Novel Gaara Hiden Chapter 5 [And] - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Selasa, 26 April 2016

Novel Gaara Hiden Chapter 5 [And]

PERTEMUAN YANG TIDAK TERDUGA

 

Segala sesuatu di dunia ini diciptakan berpasang-pasangan. Laki-laki dan perempuan, siang dan malam, yin dan yang, cahaya dan bayangan. Dan.. ada sesuatu yang hidup disela-sela semua itu. Mereka adalah Shinobi.

 

⁰ₒ⁰

Gaara dan Shijima menemukan Hakuto dan Shigezane di dekat perbatasan Negara api. Wilayah itu, tempat itu adalah penghujung padang pasir.

 

Menyebut tempat itu dengan istilah ‘prairi’ nampaknya lebih cocok daripada menyebutnya gurun pasir. Ada beberapa pohon rendah tumbuh di sana-sini. Menandakan jika daerah itu sudah diberkahi dengan hujan.

 

Mungkin saja ini adalah pemandangan yang suram bagi orang-orang yang berasal dari negara lain, namun.. bagi orang-orang yang terlahir di padang pasir seperti Gaara dan yang lainnya. Curah hujan ibarat sebagai sebuah surga.

 

Dibatas cakrawala, kau akan dapat melihat secara samar-samar hutan yang berwarna hijau tua. Artinya.. orang-orang yang tinggal disana telah diberkahi dengan cukup banyak air. Tidak membenci matahari, dan menganggapnya seolah-olah adalah ‘setan merah panas’.

 

Shigezane dan Hakuto saling berpegangan tangan. Menatap matahari terbit yang ada di batas cakrawala.

 

Hampir-hampir, mereka sedang melihat masa depan yang penuh harapan, membentang dihadapan matahari terbit.

 

Haruskah aku hanya menutup mataku saja? Dalam sekejab, pikiran itu terngiang di dalam kepala Gaara. Namun sampai hari ini, Gaara adalah pemimpin desa Suna. Dan dia tidak bisa berhenti menjadi pemimpin mereka.

⁰ₒ⁰

“Shigezane. Kami ingin kau mengembalikan nona Hakuto.” Gaara menarik Shijima yang terluka dan kelelahan ke belakangnya. Berseru pada pasangan itu dari belakang, menghilangkan segenap keraguannya.

 

Dia menahan diri untuk membuat serangan kejutan demi menghormati Hakuto.

 

“Tuan Gaara.” Hakuto Nampak kebingungan, seolah-olah memiliki rasa bersalah.

 

“Hakuto! Kembali…” Kata Shigezane yang kemudian melangkah ke depan.

 

Raut mukanya tak terlihat seperti yang terakhir kalinya terlihat. Seperti yang semestinya. Mereka telah berjalan ke perbatasan Negara tanpa beristirahat. Dan kemudian terjadi badai pasir yang menutupi reruntuhan. Tubuhnya sudah tak dapat bertahan lagi dengan semua itu.

 

Gaara tak melihatnya seolah dia tak enak untuk dilihat. Seorang Shinobi yang telah memimpin dan mengendalikan desa seperti Kazekage.. tak bisa kelihatan seperti itu. Semua pemikiran Gaara sekarang ini terpusat pada rasa penyesalan, menyesal karena dia tak mampu menemukan bakat Shigezane sejak awal.

 

“Kau memiliki keterampilan yang luar biasa, sebagai Kazekage aku merasa bangga padamu. Kau tak berniat kembali ke Sunagakure?”

 

Dia tak berpura-pura membantu musuhnya meneruskan rencananya, namun ini adalah perasaan Gaara yang sebenarnya. Dari dalam lubuk hatinya, dia berpikir jika bakat Shigezane itu sangatlah berharga.

 

Lebih dari itu, sehingga ketika Gaara melihat ekspresi tegas dari mata Shigezane saat ini, dia langsung paham, jika Shigezane tak punya niat seperti para penjahat sebelumnya, yang notabene adalah pembunuh bayaran.

 

“Saya tersanjung mendengarnya.” Kata Shigezane. Mengumpulkan Suiton, menciptakan beberapa shuriken air di telapak tangannya.

 

Jadi, itu ya jawabannya.

 

Yah! Itulah yang akan terjadi. Pikir Gaara.

 

Shigezane adalah pria yang baik, namun.. kenapa segalanya menjadi seperti ini?

 

“Tuan Gaara.” Hakuto berjalan ke arah mereka. Sepertinya dia sudah tak tahan lagi dengan semua yang sedang terjadi.

 

“Hakuto?!”

 

“Tuan Gaara.. Bagaimanapun juga. Tolong hentikan tindakan Anda!”

 

Hakuto menunjukkan sorot mata depresi. Seperti Naruto yang dulu, Naruto di masa lalu.

 

“Shigezane adalah-“

 

“Kau tak perlu mengatakannya.” Gaara memotong perkataan Hakuto.

 

Bahkan Gaara paham jika hubungan Shigezane dan Hakuto adalah… sepasang kekasih.

 

Alur ini nampaknya memang telah direncanakan oleh seseorang, namun keduanya telah terjebak di dalam situasi hubungan yang begitu rumit.

 

Seperti Gaara yang memiliki kehidupannya sendiri, Hakuto juga sama. Kau tak bisa mempelajari kehidupan seseorang hanya dengan menilainya dari perkenalan singkat.

 

“Shijima dan rekan-rekannya tidak terkena serangan penuh dan juga tidak terbunuh. Jejak kakimu ketika mengikuti Shigezane juga rapi dan halus. Semua tanda-tanda menunjukkan kenyataan jika kau memang sedang ‘diculik’.”

 

Gaara memutuskan untuk memainkan peran penjahat itu.

 

“Aku tak tahu siapa yang telah menghasutmu. Namun mereka juga bergerak sejauh ini, juga sampai pada pembicaraan pertemuan pernikahan. Kau mengambil peran menjadi tunanganku di mata publik, kemudian kau lari dengan kekasihmu. Ini akan menjadi pukulan besar terhadap otoritas Kazekage. Hakuto, kau yang tak pernah keluar dari wilayah Klan Houki akan kabur bersama Shigezane dari klan Houki ini kemudian menghilang. Intinya begitu kan? Benar?”

 

“Kenapa Anda mau mengejarnya jika Anda telah mengetahui semua?”

 

Shijima mengajukan pertanyaan.

 

“Ku katakan padamu ya!” Kata Gaara padanya. “Aku ini Kazekage. Aku tak bisa menjadi apapun selain itu.”

 

“………………”

 

“Tidak ada bedanya, aku juga tak bisa melakukan apapun selain bertindak sebagai puteri dari klan Houki.” Matanya menjadi basah ketika melihat Gaara.

 

Tiada dusta apabila Hakuto memang peduli pada Gaara. Namun, dia lebih peduli kepada pria yang sekarang ada disampingnya, Shigezane.

 

“Jadi aku bisa meninggalkan tempatku dilahirkan dan dibesarkan. Sehingga aku bisa bebas. Aku tak punya kesempatan yang lain lagi selain acara perjodohan dengan Anda, aku minta maaf telah memanfaatkan Anda. Namun -“

 

“Lupakan permintaan maaf itu.” Kata Gaara, pasir-pasir mulai beralih dari labunya.

 

Menandakan bahwa Gaara siap untuk bertarung.

 

“Aku tak menyangka akan mengganggu kisah cinta asmara kalian.” Ucap Gaara. “Kita tak pernah setuju dengan acara perjodohan itu, itu hanya untuk memenuhi pandangan publik seperti yang kita lakukan. Aku tak punya hak untuk mengikatmu, namun-“

 

Pasir yang keluar dari labu Gaara membentuk sebuah pedang.

 

“Aku tak bisa menutup mata terhadap Shinobi yang kabur begitu saja dari desa.” Ucap Gaara. 

 

“Shinobi yang memakai kekuatannya tanpa mengindahkan hukum, mereka tentunya akan melukai dan melukai lebih banyak lagi orang lain.”

 

Gaara mengetahuinya dari sebuah fakta, dari pengalaman pribadinya ketika melawan Akatsuki. Seorang shinobi tak akan mampu menghancurkan sebuah benteng, seluruh kota, jika mereka hanya berperasaan seperti itu.

 

Itu karena kenyataan membatasi Shinobi untuk hidup berdampingan di dalam masyarakat, namun mereka tak punya pilihan lain selain harus hidup berdampingan di dalam suatu masyarakat.

 

Dan.. Itulah kenapa.

 

“Saat ini aku datang untukmu.” Kata Gaara.

 

“Datang?” Jawab Shigezane.

 

Tanah dibawah kakinya kini telah dipenuhi dengan batu kerikil. Lawannya tidak lagi bisa membuat pasir hisap. Namun Gaara tak mampu menggunakan teknik untuk mengalihkan perhatiannya juga. Hal ini dilakukannya karena dia tak mau jika pertarungan ini diketahui oleh publik. Jika dia terlihat mencolok dan menggunakan serangan dalam skala besar.. Secara alami hal ini akan menimbulkan pertanda yang tak diperlukan bagi shinobi asing yang berada di kawasan ini.

 

Singkatnya, keadaan mereka berdua sekarang sebenarnya sama. Sebuah pisau air menghujam dalam kegelapan, menuju ke arah Gaara. Namun Gaara sudah memahami segala sesuatu tentang teknik itu.

 

“Itu sia-sia saja.” Katanya pada Shigezane.

 

Tameng pasir Gaara menangkis serangan itu secara sempurna, ataupun menyerapnya. Tak peduli seberapa banyak air yang kau miliki, air tak lebih unggul daripada pasir. Hal ini sama saja dengan saluran bawah tanah yang tak mampu mengairi gurun pasir. Serangan badai air Shigezane kemudian lenyap begitu saja di depan Gaara. Ekspresi kesedihan Hakuto yang berlanjut tak menjadikannya sakit.

 

“Tak ada hal yang tak bisa dilakukan oleh pasir.” Ucap Gaara. Mendekatkan jarak antara dirinya dan lawannya.

 

Jika jarak mereka sudah dekat, seharusnya dia mampu menyelesaikan ini semua dengan Taijutsu. Dia mempertebal perisainya, menggerakkan tubuhnya ke depan, dan pada saat itu….. Sebuah tombak air yang sangat besar diluncurkan ke arahnya. Gaara memutar tubuhnya kesamping.

 

“!”

 

Sebuah rasa sakit menjalar di sisi tubuhnya. Tombak air itu menembus perisainya, menghujam ke dalam.

 

Aku tak pernah menyangka dia mencapai level ini…..!!

 

Shigezane bukanlah orang pertama yang berhasil menembus pertahanan mutlak milik Gaara. Akan tetapi, dia masuk ke dalam hitungan orang yang mampu menembusnya dengan ketajaman semacam ini.

 

“Kenapa? Kenapa Anda bisa menghindarinya?”

 

Nampaknya Shigezane terlalu percaya diri dengan jutsu yang dia gunakan. Nampaknya dia sekarang menjadi bingung.

 

Alasan semacam ini keluar begitu saja dari mulut Shigezane, tak peduli seberapa hebatnya dia sebagai seorang penambang logam, kemampuannya sebagai prajurit masih belum berpengalaman, kurang terlatih.

 

Itulah perbedaan antara dunia Gaara dan dunia Shigezane.

 

Akan tetapi, tidak berarti jika jalan hidup yang satunya lebih baik daripada jalan hidup yang lainnya. Namun ini merupakan faktor penentu, ketika mereka harus bertahan di dalam medan pertempuran.

 

“Itu Hakuto.” Kata Gaara.

 

“Huhh?”

 

“Aku telah melihat mata Hakuto.”

 

“Apa yang Anda katakan?” Dari Nada bicaranya. Shigezane terlihat bingung bercampur cemburu.

 

Yah, itu memang wajar.

 

Namun Gaara tak pernah melihat perasaan yang melekat ataupun penyesalan dari sinar mata Hakuto.

 

Shinobi adalah mereka yang bertarung di medan perang sembari memperhatikan lingkungannya, mengamati dan menganalisa setiap detail informasi.

 

“Pandangan Hakuto berubah ketika kau meluncurkan tombak air untuk yang terakhir kalinya. Dia terlihat takut akan kematian seseorang. Rasanya.. ketika dia tahu gaya bertarungku, berarti dia percaya pada jutsumu, Shigezane. Kau akan mampu mengalahkan pertahanan mutlakku.”

 

“Jadi, bagaimana Anda bisa menghindari luka yang benar-benar fatal?” Shigezane tak bisa menyembunyikan ketertarikannya.

 

“Aku adalah Kazekage.” Kata Gaara. 

 

“Angin dan pasir yang memenuhi padang pasir ini tak bisa ditangkap oleh siapapun juga.”

 

Gaara melangkah maju, layaknya dewa kematian yang mengambil wujud manusia.

 


⁰ₒ⁰

“Pasukan telah dikerahkan pada fasilitas utama.”

 

“Aku paham.” Toujuurou mendengarkan laporan Meizuru. Memberikan sebuah tawa kepuasan.

 

Dia mengira jika mungkin saja Kankurou sudah memperhatikan sesuatu ketika dia membuat perubahan rencana. Namun hal itu tak terlihat seperti yang seharusnya.

 

Betapa ironis, ketika shinobi yang dilatih dan dibesarkan Gaara untuk membangun kembali Sunagakure pada akhirnya akan menghapus dukungan dan bantuannya untuk Gaara secara mendadak. Sebuah ironi manis yang membuat Toujuurou terlihat sangat puas.

 

⁰ₒ⁰

“Namun-, selain itu. Aku tak akan menjelaskan bagaimana aku bisa menembus perisai Anda!”

 

“Aku heran.” Kata Gaara sembari menghindari serangan dari tombak air lainnya dengan menggesernya kesamping.

 

Sejak dia tahu jika tombak-tombak air tadi ditujukan kepada tubuhnya, dia harus melakukan semuanya, memastikan jika dia tak akan terjebak dalam trik musuh. Level taijutsu Gaara memungkinkannya untuk melakukan hal itu.

 

Tentu saja, Shigezane juga melemparkan tombak-tombak air itu dengan dugaan jika Gaara akan menghindarinya dengan cara tersebut.

 

Namun, tak ada satupun lemparannya yang pernah mengenai targetnya. Ini berkat pasir yang dibentangkan dan ditatanya di dalam tanah. Gaara bisa merasakan pergerakan air di dalam tanah sebelum air-air itu mencetus keluar.

 

Jika kau mengetahui dari mana serangan asli berasal, kau juga bisa membuat perkiraan kasar kemana serangan itu akan mendarat. Selama dia bisa cepat menghindari serangan tadi, sembari mengkombinasikan dengan beberapa pergerakan semu. Semuanya akan berjalan dengan baik-baik saja.

 

Gaara semakin mendekat.

 

Dekat.

 

Menghindari sebuah tombak air.

 

Menghindari yang lainnya.

 

Mendekat.

 

Melompat kebelakang.

 

Dia kemudian maju lagi.

 

Maju, menghindari, maju, menghindari.. menghindari.. menghindari, meluncur, melompat, berlari, menghindari, maju ke depan lagi, melompat kebelakang untuk menghindari serangan, berputar, melompat kedepan, maju ke depan, ke depan, dekat, lebih dekat, menangkis serangan, menghindari, lebih dekat, lebih dekat, menghindari, menangkis …!

 

“Tuan Gaara, ku mohon hentikan!” Teriak Hakuto.

 

Dia tak mampu untuk berhenti.

 

Dia tak harus berhenti.

 

Dia tidak sanggup untuk berhenti.

 

Demi kepentingannya, dia tak bisa membelokkan prinsip-prinsipnya.

 

Gaara mengayunkan belati pasirnya kebawah, ke arah pria yang dicintai oleh wanita yang pernah membuatnya tak keberatan untuk menikahinya.

 

“Gr, namun!” Aliran air meledak dalam bentuk tombak air dari bawah kaki Shigezane. Disertai dengan pekikan yang melengking. 

 

“Kalau dari jarak dekat, lalu-!“

 

Tombak air itu terpecah menjadi beberapa bagian tombak-tombak lainnya. Dia tak bisa menghindarinya.

 

Namun perisai pasir Gaara membelokkan setiap serangan tombak air tersebut. Karena, waktu itu Gaara telah menggunakan elemen magnet yang dia warisi dari ayahnya. Perisainya melemah, potongan logam-logam yang berkilauan dimasukkan kedalamnya, memungkinkannya untuk menangkis tombak-tombak tersebut.

 

Gaara sudah tahu jika teknik rahasia perisai pasirnya telah terpapar secara umum. Salah satu solusi untuk menutupi kelemahan tekniknya yaitu dengan menggunakan teknik milik ayahnya. Dia belum menggunakannya sampai saat ini. Namun jika dia menggunakannya, dia menggunakan elemen magnet milik ayahnya bersamaan dengan pasir pemberian ibunya, menghasilkan sebuah perisai seperti saat ini.

 

“A-apa?”

 

“Prinsipku adalah bertindak dahulu sebelum menyombongkan diri.” Ucap Gaara.

 

Sebuah pedang pasir terbentang dari perisainya, menyerang bagian leher belakang Shigezane.

 

“Aku sudah memiliki teori, bagaimana kau bisa menembus perisaiku.” Kata Gaara. 

 

“Namun kemudian aku tak memiliki banyak waktu untuk memastikannya. Tapi dari caramu melakukannya kau ini seharusnya layak mendapatkan pujian.”

 

“Aku mengambil kalsium terhidrasi dari bebatuan vulkanik bawah tanah dan mencampurkannya kedalam tombak airku. Ketika tombak itu menabrak pasir Anda, membuat pasir Anda menjadi padat, kemudian aku bisa menembus perisai Anda.” Ujar Shigezane, terdapat kebanggaan dan rasa iri dalam nada suaranya. 

 

“Ini adalah teknik yang hampir menyerupai tekniknya Kazekage ke-4, dan Anda belum….”

 

“Apakah teknik ayahku memang diciptakan untuk membunuhku?”

 

“…….itu. Akhirnya beliau tak lagi menggunakannya karena sejak ditemukannya elemen magnet, hal dirasa lebih efisien untuk digunakan. Namun…….”

 

“………..”

 

Gaara tak lagi memiliki niat untuk mengutuk ayahnya.

 

Potensinya yang membahayakan sebagai seorang Jinchuriki telah berakhir. Itu adalah hal yang wajar, mempersiapkan sebuah jutsu untuk menghentikan masalah ketika dia mengamuk. Api juga berguna, namun kau harus mempersiapkan air ketika api mulai tak terkendali dan menimbulkan kebakaran.. Gaara dan Jinchuriki lainnya diibaratkan seperti api yang memiliki kehidupan.

 

“Jika aku yang sekarang adalah aku yang dulu, barangkali serangan tadi sudah membunuhku. Namun kau tak bisa membunuh diriku yang sekarang ini dengan metode macam itu.”

 

“Kenapa?” Suara Shigezane mengisyaratkan sebuah kekecewaan yang besar. Hatinya seolah sedang diremas-remas. 

 

“Apa Anda ingin mengatakan jika garis keturunan Kazekage itu spesial? Apa chakra jinchuriki dan chakra orang normal itu sangatlah berbeda? Apakah Anda mengatakan tak peduli seberapa kerasnya kami mencoba, orang yang memiliki garis keturunan lemah seperti kami ini tak berhak untuk hidup bahagia?”

 

“Darah tak ada hubungannya dengan hal itu!” Suara Gaara terdengar panas seperti pasir, dan juga dingin seperti pasir.

 

Memanglah benar jika di dalam dunia shinobi, ada sebuah situasi dimana garis keturunan adalah segalanya.

 

Teknik yang digunakan oleh Gaara mengalahkan tekniknya Shigezane. ‘Elemen besi’ adalah salah satu situasinya. Elemen magnet adalah kekkei genkai yang dia warisi dari ayahnya. Dan jika dia tidak mempunyai gen ini, dia juga pasti tak akan bisa menggunakannya. Dengan menggunakan kekkei genkai ini Gaara mampu merubah pasirnya secara alami dan mempertahankan dirinya dari serangan, membuat pasirnya semakin kokoh.

 

Tidak bisa dikatakan bahwa ‘dia mengusainya’, namun hal itu akan menjadi lebih dari cukup saat trik cerdas ini digunakan untuk menghadapi lawannya.

 

Akan tetapi, jika kau mengambil Sakura Haruno dari Konoha sebagai contohnya, dia tidaklah berasal dari garis keturunan khusus. Namun kekuatannya menjadikannya sebagai seorang ninja yang luar biasa. Faktanya, ada sejumlah besar orang biasa yang mengasah tekniknya dengan kekuatan murni saja.. bahkan dapat melampaui yang lainnya.

 

Gaara telah melihat banyak orang yang hanya mengandalkan garis keturunan mereka. Dan belum mampu menghasilkan beberapa hasil yang nyata.

 

Saudara kandung yang semuanya terlihat hebat seperti Gaara, Temari dan Kankurou jumlahnya masih sedikit. Hal itu juga bukanlah hasil dari keberuntungan mereka, namun hasil dari kerja keras.

 

Bahkan melebihi apapun…….

 

“Garis keturunan adalah rantai yang membatasi orang seperti aku atau Hakuto. Hal itu tidaklah menguntungkan.” Ucap Gaara. 

 

“Shigezane, belumkah kau mengetahuinya?”

 

“i-itu…”

 

“….. Aku tidak pernah menginginkan kekuatan itu.” Ucap Gaara.

 

 “Yang aku inginkan adalah kekuatan untuk berteman dengan orang yang sama. Yang aku inginkan adalah kekuatan yang bisa menghabiskan waktuku bersama dengan keluarga. Orang sepertimu yang tak terlahir pada garis keturunan Kazekage.. yang tidak dibuat menjadi Jinchuriki, seperti yang aku alami.. membuatmu merasa seperti orang istimewa yang telah terpilih.”

 

Dia berbicara jujur dari dalam hatinya. Gaara sendiri juga tak mengerti kenapa pada akhirnya dia malah berbicara seperti ini. Yang dia pikirkan hanyalah kesopanan untuk melawan seseorang dengan kejujuran.

 

⁰ₒ⁰

“Kita telah mengambil kendali divisi komunikasi.”

 

“Stasiun kereta api listrik sudah ada di bawah kendali kita. Selesai.”

 

“Keenam bengkel senjata ninja juga sudah diambil alih. Selesai.”

 

Beberapa monitor ditempatkan disekitar ruangan gelap. Menunjukkan situasi dimana shinobi-shinobi muda yang dipimpin oleh Kankurou perlahan mengambil alih lokasi-lokasi penting di Sunagakure.

 

Perkembangan yang lebih cepat daripada yang diharapkan oleh Toujuurou. Namun Toujuurou tak menghubungkannya dengan kehebatan para Shinobi muda tersebut.

 

Sebaliknya, dia terlalu bangga sampai ‘lupa daratan’. Mengira jika semuanya bisa berjalan sedemikian rupa karena rencana yang telah dia susun.

 

“Sekarang. Yang tersisa hanyalah……..!”

 

⁰ₒ⁰

“Bisa menjadi lebih baik jika… Orang-orang biasa adalah orang-orang yang terpilih juga. Namun pengorbanan selalu dibutuhkan untuk mendapatkan kebahagiaan.” Kata Shijima, suaranya berasal dari belakang Gaara.

 

Gaara bisa merasakan sebuah pertanda, jika Shijima sedang bersiap-siap untuk menyerangnya. Dia tidaklah terkejut.

 

‘Seperti yang telah kuperkirakan’. Hanya pikiran itu yang terlintas dalam benaknya.

 

“Hentikan tindakan Anda.”

 

Gaara sudah tahu sejak awal, jika Shijima-lah yang membantu Hakuto dan yang lainnya melarikan diri. Penjaga tidak terbunuh, kemudian Shijima pula yang menuntunnya untuk memasuki perangkap pasir hisap. Jika diperhatikan, memang ada banyak bukti yang bisa ditemukan.

 

Tetapi yang paling penting, dia tahu sebuah kebenaran jika Shijima adalah kakak perempuan Hakuto.

 

“Tuan Gaara, bersiaplah!” Kata Shijima.

 

“Kau tak akan mampu mengalahkanku dengan teknikmu itu.” Ucap Gaara pada Shijima.

 

“Tentu saja.” Shijima setuju. Dia menjatuhkan Houshurikennya. Houshuriken itu menggelinding ke tanah dengan kersang, dengan suara yang parau, 

 

“Aku tahu, jutsu mana yang harus aku pilih.”

 

Shijima menaikkan tangannya ke arah kacamatanya.

 

“!” Shigezane berteriak. “Shijima! Jangan lakukan itu!”

 

“K-kau tak boleh melakukannya kak!”

 

Suara Hakuto dan Shigezane telah berubah.

 

Sepertinya Shijima akan menggunakan sebuah teknik yang beresiko pada kehidupannya. Tidak, bukan pada tekniknya. Melainkan.. yang lebih mendasar lagi, dia akan menempatkan hidupnya pada resiko.

 

Dojutsu! Shijima mencopot kacamatanya. Kecantikan Shijima, wajah polos tanpa apapun yang menutupinya akhirnya dapat dilihat dengan jelas. Sehingga dia mirip seperti……. Gaara akhirnya menyadari.. Shijima sangat mirip dengan…. Dia mirip dengan Yashamaru.

 

Seorang pria yang membesarkan Gaara seperti ayahnya sendiri, lelaki yang disayangi Gaara lebih dari siapapun. Dan justru karena alasan itu, dia diperintahkan untuk membunuh Gaara.

 

Wajah Shijima benar-benar mirip dengan wajah Yashamaru. Kembali ke momen-momen kritis itu.. Hal itu dipenuhi dengan harapan yang sama, pengunduran diri, dan sesuatu yang lain yang masih belum dimengerti oleh Gaara.

 

Mata Shijima sudah terbuka. Mata itu bukanlah mata manusia. Ada sebuah pusaran ketiadaan, yang memancarkan tujuh warna prismatik.

 

Kendalinya terhadap dojutsu sepertinya berantakan, hal ini diakibatkan karena sebuah ‘tiruan’ yang dimasukkan ke dalam saluran chakranya.

 

Ini adalah bekas kejahatan yang dialaminya di masa lalu, yang mengubah dirinya menjadi manusia yang tak sewajarnya, tidak manusiawi. Sama dengan anak buah Orochimaru yang lainnya serta Sasuke.

 

Tubuhku… Demam!

 

Lebih kuat daripada yang Gaara kira.

 

Gaara merasakan kesadarannya telah ditarik keluar oleh sebuah akar, menuju gua bawah tanah yang hampa. Pasir bergulung-gulung disekitarnya. Pasir-pasir itu bergerak diluar kendali Gaara.

 

Tidak! Mungkin pasir itu juga tidak dalam kendali chakra ibunya yang tertanam di dalamnya.

 

Tetapi bahkan Gaara masih belum membatalkan pisau pasir yang dia tujukan pada tenggorokan Shigezane. Jika dia membiarkannya pergi sekarang, semuanya akan menjadi sia-sia.

 

“Jika ini benar…” Ucap Shijima. 

 

“Chakraku dan chakra tuan Gaara.. keduanya akan berada di luar kendali. Dan kami akan mati karena kekuatan jutsu kami berdua. Itulah kekuatan terakhirku…….!”

 

“Kau bisa menyebutnya sebagai hadiah perpisahan dari Orochimaru, huh?” Jawab Gaara.

 

Pengguna jutsu itu – Shijima, dia terlihat merasakan kesakitan, rasa sakit yang melebihi Gaara. Gaara sudah pernah mati satu kali. Dia sudah pernah mengalami penderitaan fisik. Kesakitan pada fisiknya tak akan membuatnya takut. Dia hanya merasa sedih. Tujuh warna kehampaan yang tercermin dari mata Shijima Nampak seperti air mata bagi Gaara.

 

“Apa kau berniat mati demi adikmu?” Tanya Gaara. Suaranya masih terdengar tenang sampai akhir.

 

Tak berarti bahwa dia tak merasakan rasa sakit. Seluruh tubuh Gaara diselimuti dengan rasa sakit. Seperti semua titik meridian di tubuhnya sedang di robek, seperti giginya ditarik keluar tanpa obat bius. Dia sangat menderita dengan demam yang dialaminya. Seakan dia akan diledakkan oleh chakranya sendiri.

 

Namun Gaara adalah ‘Kazekage’.

 

Walaupun mereka adalah ninja pelarian (nukenin), dia tak akan bisa memaafkan dirinya jika melakukan sesuatu yang tak enak dipandang.. misalnya meratap kesakitan di depan anak buahnya.

 

“Jika aku…. Tidak ditipu oleh Orochimaru.” Jawab Shijima..

 

” Adikku tak akan dipaksa menjadi ketua klan. Kemudian dia tidak akan ditempatkan pada posisi dimana dia harus dihadapkan, menyerah pada cintanya..!!”

 

“Jadi, kenapa?” Tanya Gaara, “Kenapa kau tak membunuhku saat itu?”

 

“!”

 

Untuk beberapa waktu, dojutsunya menjadi terganggu.

 

⁰ₒ⁰

Sudah wajar apabila dia akan menanyai shijima dengan pertanyaan itu. Saat itu, ketika Gaara sedang tak berdaya.. Shijima seharusnya berpikir berkali-kali untuk membunuhnya. Pertahanan Gaara memang selalu aktif, bahkan ketika dia tidur sekalipun. Jika Shijima mengaktifkan dojutsunya, hal itu juga pasti akan lebih dari cukup membuatnya sebanding melawan Gaara, bahkan saat dia sedang terjaga. Walaupun dia tak ingin memberinya sebuah luka fatal.. dia telah cukup melukainya sehingga membuat pengejarannya menjadi tak mungkin dilakukan lagi.

 

Bisa jadi hanya karena satu alasan dia tak melakukannya, Shijima nampaknya melihat Gaara menangis ketika dia sedang tidur. Jika seorang lelaki muda meresikokan hidupnya untuk menyelamatkanmu, dan air matanya mengalir saat dia terbaring tak sadarkan diri dilenganmu.. tentu kau tak akan tega membunuhnya.

 

Membunuhnya sama saja mematahkan prinsip terakhir yang Shijima yakini sebagai seorang Shinobi.

 

Itulah kenapa…..

 

“Karena itu adalah jalan ninjaku.” Sahut Shijima.

 

⁰ₒ⁰

“Aku mengerti.”

 

Gaara mengerti ‘isi’ jawaban itu.

 

Orang lain mungkin saja menyebutnya aneh, namun bagi Gaara.. Shijima yang mengorbankan tubuhnya sendiri karena suatu alasan.. hal itu sangatlah indah.

 

Kenyataannya masih ada orang yang berhati mulia seperti itu, orang yang memiliki jiwa besar seperti Naruto telah terlahir di Sunagakure, membuat Gaara berpikir bahwa usahanya sebagai seorang Kazekage tidaklah sia-sia.

 

Karena di desa ini, ada seseorang yang rela mengorbankan dirinya demi orang lain. Shinobi bukan lagi hanya sebuah mesin yang dipakai untuk menjalankan misi.

 

“Dalam hal ini, prinsip-prinsipmu tak perlu dirubah.”

 

Gaara menggulung pasir yang dia letakkan di bawah kaki Shijima, pasir itu menyelubungi dirinya dan membuatnya tak bebas bergerak.

 

“Tidak mungkin..!!” Shijima tersentak.

 

Keadaan telah berbalik, saat ini Shijima-lah yang berada dalam kendali Gaara. Gaara mengulurkan tangan kirinya.

 

“Sejak aku dilahirkan, hidupku selalu dipenuhi dengan ketakutan, takut jika Shukaku mengambil alih kesadaranku. Aku selalu saja melawan hal itu secara terus menerus. Dibandingkan dengan setiap Shinobi yang ada di dunia ini, aku lebih banyak berlatih untuk menahan kesadaranku.”

 

Sekilas secuil chakra kecil dari bagian besar chakra yang bersemayam di tubuh Gaara telah terbangun. Shijima akhirnya betul-betul memahami, 

 

'apa yang dia punyai sehingga dia muncul dan berani melawan Gaara dalam sebuah pertempuran?'

 

Hal yang sama, seperti angin yang tak akan pernah bisa diikat. Kazekage tak akan dapat didominasi dan menjadi tunduk lagi.

 

Tak akan pernah. Oleh siapapun.

 

“Ini adalah sebuah perpisahan, selamat tinggal.”

 

Belati pasir Gaara melintas bagaikan jarum.

 

⁰ₒ⁰

Desa suna dilanda keheningan seperti kematian. Tak terlihat satupun Shinobi yang membawa bayangannya.

 

Sekarang, yang tersisa hanyalah Kankurou yang akan memberikan isyaratnya.

 

“Tuan Kankurou!” Amagi berbisik ke telingan Kankurou sebab dia sudah tak tahan lagi jika terlalu lama diam. 

 

“Tuan, benarkan ini yang sungguh-sungguh Anda inginkan?”

 

“Apa yang sedang kau katakan?” Tanya Kankurou. 

 

“Bukannya kau punya pendapat yang sama dengan yang lain?”

 

“Saya tidak tahu lagi.” Amagi menggeleng pelan. 

 

“Anda adalah salah seorang yang berkata pada saya jika Shinobi harus mampu menanggung beban. Entah bagaimana saya jadi merasa jika apa yang telah kita lakukan mungkin saja adalah sesuatu yang tidak dapat dibatalkan.”

 

Kankurou jadi bertanya-tanya mengenai apa yang harus dia katakan. Namun dia memutuskan, dia akan menjawab pertanyaan Amagi itu dengan sebuah tawa. Tawa yang tak bisa menyembunyikan ketegangannya.

 

Hal yang terpikir di dalam kepala mereka tidaklah sederhana. Tidak mudah untuk dikatakan begitu saja.

 

Tidak mudah untuk mengatakan hal-hal yang sedang dipikirkan dengan keras. Dia tak ingin mengklaim jika usianya sudah cukup tua sehingga dia bebas menceramahi seseorang yang pada akhirnya akan melangkah pada jalan mereka masing-masing. Jalan yang mereka anggap benar.

 

“Semua akan baik-baik saja.”

 

“Tuan?”

 

“Nah, serahkan saja padaku.” Kata Kankurou, dia meninggalkan kepercayaannya: Serahkan saja pada Gaara.

 

⁰ₒ⁰

“U…ughh.”

 

Darah terciprat melintasi padang pasir. Menetes, menetes dan menetes. Tumpah. Mewarnai permukaan padang pasir yang tandus.

 

“Tuan.. Gaara.” Hakuto juga tertegun, tidak mengherankan.

 

Gaara tak menusuk Shijima dengan pedang pasir. Dia menikam gumpalan pasir yang ada di belakang Shijima. Dari gumpalan pasir itu, darah seseorang muncrat ke udara.

 

“K-kenapa kau b-bisa tahu aku ada disini?” Orang itu merangkak keluar dari pasir, dia berkata dengan suara gemetaran, menahan sakit. Orang itu adalah salah satu dari ‘si kembar konjiki’ yang menyerang pertemuan pernikahan – Metoro.

 

Seluruh tubuhnya ditutupi dengan perban, dan walaupun dia menderita cedera yang mengancam jiwanya, namun Metoro masih hidup.

 

Kemungkinan besar setelah dia jatuh, dia pura-pura mati. Kemudian dia mengikuti Gaara sepanjang waktu.. Agar dia mencari celah untuk balas dendam. Menuntut pergunjingan ini.

 

Gaara berkata, “Aku tahu kau sedang mengikuti aku. Aku hanya tak membiarkan kau tahu apa yang sudah aku ketahui.”

 

Pasir yang menyebar selama mereka beristirahat, juga hamburan pasir selama pertarungan besar Gaara dengan Shigezane.. Sebenarnya digunakan untuk tujuan ini. Berkat kemampuannya yang bisa merasakan suatu hal melalui pasirnya, Gaara bisa menentukan ‘lokasi kasar’ Metoro sebagaimana dia melihat Gaara, Hakuto dan yang lainnya.

 

Bahkan beberapa saat lalu, Gaara telah memutuskan.. Lebih baik menunggu Metoro guna melancarkan serangan kejutan. Akan lebih baik jika dia menikamnya ketika dia sedang pura-pura jatuh dalam dojutsu Shijima ini.

 

“Apakah Toujuurou yang memprovokasimu?” Tanya Gaara.

 

Tubuh Metoro tersentak, dan itu sudah cukup memberikan jawaban. Shinobi pendiam ini akhirnya sadar bahwa dia telah ditarik ke dalam perangkap.

 

“Jadi.. Dia ada dibalik semua?” Ucap Gaara, 

 

“Dia berniat menghasut Hakuto, membuatku jauh dari desa, membuat pergunjingan dan pada akhirnya dia merencanakan untuk membunuhku, hanya itulah yang akan dipikirkan oleh seorang penatua.”

 

“Aku akan… Balas dendam….untuk kakakku!” Metoro terus menerus mencoba menggerakkan tubuhnya.

 

Dia menjerit ketika pasir Gaara membukus tubuhnya. Dia masih dalam pengaruh dojutsu Shijima. Sehingga sulit untuk mengendalikan dirinya. Namun, ketika pasir itu benar-benar meledak dan menghancurkan seseorang.. Tak membutuhkan banyak usaha.

 

Sekejab, tubuh Metoro lenyap tanpa meninggalkan tulang.

 

⁰ₒ⁰

“Ah, Ahh..”

 

Setelah menyaksikan pemandangan yang menakjubkan tepat di depan mata mereka, baik Shijima, Hakuto maupun Shigezane telah kehilangan semangat bertarungnya.

 

Jadi seperti ini ya Kazekage itu?

 

Dia telah mengahadapi dua orang musuh berlevel Jounin, selebihnya.. Dia mampu bertahan dari dojutsu Shijima ketika dia sedang terluka. Ditengah-tengah semua itu dia membunuh Jounin tersembunyi yang lain.

 

Bakatnya, kekuatannya, dan pengalaman bertarungnya, dia melampuainya dalam segala hal.

 

Apakah kita akan memilih bertarung dengan dia?

 

Sepertinya fajar telah mendekat, dibawah langit gurun pasir.. Gaara seolah-olah nampak seperti dewa kematian yang berwujud manusia.

 

⁰ₒ⁰

Gaara mengambil kacamata Shijima dari tanah yang kotor, membersihkannya dan memasangkannya ke wajah Shijima. Pasir menyokong Shijima dengan perlahan.. Kemudian melepaskannya. Dia lalu berbalik ke arah Shigezane dan Hakuto.

 

“Tuan Gaara…”

 

"Hakuto dan Shigezane tak lagi berusaha menutupi perasaannya. Mereka berpegangan tangan, menatap Gaara dengan raut muka seperti yang diharapkan, memburuk.”

 

“…..”

 

Pasir perlahan-lahan membungkus pasangan ini.

 

“Hentikan! Tolong hentikan!” Shijima melempar dirinya, memegang tubuh Gaara. Sudah cukup! Pemenang pertarungan ini sudah jelas. Tak ada lagi yang perlu diperlihatkan.”

 

“Ku katakan padamu ya Shijima!” Sahut Gaara. 

 

“Aku tak bisa menutup mataku terhadap Ninja pelarian. Lagi pula Hakuto dan Shigezane tidak ingin kembali ke desa.”

 

Lebih dari itu, Gaara tidak ingin Hakuto kembali ke desa, dan semata-mata hanya menjadi ‘burung dalam sangkar’ . Setidaknya untuk dipaksa menikah dengan Gaara.

 

Bukan karena Gaara berpikir bahwa Hakuto adalah wanita yang buruk. Sebaliknya, hal itu sangat berlawanan. Karena hal itu sangat berlawanan, Gaara tidak bisa memaksakan kehendaknya dengan membawanya kembali ke desa.

 

“Orang yang telah tertelan pasirku, bahkan tulangnya-pun tak akan tertinggal.” Ucap Gaara, 

 

“Air terjun pemakaman pasir ini akan mengirim seseorang ke ‘sisi lain’ tanpa rasa sakit sedikitpun.”

 

Pasir mulai membungkus sekeliling mereka, namun –

 

“Berterus-terang dan tak menarik kembali kata-kata yang telah diucapkan. Itu adalah jalan Ninja kita….!”

 

Ya, itu memang benar. Janji Gaara untuk melindungi Hakuto bukanlah suatu kebohongan.

 

⁰ₒ⁰

“Ah..”

 

Saat itu, Shijima dengan jelas melihatnya: Hakuto sedang tersenyum. Adik kecilnya tersenyum, seakan-akan mereka akan dibebaskan. Bukan karena dia menyerah. Tapi karena dia percaya. Ini adalah hal serupa yang terjadi, sama dengan ketika – Shijima tak jadi menbunuh Gaara. Kedua mata itu.. membuat orang lain mempercayainya. Dan juga. Hari ini. Semua yang Shijima lakukan adalah semata-mata untuk bertemu dengan adiknya.

 

⁰ₒ⁰

Seluruh wilayah Sunagakure sekarang sudah di bawah kendali Kankurou dan para anak buahnya.

 

Toujuurou menjadi sangat, sangat puas dengan laporan yang tayang dari layar monitor dan juga sistem komunikasi. Dia memberikan anggukan kepuasan pada dirinya sendiri.

 

“Baiklah! Sekarang tinggal…… Meizuru! Pergi dan tangkap Kankurou!”

 

“Maaf, apa yang Anda katakan?” Sesuai dugaan, Meizuru Nampak terkejut.

 

“Sudah jelas kan? Kita tak bisa membiarkan pemimpin Kudeta bebas berkeliaran.” Ucap Toujuurou. 

 

“Tangkap dia, dan asingkan anggota klan Kazekage yang tersisa. Lalu, setelah itu.. hanya perlu mengangkatmu menjadi Kazekage dan upaya reformasi telah selesai.”

 

“Anda menjebak tuan Kankurou?”

 

“Bukan hal baru bagi dunia Shinobi, menggunakan tipuan pada hal yang mereka rencanakan. Kadang kau juga harus menipu sekutumu juga. Meskipun dalam masalah ini, kau tak bisa sepenuhnya menyebutku sebagai sekutu. Ngomong-ngomong, ini sudah merupakan cara yang tepat untuk menyingkirkan pengendali kugutsu kuno macam dia. ”

 

Bukankah begitu?

 

Tiba-tiba tubuh Meizuru pecah.

 

Anggota tubuh, leher, perut. Semuanya pecah menjadi kepingan-kepingan, jatuh ke lantai bersamaan dengan pakaiannya.

 

“A-apa?” Toujuurou tergagap. “A- a- a- apa –“

 

“Tentang apa? Apa yang ingin Anda tanyakan?” Suara yang santai keluar dari kegelapan, wujudnya bergerak dalam bayangan.

 

Wajah putih. Dengan beberapa coretan merah.

 

Kankurou.

 

“T-tidak mungkin.” Toujurou tercengang.

 

Monitor-monitor itu dengan jelas menayangkan jika Kankurou sedang mengambil alih kantor Kazekage. Namun Kankurou yang saat ini sedang berada di hadapannya bukanlah genjutsu. Dia tak seharusnya berada disini. Tak peduli berapa umurnya, mereka tak harus mampu mengelabuhi mata seorang Jounin.

 

“Jelas, ini bukan genjutsu.” Ucap kankurou.

 

“Kugutsu?”

 

“Bingo!” Kankurou memamerkan seringai liciknya. Tersenyum dengan lebar. “ Berkat laporan tentang kelompok yang datang dari bulan itu, aku jadi punya banyak ide baru. Aku memakai benang chakra yang sangat tipis, yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang. Aku mengelabuhi Anda dengan teknik pengendalian boneka jarak jauh. Tidak pernah ada Shinobi yang bernama Meizuru itu. Anda hanya berbicara pada Kugutsuku sepanjang waktu. Berkat itu pula aku jadi bisa mengumpulkan banyak bukti dan kesaksian tentang Anda.”

 

“Sebuah jutsu yang tak aku ketahui…….. Katamu?!”

 

Toujuurou mengelak.

 

Dia sedang merasakan sesuatu, sebuah rasa yang telah lama dia lupakan: Takut.

 

“Ke-kemudian Gaara juga…………?”

 

“Sudah jelas kan? Dia mengetahui ini dari awal.” Ucap Kankurou. 

 

“Jika dia tidak tahu jalan pikiran Anda dari awal.. bagaimana bisa aku membuat video palsu macam ini?”

 

“Pa-palsu..? A-apakah ini ninjutsu?”

 

“Lebih tepat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan dengan ninjutsu. Meskipun kita harus menggunakan elemen petir untuk menghidupkannya.” Ucap Kankurou, dia kemudian menjentikkan jarinya dengan treatical.

 

Amagi muncul dari belakangnya, dan menangkap Toujuurou.

 

“Sedangkan pasukan di oasis itu..” Lanjut Kankurou, 

 

“Temari menghubungiku dan menginformasikan jika Baki sudah melumpuhkan mereka sepenuhnya. Singkatnya, Anda bisa menyebutnya ‘Skak mat’. Huh?”

 

“Waktu telah berubah…. Apa-apaan ini?” Toujuurou menggantung kepalanya, mengekspresikan sakit hatinya yang mendalam.

 

Dia belum bisa mengakuinya.

 

Waktu telah bergulir dan orang-orang telah berubah. Ninjutsu yang tak dia ketahui telah diciptakan. Shinobi yang tak dia kenal sudah lahir.

 

Tentu saja, hal ini juga karena faktor usianya yang sudah tua.

 

“……. Aku tak akan membantahnya.” Ujar Toujuurou. “Aku mengerti itu sekarang.”

 

“Mengerti apa?”

 

“Sunagakure sedang mencoba melangkah untuk menemukan masa depannya. Aku terus melihat ke belakang, melihat para kazekage yang sebelumnya. Sehingga aku tak pernah memperhatikan bagaimana kalian tumbuh dan berkembang di belakangku.. Aku bermaksud untuk membuat Gaara menjadi Kazekage, kemudian memanipulasinya. Namun, semuanya ternyata……Kau tahu kan?” 

 

Toujuurou membulatkan matanya, seolah-olah di dalam mata itu ada api yang menyala-nyala. “Suatu hari kau juga akan merasakan, kepedihan karena waktu begitu saja berlalu. Suatu hari kau akan merasakan juga bagaimana generasi baru akan melampauimu.”

 

“Nah, Anda tahu.” Kankurou menepuk bahu Amagi. Sebuah senyuman bangga menghinggapi wajahnya. 

 

"Aku benar-benar menantikannya kok.”

 

⁰ₒ⁰

Sepuluh atau bahkan lebih, ada banyak Shinobi yang tumbang di bawah kaki Baki. Mereka adalah anak buah Toujuurou. Mereka semua datang dengan niat untuk membunuh Gaara. Masing-masing dari mereka telah tersungkur ke tanah berkat pedang Baki.

 

Jika berpikir soal Gaara, dia bahkan rela bermain peran, berpura-pura terbodohi di depanku untuk menarik perangkap ini. Dia tak sedikitpun merasa marah karena sudah ditinggalkan dalam kegelapan.

 

Sebaliknya dia justru merasa senang.

 

Era sudah benar-benar berubah.

 

Yondaime….. Sepertinya pekerjaanku akhirnya telah selesai.

 

Baki mulai serius mempertimbangkan tawaran para tetua yang berulang kali menawarinya untuk dilantik menjadi seorang penasihat.

 

⁰ₒ⁰

“Baiklah.” Seorang shinobi Konoha yang dari tadi berada dibawah naungan batu sekarang keluar dari tempatnya berada. “Selesai.”

 

“Akhirnya.” Sahut Gaara.

 

Shijima juga mengenali wajah Shinobi itu, dia pernah melihat fotonya dalam dokumen.

 

Nara Shikamaru.

 

Dia adalah tunangan kakak perempuan Gaara – Temari.

 

Dia pergi tanpa mengatakan jika dia juga telah menerima surat yang telah dipercayakan Gaara pada Temari.

 

“Ya ampun..” Gerutu Shikamaru. 

 

“Kau memanggil orang untuk membantumu di segala permasalahn kecil. Nampaknya aku sudah direpotkan oleh adikku sendiri.”

 

Shikamaru menggaruk dahinya, wajahnya begitu santai. Seolah kau tak pernah mengira bahwa dia adalah otoritas atas di dalam perserikatan Shinobi.

 

Shikamaru juga yang menjadi salah satu penyelamat Temari saat terjadi pertempuran di tempat pertemuan pernikahan Gaara. Dia juga menerima surat Gaara dari Temari. Dan mulai membuat persiapannya. Hal ini juga terjadi tanpa dikatakan, bahwa surat Gaara adalah antisipasi masalah, untuk meminta pertolongan darinya.

 

“Kau telah mengawasi pertemuan pernikahanku dari awal kan?” Sahut Gaara. 

 

“Sehingga membuat kita menjadi seperti sekarang ini, kakak.”

 

“Tch.” Pasti Shikamaru telah banyak menahan dirinya selama pengintaian tersembunyinya. Saat ini dia mengambil sebatang rokok kemudian mulai menyulutnya. 

 

“Si ninja pelarian Shigezane. Menyerang dan membunuh nona Hakuto, Kau Gaara.. Kau kemudian membunuh Shigezane sebagai balasannya, Kau lalu berkabung atas hilangnya nona Hakuto. Nah, aku rasa dengan menceritakan hal itu secara terus-menerus saja sudah cukup.”

 

“Cara berpikirmu yang cepat sangat membantu.”

 

“Kisah seperti ini sudah umum.” Ucap Shikamaru, menghembuskan napasnya. Asap putih yang dihasilkan dari tembakau itu melayang-layang di langit pagi. 

 

“Ketika aku mendengar kejadiannya dari Temari, aku sudah menebak.. hal semacam ini bisa saja menjadi penyebabnya.

 

“Air terjun pemakaman pasir itu tak meninggalkan apapun, tulang-pun juga tidak. Seiring dengan kesaksianmu tentang apa yang kau lihat, semua terjadi dari segi penglihatanmu. Kakak, akan dipastikan tak seorangpun yang menjadi objeknya.” Kata Gaara, 

 

“…. Dan, setelah itu. Jika ada dua Shinobi baru yang datang ke Konoha untuk menetap disana, hal itu tak ada hubungannya lagi denganku.”

 

“Itu.. jelas tak akan terjadi.” Shikamaru menjawab pernyataan Gaara dengan senyuman lebar.

 

“Ah..” Shijima nampaknya hampir saja menangis.

 

Itu karena dia bisa dengan jelas melihat dua orang bergerak dari bawah pasir Gaara. Pasir itu hanya melilit mereka dan menyembunyikan mereka dari pandangan langsung.

 

“Ini hanyalah taktik lama untuk beralibi.” Kata Gaara. 

 

“Aku agak malu sebab kau telah melihatnya.”

 

“Membuat strategi adalah suatu hal yang bisa digunakan ketika sebuah permasalahan datang.” Jawab Shikamaru. 

 

“Tidak ada seorangpun di klan Houki yang pernah melihat wajah Hakuto tanpa make up. Sehingga hal itu tak akan menjadi masalah. Kita juga harus membuat perubahan pada wajah Shigezane, meskipun hanya sedikit.”

 

“Kalau begitu, kita akan menyerahkannya pada Hakuto.”

 

“Ya! Benar.”

 

“Dan jika kau bisa, ambil Hakuto sebagai saudara perempuanmu… lihat Temari. Kebiasaan dan cara hidup di konohagakure berbeda dengan Sunagakure. Hakuto akan merasa lega apabila dia punya kenalan yang mengetahui lingkungan barunya.”

 

“Aku sudah melakukannya, ya! Melakukannya. Tenang saja, aku tak akan mengerjakannya dengan buruk kok.” Kata Shikamaru, dia kemudian menoleh dengan cepat.

 

Ini adalah cara lain untuk mengatakan.. ‘serahkan sisanya padaku.’

 

“Ayo pergi Shijima.” Ucap Gaara.

 

“Eh…”

 

Shijima tak tahu harus menjawab bagaimana.

 

‘Aku adalah pengkhianat, jadi.. apakah aku akan dilenyapkan?’

 

Tak peduli apapun.. pikiran itu belum juga terhapus dari kepalanya. Tidak berarti dia tak mempercayai Gaara.

 

Hanya saja dia tak pernah dikenal dunia selain dikenal sebagai seorang pengkhianat yang berhasil disingkirkan. Dia benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana kepada Gaara.

 

“……….”

 

Sejenak, Gaara melihat keadaan Shijima. Dia kemudian menggaruk kepalanya, seakan-akan dia sedang berada dalam sebuah problema.

 

Dia tiba-tiba menyadari kalau Shikamaru terus-menerus menyelinapkan pandangan, mengintip ke arah Gaara dan Shijima. Seringai aneh yang mengekspresikan kegembiraan terlintas di wajahnya. Nampaknya dia telah mendengarkan sebuah gosip yang membuatnya penasaran.

 

Gaara menghela nafasnya dan lanjut bicara.

 

“Apa ada kesalahan? Kau telah menuntaskan misimu.” Ucapnya. 

 

“Kembali ke oasis sebelum matahari terbit.”

 

“Apa benar-benar tidak apa-apa ya?”

 

“Kebenarannya adalah apa yang baru saja dikatakan. Jika aku harus menyingkirkanmu disini.. itu akan berlawanan dengan ‘kebenaran’ itu.” Nada suara Gaara tidak dingin, sebaliknya.. kata-katanya terdengar begitu hangat. 

 

“Mulai saat ini, Sunagakure membutuhkan ninja sepertimu juga.”

 

“…… Ya, tuan.” Shijima melepaskan kacamatanya, membungkuk dengan mata tertutup. Dan kemudian, sekali lagi dia menatapnya dari balik matanya yang tersegel dan ditutup. 

 

“Mulai saat ini, saya akan melayani anda Kazekage. Jika saya mampu, saya juga akan mempertaruhkan hidup saya.”

 

“Aku akan mengandalkanmu.”

 

Gaara hanya mengatakan jawabannya, berkata seperlunya saja. Dia kemudian melompat keatas. Shijima juga melompat maju. Mengikuti dia.

 

Setelah melihat pasangan ini melewati kepulan debu, wajah shikamaru terlihat puas. Sembari memulai pekerjaannya, mendobrak penghalang pasir yang menyembunyikan Hakuto dan Shigezane, sehingga mereka bisa keluar.

 

⁰ₒ⁰
 

“Akhirnya selesai juga. Huuhh.”

 

Tiga bersaudara itu berdiri di atas bukit yang menghadap ke seluruh penjuru Sunagakure. Mengawasi desa yang akhirnya kembali tenteram. Proses pengolahan keributan setelah terjadinya kudeta ini berjalan dengan cukup lancar.

 

Kankurou telah memerintahkan anak buahnya untuk menahan para tetua yang bersimpati dengan Toujuurou, sehingga dengan cara ini, rasanya seolah sebuah infeksi telah dibersihkan.

 

Setelah itu, secara diam-diam Gaara menjalankan hukum desa. Toujuurou dan para anteknya di akuisikan namanya, kemudian diusir dari pusat desa.

 

“Oh astaga. Aku benar-benar ingin tidur.” Muncul kantung mata di wajah Kankurou. Kantung mata ini tidak ada hubungan dengan make up-nya. Dia menghabiskan seluruh waktunya dengan membuat kudeta palsu dan terus-menerus memberikan perintah kepada anak buahnya.

 

“Kau tak akan berkata seperti yang dikatakan oleh Shikamaru?” Tanya Temari.

 

Wajah Kankurou terlihat konyol, sehingga Temari menunjuknya sambil tertawa. Gaara juga tersenyum kecil.

 

Ketika tersenyum, ada sesuatu yang mirip di wajah tiga bersaudara ini. Garis keturunan mungkin saja adalah suatu hal yang mengikat seseorang. Namun, mereka juga merupakan suatu ikatan.

 

Bahkan, sekalipun mereka terpisah, mereka tetap saja.. masih saudara kandung. Dan tak lama lagi.. Keponakan laki-laki, keponakan perempuan akan bisa pergi dan bertemu dengan keluarga baru seperti itu juga.

 

“Kalian berdua tidak berubah. Iya kan?” Gaara memperhatikannya.

 

“Che.” Gerutu Kankurou.

 

“Fufufu.. Bisa jadi.” Jawab Temari.

 

Ada banyak hal yang telah berubah, namun ada juga hal-hal yang tidak berubah. Seperti gurun pasir, pikir Gaara.

 

Angin terus-menerus berhembus di gurun pasir, tempat dimana dia dilahirkan. Menciptakan wujud-wujud baru sepanjang waktu. Namun bagaimanapun juga, tempat ini masih saja gurun pasir.

 

Gaara percaya bahwa dia juga akan menjadi seperti itu.

 

⁰ₒ⁰

Shinobi adalah mereka yang sanggup bertahan.

 

Mereka bertahan dalam kemustahilan, bertahan dari kesulitan. Dan… mereka terus berjuang.

 

Shinobi bisa mengalahkan situasi yang paling tidak mungkin.

 

Meskipun bilah-bilah pedang menghujani mereka, semangat mereka tak akan pernah memudar.

 

Mampu menanggung beban..

 

Itulah Shinobi.

 

Dan, itulah… Gaara.

 


Dan itulah kenapa… mulai saat ini juga.. Angin yang bertiup menyelimuti Sunagakure selalu menyenangkan.

 

ₒₒₒENDₒₒₒ

11 komentar:

  1. buatin versi pdf yang bisa di download dong

    BalasHapus
  2. yeh, yg penting gaara tdk jadi menikah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga seneng Gaara gak jadi menikah :")

      Hapus
    2. Iya samaaaaaa.....kl gara jd menikah...bisa patah hati nich gue....

      Hapus
  3. Sempet jealous karena Gaara mau menikah, Hahaha ternyata hanya orang ketiga. Malang betul sih nasib Kazekage ganteng ini. Mendengar dia berkata "bertanam kaktus" bikin ngakak puas ya Allah, polosss

    BalasHapus
  4. Gaara sang pangeran padang pasir. Awalnya kesal karena Hokuto menjadikan gaara sebagai korban utk keegoisan utk melarikan diri dari kehidupan klannya.. dan takut Gaara dibunuh akibat rencana kudeta mengerikan itu.. tapi syukurlah 3 bersaudara ini saling menyayangi dan mempercayai.. 😄😄😄

    BalasHapus
  5. lah ko gak jadi nikah ? T_T seharusnya dia nikah T_T nanti kalo gaara gak ada keturunan, pas dia mati, gak ada yang bisa di liatin T_T

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah gaara gak jadi nikah....bisa patah hati aku, kalau gaara nikah

    BalasHapus
  7. Mudah2 Gaara nikah sama cewek yg baik.. sma si Shijima.. dripada nanti jadi kesepian atau paling parah jdi Gay
    . Wkwkwkwkwkw

    BalasHapus
  8. Min, Ijin post yang bagian ttg Sakura ya 🙏

    BalasHapus
  9. Bikin cemburu byngin pertmuan gaara am hakuto.. Syukurlah g jd nikah, ckup angkat anak aja ckep kyk shinki..

    BalasHapus