karena aku adalah Kazekage yang bertanggung jawab untuk masa depan desa.”

 

“Hanya itu?”

 

“Tentu saja Hakuto itu penting. Aku tak akan membiarkannya diselamatkan oleh orang lain.”

 

Urutannya seharusnya dirubah sehingga Hakuto akan diucapkan pertama kali, tetapi Gaara adalah orang yang sangat serius bahkan hingga membiarkan kebohongan berbaur diantara kata-katanya.

 

“Kenapa?” tanya Gaara.

 

“….Tidak. Bukan apa-apa.”

 

“Begitu. Kalau begitu kita harus segera beranjak sekarang. Kita harus mengejar shinobi itu.”

 

Gaara berdiri, mengumpulkan dedauan yang tertinggal di teko ke dalam sedikit air teh yang tersisa di cangkirnya, lalu melemparkannya dengan gerakan yang agak dibesar-besarkan ke arah angin gurun.

 

“… Apakah itu sejenis ninjutsu?”

 

“Mantera. ” ucap Gaara dengan tampang yang sangat serius.

 

“Mantera?”

 

“Kakakku, Temari, mengajarkannya padaku. Hal ini sudah turun temurun diajarkan pada Klan Kazekage. Sebuah mantera yang membuatmu dapat meminjam kekuatan dari roh padang pasir untuk menyelamatkan orang yang kau sayangi.”

 

“Begitukah?” sebuah senyuman kecil terpampang di wajah Shijima.

 

“Kalau begitu, kuharap para roh meminjamkan kekuatan mereka, dan harapan terkabulkan. Aku akan memberikan sedikit kekuatan yang ku punya juga.”

 

“Aku akan bergantung padamu.”

 

Keduanya kembali berjalan di tengah padang pasir.

 

Aku tidak pernah berpikir akan mencapai keadaan seperti ini dengan sangat cepat. Kankurou telah kembali ke Sunagakure, hal terlihat di wajahnya adalah ekspresi seseorang yang baru saja memakan lemon yang asam.

 

“Tuan Kankurou.”

 

Sekitar dua puluh shinobi muda datang mengelilinginya. Masing-masing dari mereka merupakan korban dari Perang Dunia Shinobi Keempat yang dibesarkan olehnya. Dapat dikatakan bahwa mereka itu polos. Mereka semua, laki-laki dan perempuan, masih berusia remaja.

 

“Kami telah berdiskusi untuk sesaat, dan akhirnya, kami menyimpulkan bahwa kami tidak setuju dengan pemerintahan yang sekarang.”

 

“Lihatlah kalian. Kalian sedang membicarakan sesuatu yang sangat krusial.” Kankurou menggelengkan kepalanya, sepertinya mereka sedang bercanda, tapi tatapan serius terlihat dari mata mereka. Mereka benar-benar membicarakan sesuatu yang tak seharusnya, pikirnya.

 

“Di bawah label manis dari sebuah ‘pengenduran’, sebenarnya yang terjadi adalah semua anggaran sedang dikurangi, dan bahkan kami tidak lagi diberikan pekerjaan.”

 

“Kami tidak lagi dapat bertahan dengan kebijakan pemerintahan tuan Gaara yang terkesan lemah!”

 

“Ketika kami dipaksa untuk bertahan dengan gaya hidup yang keras seperti ini, dia malah enak-enakan keluar dan merencanakan pertemuan pernikahan yang mewah.”

 

“Kami rasa orang yang seharusnya memimpin kami adalah dirimu, tuan Kankurou, sebagai anak tertua Kazekage yang sebelumnya!”

 

“….”

 

Ia dapat mengerti perasaan mereka. Daimyo mengansumsikan shinobi Sunagakure sebagai alat yang dapat digantikan. Dan menanggapi pengenduran tersebut, mereka terus memberikan misi ke desa lain yang lebih murah untuk menahan anggaran. Tapi tentu saja, itu hanya berlaku untuk mereka yang dipercayakan dengan uang pajak warga serta mengelolanya dengan baik. Dan bahkan, sejak masa lalu.. ada sebuah perjanjian yang mengatakan bahwa shinobi akan menjaga negara, dan daimyo yang akan mengelola negara.

 

Gaara bukannya tidak berkompeten. Adiknya sedang memikirkan sebuah solusi dimana orang Sunagakure, dan semua orang di daerah itu dapat hidup layak. Dan selangkah demi selangkah, ia mulai makin dekat dengan tujuan itu. Tetapi ia tetap tidak bisa menyenangkan semua orang dengan tujuannya.

 

Jalan yang dipilih Gaara adalah jalan ‘keadilan’, bukan hanya untuk Suna. Jika perang dunia shinobi kembali pecah, dan Suna berhasil mengalahkan desa lain dan mengambil semua harta benda serta tanah subur mereka, lalu , ya! itu mungkin merupakan bentuk kompensasi dan hadiah, sebagaimana yang dikatakan oleh shinobi muda tadi. 

 

Tetapi mereka akan berdiri di atas bukit mayat, dan mereka akan memperoleh kejayaan yang melahirkan kebencian. Lebih jauh lagi, apa yang terjadi jika merekalah yang kalah perang? Jika sekali lagi Sunagakure dikalahkan, maka mereka tidak akan sanggup berdiri lagi. Itulah mengapa Gaara memilih jalan ‘kedamaian’. Bukan karena idealismenya, tetapi kerena ia berpikir secara relalistis demi kebaikan negaranya. Bekerja sama dengan desa lain memang tidak akan menunjukkan hasil dalam waktu dekat, tetapi berkat kerjasama itu, Sunagakure akan menjadi lebih makmur daripada sebelumnya. Gaara telah memikirkan ini semua.

 

“Apakah ini artinya….” ucap Kankurou, “Kalian bermaksud membunuh Gaara?”

 

“!”

 

Semua shinobi itu terdiam membisu. Walaupun tak satupun dari mereka yang menyaksikan Perang Dunia Shinobi Ke-empat secara langsung, mereka semua tahu kemampuan bertarung Gaara yang legendaris. Gaara telah bertarung pada level melawan ‘dewa’ dan keluarga Ootsutsuki Kaguya, dan juga boneka yang dikirim dari bulan. Ia adalah Kazekage diantara Kazegake. Bahkan sampai sekarang, ketika mereka berbicara tentang kudeta, semua shinobi muda tentunya percaya dengan Gaara.

 

“Itu- kami tidak bermaksud seperti itu.”

 

“Kami hanya berpikir bahwa tuan Gaara dapat mengambil posisi sebagai penasihat, dan tuan Kankurou dapat menjadi Kazekage.”

 

“Kami hanya ingin menarik tuan Gaara dari ranah politik.”

 

“Begitu… Kalian sedang memikirkan tentang hal itu rupanya.”

 

Jika para shinobi muda itu melakukannya, maka kekuatan dari luar akan sulit melihatnya sebagai pukulan yang mendadak. Jika perubahan politik di Suna dilakukan dengan cara itu, maka desa lain tidak akan memiliki alasan untuk membantu.

 

“Tuan Kankurou!”

 

Bisa dikatakan Sunagakure adalah desa yang miskin. Tapi tentu saja, ada desa yang bahkan lebih miskin dari Suna. Kankurou berpikir bahwa perubahan yang dibawa oleh pemerintahan Gaara sudah sangat hebat. Tetapi, ketika para shinobi muda berinteraksi dengan desa lain dan membandingkan antara desanya dengan desa yang lain, mereka tersadar bahwa sebenarnya Sunagakure masih tergolong miskin. Oleh sebab itu, mereka mulai merasakan ketidaknyamanan. Contohnya, ketika bertanya kepada Kankurou atau Temari, mereka akan berkata, ‘jika dibandingkan dengan masa penyerangan Konoha, kehidupan setiap orang saat ini sudah jauh lebih baik’. Tetapi para shinobi muda itu hanya tau kata ‘sekarang’.

 

“Tuan Kankurou!”

 

“Tuan Kankurou!”

 

“Tolong beri tahu kami apa keputusan anda!”

 

Dua puluh pasang mata menatap tajam ke arah Kankurou. Ia tidak punya pilihan selain memberi mereka jawaban.


⁰â‚’⁰

Gaara merasa ia sedang melihat kuburan batu dengan jumlah yang banyak terbentang di sekitarnya, saling berbaris satu sama lain. Ia dapat mengerti mengapa bahkan para pencuri tidak ingin datang ke tempat ini.

 

Pasirnya berwarna putih, membuatmu berpikir apakah mereka berasal dari tulang-belulang yang telah hancur. Bangunan-bangunan yang mencuat ke atas dari dalam pasir kemungkinan besar adalah gedung pencakar langit yang dibangun oleh orang zaman dahulu. Bahkan saat ini, kau dapat merasakan jika ada sekumpulan orang yang dulunya tinggal disini.

 

Keadaan kursi yang masih sama, tiang-tiang besi yang dulunya adalah lampu jalan, jalanan lebar, kereta api yang terbaring di atas rel tanpa ada seorangpun yang menaikinya, komputer yang terkubur di pasir…

 

Tidak diketahui kemana perginya orang-orang yang dulu tinggal disini. Hanya ada cahaya bulan dan bintang yang menerangi, dan suara desahan napas yang terdengar berat. Bisa dikatakan ini adalah kuburan berpasir putih. Di tengah-tengah tempat itu, mereka melihat Hakuto. Di sebelahnya ada seorang shinobi yang tidak dikenali. Jika mencoba untuk menebak usianya, ia tidak terlihat terlalu lebih tua di atas Gaara. Ia memiliki ukuran tubuh yang sedang tetapi jelas berotot, dengan rambut hitam yang pendek. Ia terlihat mirip dengan Gaara.

 

“Jadi kaulah yang membawa Hakuto.”

 

Hakuto tidak sedang terikat, dan juga ia sedang tidak dibawa. Apakah Gaara masih dapat menyebut situasi itu sebagai ‘penculikan’ atau tidak, yang jelas ia tidak memiliki kata lain untuk diucapkan.

 

Seorang pria, dan seorang wanita. Mungkin seperti itulah situasi yang sedang tergambarkan. Bagaimanapun, ada kata-kata yang harus Gaara ucapkan melihat posisi dimana ia berdiri.

 

“Aku Shigezane, dari Klan Houki.” pria itu berbicara tanpa keraguan. Ia berjalan ke arah Gaara dengan tatapan tajam. Langkahnya terbenam diantara pasir, meninggalkan suara gesekan serta jejak yang jelas.

 

“Kudengar kau adalah pemilik dari Pertambangan Besi.”

 

“Sebuah kehormatan jika anda pernah mendengar namaku. ” jawab Shigazane. 

 

“Aku akan dicela jika aku menggunakan teknik yang diturunkan oleh Kazekage Keempat dengan jelek.”

 

“Ayahku dulunya sering memuji kemampuanmu.” ucap Gaara. 

 

Tidak ada kebohongan di balik kata-katanya. Ia belum pernah berjumpa langsung dengan pria itu, tetapi ‘Shigezane dari Klan Houki’ dikenal sebagai orang yang menggunakan ninjutsu unik untuk mengeluarkan biji besi dari dalam bumi, seorang ahli dalam penambangan mineral dan penghancuran. Hampir mirip dengan elemen magnet, teknik tersebut juga dapat membuat si pengguna dapat menggunakan pasir emas dari dalam tanah. Teknik itu diajarkan oleh ayah Gaara, untuk memperbaiki kondisi finansial desa.

 

Sungguh ironis.

 

Jutsu Gaara juga dipengaruhi oleh teknik milik ayahnya, tetapi lebih kepada memanipulasi pasir yang ia miliki sejak lahir sebagai Jinchuriki. Kebenarannya adalah bahkan tidak ada satupun keturunan Kazekage Keempat yang mewarisi tekniknya. itulah mengapa dengan mengetahui bahwa orang yang dihadapannya adalah orang yang dididik langsung oleh Gaara, berbagai emosi yang aneh muncul dari dalam dirinya.

 

“Aku tidak tau siapa yang menyuruhmu untuk melakukan ini,” ucap Gaara

 

”Tetapi apa yang kau lakukan saat ini tidak lebih dari sebuah pengalihan. Apakah kau benar-benar bermaksud untuk mati karena tugas seperti itu?”

 

“Aku sangat sadar dengan apa yang aku lakukan.” mata Shigazane tidak bergeming. Hanya orang yang berniat untuk berjalan langsung ke kematianlah yang terpancar dari matanya. Warna matanya terlihat mirip dengan milik Hakuto yang berdiri di sebelahnya. Dan dengan itu, Gaara mengerti.

 

“Gaara-sama!” teriak Shijima.”Aku akan menyerang duluan!”

 

“!”

 

Shijima berlari kearaha Shigazane. Ia mengeluarkan, menggenggam houshuriken di tangannya dan, ketika membuat kagebunshin, ia mendorong pasir di bawahnya dengan kekuatan penuh, melompat di udara.

 

“Shigazane!” teriaknya,

 

”Kau telah menculik putri padahal kau sendiri berasal dari Klan Houki, terimalah hukumanmu!”

 

“Shijima?!” Shigazane langsung membuat segel tangan. Ia menggunakan elemen air, padahal teknik itu tidak cocok digunakan di padang pasir. Tetapi selain itu kami juga jarang memiliki teknik yang mampu melawan elemen air.

 

Pasir di bawah Gaara bergetar. Getarannya berasal dari bawah !

 

Gaara langsung membuat pelindung pasir, tetapi ia tidak dapat menjangkau Shijima. Air dari bawah keluar layaknya pilar-pilar pedang air bertekanan tinggi. Terowongan dipenuhi dengan debu dan gas, jadi teknik itu sangat sesuai untuk menggali ke lapisan batuan. Jika dirimu terkena serangan langsung, pedang air itu dapat memotong tubuhmu dengan mudah.

 

Houshuriken milik Shijima dihentikan oleh serangan air Shijima. Angin yang tersegel di houshuriken miliknya buyar, tetapi mampu melemahkan tekanan air itu. Walaupun begitu serangan pedang air tersebut masih memiliki kekuatan yang bahkan cukup kuat untuk menggores dan menyobek baju milik Shijima.

 

“Tch!” Gaara langsung berlari ke arah Shijima. Ia tidak ingin melihat kunoichi yang datang untuk membantunya terbunuh dengan kejam.

 

Jika dilihat, sebenarnya Shijima mengorbankan dirinya agar Gaara dapat menyaksikan teknik yang digunakan Shigazane dalam pertarungan. Itu maksud Shijima yang sebenarnya. Tetapi, alasan ‘yang benar’ itu adalah omong kosong. Gaara tidak pernah melakukan ‘hal yang benar’ selama hidupnya, bahkan hanya sekali. Ia adalah orang yang hidup demi kasih sayang. Kasih sayang, yang dipegang ditangan dan ia berikan kepada semua orang, tanpa mengharapkan balasan apapun. Itulah mengapa Gaara berlari.

 

“Akan kuambil nyawamu!” Shigazane kembali mengeluarkan geyser air.

 

“Tetapi serangan itu terlalu sederhana.” ucap Gaara. Ia mengubah perisai pasirnya dengan memikirkan sudut yang pas, bermaksud daripada menerima serangan itu, lebih baik ia membelokkannya.

 

Tak perduli seberapa besar tekanan yang dimiliki, jika diberikan sudut yang tepat pada energi kinetiknya, maka pedang air tersebut akan kehilangan kemampuan memotongnya.

 

Pasir putih di sekitar Gaara bergetar, layaknya bunga yang bermekaran. Jika diamati ia seperti sedang berada di antara kebun yang dipenuhi mawar putih.

 

Serangan pedang air mengarah ke Gaara, lagi dan lagi. Tetapi air tersebut dihalangi oleh pasirnya dan juga angin, sehingga sama sekali tidak menyentuhnya.

 

Pertarungan jarak jauh seperti ini sangat membahayakan bagi Hakuto. Gaara memutuskan untuk menyelesaikannya dengan pertarungan jarak dekat. Daat itu, Hakuto yang sampai sekarang hanya mampu mengamati jalannya pertarungan berteriak dengan pandangan kesedihan,

 

“Tuan Gaara, Shijima, larilah!”

 

“Hakuto!” untuk sesaat, Shigazane melihat ke belakang bahunya. Ia terkejut, begitu juga yang lain. Melihat adanya kesempatan, Gaara langsung menyiapkan serangan lanjutan. Shigazane juga telah membuat sebuah segel tangan. Dapat dirasakan bahwa dirinya sedang mengumpulkan chakra dalam jumlah besar.

 

“Sebuah serangan skala besar, huh?” Gaara langsung bersiap dalam posisi bertahan.

 

Tetapi kemudian, pasir di bawah kaki Gaara mulai tengelam.

 

“Pasir hisap?!”

 

Pasir hisap adalah fenomena yang terjadi ketika pasir dipenuhi dengan air, dan akibat jutsu Shigazane, pasir menjadi basah dan tenggelam.

 

“Teknik air yang sebelumnya hanyalah strategi untuk membasahi pasir di sekitarku!”

 

Layaknya sebuah kapal yang ditarik kedalam pusaran air raksasa, dalam sekejap tubuh Gaara sudah tenggelam hingga bagian perut ke bawah. Jika ia tidak melakukan sesuatu, tubuhnya akan seluruhnya tertelan ke dalam pasir hisap.

 

Tetapi, cukup sulit untuk berhadapan dengan pasir seperti ini. Ia tidak dapat menahannya dengan pelindung pasir, karena dalam situasi ini, musuhnya adalah pasir itu sendiri. Pasir di sekitarnya sedang dimanipulasi oleh chakra Shigazane, jadi ia tidak dapat mengendalikan secara penuh pasir di sekitarnya.

 

“Dia mendapatkanku... Seluruh tempat ini adalah jebakan!”

 

Tapi bukan berarti tidak mungkin untuk keluar. Sebenarnya ia sangat mungkin untuk keluar. Ia dapat mengendalikan sejumlah kecil pasir , membungkuskan pada dirinya dan lalu terbang. Tetapi Gaara tidak melakukan itu. Itu karena ia melihat Shijima juga ikut terhisap. Shijima telah terluka di pertarungan yang sebelumnya sepertinya ia tidak dapat melarikan diri. Jika ia tertarik seluruhnya, maka ia akan mati karena kehabisan napas. Bahkan jika Gaara mengalahkan Shigazane, ia tidak akan dapat menjangkau Shijima tepat waktu. Bahkan Gaara sendiri tidak dapat menemukannya dalam waktu singkat di dalam area pasir yang luas itu. Oleh karena itu, Gaara menggunakan pasirnya untuk melompat dan mengeluarkan Shijima.

 

“Tuan Gaara?!” Shijima menangis, “Mengapa anda….?!”

 

“Jangan bicara” ucapnya, sembari meraih tangan Shijima dan menariknya keluar. Di saat yang sama, ia membuat pelindung pasir di sekeliling mereka.

 

“Sepertinya kita tidak akan dapat keluar tepat waktu dengan terbang…! Tahan napasmu!” ucapnya pada Shijima. Lalu mereka berdua terhisap ke dalam pasir hisap tersebut.

 

Gaara telah menyelubungi mereka berdua dengan pasirnya. Sementara perlahan mereka semakin tenggelam ke dalam kegelapan, Gaara berusaha mengumpulkan udara di sekitar mereka.


⁰â‚’⁰

“Aku mengerti.” ucap Kankurou. Ia telah selesai berdebat dan berakhir dengan memberikan anggukan setuju.

 

“Ahh.”

 

“Tuan Kankurou!”

 

“Tuan Kankurou!”

 

“Ketika aku dan yang lainnya memilih Gaara sebagai Kazekage, kami juga tidak melakukannya dengan cara yang biasa”, ucap Kankurou,

 

” Bisa dikatakan ini hanyalah bentuk pengulangan dari itu, kan?”

 

Sudah tidak ada jalan untuk kembali.

 

“Jadi apakah kau sudah menyelesaikan rencana yang spesifik?”

 

“Tentu saja.”

 

Kankurou melihat ke arah protokol yang diberikan kepadanya, dan ia mendesah secara serta merta. Protokol itu sama persis dengan rencana untuk mengendalikan sebuah kota layaknya yang diajarkan di buku. Maksudnya jelas, tapi tidak ada bentuk imajinasi di sana. Lebih tepatnya, tidak ada seusatu yang disebut dengan ‘elemen kejutan’. Seperti misalnya, yah! Uzumaki Naruto. Kankurou menandai beberapa bagian dengan tinta merah, lalu menyerahkan kembali protokol tersebut .

 

“Aku mengerti.” ucapnya. 

 

“Tapi, berjanjilah padaku. Tidak ada darah yang ditumpahkan. Jika ada satu saja, akan ada ganjarannya. Hingga saat paling terakhir, rencana ini adalah untuk menekan para atasan secara damai, dan mengambil posisi Gaara sebagai Kazekage.”

 

“Ya, tuan!”

 

“Siapa yang membuat rencana ini?”

 

“Saya.” Maizuru melangkah maju dengan bangga. Kedua pipinya merona.

 

“Begitu.” ucap Kankurou. 

 

“Aku mengerti perasaanmu. Kau tidak akan melakukan sesuatu yang buruk, kan?”

 

Di tengah-tengah sorakan gembira yang kedua, Kankurou melihat ke langit-langit, mencoba menerawang ke arah langit yang tidak dapat dilihat. Ia tidak akan dapat kembali ke hari-harinya yang indah dan damai lagi.

.

.

.

Kegelapan.

.

.

.

Kegelapan yang amat gelap.

 

Sesuatu yang berwarna merah dan pekat menyebar di sekitarnya.

 

Darah.

 

Bau darah selalu mengelilingi Gaara muda.

 

“Mengapa… Aku berbeda dari yang lain?”

 

Ia terlahir sebagai Jinchuriki. Ia adalah anak Kazekage, tetapi ia bahkan mengalami percobaan pembunuhan yang diperintahkan oleh ayahnya sendiri. Gaara juga tidak tau bagaimana caranya berinteraksi dengan orang lain selain melukai mereka.

 

Ia bertanya-tanya sudah berapa orang yang ia bunuh. Ada orang yang ia bunuh semata-mata hanya karena tidak suka, dan ada pula yang ia bunuh karena misi. Pamannya, Yashamaru, sudah menjadi layaknya orang tua baginya, tetapi mati karena mencoba untuk membunuhnya. Ia juga sudah membunuh orang lain seperti Yashamaru.

 

Gaara tidak dapat menimbang antara baik dan jahat. Ia hanya…. membunuh. Ia membunuh dan membunuh dan membunuh, dan membuat dirinya dipenuhi darah. Ia berpikir bahwa… Ia telah mencintai dirinya sendiri.

 

Ketika ia bangun, ia melihat wajah wanita yang cantik di hadapannya.

 

“….. Hakuto?”

 

“Anda sudah sadar, Tuan Gaara?” ucap Shijima yang sudah merawatnya.

 

“Ternyata dirimu, Shijima. Aku minta maaf.

 

Membandingkan wajah antara wanita satu dengan yang lain itu adalah kesalahan. Bahkan Gaara yang menolak dunia ini pun merasa demikian.

 

“Tak masalah…” ucap Shijima. 

 

“Yang paling penting anda sudah sadar kembali.”

 

Sepertinya ia telah menggunakan chakra dalam jumlah besar. Tubuhnya serasa sangat berat.

 

“Dimana kita?”

 

Sepertinya di terowongan bawah tanah.” ucap Shijima.

 

“Sepertinya pasir tadi turun ke arah air tadi berasal.”

 

Mata Gaara akhirnya mulai beradaptasi dengan kegelapan tempat itu. Shijima memiliki tongkat cahaya darurat di tangannya. Ia dapat melihat bangunan kuno di sekeliling mereka. Gaara tidak dapat melihat langit. Itu artinya mereka terjatuh cukup jauh.

 

“Berapa lama waktu yang telah kita lewati?”

 

"Sekitar tiga jam.”

 

“Begitu.” Gara mengayuh napasnya, dan menunggu hingga chakranya pulih kembali.

 

Hakuto tidak terlihat terluka. Ia sepertinya belum terbunuh saat ini, kan? Masih ada waktu hingga matahari terbit. Ia harus tenang.

 

Shijima berbicara. “Bolehkah aku bertanya sesuatu?”

 

“Jika sesuatu itu dapat kujawab…..” ucap Gaara.

 

“….. Mengapa anda menyelamatkanku?” tanya Shijima yang dipenuhi kebingungan. Ia mungkin sudah menduga bahwa Gaara akan mengabaikan dirinya. Ia tidak perlu bersedih akan hal itu. Shinobi memang seperti itu. Yang pertama, adalah misi. Selanjutnya adalah dirimu sendiri. Sudah alamiah bagi shinobi untuk berpikir seperti itu.

 

“Tidak ada alasan.” ucap Gaara.

 

“Tidak ada alasan….?!” Shijima merasa bingung. 

 

“Kau menyelamatkanku dengan tidak hanya mengabaikan wanita yang akan menjadi istrimu, tetapi juga dirimu! Aku hanyalah seorang shinobi-!”

 

“Oi.” Gaara merasa risih mendengar kata-kata itu. 

 

“Jangan berbicara seperti sebuah nyawa itu patut dipertanyakan.”

 

“Eh?”

 

“Tak masalah nyawa siapa itu, nilainya sama dengan nyawa orang lain. Kau adalah penduduk Sunagakure, itu berarti kau adalah bagian dari keluargaku.” Gaara sendiri tidak mengerti mengapa ia marah. 

 

“Memang ada waktu dimana seorang yang lebih tinggi memerintahkan bawahannya untuk mati, tapi itu hanya terjadi ketika kemungkinan mereka bertahan hidup sangat kecil sehingga harus mengorbankan seseorang. Menghadapi kematian itu berbeda dengan bunuh diri, dan mempercayai seseorang dengan misi yang sulit itu berbeda hanya berdiri dan melihat mereka mati.”

 

“Aku mengerti.” ucap Shijima. 

 

“Tetapi pertarungan tadi juga berkaitan dengan harga diri anda. Jika anda membiarkan wanita yang akan anda nikahi dibawa -“

 

“Aku tau. Para petinggi akan menggunakan itu sebagai suatu propaganda -tidak, mereka mungkin merencakan hal itu untuk membuat itu terjadi.”

 

“Lalu mengapa?”

 

“Karena aku ingin menyelamatkanmu.” Gaara berbalik sehingga ia dapat melihat mata Shijima di balik kacamatanya

 

“…… Dulu, di tengah pertarungan selama ‘Penyerang Konoha’, aku bertemu seseorang. Uzumaki Naruto. Ia shinobi yang benar-benar aneh.”

 

“Si legendaris…?”

 

“Teknik nya, dan juga pengetahuannya sangatlah buruk.” ucap Gaara. 

 

“Berbeda denganku, dibiarkan hidup layaknya manusia yang menjadi jinchuriki… Kurasa ia benar-benar idiot.”

 

Ia masih sangat muda dulunya. Dan ingatan itu berasal dari masa ujian chuunin. Di saat itu, Gaara dikirim untuk berpartisipasi di ujian chuunin sebagai mata-mata untuk menghancurkan Konoha dari dalam.

 

“Tapi…” ucap Gaara, 

 

“Si Naruto itu datang dan melawanku. Apa artinya hidup, tak perduli betapapun sakitnya… Dan apa artinya menyayangi orang lain, ia mengajarkan hal itu padaku.”

 

Itu adalah ingatan yang amat berharga. Dan bukan hanya tentang Naruto. Rock Lee. Haruno Sakura. Nara Shikamaru, yang juga menjadi kakak iparnya. Temari dan Kankurou, yang mendukungnya walaupun mereka juga takut terhadapnya. Semuanya masih begitu muda.

 

“Aku bertemu dengannya, dan aku belajar bagaimana mencintai selain diri sendiri… Dan, aku ingin suatu hari nanti aku dapat mencintai seseorang layaknya ibuku dan kakakku mencintaiku. Alasan aku dapat berpikir seperti itu adalah… Karena Naruto ada.”

 

Sebuah cahaya yang menerangi kegelapan, kegelapan yang abadi. Cahaya itu adalah Naruto.

 

Masih ada mimpi yang Gaara ingat jelas hingga saat itu. Mimpi yang ia lihat ketika terkena Mugen Tsukuyomi. Ayahnya, ibunya, dan Yashamaru ada disana. Ia ada disana, muda dan tak dipenuhi darah. Dan juga ada Naruto, temannya.

 

Ia tidak merasakan cinta, status yang tinggi, ataupun kebaggaan sebagai Shinobi. Ia hanya merasa sangat, amat sangat bahagia. Gaara tidak menyesal membuang mimpi tersebut. Ia percaya bahwa saat ini ia hidup seperti mimpi itu, tetapi dalam kenyataan, sebagai masa depan yang telah mereka pilih sendiri. Tetapi orang yang membuat impian Gaara menjadi sungguh indah adalah Naruto. Jika ia tidak bertemu Naruto, ia tidak akan merasakan sensasi persahabatan dalam genjutsu tersebut. Ditambah, ini merupakan fakta saat ini, bahwa Gaara benar-benar memiliki teman dan keluarga di sisinya.

 

“Naruto tidak memperoleh apapun dari apa yang ia lakukan. Seharusnya ia telah membunuh dan membenci musuh seperti ku. Tetapi ia tidak melakukannya. Itulah mengapa…. ” Gaara memberikan senyuman kecil. 

 

“Kurasa aku ingin mencoba melakukan sesuatu yang tak logis juga.”

 

Ketika ia mengatakan itu dengan kuat, rasanya terdengar seperti hal yang memalukan. Tetapi , itu juga cukup menenangkan.

 

“Sesuatu yang tak logis?” tanya Shijima.

 

“Ya. Seperti angin yang bertiup di padang pasir. Tak terbatas apapun, mencintai semuanya… Sebenarnya, aku ingin hidup seperti itu.”

 

“Ya aku mengerti.” Shijima mengangguk, matanya terlihat mencoba menerawang jauh.

 

“Tapi aku tidak benar-benar bisa melakukannya.” ucap Gaara. 

 

“Aku memiliki banyak hal yang tak dapat kusingkirkan, dan juga terlalu banyak yang harus aku lindungi.”

 

“Itu karena anda adalah Kazekage.” ucap Shijima. Ia tersenyum. Senyuman Shijima berbeda dengan milik Hakuto ataupun Temari. Untuk sesaat, Gaara merasa senyuman itu mirip dengan milik ibunya yang ia lihat. Lalu ia bertanya apalah ini yang dimaksud dengab ‘mother complex’ yang dibicarakan Temari.

 

“Aku juga merasa seperti itu. ” ucap Shijima. Ia mengangkat jemarinya dan memainkan kacamatanya. 

 

“Aku….” shijima melepaskan kacamatanya. Matanya tertutup. Ia terlihat mirip dengan Hakuto, tetapi senyuman Shijima lebih dipenuhi kesedihan.

 

“… Aku mengorbankan diriku sendiri,” ucap Shijima. 

 

“Untuk penelitian bagaimana mereplikasi ‘Sharingan’ dari Konoha.”

 

“…. Apakah itu Orochimaru?”

 

“Benar.”

 

Orochimaru adalah shinobi legendaris Konoha yang telah terjatuh ke jalan yang salah. Ia membunuh Kazekage Sunagakure dan menyamar sebagai dirinya untuk beberapa saat, sementara ia membawa eksperimennya. Detail kejadian itu belum diklarifikasi hingga saat ini, tetapi berpikir tentang test itu, salah satu subjek orochimaru ada di hadapannya.

 

“Eksperimen tersebut berakhir dengan kegagalan… Dan aku menyegel mataku sendiri.” ucap Shijima. 

 

“Aku harus, karena aku tidak memiliki jutsu untuk menahan Teknik Mata. Dan aku mempercayakan urusan penerus klan pada adikku, Hakuto.”

 

Shijima memakai kembali kacamata tebalnya.

 

Jadi itulah alasannya. Sekarang Gaara mengerti mengapa ia menggunakan kacamata padahal itu sangat tidak cocok dengan pertarungan. Kacamata itu adalah alat untuk menahan kekuatan dari doujutsu.

 

“Mengapa kau memberitahu ku?” tanya Gaara.

 

Bahkan jika mereka berasal dari desa yang sama, seseorang tidak boleh dengan ceroboh mengungkapkan tentang teknik mereka sendiri. Itu adalah aturan di dunia shinobi. Karena mengungkapkan jutsumu sendiri kepada orang lain sama artinya dengan mempercayakan nyawamu pada orang tersebut.

 

“Aku , juga… Ingin melakukan hal yang sedikit tak logis.” ucap Shijima dengan lembut sambil perlahan bangkit. 

 

“Apakah itu buruk?”

 

Tubuh Shijima sedikit diterangi cahaya. Ia terlihat sangat cantik.

 

“Tidak, ” Gaara kemudian ikut berdiri, 

 

“tidak buruk sama sekali.”

 

“Kita dapat mencari jalan keluar dengan bantuan elemen angin milikku.” ucap Shijima. 

 

“Aku akan membuat kita keluar.”

 

“Aku bergantung padamu.” ucap Gaara. 

 

“Aku ingin menyimpan chakra sebanyak mungkin.”

 


Rasa lelahnya telah lenyap. Kini saatnya untuk melanjutkan tujuan mereka.

Lanjut Chapter 5 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar