New
Lelaki yang
sanggup menanggung beban.
Dia rela
menanggung beban demi kepentingan keluarganya, dia rela menanggung beban dari
takdir darahnya.
Dia berpikir
jika tak dapat menikahi orang yang kau cintai adalah suatu hal yang tak dapat
dihindari sebagai seorang Shinobi.
Namun
bayangan yang muncul di depan matanya terlalu mengagumkan, terlalu mempesona.
Dia benci
dengan ‘bayangan’ yang memiliki segalanya, segalanya yang mereka inginkan.
Merasa cemburu, membuatnya patah hati.
Karena
alasan itu.. Lelaki itu berhenti untuk bertahan. Bayangan
yang dia maksud adalah.. Kazekage.Tiba-tiba
suara ledakan terdengar. Gaara secara
naluriah melompat ke seberang meja. Kedua lengannya menggapai Hakuto.
Mereka berdua terlempar ke lantai.
“Cepat
sembunyi dan jangan membuat suara!”
Sosok pemuda
yang tadinya terlihat payah di depan wanitanya sekarang tak tampak lagi dalam
diri Gaara, tanpa ragu sedikitpun dia berusaha menjaga wanitanya.
Ledakan itu
berasal 200 dari arah barat. Mungkin saja ini adalah pengalih perhatian.
Tetapi…….
Tidak ada
yang menjamin jika ledakan selanjutnya tak akan terjadi di dalam gedung.
Gaara
mengalirkan pasirnya keluar dari labu, membuat sebuah dinding besar sebagai
perisai. Dia memang harus memasang pelindung, bukan semata-mata untuk
kepentingannya sendiri, namun agar Hakuto tidak terluka akibat gelombang
ledakan itu.
“Apa ini
sebuah aksi teror?” Tanya Hakuto.
“Kemungkinan
besar seperti itu.” Sahut Gaara.
Hakuto
terlihat pucat akibat ledakan tadi, tapi tidak ada tanda-tanda kepanikan di
wajahnya. Bisa dibilang kalau dia sudah dilatih untuk menghadapi situasi
seperti
ini. Tetapi,
dia tidak terlihat siap untuk terlibat langsung dalam sebuah pertarungan. Hal
ini terlihat dari wajahnya yang terlihat ‘menghijau’ serta ekspresinya yang
menunjukkan ketakukan.
Baki dan
yang lainnya tidak terlihat bergerak ke arah sumber ledakan.
Masalahnya,
dengan taktik pengalihan seperti ini, walaupun kau tahu bahwa itu hanyalah
umpan agar kau keluar, tidak ada yang dapat kau lakukan selain berusaha pergi
dan mencari bantuan.
Ketika teror
menyerang, pihak penyerang memiliki kelebihan yang besar. Gaara dan yang
lainnya merupakan pihak yang bertahan, berfokus untuk selalu melindungi lokasi,
dimana sebaliknya pihak musuh dapat dengan bebas menargetkan lokasi-lokasi
sesuai keinginan mereka.
Jika dia
adalah Shikamaru, pasti dia akan berkata:
“Ini seperti
permainan Shogi dengan papan yang sangat luas, dimana raja musuh dapat pergi
kemanapun yang dia suka. Dan, lebih buruknya, semenjak dia dapat melihat semua
formasi bertarung milik kita, dia dapat menempatkan bidaknya dimanapun yang dia
suka untuk menghindari milik kita. Terlebih, kau bahkan tak tahu di bagian mana
raja musuh ditempatkan.”
Kurang lebih
seperti itulah situasi mereka sekarang.
“Apa yang
harus ku lakukan….?” Pikir Gaara.
“Haruskah aku terus membuat pelindung pasir
ini…?”
Dia bingung.
Kemudian memutuskan segalanya dalam dua detik.Perlindungan
otomatis yang dia peroleh dari pasirnya berasal dari chakra ibunya yang telah
meninggal, jadi akan terus ada. Namun, selain perlindungan pasir tersebut,
semuanya berasal dari chakranya sendiri, mulai dari pergerakan, pendeteksian,
serangan balik – Gaara sedang mengumpulkan chakra yang cukup untuk itu saat
ini. Saat ini.
“Sangat baik
diasumsikan bahwa pihak musuh mengetahui bagaimana kemampuanku bekerja. Tidak
ada serangan yang dapat menembus pertahanan mutlak milikku.”
Dalam Perang
Dunia Shinobi yang sebelumnya, mereka telah memperoleh banyak hal, tetapi
disaat yang sama mereka juga kehilangan begitu banyak. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah aspek tersembunyi dari jutsu milik mereka. Shinobi telah
menggunakan jutsu tersembunyi milik mereka lagi dan lagi di hadapan banyak
shinobi dari desa lain. Hasilnya keuntungan dari jutsu tersembunyi tersebut
menjadi berkurang, tidak terkecuali pertahanan mutlak milik Gaara.
“Aku…” Gaara
dengan hati-hati memegang pergelangan tangan Hakuto. Dia melakukan hal ini
karena dia ingat perasaan nyaman ketika Yashamaru, atau mungkin juga ibunya
ketika mereka melakukan hal itu di masa lalu. “…akan melindungimu.”
Dia
melepaskan pelindung pasir di sekitar mereka. Di saat yang sama, sebuah shuriken
mengarah ke mereka yang berasal dari luar jendela. “Sudah kuduga kau akan
melakukan itu!” Gaara mulai mengumpulkan elemen angin di telapak tangannya.
Ada dua
sosok yang terlihat di luar jendela.
“Jangan
pergi dari sisiku.” Ucap Gaara.
Dia terus memegang
Hakuto dengan tangan kirinya, dan melompat ke dinding di belakang mereka. Lalu,
dengan tangan kanannya melemparkan shuriken di tangannya ke arah kanan dengan
sudut 90 derajat dari jendela.
“Gugh!”
Ada sedikit
suara isakan, lalu darah mengucur.
Di saat yang
sama, dua sosok bayangan yang terlihat di luar jendela langsung roboh. Seperti
yang dia duga, itu hanyalah jutsu pengendali kugutsu. Mereka menggunakan benang
chakra untuk mengendalikan kugutsu yang berada di balik bayangan bangunan, lalu
berencana menyerang Gaara dari belakang. Trik yang sangat mudah dibaca.
Gaara
bergerak kembali ke kubah pasir.
Tubuh Hakuto
sangatlah ringan. Dia tidak banyak mengganggu pergerakan Gaara, tetapi hanya
membuat tangan gara sulit untuk bergerak.
“Para
penjaga di luar belum tiba, artinya kemungkinan besar mereka telah dibunuh.”
Dia tidak
takut, dan juga tidak marah.
Dia hanya
berusaha melihat kenyataan yang terbentang di depan. Kematian… tetaplah
kematian.
“Aku
ceroboh!”
Dari balik
bayangan langit-langit, terlihat sosok Temari yang telah terikat oleh benang
chakra. Kedua kaki, bagian abdomen, dan kedua lengannya tidak dapat digerakkan.
Bahkan dia juga tidak dapat menggerakkan rahangnya. Hal yang paling bisa dia
lakukan hanyalah menggerakkan bahu kirinya dengan perlahan.
Mungkin ini
adalah salah satu karma untuknya akibat terlalu banyak menjadi penguntit.
“Hahaha…!”
sebuah suara yang aneh muncul dari suatu tempat di balik bayangan. Itu adalah
shinobi yang mengendalikan benang chakra tersebut. “Teruslah berjuang, ayo terus
berjuang.”
Shinobi
hanya berpikir bahwa tidak masalah menunjukkan diri dan lokasi mereka ketika
mereka sudah yakin akan kemenangan. Secara alamiah begitu.
“Takutlah…
dan teruslah berjuang! Tapi biar ku beritahu padamu satu hal, benang ini dibuat
dengan chakra dari laba-laba raksasa kuno. Semakin kau berjuang, benang ini
akan semakin mengikatmu dan mencuri chakramu. Elemen angin sialan yang kau
kuasai itu tidak akan dapat memotongnya, bahkan menguraikannya.”
Temari
sedikit memutar abdomennya, dan dia merasa kesulitan bernapas.
Sepertinya
shinobi itu tidak berbohong. Tetapi, si brengsek itu terlalu terbawa dengan
kata-katanya sendiri.
Ada banyak
shinobi yang terlalu yakin dan senang ketika mereka melihat bahwa musuhnya
adalah ‘wanita’. Selain itu, ada juga banyak kunoichi yang terlihat sangat
senang ketika lawan mereka adalah laki-laki, jadi benar-benar, kebodohan dari
kedua tipe manusia bisa dikatakan hampir sama.
Tapi
biasanya yang selalu mengambil keuntungan adalah kunoichi.
“Ugh…!”
Temari mengeram. “Cepatlah bunuh aku!”
Dia berpikir
apakah kata-katanya terdengar terlalu menekan, tetapi dia masih percaya dengan
strateginya. Dia memastikan bahwa kata-katanya akan terbawa angin sehingga
didengar oleh musuh.
“Ohh?”
seperti yang telah dia duga, ada tanda-tanda pergerakan musuh dari balik
kegelapan.
Mangsa telah
ditemukan. Sekarang,
yang tersisa hanyalah membuatnya memakan umpan.
Gaara yang
berada di dekat dinding, tidak begitu menyadari sosok Temari. Sebenarnya,
walaupun jika dia menyadarinya, Gaara tentu akan memprioritaskan Hakuto. Ini
bukan karena Gaara tidak menyayangi kakaknya, tetapi karena dia percaya dengan
kemampuan Temari sendiri.
Pada saat
ini, Gaara berpikir.. pertama-tama dia harus memastikan Hakuto untuk tetap
hidup, lalu mencari tahu bagaimana caranya agar dirinya sendiri tetap hidup.
“Tuan
Gaara.” Mata Hakuto melihat ke arah Gaara.
Matanya
kelihatan lembab. Hal ini
tidak mengejutkan. Dia baru saja melihat seseorang mati tepat di depan matanya
untuk pertama kali. Kematian di medan tempur sangat jauh berbeda dengan
kematian di kasur rumah sakit.
Seseorang
yang terlihat baik-baik saja beberapa saat lalu sekarang benar-benar terdiam,
dengan ekspesi penyesalan yang membeku di wajahnya. Kau melihatnya dan lalu
kemudian kau akan berpikir: Bagaimana jika itu juga terjadi padaku?
Rasa takut
akan kejadian seperti itu sangatlah berat. Takut akan sesuatu yang kau
bayangkan di masa depan, dan keputusasaan akan keinginan untuk tetap hidup.
Singkatnya, ini karena kau telah berharap dan terus memikirkan tentang hari
esok sehingga kau menjadi takut.
Gaara telah
melihat banyak orang yang di masa lalu merasa tidak memiliki harapan kini telah
tidak memiliki rasa takut akan apapun. Jadi Hakuto yang ketakutan merupakan
tanda akan kondisi mentalnya yang sehat.
Tetapi,
situasi ini buruk.
Dia mungkin
saja seorang ninja medis. Tetapi karena dia masih berada di level genin, Hakuto
benar-benar seorang amatir. Hal yang paling menakutkan dari semua itu adalah,
karena dirinya yang belum berpengalaman, Hakuto dapat kalah dengan rasa
takutnya dan membuat sebuah gerakan yang tidak terduga, lalu akhirnya terluka.
“Aku minta
maaf atas ini semua!” ucap Gaara ke Hakuto.
“….Ya.”
Dia
menyapukan tangannya dari bawah dan ke atas, lalu bilah-bilah pisau pasir
mengarah langsung kepada para pengintai.
Menyingkirkan
para pengintai terlebih dahulu sebelum para penembak jitu merupakan cara yang
praktis untuk menyingkirkan pelindung dari para penembak.
Shinobi
seperti apa mereka? Kehidupan seperti apa yang telah mereka jalani? Dan juga, mengapa
mereka berniat untuk membunuhku? Saat ini, Gaara sama sekali tidak memikirkan
hal tersebut. Segala pemikiran tersebut dia tinggalkan untuk dirinya ketika
sudah kembali sebagai ‘Kazekage’. Saat ini dia hanyalah seorang pria yang ingin
melindungi wanita ketakutan yang sedang dia bawa. Dia tidak ingin masuk ke
dalam kenaifan masa muda yang terjebak dengan perasaan cinta pertama. Dia
hanyalah seorang pria yang memiliki semangat yang kuat dan teguh, layaknya
angin yang bertiup di atas padang pasir tandus.
Sang
penembak jitu sudah menemukan tandanya.
Angin mulai
berhembus.
Mereka
menyiapkan sebuah Gelombang Vakum. Ini merupakan teknik fundamental dimana
seseorang menciptakan lapisan vakum di atmosfer dengan chakranya kemudian
menggunakan perbedaan tekanan atmosfer untuk memotong musuh. Mereka tidak perlu
menggunakan jutsu gabungan untuk menghancurkan tubuh manusia. Sebaliknya
menggunakan sebuah jutsu tingkat jutsu merupakan keputusan yang sangat tepat.
Jika
musuhnya adalah shinobi biasa. Pasir milik
Gaara dapat dengan mudah menghalau Gelombang Vakum tersebut.
Jika
pelindungnya hanya terdiri dari pasir tanpa ada material lain, sudah pasti akan
hancur oleh Gelombang Vakum tersebut. Tetapi setiap butir pasir Gaara dipenuhi
oleh chakra dan jiwa. Dengan kata lain, pasirnya hidup.
Pasir yang
bergerak layaknya awan mengambil bentuk sebuah tangan, dan dengan rapat
menutupi sistem pernapasan para ‘sniper’. Gaara tidak berniat untuk
membunuhnya. Lagi pula, tubuh yang telah mati tidak akan bercerita.
“Kau
baik-baik saja?” Gaara bertanya ketika dia meletakkan Hakuto yang sudah
kelihatan pucat di samping rangka baja.
“Aku
baik-baik saja. Bagaimana denganmu, tuan Gaara?”
Aku….” Gaara
menghentikan ucapannya.
Dia berhenti
karena elevator di bagian konstruksi mulai aktif. Dua shinobi terlihat
melangkah keluar, dengan senyum yang sangat puas tergambar di wajah mereka.
Kesan pertama ketika melihat mereka adalah… Mereka terlihat seperti pria muda
biasa dengan ukuran tubuh medium.
Tetapi, ada
kehadiran di antara mereka yang tidak dapat diabaikan. Bau darah.
“Kau adalah
Kazekage, kan?” salah seorang diantara mereka bertanya.
“Dan kau?”
“Aku Konjiki
Etoro. Dan dia adalah Konjiki Metoro. Sepertinya kau sedang bersenang-senang,
maaf karena telah mengatakannya.. tapi sebaiknya kau mati saja!”
Pria bernama
Etoro ini memiliki niat membunuh yang tergambar jelas di matanya.
Hal yang
mudah untuk di lihat.
“Hehe…
sepertinya kau adalah tipe orang yang sensitif.” Ucap Shinobi tersebut, sembari
mendekati Temari dengan senyum yang menjijikkan.
Di bawah
mereka, Gaara telah meninggalkan ruangan tersebut, tetapi shinobi itu sama
sekali tidak menghiraukannya. Itu artinya pekerjaannya adalah untuk
menyingkirkan setiap perlindungan yang dimiliki Gaara.
Artinya,
sangat jelas jika dia dikalahkan disini, shinobi ini kemudian pergi menghadapi
Gaara.
Temari
meragukan bahwa Gaara akan dikalahkan oleh pengguna benang ini… tetapi tetap,
menghadapinya akan membuat Gaara terkejut.
Yang
terpenting, itu tidak akan terjadi jika dia tidak berdaya.
“Walaupun
aku bertindak seperti ini, sebenarnya aku adalah seorang pria yang yang
memiliki belas kasihan.” Ucap shinobi itu. Dia menjadi sangat dekat, bahkan
Temari sampai dapat merasakan napasnya dari balik lehernya.
Sekarang!
Temari tanpa
ragu menggerakkan bahu kirinya – satu satunya bagian dari dirinya yang dapat
digerakkan – dan mengeluarkan sendinya.
“!? Kau….!”
Tentu saja,
hanya karena bahunya telah keluar dari ikatan, bukan berarti seluruh tangannya
telah terbebas. Tetapi berkat itu, benang yang mengikat Temari menjadi lebih
renggang.
Waktunya
sudah lebih dari cukup untuknya untuk mengeluarkan tag peledak yang dia simpan
di lengan bajunya.
“Ayo kita
mulai!”
Temari tidak
memikirkan hal bodoh seperti melemparkan Tag peledak ke arah musuh ketika dia
masih dalam keadaan terikat. Tidak! target Temari adalah tubuhnya sendiri.
Tag peledak
itu meledak pada titik buta. Pria itu
lompat menjauh. Tetapi, dia terlalu lambat. Kini Temari
dapat menggerakkan tangan kanan, pinggang serta kaki kirinya. Itu sudah lebih dari
cukup.
Seluruh
tubuhnya terasa terbakar, tapi itu adalah bukti bahwa dia masih hidup.
Dia
menghindari benang-benang yang diarahkan musuh, dan di saat yang sama,
menggunakan tangan kanannya untuk membenarkan sendi di bahu kirinya.
Shinobi
musuh memberikan serangan kedua.
Temari
mengeluarkna tessen (kipas perang) miliknya dengan tangan kiri, dan melepaskan
serangan angin yang menghalau benang-benang tersebut. Dia mengambil keuntungan
dari massa benang yang ringan.
Dia
berputar. Kaki
kanannya masih tidak dapat bergerak. Tetapi dia bergerak layaknya sedang menari
di sebuah tiang, kipasnya menghancurkan benang-benang yang tersisa.
“Sekarang….”
ucap Temari.
“Akan ku balas apa yang kau perbuat padaku.”
Bahkan saat
ini, musuh hanya berfokus untuk menggunakan benang sebagai serangannya, dan
selama benangnya memiliki kekuatan, itu berarti dia tidak memiliki jutsu lain
yang lebih efektikf.
Tapi, hanya
untuk memastikan……!
Sulit bagi
Temari untuk bergantung pada spesialisasi serangan angin atau teknik
pemanggilan (Kuchiyose) miliknya selama mereka sedang berada di dalam ruangan.
Temari
melempar shuriken yang dia simpan di balik tubuhnya ke udara layaknya seseorang
sedang melempar bunga. Musuh menarik kembali benangnya dan membentuk sebuah
pelindung.
Temari
mengayunkan kipasnya dari atas ke bawah, mengincar shuriken yang telah dia
lempar sebelumnya.
“Elemen
Angin, Kilatan Bunga Api!”
Bak hujan
meteor, shuriken dari kipas perangnya didorong oleh kekuatan angin, menyerang
lantai dan kembali lagi.
“!”
Pria itu
menyadari Niat Temari yang sebenarnya. Tetapi dia sudah terlambat.
Serangan
shuriken Temari menyerang titik buta pelindung miliknya, menusuk seluruh tubuh
pria itu. Darah mengucur dari tubuhnya, dan akhinya dia tumbang.
“Syukurlah…”
ucap Temari. Dia memang menang, tetapi kemudian kelelahan yang luar biasa
menjalar ke seluruh tubuhnya. “Aku berantakan…!”
Pandangan
Temari menjadi berkunang-kunang dan gelap.
“Dalam
keadaan seperti ini… Aku benar-benar akan terlihat seperti orang idiot….!”
“Eh?”
Di tengah
keadaannya yang hampir tidak sadar, dia melihat sesosok wajah yang bergerak ke
arahnya.
“Ah!”
Wajah yang
tak terduga. Tapi setidaknya, dia adalah sekutu.
“Maaf soal
ini…” Ucap Temari, “Tapi, bisakah ku percayakan Gaara padamu sebentar?”
Dua orang
shinobi yang bernama Etoro dan Metoro itu berjalan melintasi rangka baja dengan
cengiran aneh di wajahnya.
Selain itu
tidak ada pergerakan lagi ataupun niat pembunuhan di sekitarnya.
Nampaknya
sisa-sisa pembunuh sudah dibereskan oleh Baki dan rekan-rekannya.
Tetapi dua
orang itu tetap berusaha mendekati Gaara. Mereka terlihat sangat yakin kalau
kemenangan berpihak pada mereka.
“Jadi..
Kalian adalah ‘Si kembar Konjiki’ dari Ishigakure? Haah.. Aku telah melihat
wajah kalian di buku bingo.”
“Heh.” Ucap
Etoro. “Karena tuan Kazekage mengetahui nama kami.. Itu artinya kami ini
benar-benar terkenal. Iya kan Metoro?”
“….”
Dibandingkan
dengan kakaknya yang cerewet, Etoro. Si adik Metoro terlihat lebih pendiam. Lagipula
Gaara sudah tahu kalau si kakak adalah orang yang memakai anting mencolok.
Sedangkan si pediam, si adik adalah orang yang memakai cincin yang mencolok.
Shinobi
kembar seringkali menggunakan penampilan mereka yang mirip sebagai faktor
tipuan. Namun lebih baik jika mengansumsikan..mereka mempunyai tipuan lain
selain faktor tersebut.
“Aku telah
mendengar banyak hal tentang kalian.” Kata Gaara. Sepasang Nukenin (Ninja
pelarian) pengecut yang mempunyai spesialisasi menghancurkan gedung ataupun
kapal niaga.”
“Haha.. Yah!
Kali ini kami tak akan kehilangan kau. Kau akan tercatat dalam daftar orang
yang telah kami bunuh. Entah itu kapal tangker ataupun bangunan telah banyak
yang kami hancurkan, tak terhitung jumlahnya.” Etoro menyeringai lebar sembari
menyentuh anting-antingnya. “Akan tetapi.. Tahukah kau? Kami tak membunuh orang
seperti yang kau lakukan, Gaara si air terjun pasir.”
“…!”
“Kami juga
telah mendengar banyak hal tentangmu. Kurang lebih kita itu sama. Kau tahu?
Kami belum mendapat kesempatan bertatap muka langsung denganmu sebab kami sudah
menjadi chunin duluan sebelum insiden penyerangan di Konoha. Tapi rupanya kau
sangat terkenal ya! Si ‘iblis haus darah’ dari Sunagakure. Kau sudah membunuh
setiap orang yang tak kau sukai.. membunuh siapa saja yang berdiri di
hadapanmu.. tak mempedulikan mereka musuh ataupun sekutu. Yah, dibandingkan
denganmu, kami berdua membunuh orang karena mempunyai tujuan sendiri. Jadi..
tak bisa dikatakan kalu kita benar-benar mirip.”
Di belakang
Gaara, Hakuto gemetar ketakutan. Dia tidak
hanya takut pada dua lelaki kembar itu. Namun dia
juga menjadi takut dengan Gaara. Saat itu,
Gaara mengerti.
Semua hal
yang dilakukan di masa lalunya karena dia merasa tidak dicintai oleh
seorangpun, masa lalu…… ketika dia pikir cinta adalah suatu hal yang tak
berharga.
Dia mengerti
betapa berat kejahatan tersebut sekarang. Cinta yang
dia terima tidak akan pernah lenyap… demikian pula kejahatan yang dia buat juga
tak dapat begitu saja terhapuskan. Sesungguhnya.
“Bualanmu
akan berakhir sampai disini saja.” Kata Gaara.
“Oh..
Apa-apaan itu? Apa kata-kataku tadi sudah menyinggungmu tuan Kazekage?”
Tak bisa
dibilang kalau kata-kata mereka tidak menyakitkan, tetapi Gaara bukanlah tipe
lelaki yang banyak bicara ataupun suka berdebat. Dia adalah
tipe yang hanya akan bicara seperlunya.
Sabaku
Kyū..!!
Pasir yang
tersembunyi di bawah kaki musuh sekarang melonjak ke atas. Menelan keduanya
dalam satu gerakan ekstra cepat.
‘!’
Tetapi tak
ada respon sama sekali. Jadi mereka
hanya bunshin? Bunshin
adalah tipuan kuno. Yang membuat mereka terlihat cerdas adalah.. menggabungkan
bunshin dengan genjutsu.
Namun ketika
Gaara menyadari apa yang mereka lakukan, dia menyebarkan pasir yang dia gunakan
untuk jutsu tadi. Dan menggunakan sensor sebagai gantinya.
Menyebarkan
pasir yang telah di infus dengan chakra di area yang luas membuatnya dapat
memastikan letak benda yang bergerak. Dia tidak dapat mengidentifikasi apa saja
yang bergerak, tapi dalam masalah ini… apapun yang bergerak akan dianggapnya
sebagai musuh.
Tepat.
Diatas.. Huuh!
Tepat diatas
kepala. Etoro dan Metoro bersaudara telah mengambil posisi, mereka sedang
berdiri di atas Gaara. Terik matahari menghantam punggung mereka.
“Kena kau!”
Si kakak
menggunakan elemen lava untuk memperluas lingkaran api. Dan si adik menggunakan
elemen baja untuk membuat sebuah bola baja.
“Aku
perlihatkan sekilas padamu, metode pembunuhan kami.. ‘si kembar Konjiki!”
Meskipun
mereka menciptakan berbagai jenis gumpalan baja sekaligus, Gaara tidak berpikir
kalau hal itu dapat menerobos pertahanan mutlaknya.
Namun, sasaran
si kembar itu adalah Hakuto. Gaara bisa
mengamati gerakan mereka, tapi tak ada pilihan lain selain melawannya. Jika
Kazekage kehilangan pasangan yang akan dinikahinya, otoritasnya pasti akan
menurun.
Tidak! Bukan
itu. Itu bukanlah
suatu masalah, itu hanyalah formalitas.Yang benar
adalah.. Hakuto adalah calon istri yang tidak diketahui oleh sebagian warga
desa. Atau bahkan meskipun Hakuto bukanlah seorang wanita, Gaara pasti tetap
akan melindunginya.
Jika
seseorang yang tak berdaya menginginkan perlindungan Gaara, mereka sudah pasti
akan dilindungi olehnya.
Aku
mengandalkanmu! Pikir Gaara. Pasirnya naik, membentuk sebuah dinding raksasa,
membentuk tameng pelindung bagi dirinya sendiri dan Hakuto.
“Oh, jadi
ini pilihanmu ya?” Kata Etoro.
“Sudah terlambat untuk bertingkah seperti
pahlawan sekarang!”
Peluru baja
raksasa terlempar melewati lingkaran api itu, meluncur ke arah mereka. Kecepatannya
tak sesuai dengan yang diperkirakan oleh Gaara, seperti kunai supersonik di
saat-saat sebelumnya. Perisainya akan lebih dari cukup untuk menahan serangan
dengan jenis kecepatan seperti itu.
Massa peluru
itu juga akan dapat ditahan dengan mudah….!! Memang
itulah kenyataannya. Dampaknya……. Peluru yang
mencoba menembus perisai pasir itu akan berhenti.
Perisai
pasir itu akan beregenerasi dengan cepat, lebih cepat daripada benda yang
berusaha menembusnya. Di masa lalu, dia pernah memakai perisai pasir ini untuk
menutupi seluruh desa ketika desanya di bom. Gaara dengan percaya diri
mengatakan apabila perisainya bisa menghentikan satu atau dua ton batu.
Namun.
“Tuan Gaara,
gawat!”
“!!”
Peringatan
Hakuto direspon Gaara dengan lebih cepat. Peluru itu
berubah bentuk. Tidak..
pelurunya meleleh..?! Ini adalah
dampak dari elemen lava.
Ketika
pelurunya terlempar melewati lingkaran api, api telah tersegel di dalamnya.
Bahkan api dari elemen lava tersebut telah meledak.
Energi
ledakan api di dalam bola baja dilepaskan dalam bentuk spiral. Tekanan yang
tinggi itu menimbulkan ‘gelombang kejut’ yang melelehkan bola baja, membuatnya
berbentuk cair. Akibatnya, cairan itu muncrat melewati area-area perisai pasir
dan berdampak pada perisai pasir tersebut.
Hal yang
serupa juga terjadi pada gelombang kejut. Bola baja. Bola baja
itu berfungsi seperti kepala senapan, yang memusatkan gelombang kejut ke titik
tusuk tunggal dalam perisai pasir.
Saat hal
semacam itu terjadi. Kau pikir bagaimana nanti hasilnya?
“Berlindung!!”
Gaara
mengangkat pasirnya, namun api dan elemen lava yang terpusat pada satu titik
itu ternyata memiliki kekuatan untuk mengebor bagian dalam perisai pasir.
“Gah!!”
Api itu
menembus perisainya, pasir kemudian roboh dan menghambur kesekitarnya. Mereka tidak
menerima serangan secara langsung, tapi badai api menyelimuti Gaara dan Hakuto.
Fūton: Yae
Hayate..!! (Elemen angin: badai pasir berlapis-lapis)
Berkat
dinding pasir yang ditumpuk secara berlapis-lapis seperti ‘mille feuille’
(sejenis kue berlapis-lapis), mereka hampur dapat menghindari pukulan langsung
dari serangan yang menghanguskan itu.
Lengan Gaara
bagian atas terasa sakit, rasanya seperti terbakar. Sudah
beberapa saat. Rasa sakit
selalu mengajarinya sebuah pelajaran. Aku tak
bermaksud meremehkan serangan mereka tetapi….!!
“Hahahhaha..!!
Bagaimana sekarang? Bagaimana? Sekarang kau tahu kan kenapa Konjiki bersaudara
begitu terkenal?”
Suara ejekan
Etoro menggema di sela-sela suara badai debu itu.
“Memang!
Ninjutsu yang kau gunakan ini sangatlah berlebihan. Konyol! Untuk membunuh satu
orang saja kau harus melakukan jutsu berlebihan seperti ini.” Ucap Gaara.
“Kau tahu?
Tidak ada massa benda yang tidak dapat dipatahkannya. Bagimu ini punya nilai
yang sama dengan sebuah benteng.”
Tentu saja.
Tentu, Gaara
masih punya banyak pilihan untuk dapat lolos dari situasi ini, tapi masalahnya
Hakuto akan terluka jika dia mengambil pilihan ini. Hal ini tidak bisa
dibiarkan terjadi.
Satu detik
sepertinya cukup, jika saja aku punya sesuatu untuk mengalihkan perhatian
mereka!
Dia
mengeluarkan banyak chakra untuk pertahannya sebelumnya. Akan sulit melancarkan
serangan-serangan agresif jika lawannya memiliki chakra selevel Jounin.
Bukan
masalah kemenangannya, namun bagimana caranya agar bisa menang.
“Jika kau
mengandalkan pengawal.. Mereka tidak akan datang kok!” Kata Metoro.
“Sudah ada
20 orang berbakat yang mengurusi mereka. Kelompok kami bahkan tak kalah dari
Akatsuki.”
Membanding-bandingkankan
kelompok mereka dengan Akatsuki mungkin saja adalah hal berlebihan yang
dikatakan oleh Etoro. Tapi jika melihat kemampuan kedua bersaudara ini, tak
salah lagi.. mereka sangat berbakat. Selain Baki, jika kau membandingkan dua
bersaudara ini dengan Chunin bawahan Gaara, tidak bisa dibilang jika mereka cukup
berimbang.
Dan tidak
diragukan lagi, mereka mempunyai potensi besar sebagai seorang pembunuh. Ketika
kekkei genkai mereka di gabungkan.. mereka bisa menggunakan jutsu sejenis
‘pseudo-kekkei touta’ . Kau bahkan tak bisa bermimpi memiliki kemampuan semacam
ini.
Aku tidak
bisa mengandalkan bala bantuan. Aku kira aku harus melukai mereka dengan
serangan, meskipun hanya dengan satu serangan.
Bukan karena
putus asa ataupun semacamnya. Semua
Shinobi adalah orang yang realistis. Dia telah
memutuskan kalau bala bantuan tidak akan menolongnya. Faktor
terbesar dari kemenangan yang sekarang adalah.. memastikan kalau Hakuto
benar-benar terlindungi.
Dia
bersumpah jika dia tidak akan menarik kembali kata-katanya, karena itu adalah
jalan Ninjanya. Pada saat
itu. Sebuah Shuriken
membelah udara dan menuju ke arah Metoro.
Itu adalah
‘Houshuriken’ sejenis batang besi tanpa bilah di sekelilingnya. Kemampuan
potongnya sangat kecil, tetapi berkat bobotnya.. shuriken ini dapat memberikan
hantaman langsung pada targetnya, bahkan bisa membuat seekor kuda ambruk.
Metoro yang
telah mengulurkan tangannya untuk menepis Houshuriken.. belum sepenuhnya tahu
berat senjata itu.
Memang tidak
bisa mematahkan sarat tulang chakra, namun berkat bobot senjata itu membuat
tangan Metoro sedikit mati rasa.
Tak peduli
siapa yang melempar senjatanya. Dia percaya
bahwa itu adalah sekutu.
“Apapun akan
dilakukan!”
Jika dia
membiarkan ini terlewatkan sia-sia, dia tak akan dapat kesempatan lagi.
Sunajō
Rōkaku..!! (Istana pasir serigala pemojok)
Pasir mulai
berputar-putar, membentuk suatu pusaran di sekitarnya. Pasir yang
terhambur karena serangan sebelumnya juga diikutkan. Dia tidak
hanya menerima serangan ketika pasirnya menyebar. Dia sengaja
membiarkan pasirnya terpencar untuk membuat serangan balasan.
Dia hanya
butuh waktu satu detik, jeda waktu sebelum lawannya membuat suatu gerakan. Di
tengah-tengah pusaran pasir, beberapa mata tiba-tiba saja terbuka. Setiap mata
itu terhubung dengan syaraf optik Gaara sendiri. Daisan no me, teknik mata
ketiga.
Jika itu
adalah orang biasa, lonjakan informasi besar yang datang dari mata akan
membuatnya gila, namun Gaara bisa mengatasinya. Segala
sesuatu yang terlihat di dalam pusaran pasir itu pasti akan segera diketahui
Gaara. Ada sebuah
ketentraman khusus ketika dia sedang melakukannya.
Ketenangan
itu bisa tercipta sebab ibu Gaara – Karura hidup di dalam pasirnya. Chakra
karura menggerakkan pasir-pasir itu secara otomatis, jadi.. pasir-pasir itu
bergerak bukan karena kemauan Gaara.
Gaara yang
terhubung dengan pasir itu memang merasa lelah, namun dia tidak merasa sakit
hati. Sebaliknya, hal itu membuktikan jika ibunya mendukung keputusannya untuk
melindungi orang lain.
Bukti itu
memungkinkan Gaara untuk dapat menahan beban, melihat 10 lebih ke penglihatan
sekaligus, dalam waktu yang bersamaan.
“Jadi kau
disana ya?”
Teknik Gaara
sesuai dengan namanya. Metoro dan Etoro dihujani oleh peluru pasir dari semua
sisi.
“Kita dalam
masalah, Metoro!”
Si adik
menaikkan perisai baja untuk menangkis peluru-peluru pasir. Tetapi
serangannya tidak dapat dihentikan dengan cara sederhana seperti itu. Lagi pula,
peluru pasir yang dibuat Gaara diciptakan untuk menyerang musuh dari segala
sisi.
Dia tidak
hanya menembaki mereka sembarangan, namun.. dia menembaki mereka sesuai dengan
penglihatannya. Konjiki bersaudara ini dikurung dalam sebuah penghalang pasir.
Etoro dan Metoro sibuk menghindari peluru-peluru pasir yang nyaris menghantam
titik-titik vital mereka.
“Aku disini
untuk memberi bantuan.” Terdengar sebuah suara yang asing bagi Gaara, kemudian
sosoknya tiba-tiba saja sudah ada di sebelah Gaara.
Dia adalah
seorang wanita.
Kunoichi itu
memiliki tubuh yang ramping seperti Hakuto. Entah bagaimana hal itu
mengingatkan Gaara pada bulan sabit yang berujung runcing.
Tanpa
kacamata super tebal yang membingkai wajahnya, dia pasti kelihatan sebagai
wanita tercantik yang pernah ada.
Itu… Gaara mulai
mengingatnya. Dia adalah
wanita yang mengawal Hakuto. Memang
sepertinya dia pernah terlihat di suatu tempat sebelumnya, namun Gaara tak
pernah berpikir jika kenyataannya ada orang lain yang mirip dengan Hakuto.
Ngomong-ngomong,
sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memikirkan hal tersebut.
“Saya datang
kesini karena perintah nona Temari.” Katanya.
“….. Kau
benar-benar membantu kok.”
Gaara tak
bertanya-tanya bagaimana Temari bisa tahu keberadaan mereka, Gaara hanya tahu..
inilah cara Temari untuk mengkhawatirkannya.
“Saya adalah
Shijima dari Klan Houki.” Kata Kunoichi itu.
Houshuriken
tiba-tiba muncul layaknya sebuah tipuan sulap di tangannya. Dia mengapit 8
houshuriken di sela-sela 10 jari tangannya.
Dia
‘menghantamkan’ 8 houshuriken itu dalam waktu yang bersamaan. Memang lebih
tepat mengatakan ‘melempar’ shuriken, tetapi untuk houshuriken, rasanya lebih
tepat kalau di bilang ‘menghantamkan’. Karena istilah itulah yang sudah umum
digunakan oleh sebagian besar orang.
Kunoichi
yang memperkenalkan diri sebagai ‘Shijima dari klan Houki’ tersebut tidak
main-main melempar houshurikennya, dipenuhi dengan aura membunuh.
8 senjata
tadi melayang bagaikan meteor kearah Etoro.
“Jangan
menghinaku…!! Jangan meremehkan aku!” Etoro sangat marah.
“Hanya menggunakan
benda baja macam itu saja kok!”
Api Etoro
melelehkan houshuriken.
Merasa ada
kesempatan.. Gaara mengumpulkan angin disekelilingnya. Tak seperti
yang dia duga.
“A-apa
I-ini?”
8
houshuriken itu meledak.
Pecahan-pecahan
houshuriken itu menyebar, menancap di seluruh bagian tubuh Etoro. Darah
menyembur hebat dari tubuhnya.
Jadi yang
tadi itu adalah pemanfaatan tekanan udara! Kunoichi ini adalah pengguna elemen
angin yang menembakkan houshuriken dengan jumlah tekanan udara yang besar di
dalamnya. Jika houshuriken tersebut hancur oleh elemen lava, maka kompresi
udara di dalamnya akan pecah. Dan pecahan-pecahan houshuriken tersebut akan
meledak, menyebar dan menumbangkan lawannya.
“Kakak..!!”
Metoro si pendiam berteriak kebingungan.
Gaara
bukanlah tipe orang yang mengabaikan celah untuk menyerang.
“Hey! Apa
yang sedang kau lihat?” Tanya Gaara.
“Aku disini! Jangan pernah mengalihkan
perhatian dari targetmu. Dasar sampah!”
!!!
Badai pasir
Gaara kini berubah menjadi belati raksasa.
Belati
raksasa itu membentang dan menyelinap melewati perisai baja Metoro, bagai ular
raksasa, kemudian mengiris tubuh Metoro.
“METOROOOO!!”
Ratap Etoro, menangis ‘air mata darah’.
Tubuh Metoro
terjatuh dari birai gedung. Dia jatuh
dari ketinggian yang hampir sama dengan gedung pencakar langit. Selebihnya,
serangan Gaara tadi sudah mengenai titik vitalnya sehingga dia tak mungkin lagi
terselamatkan.
“AAHHH!!
PEMBUNUH!! KAU PEMBUNUH!!”
Etoro
memaksimalkan chakranya, menembakkan peluru-peluru api yang tak terhitung
jumlahnya. Dia sekarang
bukan lagi pembunuh berkepala dingin yang datang untuk membunuh Gaara. Etoro yang
sekarang adalah sesosok kakak yang marah karena adiknya telah dibunuh.
“Pikiranmu
itu.. Kau ini ternyata benar-benar hanya memikirkan dirimu saja ya?” Kata
Gaara.
Si kakak
yang kehilangan adiknya, akhirnya kehabisan peluru-peluru apinya. Dia tak lagi
imbang dengan pertahanan mutlak milik Gaara. Sambil
melindungi dirinya dan Hakuto.. Gaara menyerang dengan pasirnya.
“Bangunan
yang telah dihancurkan oleh sampah macam kalian, kapal-kapal yang telah kalian
tenggelamkan, di dalamnya juga terdapat orang-orang yang pada akhirnya terbunuh
karena ulah kalian.” Ucap Gaara.
“Kau bahkan tak pernah memperhitungkannya,
itulah kejahatan kalian!”
“AA-AAAHH,
MON- MONSTER-!!”
Sebuah
gumpalan pasir Gaara menelan teroris egois itu. Tidak
mengherankan apabila orang yang melihat kejadian ini tidak menganggap bahwa ini
adalah pekerjaan manusia.
“Itu benar!”
Gilasan.
Gesekan.
Gilasan.
Rasa itu
begitu akrab dengannya saat ini. Kehidupan
seseorang harus terenggut di dalam pasir dan kemudian lenyap.
“Kau dan
Aku. Kita sama-sama monster yang dipanggil Shinobi. Pembunuh.”
Retak.
Retak.
Pecah.
Sesuatu yang
dulu pernah dipakai oleh Etoro atau mungkin Metoro.. sekarang tak lagi
bergerak.
“Tapi
seharusnya kita membuka mata untuk itu semua… untuk bertahan hidup sekaligus
mengontrol kekuatan kita. Seseorang yang tak dapat melakukannya.. tak layak
disebut Shinobi.”
Tubuh musuh
menghilang. Bahkan sama
sekali tak ada jejaknya. Bagi Gaara,
ini adalah kejadian yang biasa.
“ Tuan
Gaara!”
Hal pertama
yang Hakuto lakukan ketika dia berlari ke arah Gaara adalah menyobek lengan
kimono miliknya, kemudian menggunakannya sebagai perban untuk membalut lengan
Gaara.
“Maafkan
aku… Kau melindungiku dan…”Mata Hakuto berkaca-kaca.
“Setidaknya biarkan aku
merawat lukamu.”
“Tidak
perlu, luka ini bukanlah masalah.”Ucap Gaara,
“Kau tak perlu repot-repot
mengobatiku…”
“Tidak
mungkin!” Hakuto menatap Gaara dengan serius.
“Ketika di tengah pertarungan,
aku akan bergerak sesuai perintah Kazekage. Tetapi sekarang, pertarungan telah
berakhir, jadi tolong dengarkan apa yang ninja medis ucapkan. Jika luka bakar
seperti ini dibiarkan saja, bakteri akan masuk dan menyebabkan infeksi.”
“B-baiklah…”
Kemampuan
Hakuto sangat bagus. Dia menggunakan elemen angin untuk mendinginkan luka
tersebut, lalu membasuhnya dengan cairan steril yang dia bawa, lalu menggunakan
chakranya untuk memperbaiki sel-sel, membalutnya dengan perban darurat dari
kimono miliknya.
“Kain ini
adalah buatanku sendiri, dan memiliki fungsi ganda selain sebagai pakaian juga
dapat digunakan sebagai perban.” ucap Hakuto. “Ini akan memperbaiki sel-selmu
secara alami, jadi tolong jangan dibuka.”
“…. Maafkan
aku.”
“Tidak.”
Hakuto memberikan sebuah senyuman yang manis.
“Sejujurnya, aku masih merasa
ketakutan. Tetapi jika aku melakukan hal-hal yang biasa aku lakukan, hal itu
akan membantuku untuk tenang.”
“Aku juga.”
“Eh?”
“Aku juga
sama.” ucap Gaara.
"Jika kau menggunakan jutsu-jutsu yang biasa kau gunakan
untuk melindungi seseorang, itu akan membantumu untuk menghilangkan rasa
takutmu. Aku, shinobi semuanya seperti itu, kan?"
Gaara
mencoba tersenyum walaupun sedikit canggung, berpikir bahwa mungkin itu adalah
hal yang akan Naruto lakukan.
Dia melihat
wajahnya yang tersenyum melalui pupil Hakuto, dan ketika dia melihat Hakuto
tersenyum balik ke arahnya, Gaara merasakan sebuah kepuasaan yang berbeda
daripada berhasil membunuh musuh.
⁰ₒ⁰
“Lanjut ke
pembicaraan pernikahan…?”
Gaara merasa
dibingungkan dengan laporan dari Baki.
“Pilihan
untuk melanjutkan ada di tanganmu.”Ucap Baki.
Baki
benar-benar bersikap acuh tak acuh, layaknya sama sekali tidak ada kejadian
apapun. Gaara mendengar bahwa lebih dari setengah shinobi musuh yang menyerang
telah dilumpuhkan oleh Baki. Walaupun begitu, sama sekali tidak terlihat
keringat menetes di wajahnya. Seperti yang telah diduga untuk orang
berkemampuan tinggi seperti dirinya.
“Jika urusan
bisnis terhenti karena teror, maka banyak orang yang akan mulai bertindak. “ucap
Baki.
“Tak ada bedanya seperti melawan kelompok Yakuza. Jika kau gugup bahkan
hanya sekali, maka itu akan terus berlanjut.”
“Yahh,
tapi.. Aku baik-baik saja, tetapi Hakuto mungkin saja terluka.”
“Ohh?” Baki
berusaha menggoda Gaara. “Apakah itu artinya kau menyukainya?”
“Bukan,
itu…”
“Tapi kau
tidak membencinya.”
“…Yaa,
kira-kira seperti itulah.”
Baki tertawa
dan menepuk bahu Gaara. “Itu artinya pertemuan pernikahan ini akan dilanjutkan.
Sekarang, aku ingin berbicara tentang Kankurou.”
Mata Baki
dan Gaara saling bertemu. Tatapan penuh kewaspadaan terpancar dari mata mereka. Baki
mengeluarkan beberapa foto. Seorang shinobi muda yang tak diketahui sedang
bertemu denga Konselir Toujurou.
“Toujurou-dono?”
“Dia adalah
bawahan Kankurou, namanya Maizuru. Kira-kira setengah tahun yang lalu, Kankurou
mengangkat seorang shinobi muda yang merasa tidak puas dengan dirimu.”
“…Sebagai
anak tertua dari penerus keluarga Kazekage?”
“Tepat
sekali.”
Tidak terlihat emosi terpancar dari setiap kata-kata Baki. Nadanya
sedikit meninggi ketika menyebutkan fakta tersebut.
“Dibandingkan denganmu,
yang hanya memerintahkan mereka untuk menghadapi kematian sementara kau berada
di garis belakang, Kankurou dirasa lebih berhak karena meresikokan nyawanya
untuk bertarung di garis depan… Itu yang mereka katakan.”
“Dan mereka
pikir Kankurou akan berkhianat?”
“Dapat
dikatakan bahwa mereka menganggap ada kemungkinan seperti itu.”Ucap Baki.
“Awalnya, pembicaraan pernikahan ini mungkin saja hanya sebuah pengalihan agar
kau pergi meninggalkan desa.”
“Waktu
serangan ini sangatlah tepat. Jika bukan dari luar, tetapi dari dalam…”
Status Gaara
saat ini tidaklah begitu kuat. Dia pernah dibunuh Akatsuki sekali, dan selama
masa ketidakjelasan apakah dia masih hidup atau tidak, gelarnya sebagai
Kazekage langsung menurun. Sepertinya karena trauma yang pihak desa alami
ketika Kazekage yang sebelumnya dibunuh oleh Orochimaru.
Gaara tidak
punya pilihan lain selain menyelidiki konspirasi tersebut. Bahkan jika,
contohnya saja, dia ternyata dikhianati oleh orang yang paling dia percayai.
Gaara
menyerahkan soal perlindungan kepada Baki, lalu segera bergerak kembali ke
ruangannya, ketika secara tidak sengaja dia bertemu dengan Hakuto di koridor
hotel. Pengawalnya, Shijima, ada bersamanya.
“Sepertinya…
Entah bagaimana semuanya berubah menjadi situasi yang tidak mengenakkan, ya?”
ucap Gaara.
“Ya… Aku
belum pernah menghadapi situasi seperti ini.”
“Ayahku
dulunya pernah berkata bahwa kewenangan itu layaknya sebuah anak tangga.” ucap
Gaara, yang tiba-tiba merasa terkejut sendiri karena mengutip apa yang pernah
ayahnya ucapkan.
Alasan
keterkejutannya adalah ketika Gaara percaya rasa sakitnya ketika pertemuan
kembali dengan ayahnya di Perang Dunia Shinobi Ke-empat, dia sama sekali tidak
menduga akan mendapat ingatan khusus tentang ayahnya.
“Anak
tangga?” tanya Hakuto .
“Semakin kau
ke atas, semakin banyak yang bisa kau lihat.” Ucap Gaara.
“Tetapi kau jadi
tidak bisa melihat apa yang ada di bawah.”
“Begitu.”
Hakuto tersenyum kepada dirinya sendiri. Itu bukanlah senyum yang
membingungkan.
“Tetapi, tuan Gaara, kau punya banyak orang yang bersedia
melihat ke bawah untukmu, jadi kurasa itu adalah hal yang bagus.”
“!”
Gaara
menatap dengan kebingungan, sementara Hakuto langsung membungkuk dan kembali
berjalan. Dia terus
menatap Hakuto, terdiam seperti boneka, tak bergerak.
“Kau
melakukannya dengan cukup bagus.”
“Ah,
Temari.”
Karakteristik
bayangan dari kakaknya yang satu ini sama sekali tidak berubah, tetapi ketika
sosoknya berada pada jarak pandang, Gaara melihat tubuhnya dipenuhi perban.
Sedikit menyedihkan, kira-kira seperti itu.
“Kau
baik-baik saja?” Tanya Gaara.
“Teknik
ninjutsu medis Houki sangat hebat.”Ucap Temari.
“Aku baik-baik saja.”
“Begitu.
Jadi bisa kutanyai kau satu hal?”
“Hmm? Apa
ini tentang Hakuto?”
“Ya.” Gaara
sama sekali tidak malu mengatakannya. Dia mengeluarkan sepucuk surat.
“Aku
percayakan ini padamu.”
“Begitu.
Sepertinya kau mulai mengerti beberapa hal, ya?” Bibir Temari tersenyum.
“Apakah itu
menghiburmu?”
“Kau… Kau
terlihat seperti ayah. Aku hanya tiba-tiba memikirkannya.”
“…Begitukah?”
“Begitulah.”
Temari melihat ke langit di luar melalui jendela di koridor. Dia melihat ke
arah langit, tanpa awan, tanpa hujan.
Suna tidak
diberkahi dengan pepohonan atau hutan layaknya Negara Api. Dia melihat ke arah
langit yang milik orang-orang yang hidup di padang gurun, berdampingan.
“Kita
bertiga lahir disini.” Ucapnya.
“Sebagai anak dari ayah dan ibu. Jika Kankurou
atau aku memiliki kualitas yang diperlukan, maka kau tidak perlu menanggung
beban sebagai Jinchuriki dari Shukaku…”
“Tidak
apa-apa, kau tau……” Ucap Gaara.
“Shukaku adalah teman.”
“Terima
kasih.” kali ini, tidak ada kesedihan yang terpancar dari balik senyum Temari.
“Sejujurnya, aku sedikit cemas. Apakah tidak apa-apa jika hanya kita yang
senang. Tetapi aku akan terus melakukan sesuatu yang aku suka seperti
sekarang.”
“Silahkan
saja.”
Gaara sangat
tau berapa banyak yang telah Temari korbankan demi mendukung dirinya dan desa.
Dia bahkan telah mengorbankan kebahagiannya sendiri.
“Baiklah
kalau begitu.” Ucap Temari,
“Akan ku pastikan untuk menangani surat ini dengan
baik.”
“Aku bergantung
padamu.”
Gaara tidak
mengatakan apapun lebih dari itu, lalu pergi ke ruang peristirahatannya, tidur
kapanpun dia merasa ingin tidur adalah kebiasaannya ketika dia memiliki
Shukaku.
Aroma Hakuto
tercium dari perban di lengannya, dan entah mengapa membuat Gaara teringat akan
kenangannya di masa lalu.
Kenangan
tersebut sepertinya berasal dari masa ketika dia lahir. Mungkin dia sedang
mengingat ibunya, yang khawatir akan kelahiran prematur dirinya?
Atau
mungkin, dia sedang mengingat pengganti orang tuanya, Yashamaru?
Atau mungkin
saja, dia sedang mengingat sesuatu tentang Temari atau Kankurou, atau mungkin
juga sesuatu tentang Naruto. Akhirnya
Gaara mulai tertidur.
“Sesuatu
yang buruk telah terjadi.”
Suara Baki
mengganggu mimpi Gaara. Pria itu
masuk ke kamarnya tanpa permisi dan sedang berdiri di samping tempat tidurnya,
jadi Gaara mengerti betapa gentingnya masalah tersebut.
Dia tidak
menduga akan mendengar sesuatu yang kecil.
“Ada apa?”
dia bertanya secara singkat. Hubungan mereka berarti bahwa tak masalah untuk
berbicara secara singkat ketika mereka berbicara.
“Hakuto
telah diculik.”
“!”
Pada saat
itu, Gaara mengutuk akan ketidak becusannya. Lalu, dia melihat ke arah perban
yang menggulung di lengannya, lalu mengubah cara berpikirnya. Ini bukan saatnya
untuk berpikir seperti itu.
Baik Gaara
dan Baki berpikir bahwa targetnya adalah Kazekage. Shinobi
tidak perlu menyesal. Apa yang
mereka butuhkan adalah tetap bertahan, dan terus melanjutkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar