Novel Gaara Hiden Chapter 3 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Selasa, 26 April 2016

Novel Gaara Hiden Chapter 3


Lelaki yang sanggup menanggung beban.


 

Dia rela menanggung beban demi kepentingan keluarganya, dia rela menanggung beban dari takdir darahnya.

 

Dia berpikir jika tak dapat menikahi orang yang kau cintai adalah suatu hal yang tak dapat dihindari sebagai seorang Shinobi.

 


Namun bayangan yang muncul di depan matanya terlalu mengagumkan, terlalu mempesona.

 

Dia benci dengan ‘bayangan’ yang memiliki segalanya, segalanya yang mereka inginkan. Merasa cemburu, membuatnya patah hati.

 

Karena alasan itu.. Lelaki itu berhenti untuk bertahan. Bayangan yang dia maksud adalah.. Kazekage.Tiba-tiba suara ledakan terdengar. Gaara secara naluriah melompat ke seberang meja. Kedua lengannya menggapai Hakuto. Mereka berdua terlempar ke lantai.

 

“Cepat sembunyi dan jangan membuat suara!”

 

Sosok pemuda yang tadinya terlihat payah di depan wanitanya sekarang tak tampak lagi dalam diri Gaara, tanpa ragu sedikitpun dia berusaha menjaga wanitanya.

 

Ledakan itu berasal 200 dari arah barat. Mungkin saja ini adalah pengalih perhatian. Tetapi…….

 

Tidak ada yang menjamin jika ledakan selanjutnya tak akan terjadi di dalam gedung.

 

Gaara mengalirkan pasirnya keluar dari labu, membuat sebuah dinding besar sebagai perisai. Dia memang harus memasang pelindung, bukan semata-mata untuk kepentingannya sendiri, namun agar Hakuto tidak terluka akibat gelombang ledakan itu.

 

“Apa ini sebuah aksi teror?” Tanya Hakuto.

 

“Kemungkinan besar seperti itu.” Sahut Gaara.

 

Hakuto terlihat pucat akibat ledakan tadi, tapi tidak ada tanda-tanda kepanikan di wajahnya. Bisa dibilang kalau dia sudah dilatih untuk menghadapi situasi seperti

 

ini. Tetapi, dia tidak terlihat siap untuk terlibat langsung dalam sebuah pertarungan. Hal ini terlihat dari wajahnya yang terlihat ‘menghijau’ serta ekspresinya yang menunjukkan ketakukan.

 

Baki dan yang lainnya tidak terlihat bergerak ke arah sumber ledakan.

 

Masalahnya, dengan taktik pengalihan seperti ini, walaupun kau tahu bahwa itu hanyalah umpan agar kau keluar, tidak ada yang dapat kau lakukan selain berusaha pergi dan mencari bantuan.

 

Ketika teror menyerang, pihak penyerang memiliki kelebihan yang besar. Gaara dan yang lainnya merupakan pihak yang bertahan, berfokus untuk selalu melindungi lokasi, dimana sebaliknya pihak musuh dapat dengan bebas menargetkan lokasi-lokasi sesuai keinginan mereka.

 

Jika dia adalah Shikamaru, pasti dia akan berkata:

“Ini seperti permainan Shogi dengan papan yang sangat luas, dimana raja musuh dapat pergi kemanapun yang dia suka. Dan, lebih buruknya, semenjak dia dapat melihat semua formasi bertarung milik kita, dia dapat menempatkan bidaknya dimanapun yang dia suka untuk menghindari milik kita. Terlebih, kau bahkan tak tahu di bagian mana raja musuh ditempatkan.”

 

Kurang lebih seperti itulah situasi mereka sekarang.

 

“Apa yang harus ku lakukan….?” Pikir Gaara. 

 

“Haruskah aku terus membuat pelindung pasir ini…?”

 

Dia bingung. Kemudian memutuskan segalanya dalam dua detik.Perlindungan otomatis yang dia peroleh dari pasirnya berasal dari chakra ibunya yang telah meninggal, jadi akan terus ada. Namun, selain perlindungan pasir tersebut, semuanya berasal dari chakranya sendiri, mulai dari pergerakan, pendeteksian, serangan balik – Gaara sedang mengumpulkan chakra yang cukup untuk itu saat ini. Saat ini.

 

“Sangat baik diasumsikan bahwa pihak musuh mengetahui bagaimana kemampuanku bekerja. Tidak ada serangan yang dapat menembus pertahanan mutlak milikku.”

 

Dalam Perang Dunia Shinobi yang sebelumnya, mereka telah memperoleh banyak hal, tetapi disaat yang sama mereka juga kehilangan begitu banyak. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek tersembunyi dari jutsu milik mereka. Shinobi telah menggunakan jutsu tersembunyi milik mereka lagi dan lagi di hadapan banyak shinobi dari desa lain. Hasilnya keuntungan dari jutsu tersembunyi tersebut menjadi berkurang, tidak terkecuali pertahanan mutlak milik Gaara.

 

“Aku…” Gaara dengan hati-hati memegang pergelangan tangan Hakuto. Dia melakukan hal ini karena dia ingat perasaan nyaman ketika Yashamaru, atau mungkin juga ibunya ketika mereka melakukan hal itu di masa lalu. “…akan melindungimu.”

 

Dia melepaskan pelindung pasir di sekitar mereka. Di saat yang sama, sebuah shuriken mengarah ke mereka yang berasal dari luar jendela. “Sudah kuduga kau akan melakukan itu!” Gaara mulai mengumpulkan elemen angin di telapak tangannya.

 

Ada dua sosok yang terlihat di luar jendela.

 

“Jangan pergi dari sisiku.” Ucap Gaara.

 

Dia terus memegang Hakuto dengan tangan kirinya, dan melompat ke dinding di belakang mereka. Lalu, dengan tangan kanannya melemparkan shuriken di tangannya ke arah kanan dengan sudut 90 derajat dari jendela.

 

“Gugh!”

 

Ada sedikit suara isakan, lalu darah mengucur.

 

Di saat yang sama, dua sosok bayangan yang terlihat di luar jendela langsung roboh. Seperti yang dia duga, itu hanyalah jutsu pengendali kugutsu. Mereka menggunakan benang chakra untuk mengendalikan kugutsu yang berada di balik bayangan bangunan, lalu berencana menyerang Gaara dari belakang. Trik yang sangat mudah dibaca.

 

Gaara bergerak kembali ke kubah pasir.

 

Tubuh Hakuto sangatlah ringan. Dia tidak banyak mengganggu pergerakan Gaara, tetapi hanya membuat tangan gara sulit untuk bergerak.

 

“Para penjaga di luar belum tiba, artinya kemungkinan besar mereka telah dibunuh.”

 

Dia tidak takut, dan juga tidak marah.

 

Dia hanya berusaha melihat kenyataan yang terbentang di depan. Kematian… tetaplah kematian.

 

“Aku ceroboh!”

 

Dari balik bayangan langit-langit, terlihat sosok Temari yang telah terikat oleh benang chakra. Kedua kaki, bagian abdomen, dan kedua lengannya tidak dapat digerakkan. Bahkan dia juga tidak dapat menggerakkan rahangnya. Hal yang paling bisa dia lakukan hanyalah menggerakkan bahu kirinya dengan perlahan.

 

Mungkin ini adalah salah satu karma untuknya akibat terlalu banyak menjadi penguntit.

 

“Hahaha…!” sebuah suara yang aneh muncul dari suatu tempat di balik bayangan. Itu adalah shinobi yang mengendalikan benang chakra tersebut. “Teruslah berjuang, ayo terus berjuang.”

 

Shinobi hanya berpikir bahwa tidak masalah menunjukkan diri dan lokasi mereka ketika mereka sudah yakin akan kemenangan. Secara alamiah begitu.

 

“Takutlah… dan teruslah berjuang! Tapi biar ku beritahu padamu satu hal, benang ini dibuat dengan chakra dari laba-laba raksasa kuno. Semakin kau berjuang, benang ini akan semakin mengikatmu dan mencuri chakramu. Elemen angin sialan yang kau kuasai itu tidak akan dapat memotongnya, bahkan menguraikannya.”

 

Temari sedikit memutar abdomennya, dan dia merasa kesulitan bernapas.

 

Sepertinya shinobi itu tidak berbohong. Tetapi, si brengsek itu terlalu terbawa dengan kata-katanya sendiri.

 

Ada banyak shinobi yang terlalu yakin dan senang ketika mereka melihat bahwa musuhnya adalah ‘wanita’. Selain itu, ada juga banyak kunoichi yang terlihat sangat senang ketika lawan mereka adalah laki-laki, jadi benar-benar, kebodohan dari kedua tipe manusia bisa dikatakan hampir sama.

 

Tapi biasanya yang selalu mengambil keuntungan adalah kunoichi.

 

“Ugh…!” Temari mengeram. “Cepatlah bunuh aku!”

 

Dia berpikir apakah kata-katanya terdengar terlalu menekan, tetapi dia masih percaya dengan strateginya. Dia memastikan bahwa kata-katanya akan terbawa angin sehingga didengar oleh musuh.

 

“Ohh?” seperti yang telah dia duga, ada tanda-tanda pergerakan musuh dari balik kegelapan.

 

Mangsa telah ditemukan. Sekarang, yang tersisa hanyalah membuatnya memakan umpan.

 

Gaara yang berada di dekat dinding, tidak begitu menyadari sosok Temari. Sebenarnya, walaupun jika dia menyadarinya, Gaara tentu akan memprioritaskan Hakuto. Ini bukan karena Gaara tidak menyayangi kakaknya, tetapi karena dia percaya dengan kemampuan Temari sendiri.

 

Pada saat ini, Gaara berpikir.. pertama-tama dia harus memastikan Hakuto untuk tetap hidup, lalu mencari tahu bagaimana caranya agar dirinya sendiri tetap hidup.

 

“Tuan Gaara.” Mata Hakuto melihat ke arah Gaara.

 

Matanya kelihatan lembab. Hal ini tidak mengejutkan. Dia baru saja melihat seseorang mati tepat di depan matanya untuk pertama kali. Kematian di medan tempur sangat jauh berbeda dengan kematian di kasur rumah sakit.

 

Seseorang yang terlihat baik-baik saja beberapa saat lalu sekarang benar-benar terdiam, dengan ekspesi penyesalan yang membeku di wajahnya. Kau melihatnya dan lalu kemudian kau akan berpikir: Bagaimana jika itu juga terjadi padaku?

 

Rasa takut akan kejadian seperti itu sangatlah berat. Takut akan sesuatu yang kau bayangkan di masa depan, dan keputusasaan akan keinginan untuk tetap hidup. Singkatnya, ini karena kau telah berharap dan terus memikirkan tentang hari esok sehingga kau menjadi takut.

 

Gaara telah melihat banyak orang yang di masa lalu merasa tidak memiliki harapan kini telah tidak memiliki rasa takut akan apapun. Jadi Hakuto yang ketakutan merupakan tanda akan kondisi mentalnya yang sehat.

 

Tetapi, situasi ini buruk.

 

Dia mungkin saja seorang ninja medis. Tetapi karena dia masih berada di level genin, Hakuto benar-benar seorang amatir. Hal yang paling menakutkan dari semua itu adalah, karena dirinya yang belum berpengalaman, Hakuto dapat kalah dengan rasa takutnya dan membuat sebuah gerakan yang tidak terduga, lalu akhirnya terluka.

 

“Aku minta maaf atas ini semua!” ucap Gaara ke Hakuto.

 

“….Ya.”

 

Dia menyapukan tangannya dari bawah dan ke atas, lalu bilah-bilah pisau pasir mengarah langsung kepada para pengintai.

 

Menyingkirkan para pengintai terlebih dahulu sebelum para penembak jitu merupakan cara yang praktis untuk menyingkirkan pelindung dari para penembak.

 

Shinobi seperti apa mereka? Kehidupan seperti apa yang telah mereka jalani? Dan juga, mengapa mereka berniat untuk membunuhku? Saat ini, Gaara sama sekali tidak memikirkan hal tersebut. Segala pemikiran tersebut dia tinggalkan untuk dirinya ketika sudah kembali sebagai ‘Kazekage’. Saat ini dia hanyalah seorang pria yang ingin melindungi wanita ketakutan yang sedang dia bawa. Dia tidak ingin masuk ke dalam kenaifan masa muda yang terjebak dengan perasaan cinta pertama. Dia hanyalah seorang pria yang memiliki semangat yang kuat dan teguh, layaknya angin yang bertiup di atas padang pasir tandus.

 

Sang penembak jitu sudah menemukan tandanya.

 

Angin mulai berhembus.

 

Mereka menyiapkan sebuah Gelombang Vakum. Ini merupakan teknik fundamental dimana seseorang menciptakan lapisan vakum di atmosfer dengan chakranya kemudian menggunakan perbedaan tekanan atmosfer untuk memotong musuh. Mereka tidak perlu menggunakan jutsu gabungan untuk menghancurkan tubuh manusia. Sebaliknya menggunakan sebuah jutsu tingkat jutsu merupakan keputusan yang sangat tepat.

 

Jika musuhnya adalah shinobi biasa. Pasir milik Gaara dapat dengan mudah menghalau Gelombang Vakum tersebut.

 

Jika pelindungnya hanya terdiri dari pasir tanpa ada material lain, sudah pasti akan hancur oleh Gelombang Vakum tersebut. Tetapi setiap butir pasir Gaara dipenuhi oleh chakra dan jiwa. Dengan kata lain, pasirnya hidup.

 

Pasir yang bergerak layaknya awan mengambil bentuk sebuah tangan, dan dengan rapat menutupi sistem pernapasan para ‘sniper’. Gaara tidak berniat untuk membunuhnya. Lagi pula, tubuh yang telah mati tidak akan bercerita.

 

“Kau baik-baik saja?” Gaara bertanya ketika dia meletakkan Hakuto yang sudah kelihatan pucat di samping rangka baja.

 

“Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu, tuan Gaara?”

 

Aku….” Gaara menghentikan ucapannya.

 

Dia berhenti karena elevator di bagian konstruksi mulai aktif. Dua shinobi terlihat melangkah keluar, dengan senyum yang sangat puas tergambar di wajah mereka. Kesan pertama ketika melihat mereka adalah… Mereka terlihat seperti pria muda biasa dengan ukuran tubuh medium.

 

Tetapi, ada kehadiran di antara mereka yang tidak dapat diabaikan. Bau darah.

 

“Kau adalah Kazekage, kan?” salah seorang diantara mereka bertanya.

 

“Dan kau?”

 

“Aku Konjiki Etoro. Dan dia adalah Konjiki Metoro. Sepertinya kau sedang bersenang-senang, maaf karena telah mengatakannya.. tapi sebaiknya kau mati saja!”

 

Pria bernama Etoro ini memiliki niat membunuh yang tergambar jelas di matanya.

 

Hal yang mudah untuk di lihat.

 

“Hehe… sepertinya kau adalah tipe orang yang sensitif.” Ucap Shinobi tersebut, sembari mendekati Temari dengan senyum yang menjijikkan.

 

Di bawah mereka, Gaara telah meninggalkan ruangan tersebut, tetapi shinobi itu sama sekali tidak menghiraukannya. Itu artinya pekerjaannya adalah untuk menyingkirkan setiap perlindungan yang dimiliki Gaara.

 

Artinya, sangat jelas jika dia dikalahkan disini, shinobi ini kemudian pergi menghadapi Gaara.

 

Temari meragukan bahwa Gaara akan dikalahkan oleh pengguna benang ini… tetapi tetap, menghadapinya akan membuat Gaara terkejut.

 

Yang terpenting, itu tidak akan terjadi jika dia tidak berdaya.

 

“Walaupun aku bertindak seperti ini, sebenarnya aku adalah seorang pria yang yang memiliki belas kasihan.” Ucap shinobi itu. Dia menjadi sangat dekat, bahkan Temari sampai dapat merasakan napasnya dari balik lehernya.

 

Sekarang!

 

Temari tanpa ragu menggerakkan bahu kirinya – satu satunya bagian dari dirinya yang dapat digerakkan – dan mengeluarkan sendinya.

 

“!? Kau….!”

 

Tentu saja, hanya karena bahunya telah keluar dari ikatan, bukan berarti seluruh tangannya telah terbebas. Tetapi berkat itu, benang yang mengikat Temari menjadi lebih renggang.

 

Waktunya sudah lebih dari cukup untuknya untuk mengeluarkan tag peledak yang dia simpan di lengan bajunya.

 

“Ayo kita mulai!”

 

Temari tidak memikirkan hal bodoh seperti melemparkan Tag peledak ke arah musuh ketika dia masih dalam keadaan terikat. Tidak! target Temari adalah tubuhnya sendiri.

 

Tag peledak itu meledak pada titik buta. Pria itu lompat menjauh. Tetapi, dia terlalu lambat. Kini Temari dapat menggerakkan tangan kanan, pinggang serta kaki kirinya. Itu sudah lebih dari cukup.

 

Seluruh tubuhnya terasa terbakar, tapi itu adalah bukti bahwa dia masih hidup.

 

Dia menghindari benang-benang yang diarahkan musuh, dan di saat yang sama, menggunakan tangan kanannya untuk membenarkan sendi di bahu kirinya.

 

Shinobi musuh memberikan serangan kedua.

 

Temari mengeluarkna tessen (kipas perang) miliknya dengan tangan kiri, dan melepaskan serangan angin yang menghalau benang-benang tersebut. Dia mengambil keuntungan dari massa benang yang ringan.

 

Dia berputar. Kaki kanannya masih tidak dapat bergerak. Tetapi dia bergerak layaknya sedang menari di sebuah tiang, kipasnya menghancurkan benang-benang yang tersisa.

 

“Sekarang….” ucap Temari.

 

“Akan ku balas apa yang kau perbuat padaku.”

 

Bahkan saat ini, musuh hanya berfokus untuk menggunakan benang sebagai serangannya, dan selama benangnya memiliki kekuatan, itu berarti dia tidak memiliki jutsu lain yang lebih efektikf.

 

Tapi, hanya untuk memastikan……!

 

Sulit bagi Temari untuk bergantung pada spesialisasi serangan angin atau teknik pemanggilan (Kuchiyose) miliknya selama mereka sedang berada di dalam ruangan.

 

Temari melempar shuriken yang dia simpan di balik tubuhnya ke udara layaknya seseorang sedang melempar bunga. Musuh menarik kembali benangnya dan membentuk sebuah pelindung.

 

Temari mengayunkan kipasnya dari atas ke bawah, mengincar shuriken yang telah dia lempar sebelumnya.

 

“Elemen Angin, Kilatan Bunga Api!”

 

Bak hujan meteor, shuriken dari kipas perangnya didorong oleh kekuatan angin, menyerang lantai dan kembali lagi.

 

“!”

 

Pria itu menyadari Niat Temari yang sebenarnya. Tetapi dia sudah terlambat.

 

Serangan shuriken Temari menyerang titik buta pelindung miliknya, menusuk seluruh tubuh pria itu. Darah mengucur dari tubuhnya, dan akhinya dia tumbang.

 

“Syukurlah…” ucap Temari. Dia memang menang, tetapi kemudian kelelahan yang luar biasa menjalar ke seluruh tubuhnya. “Aku berantakan…!”

 

Pandangan Temari menjadi berkunang-kunang dan gelap.

 

“Dalam keadaan seperti ini… Aku benar-benar akan terlihat seperti orang idiot….!”

 

“Eh?”

 

Di tengah keadaannya yang hampir tidak sadar, dia melihat sesosok wajah yang bergerak ke arahnya.

 

“Ah!”

 

Wajah yang tak terduga. Tapi setidaknya, dia adalah sekutu.

 

“Maaf soal ini…” Ucap Temari, “Tapi, bisakah ku percayakan Gaara padamu sebentar?”

 

Dua orang shinobi yang bernama Etoro dan Metoro itu berjalan melintasi rangka baja dengan cengiran aneh di wajahnya.

 

Selain itu tidak ada pergerakan lagi ataupun niat pembunuhan di sekitarnya.

 

Nampaknya sisa-sisa pembunuh sudah dibereskan oleh Baki dan rekan-rekannya.

 

Tetapi dua orang itu tetap berusaha mendekati Gaara. Mereka terlihat sangat yakin kalau kemenangan berpihak pada mereka.

 

“Jadi.. Kalian adalah ‘Si kembar Konjiki’ dari Ishigakure? Haah.. Aku telah melihat wajah kalian di buku bingo.”

 

“Heh.” Ucap Etoro. “Karena tuan Kazekage mengetahui nama kami.. Itu artinya kami ini benar-benar terkenal. Iya kan Metoro?”

 

“….”

 

Dibandingkan dengan kakaknya yang cerewet, Etoro. Si adik Metoro terlihat lebih pendiam. Lagipula Gaara sudah tahu kalau si kakak adalah orang yang memakai anting mencolok. Sedangkan si pediam, si adik adalah orang yang memakai cincin yang mencolok.

 

Shinobi kembar seringkali menggunakan penampilan mereka yang mirip sebagai faktor tipuan. Namun lebih baik jika mengansumsikan..mereka mempunyai tipuan lain selain faktor tersebut.

 

“Aku telah mendengar banyak hal tentang kalian.” Kata Gaara. Sepasang Nukenin (Ninja pelarian) pengecut yang mempunyai spesialisasi menghancurkan gedung ataupun kapal niaga.”

 

“Haha.. Yah! Kali ini kami tak akan kehilangan kau. Kau akan tercatat dalam daftar orang yang telah kami bunuh. Entah itu kapal tangker ataupun bangunan telah banyak yang kami hancurkan, tak terhitung jumlahnya.” Etoro menyeringai lebar sembari menyentuh anting-antingnya. “Akan tetapi.. Tahukah kau? Kami tak membunuh orang seperti yang kau lakukan, Gaara si air terjun pasir.”

 

“…!”

 

“Kami juga telah mendengar banyak hal tentangmu. Kurang lebih kita itu sama. Kau tahu? Kami belum mendapat kesempatan bertatap muka langsung denganmu sebab kami sudah menjadi chunin duluan sebelum insiden penyerangan di Konoha. Tapi rupanya kau sangat terkenal ya! Si ‘iblis haus darah’ dari Sunagakure. Kau sudah membunuh setiap orang yang tak kau sukai.. membunuh siapa saja yang berdiri di hadapanmu.. tak mempedulikan mereka musuh ataupun sekutu. Yah, dibandingkan denganmu, kami berdua membunuh orang karena mempunyai tujuan sendiri. Jadi.. tak bisa dikatakan kalu kita benar-benar mirip.”

 

Di belakang Gaara, Hakuto gemetar ketakutan. Dia tidak hanya takut pada dua lelaki kembar itu. Namun dia juga menjadi takut dengan Gaara. Saat itu, Gaara mengerti.

 

Semua hal yang dilakukan di masa lalunya karena dia merasa tidak dicintai oleh seorangpun, masa lalu…… ketika dia pikir cinta adalah suatu hal yang tak berharga.

 

Dia mengerti betapa berat kejahatan tersebut sekarang. Cinta yang dia terima tidak akan pernah lenyap… demikian pula kejahatan yang dia buat juga tak dapat begitu saja terhapuskan. Sesungguhnya.

 

“Bualanmu akan berakhir sampai disini saja.” Kata Gaara.

 

“Oh.. Apa-apaan itu? Apa kata-kataku tadi sudah menyinggungmu tuan Kazekage?”

 

Tak bisa dibilang kalau kata-kata mereka tidak menyakitkan, tetapi Gaara bukanlah tipe lelaki yang banyak bicara ataupun suka berdebat. Dia adalah tipe yang hanya akan bicara seperlunya.

 

Sabaku Kyū..!!

 

Pasir yang tersembunyi di bawah kaki musuh sekarang melonjak ke atas. Menelan keduanya dalam satu gerakan ekstra cepat.

 

‘!’

 

Tetapi tak ada respon sama sekali. Jadi mereka hanya bunshin? Bunshin adalah tipuan kuno. Yang membuat mereka terlihat cerdas adalah.. menggabungkan bunshin dengan genjutsu.

 

Namun ketika Gaara menyadari apa yang mereka lakukan, dia menyebarkan pasir yang dia gunakan untuk jutsu tadi. Dan menggunakan sensor sebagai gantinya.

 

Menyebarkan pasir yang telah di infus dengan chakra di area yang luas membuatnya dapat memastikan letak benda yang bergerak. Dia tidak dapat mengidentifikasi apa saja yang bergerak, tapi dalam masalah ini… apapun yang bergerak akan dianggapnya sebagai musuh.

 

Tepat. Diatas.. Huuh!

 

Tepat diatas kepala. Etoro dan Metoro bersaudara telah mengambil posisi, mereka sedang berdiri di atas Gaara. Terik matahari menghantam punggung mereka.

 

“Kena kau!”

 

Si kakak menggunakan elemen lava untuk memperluas lingkaran api. Dan si adik menggunakan elemen baja untuk membuat sebuah bola baja.

 

“Aku perlihatkan sekilas padamu, metode pembunuhan kami.. ‘si kembar Konjiki!”

 

Meskipun mereka menciptakan berbagai jenis gumpalan baja sekaligus, Gaara tidak berpikir kalau hal itu dapat menerobos pertahanan mutlaknya.

 

Namun, sasaran si kembar itu adalah Hakuto. Gaara bisa mengamati gerakan mereka, tapi tak ada pilihan lain selain melawannya. Jika Kazekage kehilangan pasangan yang akan dinikahinya, otoritasnya pasti akan menurun.

 

Tidak! Bukan itu. Itu bukanlah suatu masalah, itu hanyalah formalitas.Yang benar adalah.. Hakuto adalah calon istri yang tidak diketahui oleh sebagian warga desa. Atau bahkan meskipun Hakuto bukanlah seorang wanita, Gaara pasti tetap akan melindunginya.

 

Jika seseorang yang tak berdaya menginginkan perlindungan Gaara, mereka sudah pasti akan dilindungi olehnya.

 

Aku mengandalkanmu! Pikir Gaara. Pasirnya naik, membentuk sebuah dinding raksasa, membentuk tameng pelindung bagi dirinya sendiri dan Hakuto.

 

“Oh, jadi ini pilihanmu ya?” Kata Etoro. 

 

“Sudah terlambat untuk bertingkah seperti pahlawan sekarang!”

 

Peluru baja raksasa terlempar melewati lingkaran api itu, meluncur ke arah mereka. Kecepatannya tak sesuai dengan yang diperkirakan oleh Gaara, seperti kunai supersonik di saat-saat sebelumnya. Perisainya akan lebih dari cukup untuk menahan serangan dengan jenis kecepatan seperti itu.

 

Massa peluru itu juga akan dapat ditahan dengan mudah….!! Memang itulah kenyataannya. Dampaknya……. Peluru yang mencoba menembus perisai pasir itu akan berhenti.

 

Perisai pasir itu akan beregenerasi dengan cepat, lebih cepat daripada benda yang berusaha menembusnya. Di masa lalu, dia pernah memakai perisai pasir ini untuk menutupi seluruh desa ketika desanya di bom. Gaara dengan percaya diri mengatakan apabila perisainya bisa menghentikan satu atau dua ton batu.

 

Namun.

 

“Tuan Gaara, gawat!”

 

“!!”

 

Peringatan Hakuto direspon Gaara dengan lebih cepat. Peluru itu berubah bentuk. Tidak.. pelurunya meleleh..?! Ini adalah dampak dari elemen lava.

 

Ketika pelurunya terlempar melewati lingkaran api, api telah tersegel di dalamnya. Bahkan api dari elemen lava tersebut telah meledak.

 

Energi ledakan api di dalam bola baja dilepaskan dalam bentuk spiral. Tekanan yang tinggi itu menimbulkan ‘gelombang kejut’ yang melelehkan bola baja, membuatnya berbentuk cair. Akibatnya, cairan itu muncrat melewati area-area perisai pasir dan berdampak pada perisai pasir tersebut.

 

Hal yang serupa juga terjadi pada gelombang kejut. Bola baja. Bola baja itu berfungsi seperti kepala senapan, yang memusatkan gelombang kejut ke titik tusuk tunggal dalam perisai pasir.

 

Saat hal semacam itu terjadi. Kau pikir bagaimana nanti hasilnya?

 

“Berlindung!!”

 

Gaara mengangkat pasirnya, namun api dan elemen lava yang terpusat pada satu titik itu ternyata memiliki kekuatan untuk mengebor bagian dalam perisai pasir.

 

“Gah!!”

 

Api itu menembus perisainya, pasir kemudian roboh dan menghambur kesekitarnya. Mereka tidak menerima serangan secara langsung, tapi badai api menyelimuti Gaara dan Hakuto.

 

Fūton: Yae Hayate..!! (Elemen angin: badai pasir berlapis-lapis)

 

Berkat dinding pasir yang ditumpuk secara berlapis-lapis seperti ‘mille feuille’ (sejenis kue berlapis-lapis), mereka hampur dapat menghindari pukulan langsung dari serangan yang menghanguskan itu.

 

Lengan Gaara bagian atas terasa sakit, rasanya seperti terbakar. Sudah beberapa saat. Rasa sakit selalu mengajarinya sebuah pelajaran. Aku tak bermaksud meremehkan serangan mereka tetapi….!!

 

“Hahahhaha..!! Bagaimana sekarang? Bagaimana? Sekarang kau tahu kan kenapa Konjiki bersaudara begitu terkenal?”

 

Suara ejekan Etoro menggema di sela-sela suara badai debu itu.

 

“Memang! Ninjutsu yang kau gunakan ini sangatlah berlebihan. Konyol! Untuk membunuh satu orang saja kau harus melakukan jutsu berlebihan seperti ini.” Ucap Gaara.

 

“Kau tahu? Tidak ada massa benda yang tidak dapat dipatahkannya. Bagimu ini punya nilai yang sama dengan sebuah benteng.”

 

Tentu saja.

 

Tentu, Gaara masih punya banyak pilihan untuk dapat lolos dari situasi ini, tapi masalahnya Hakuto akan terluka jika dia mengambil pilihan ini. Hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi.

 

Satu detik sepertinya cukup, jika saja aku punya sesuatu untuk mengalihkan perhatian mereka!

 

Dia mengeluarkan banyak chakra untuk pertahannya sebelumnya. Akan sulit melancarkan serangan-serangan agresif jika lawannya memiliki chakra selevel Jounin.

 

Bukan masalah kemenangannya, namun bagimana caranya agar bisa menang.

 

“Jika kau mengandalkan pengawal.. Mereka tidak akan datang kok!” Kata Metoro.

 

“Sudah ada 20 orang berbakat yang mengurusi mereka. Kelompok kami bahkan tak kalah dari Akatsuki.”

 

Membanding-bandingkankan kelompok mereka dengan Akatsuki mungkin saja adalah hal berlebihan yang dikatakan oleh Etoro. Tapi jika melihat kemampuan kedua bersaudara ini, tak salah lagi.. mereka sangat berbakat. Selain Baki, jika kau membandingkan dua bersaudara ini dengan Chunin bawahan Gaara, tidak bisa dibilang jika mereka cukup berimbang.

 

Dan tidak diragukan lagi, mereka mempunyai potensi besar sebagai seorang pembunuh. Ketika kekkei genkai mereka di gabungkan.. mereka bisa menggunakan jutsu sejenis ‘pseudo-kekkei touta’ . Kau bahkan tak bisa bermimpi memiliki kemampuan semacam ini.

 

Aku tidak bisa mengandalkan bala bantuan. Aku kira aku harus melukai mereka dengan serangan, meskipun hanya dengan satu serangan.

 

Bukan karena putus asa ataupun semacamnya. Semua Shinobi adalah orang yang realistis. Dia telah memutuskan kalau bala bantuan tidak akan menolongnya. Faktor terbesar dari kemenangan yang sekarang adalah.. memastikan kalau Hakuto benar-benar terlindungi.

 

Dia bersumpah jika dia tidak akan menarik kembali kata-katanya, karena itu adalah jalan Ninjanya. Pada saat itu. Sebuah Shuriken membelah udara dan menuju ke arah Metoro.

 

Itu adalah ‘Houshuriken’ sejenis batang besi tanpa bilah di sekelilingnya. Kemampuan potongnya sangat kecil, tetapi berkat bobotnya.. shuriken ini dapat memberikan hantaman langsung pada targetnya, bahkan bisa membuat seekor kuda ambruk.

 

Metoro yang telah mengulurkan tangannya untuk menepis Houshuriken.. belum sepenuhnya tahu berat senjata itu.

 

Memang tidak bisa mematahkan sarat tulang chakra, namun berkat bobot senjata itu membuat tangan Metoro sedikit mati rasa.

 

Tak peduli siapa yang melempar senjatanya. Dia percaya bahwa itu adalah sekutu.

 

“Apapun akan dilakukan!”

 

Jika dia membiarkan ini terlewatkan sia-sia, dia tak akan dapat kesempatan lagi.

 

Sunajō Rōkaku..!! (Istana pasir serigala pemojok)

 

Pasir mulai berputar-putar, membentuk suatu pusaran di sekitarnya. Pasir yang terhambur karena serangan sebelumnya juga diikutkan. Dia tidak hanya menerima serangan ketika pasirnya menyebar. Dia sengaja membiarkan pasirnya terpencar untuk membuat serangan balasan.

Dia hanya butuh waktu satu detik, jeda waktu sebelum lawannya membuat suatu gerakan. Di tengah-tengah pusaran pasir, beberapa mata tiba-tiba saja terbuka. Setiap mata itu terhubung dengan syaraf optik Gaara sendiri. Daisan no me, teknik mata ketiga.

 

Jika itu adalah orang biasa, lonjakan informasi besar yang datang dari mata akan membuatnya gila, namun Gaara bisa mengatasinya. Segala sesuatu yang terlihat di dalam pusaran pasir itu pasti akan segera diketahui Gaara. Ada sebuah ketentraman khusus ketika dia sedang melakukannya.

 

Ketenangan itu bisa tercipta sebab ibu Gaara – Karura hidup di dalam pasirnya. Chakra karura menggerakkan pasir-pasir itu secara otomatis, jadi.. pasir-pasir itu bergerak bukan karena kemauan Gaara.

 

Gaara yang terhubung dengan pasir itu memang merasa lelah, namun dia tidak merasa sakit hati. Sebaliknya, hal itu membuktikan jika ibunya mendukung keputusannya untuk melindungi orang lain.

 

Bukti itu memungkinkan Gaara untuk dapat menahan beban, melihat 10 lebih ke penglihatan sekaligus, dalam waktu yang bersamaan.

 

“Jadi kau disana ya?”

 

Teknik Gaara sesuai dengan namanya. Metoro dan Etoro dihujani oleh peluru pasir dari semua sisi.

 

“Kita dalam masalah, Metoro!”

 

Si adik menaikkan perisai baja untuk menangkis peluru-peluru pasir. Tetapi serangannya tidak dapat dihentikan dengan cara sederhana seperti itu. Lagi pula, peluru pasir yang dibuat Gaara diciptakan untuk menyerang musuh dari segala sisi.

 

Dia tidak hanya menembaki mereka sembarangan, namun.. dia menembaki mereka sesuai dengan penglihatannya. Konjiki bersaudara ini dikurung dalam sebuah penghalang pasir. Etoro dan Metoro sibuk menghindari peluru-peluru pasir yang nyaris menghantam titik-titik vital mereka.

 

“Aku disini untuk memberi bantuan.” Terdengar sebuah suara yang asing bagi Gaara, kemudian sosoknya tiba-tiba saja sudah ada di sebelah Gaara.

 

Dia adalah seorang wanita.

 

Kunoichi itu memiliki tubuh yang ramping seperti Hakuto. Entah bagaimana hal itu mengingatkan Gaara pada bulan sabit yang berujung runcing.

 

Tanpa kacamata super tebal yang membingkai wajahnya, dia pasti kelihatan sebagai wanita tercantik yang pernah ada.

 

Itu… Gaara mulai mengingatnya. Dia adalah wanita yang mengawal Hakuto. Memang sepertinya dia pernah terlihat di suatu tempat sebelumnya, namun Gaara tak pernah berpikir jika kenyataannya ada orang lain yang mirip dengan Hakuto.

 

Ngomong-ngomong, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal tersebut.

 

“Saya datang kesini karena perintah nona Temari.” Katanya.

 

“….. Kau benar-benar membantu kok.”

 

Gaara tak bertanya-tanya bagaimana Temari bisa tahu keberadaan mereka, Gaara hanya tahu.. inilah cara Temari untuk mengkhawatirkannya.

 

“Saya adalah Shijima dari Klan Houki.” Kata Kunoichi itu.

 

Houshuriken tiba-tiba muncul layaknya sebuah tipuan sulap di tangannya. Dia mengapit 8 houshuriken di sela-sela 10 jari tangannya.

 

Dia ‘menghantamkan’ 8 houshuriken itu dalam waktu yang bersamaan. Memang lebih tepat mengatakan ‘melempar’ shuriken, tetapi untuk houshuriken, rasanya lebih tepat kalau di bilang ‘menghantamkan’. Karena istilah itulah yang sudah umum digunakan oleh sebagian besar orang.

 

Kunoichi yang memperkenalkan diri sebagai ‘Shijima dari klan Houki’ tersebut tidak main-main melempar houshurikennya, dipenuhi dengan aura membunuh.

 

8 senjata tadi melayang bagaikan meteor kearah Etoro.

 

“Jangan menghinaku…!! Jangan meremehkan aku!” Etoro sangat marah. 

 

“Hanya menggunakan benda baja macam itu saja kok!”

 

Api Etoro melelehkan houshuriken.

 

Merasa ada kesempatan.. Gaara mengumpulkan angin disekelilingnya. Tak seperti yang dia duga.

 

“A-apa I-ini?”

 

8 houshuriken itu meledak.

 

Pecahan-pecahan houshuriken itu menyebar, menancap di seluruh bagian tubuh Etoro. Darah menyembur hebat dari tubuhnya.

 

Jadi yang tadi itu adalah pemanfaatan tekanan udara! Kunoichi ini adalah pengguna elemen angin yang menembakkan houshuriken dengan jumlah tekanan udara yang besar di dalamnya. Jika houshuriken tersebut hancur oleh elemen lava, maka kompresi udara di dalamnya akan pecah. Dan pecahan-pecahan houshuriken tersebut akan meledak, menyebar dan menumbangkan lawannya.

 

“Kakak..!!” Metoro si pendiam berteriak kebingungan.

 

Gaara bukanlah tipe orang yang mengabaikan celah untuk menyerang.

 

“Hey! Apa yang sedang kau lihat?” Tanya Gaara. 

 

“Aku disini! Jangan pernah mengalihkan perhatian dari targetmu. Dasar sampah!”

 

!!!

 

Badai pasir Gaara kini berubah menjadi belati raksasa.

 

Belati raksasa itu membentang dan menyelinap melewati perisai baja Metoro, bagai ular raksasa, kemudian mengiris tubuh Metoro.

 

“METOROOOO!!” Ratap Etoro, menangis ‘air mata darah’.

 

Tubuh Metoro terjatuh dari birai gedung. Dia jatuh dari ketinggian yang hampir sama dengan gedung pencakar langit. Selebihnya, serangan Gaara tadi sudah mengenai titik vitalnya sehingga dia tak mungkin lagi terselamatkan.

 

“AAHHH!! PEMBUNUH!! KAU PEMBUNUH!!”

 

Etoro memaksimalkan chakranya, menembakkan peluru-peluru api yang tak terhitung jumlahnya. Dia sekarang bukan lagi pembunuh berkepala dingin yang datang untuk membunuh Gaara. Etoro yang sekarang adalah sesosok kakak yang marah karena adiknya telah dibunuh.

 

“Pikiranmu itu.. Kau ini ternyata benar-benar hanya memikirkan dirimu saja ya?” Kata Gaara.

 

Si kakak yang kehilangan adiknya, akhirnya kehabisan peluru-peluru apinya. Dia tak lagi imbang dengan pertahanan mutlak milik Gaara. Sambil melindungi dirinya dan Hakuto.. Gaara menyerang dengan pasirnya.

 

“Bangunan yang telah dihancurkan oleh sampah macam kalian, kapal-kapal yang telah kalian tenggelamkan, di dalamnya juga terdapat orang-orang yang pada akhirnya terbunuh karena ulah kalian.” Ucap Gaara.

 

“Kau bahkan tak pernah memperhitungkannya, itulah kejahatan kalian!”

 

“AA-AAAHH, MON- MONSTER-!!”

 

Sebuah gumpalan pasir Gaara menelan teroris egois itu. Tidak mengherankan apabila orang yang melihat kejadian ini tidak menganggap bahwa ini adalah pekerjaan manusia.

 

“Itu benar!”

 

Gilasan.

 

Gesekan.

 

Gilasan.

 

Rasa itu begitu akrab dengannya saat ini. Kehidupan seseorang harus terenggut di dalam pasir dan kemudian lenyap.

 

“Kau dan Aku. Kita sama-sama monster yang dipanggil Shinobi. Pembunuh.”

 

Retak. 

 

Retak.

 

Pecah.

 

Sesuatu yang dulu pernah dipakai oleh Etoro atau mungkin Metoro.. sekarang tak lagi bergerak.

 

“Tapi seharusnya kita membuka mata untuk itu semua… untuk bertahan hidup sekaligus mengontrol kekuatan kita. Seseorang yang tak dapat melakukannya.. tak layak disebut Shinobi.”

 

Tubuh musuh menghilang. Bahkan sama sekali tak ada jejaknya. Bagi Gaara, ini adalah kejadian yang biasa.

 

“ Tuan Gaara!”

 

Hal pertama yang Hakuto lakukan ketika dia berlari ke arah Gaara adalah menyobek lengan kimono miliknya, kemudian menggunakannya sebagai perban untuk membalut lengan Gaara.

 

“Maafkan aku… Kau melindungiku dan…”Mata Hakuto berkaca-kaca. 

 

“Setidaknya biarkan aku merawat lukamu.”

 

“Tidak perlu, luka ini bukanlah masalah.”Ucap Gaara, 

 

“Kau tak perlu repot-repot mengobatiku…”

 

“Tidak mungkin!” Hakuto menatap Gaara dengan serius. 

 

“Ketika di tengah pertarungan, aku akan bergerak sesuai perintah Kazekage. Tetapi sekarang, pertarungan telah berakhir, jadi tolong dengarkan apa yang ninja medis ucapkan. Jika luka bakar seperti ini dibiarkan saja, bakteri akan masuk dan menyebabkan infeksi.”

 

“B-baiklah…”

 

Kemampuan Hakuto sangat bagus. Dia menggunakan elemen angin untuk mendinginkan luka tersebut, lalu membasuhnya dengan cairan steril yang dia bawa, lalu menggunakan chakranya untuk memperbaiki sel-sel, membalutnya dengan perban darurat dari kimono miliknya.

 

“Kain ini adalah buatanku sendiri, dan memiliki fungsi ganda selain sebagai pakaian juga dapat digunakan sebagai perban.” ucap Hakuto. “Ini akan memperbaiki sel-selmu secara alami, jadi tolong jangan dibuka.”

 

“…. Maafkan aku.”

 

“Tidak.” Hakuto memberikan sebuah senyuman yang manis. 

 

“Sejujurnya, aku masih merasa ketakutan. Tetapi jika aku melakukan hal-hal yang biasa aku lakukan, hal itu akan membantuku untuk tenang.”

 

“Aku juga.”

 

“Eh?”

 

“Aku juga sama.” ucap Gaara. 

 

"Jika kau menggunakan jutsu-jutsu yang biasa kau gunakan untuk melindungi seseorang, itu akan membantumu untuk menghilangkan rasa takutmu. Aku, shinobi semuanya seperti itu, kan?"

 

Gaara mencoba tersenyum walaupun sedikit canggung, berpikir bahwa mungkin itu adalah hal yang akan Naruto lakukan.

 

Dia melihat wajahnya yang tersenyum melalui pupil Hakuto, dan ketika dia melihat Hakuto tersenyum balik ke arahnya, Gaara merasakan sebuah kepuasaan yang berbeda daripada berhasil membunuh musuh.

⁰ₒ⁰

“Lanjut ke pembicaraan pernikahan…?”

 

Gaara merasa dibingungkan dengan laporan dari Baki.

 

“Pilihan untuk melanjutkan ada di tanganmu.”Ucap Baki.

 

Baki benar-benar bersikap acuh tak acuh, layaknya sama sekali tidak ada kejadian apapun. Gaara mendengar bahwa lebih dari setengah shinobi musuh yang menyerang telah dilumpuhkan oleh Baki. Walaupun begitu, sama sekali tidak terlihat keringat menetes di wajahnya. Seperti yang telah diduga untuk orang berkemampuan tinggi seperti dirinya.

 

“Jika urusan bisnis terhenti karena teror, maka banyak orang yang akan mulai bertindak. “ucap Baki. 

 

“Tak ada bedanya seperti melawan kelompok Yakuza. Jika kau gugup bahkan hanya sekali, maka itu akan terus berlanjut.”

 

“Yahh, tapi.. Aku baik-baik saja, tetapi Hakuto mungkin saja terluka.”

 

“Ohh?” Baki berusaha menggoda Gaara. “Apakah itu artinya kau menyukainya?”

 

“Bukan, itu…”

 

“Tapi kau tidak membencinya.”

 

“…Yaa, kira-kira seperti itulah.”

 

Baki tertawa dan menepuk bahu Gaara. “Itu artinya pertemuan pernikahan ini akan dilanjutkan. Sekarang, aku ingin berbicara tentang Kankurou.”

 

Mata Baki dan Gaara saling bertemu. Tatapan penuh kewaspadaan terpancar dari mata mereka. Baki mengeluarkan beberapa foto. Seorang shinobi muda yang tak diketahui sedang bertemu denga Konselir Toujurou.

 

“Toujurou-dono?”

 

“Dia adalah bawahan Kankurou, namanya Maizuru. Kira-kira setengah tahun yang lalu, Kankurou mengangkat seorang shinobi muda yang merasa tidak puas dengan dirimu.”

 

“…Sebagai anak tertua dari penerus keluarga Kazekage?”

 

“Tepat sekali.” 

 

Tidak terlihat emosi terpancar dari setiap kata-kata Baki. Nadanya sedikit meninggi ketika menyebutkan fakta tersebut. 

 

“Dibandingkan denganmu, yang hanya memerintahkan mereka untuk menghadapi kematian sementara kau berada di garis belakang, Kankurou dirasa lebih berhak karena meresikokan nyawanya untuk bertarung di garis depan… Itu yang mereka katakan.”

 

“Dan mereka pikir Kankurou akan berkhianat?”

 

“Dapat dikatakan bahwa mereka menganggap ada kemungkinan seperti itu.”Ucap Baki. 

 

“Awalnya, pembicaraan pernikahan ini mungkin saja hanya sebuah pengalihan agar kau pergi meninggalkan desa.”

 

“Waktu serangan ini sangatlah tepat. Jika bukan dari luar, tetapi dari dalam…”

 

Status Gaara saat ini tidaklah begitu kuat. Dia pernah dibunuh Akatsuki sekali, dan selama masa ketidakjelasan apakah dia masih hidup atau tidak, gelarnya sebagai Kazekage langsung menurun. Sepertinya karena trauma yang pihak desa alami ketika Kazekage yang sebelumnya dibunuh oleh Orochimaru.

 

Gaara tidak punya pilihan lain selain menyelidiki konspirasi tersebut. Bahkan jika, contohnya saja, dia ternyata dikhianati oleh orang yang paling dia percayai.

 

Gaara menyerahkan soal perlindungan kepada Baki, lalu segera bergerak kembali ke ruangannya, ketika secara tidak sengaja dia bertemu dengan Hakuto di koridor hotel. Pengawalnya, Shijima, ada bersamanya.

 

“Sepertinya… Entah bagaimana semuanya berubah menjadi situasi yang tidak mengenakkan, ya?” ucap Gaara.

 

“Ya… Aku belum pernah menghadapi situasi seperti ini.”

 

“Ayahku dulunya pernah berkata bahwa kewenangan itu layaknya sebuah anak tangga.” ucap Gaara, yang tiba-tiba merasa terkejut sendiri karena mengutip apa yang pernah ayahnya ucapkan.

 

Alasan keterkejutannya adalah ketika Gaara percaya rasa sakitnya ketika pertemuan kembali dengan ayahnya di Perang Dunia Shinobi Ke-empat, dia sama sekali tidak menduga akan mendapat ingatan khusus tentang ayahnya.

 

“Anak tangga?” tanya Hakuto .

 

“Semakin kau ke atas, semakin banyak yang bisa kau lihat.” Ucap Gaara. 

 

“Tetapi kau jadi tidak bisa melihat apa yang ada di bawah.”

 

“Begitu.” Hakuto tersenyum kepada dirinya sendiri. Itu bukanlah senyum yang membingungkan. 

 

“Tetapi, tuan Gaara, kau punya banyak orang yang bersedia melihat ke bawah untukmu, jadi kurasa itu adalah hal yang bagus.”

 

“!”

 

Gaara menatap dengan kebingungan, sementara Hakuto langsung membungkuk dan kembali berjalan. Dia terus menatap Hakuto, terdiam seperti boneka, tak bergerak.

 

“Kau melakukannya dengan cukup bagus.”

 

“Ah, Temari.”

 

Karakteristik bayangan dari kakaknya yang satu ini sama sekali tidak berubah, tetapi ketika sosoknya berada pada jarak pandang, Gaara melihat tubuhnya dipenuhi perban. Sedikit menyedihkan, kira-kira seperti itu.

 

“Kau baik-baik saja?” Tanya Gaara.

 

“Teknik ninjutsu medis Houki sangat hebat.”Ucap Temari. 

 

“Aku baik-baik saja.”

 

“Begitu. Jadi bisa kutanyai kau satu hal?”

 

“Hmm? Apa ini tentang Hakuto?”

 

“Ya.” Gaara sama sekali tidak malu mengatakannya. Dia mengeluarkan sepucuk surat. 

 

“Aku percayakan ini padamu.”

 

“Begitu. Sepertinya kau mulai mengerti beberapa hal, ya?” Bibir Temari tersenyum.

 

“Apakah itu menghiburmu?”

 

“Kau… Kau terlihat seperti ayah. Aku hanya tiba-tiba memikirkannya.”

 

“…Begitukah?”

 

“Begitulah.” Temari melihat ke langit di luar melalui jendela di koridor. Dia melihat ke arah langit, tanpa awan, tanpa hujan.

 

Suna tidak diberkahi dengan pepohonan atau hutan layaknya Negara Api. Dia melihat ke arah langit yang milik orang-orang yang hidup di padang gurun, berdampingan.

 

“Kita bertiga lahir disini.” Ucapnya. 

 

“Sebagai anak dari ayah dan ibu. Jika Kankurou atau aku memiliki kualitas yang diperlukan, maka kau tidak perlu menanggung beban sebagai Jinchuriki dari Shukaku…”

 

“Tidak apa-apa, kau tau……” Ucap Gaara.

 

“Shukaku adalah teman.”

 

“Terima kasih.” kali ini, tidak ada kesedihan yang terpancar dari balik senyum Temari. 

 

“Sejujurnya, aku sedikit cemas. Apakah tidak apa-apa jika hanya kita yang senang. Tetapi aku akan terus melakukan sesuatu yang aku suka seperti sekarang.”

 

“Silahkan saja.”

 

Gaara sangat tau berapa banyak yang telah Temari korbankan demi mendukung dirinya dan desa. Dia bahkan telah mengorbankan kebahagiannya sendiri.

 

“Baiklah kalau begitu.” Ucap Temari, 

 

“Akan ku pastikan untuk menangani surat ini dengan baik.”

 

“Aku bergantung padamu.”

 

Gaara tidak mengatakan apapun lebih dari itu, lalu pergi ke ruang peristirahatannya, tidur kapanpun dia merasa ingin tidur adalah kebiasaannya ketika dia memiliki Shukaku.

 

Aroma Hakuto tercium dari perban di lengannya, dan entah mengapa membuat Gaara teringat akan kenangannya di masa lalu.

 

Kenangan tersebut sepertinya berasal dari masa ketika dia lahir. Mungkin dia sedang mengingat ibunya, yang khawatir akan kelahiran prematur dirinya?

 

Atau mungkin, dia sedang mengingat pengganti orang tuanya, Yashamaru?

 

Atau mungkin saja, dia sedang mengingat sesuatu tentang Temari atau Kankurou, atau mungkin juga sesuatu tentang Naruto. Akhirnya Gaara mulai tertidur.

 

“Sesuatu yang buruk telah terjadi.”

 

Suara Baki mengganggu mimpi Gaara. Pria itu masuk ke kamarnya tanpa permisi dan sedang berdiri di samping tempat tidurnya, jadi Gaara mengerti betapa gentingnya masalah tersebut.

 

Dia tidak menduga akan mendengar sesuatu yang kecil.

 

“Ada apa?” dia bertanya secara singkat. Hubungan mereka berarti bahwa tak masalah untuk berbicara secara singkat ketika mereka berbicara.

 

“Hakuto telah diculik.”

 

“!”

 

Pada saat itu, Gaara mengutuk akan ketidak becusannya. Lalu, dia melihat ke arah perban yang menggulung di lengannya, lalu mengubah cara berpikirnya. Ini bukan saatnya untuk berpikir seperti itu.

 

Baik Gaara dan Baki berpikir bahwa targetnya adalah Kazekage. Shinobi tidak perlu menyesal. Apa yang mereka butuhkan adalah tetap bertahan, dan terus melanjutkan.

Lanjut Chapter 4 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar