Novel Konoha HIden Chapter 5 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Senin, 25 April 2016

Novel Konoha HIden Chapter 5


HUBUNGAN DI ANTARA MEREKA

 

Hanya dalam satu lirikan, Haruno Sakura tahu hadiah itu adalah Yang Terpilih. Ini dia, pikirnya, tidak ada hadiah yang lebih baik dari ini!

 

Dia sedang mencari-cari hadiah di toko fashion favoritnya saat matanya tertuju pada sebuah keajaiban: frame foto yang berbeda dari yang lainnya.

 

Warnanya, bentuknya, bahkan detail kecilnya yang terukir di desainnya, semuanya sangat sesuai dengan selera Sakura. Rasanya seperti frame itu dibuat hanya untuk dibeli olehnya.

 

Sakura adalah tipe orang yang selalu membeli barang yang unik. Dia memutuskan bahwa dia tidak akan membeli hadiah yang tidak disukainya.

 

Jika kau tidak menyukai hadiah yang kau beli, kau tidak akan percaya diri untuk memberikannya pada orang lain, kan?

 

Ahh, andai aku bisa, aku akan mendekorasi kamarku dengan ini. Pikirnya, kalau aku punya benda sebagus ini di rumahku, pasti setiap hari aku ingin cepat-cepat pulang…

 

Tapi, sejujurnya, alasan terbesar Sakura menyukai frame foto itu adalah karena benda itu sangat unik. Tidak ada duplikatnya. Hanya satu-satunya di dunia, tidak ada lagi yang akan memilikinya.

 

Bagaimanapun itu adalah hadiah pernikahan, akan jadi bencana jika orang lain membeli barang yang sama dengannya. Tapi selama dia membeli frame foto satu-satunya ini, dia tidak perlu mengkhawatirkan apakah orang lain akan membeli hadiah yang sama dengannya.

 

Bahkan jika orang lain juga memberikan frame foto, desainnya tidak akan sama dengan yang dibelinya, dan hadiahnya akan tetap lebih unggul dengan keunikannya.

 

Karena itu, sejauh yang diketahuinya, tidak ada orang yang berpikir untuk membelikan frame foto untuk pasangan itu.

 

Kapten Yamato, contohnya, memiliki hobi membaca buku tentang arsitektur dan konstruksi.

 

“Furnitur untuk menyesuaikan rumah mereka…” Yamato bergumam dengan ekspresi kosong khasnya di wajahnya, 

 

”Atau, tidak, mungkin rumah baru yang harus aku…”

 

Lalu ada Sai, yang memiliki talenta dalam seni. Dia tidak biasanya begitu antusias, membicarakan tentang bagaimana dia menghabiskan malamnya terjaga untuk membuat lukisan sebagai hadiah pernikahan untuk pasangan itu.

 

Sakura sebenarnya menemui Sai pagi ini. Dia menemukan pria itu masih berada di tengah jalan, menatap nanar dan horror pada gulungan putih di tangannya. Lukisannya menghilang.

 

“Sakura…” Ucap Sai linglung. “Burungnya terbang…ke angkasa…”

 

Bagaimana bisa chakranya tertumpah ke tintanya? Sai sepertinya terlalu antusias, jika kau tanya Sakura.

 

Ngomong-ngomong, akhirnya orang-orang mengumpulkan hadiah yang merefleksikan hobi atau kemampuan mereka, jadi Sakura memutuskan untuk membeli sebuah momento yang stylish sebagai hadiah, sesuatu yang cocok dengan sifatnya yang feminin. Dan kemudian, matanya tertuju pada frame foto yang disebutkan tadi.

 

Frame foto itu sempurna. Itu adalah hadiah yang pasti akan menjadi sebuah momento berharga, sesuatu yang tidak mungkin tidak digunakan.

 

Dan yang paling penting, kau tidak perlu memilih bagian terpenting dari frame foto itu: apa yang harus dipajang di dalamnya. Pilihan itu terserah pada yang menerima.

 

Sakura membayangkan frame foto itu terpajang indah di kamar Naruto dan Hinata. Mereka bisa memasang foto pernikahan mereka atau suatu hari nanti foto anak mereka yang baru lahir. Lagipula, itu akan sangat menawan.

 

Memori bahagia yang diabadikan di frame foto itu akan menyaksikan kehidupan masa depan mereka yang bahagia. Pasangan itu akan tersenyum di foto mereka, dan mereka tersenyum di kehidupan nyata saat melihat foto itu.

 

Untuk alasan tertentu, hanya memikirkan itu membuat Sakura juga merasa senang. Senyum melengkung ke pipinya.

 

Ini dia. Ini akan menjadi hadiah pernikahan terbaik.

 

Sakura meraih frame foto itu, dan–

 

Tangan lain mendarat di sisi lain frame itu.

 

Sakura dengan kasar menarik frame itu dengan tenaga yang kuat. Bagaimanapun, pihak yang lain juga melakukan hal yang sama pada waktu yang bersamaan.

 

Frame itu bergetar di antara mereka, tidak bergerak karena kekuatan yang sama besarnya dari sisi yang berlawanan.

 

Mata Sakura mengikuti tangan penyelundup itu untuk melihat wajah pemiliknya.

 

Matanya bertemu mata Yamanaka Ino.

 

“Ino, lepaskan…!” Pekik Sakura, menarik sekuat tenaga.

 

“Kau yang lepaskan, Sakura…!” Ino juga menarik sekuat tenaga.

 

Sakura dan Ino adalah teman yang sangat dekat. Sejak masih kanak-kanak, mereka sudah berteman, dan mereka menjadi rival.

 

Baru saja beberapa waktu lalu, mereka ditempatkan dalam misi yang sama sebagai satu tim. Itu adalah tugas yang mendadak, tapi mereka bekerja sama dengan sempurna. Mereka bernafas dalam fase yang sama.

 

Tapi untuk berpikir bahwa mereka ke toko yang sama di saat yang bersamaan, dan meraih barang yang sama pada waktu yang sama…tampaknya takdir sedang mempermainkan mereka. Mereka tidak bisa menarik kembali waktu dengan lebih baik jika mereka merencanakannya sebelumnya.

 

Mungkin mereka benar-benar­ bernafas dalam fase yang sama.

 

Jika mereka adalah pria dan wanita, mungkin mereka akan jatuh cinta. Mungkin butiran-butiran hati kecil akan muncul dan bertaburan di sekitar mereka.

 

Sayangnya, satu-satunya yang Sakura dan Ino berikan adalah percikan dan kobaran api peperangan.

 

Hanya butuh satu lirikan ke wajah Sakura untuk menyadari bahwa niatnya sama dengannya. Wanita memang hebat dalam menyadari hal seperti itu. Ino tampaknya juga menyadari itu.

 

Kami berdua sama-sama ingin membeli ini sebagai hadiah pernikahan…!

 

Setiap wanita dengan segera mengerti niat wanita lainnya, dan perjuangan sengit dimulai.

 

“Aku- menemukan ini- lebih dulu…!” Ucap Ino dibalik kertakan giginya.

 

“Aku- lebih cepat- darimu…!” Bantah Sakura, mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik.

 

Kapanpun dia dan Ino seperti ini, dia merasakan kompetisi sengit saat mereka anak-anak membara.

 

Frame foto itu bergetar di antara mereka karena tekanan kekuatan yang sama dari si-sisinya.

 

Tapi, aku menariknya dengan tangan kananku! Pikir Sakura pada dirinya, terkekeh dalam hati.

Kemungkinan menang bergantung pada posisi mereka. Sakura mengenggam frame itu dengan tangan kanannya, dan Ino menggenggamnya dengan tangan kirinya.

 

Tidak mungkin genggaman lemah tangan kiri Ino bisa mengimbangi kekuatan besar tangan kananku!

 

“Shannaro!” Teriak Sakura, dan mengerahkan seluruh tenaganya ke tangan kanannya. Frame foto itu terlepas dengan mulus dari genggaman Ino.

 

“Ahh! Ap- apa yang kau lakukan?! Kembalikan itu!” Pekik Ino.

 

Tapi Sakura adalah wanita yang sudah dewasa. Dia mengabaikan pekikan Ino dengan tenang.

 

Membicarakan soal mereka menjadi rival atau apapun itu sudah lewat. Sekarang Sakura sudah melampaui Ino dalam semua hal. Sakura memegang frame foto itu di tangannya dan kemenangan menggelora dari dalam hatinya.

 

“Kau tidak perperikemanusiaan!” Ucap Ino, “Orang idiot dengan kekuatan brutal!”

 

“Siapa yang kau bilang idiot?!” Sakura marah, tanpa sadar mengepalkan tangannya di sekitar frame foto yang ada di tangannya.

 

Sakura mencoba untuk kembali tenang dan bertindak seperti wanita berkepala dingin dan dewasa.

 

“H- haha. Ino, kau tahu kan kalau aku ini ninja medis terbaik di seluruh desa? Jutsu medis tingkat tinggi yang kugunakan membutuhkan kontrol chakra yang sangat tepat. Untuk memanggilku idiot sepertinya agak…itu karena aku sangat ahli dalam kontrol chakra makanya aku bisa memiliki kekuatan yang lebih daripada yang lain. Kekuatanku membuktikan bahwa aku adalah ninja medis yang sangat hebat. Tapi, baiklah Ino, kurasa kalaupun kau menggunakan shintenshin jutsu dan memasuki tubuhku, kau tidak akan bisa menarik kontrol chakra setingkat itu, huh?”

 

“Ugh…” Ino mundur satu langkah, menggeram dari balik tenggorokannya.

 

Aku menang. Pikir Sakura, Itu benar Ino, lebih baik kau mundur sekarang.

 

Sakura memunggungi Ino dan menuju ke kasir, dan saat itu–

 

“Oh, ngomong-ngomong Sakura, kau tidak berpikir menjadikan frame itu sebagai hadiah pernikahan untuk Naruto dan Hinata, kan?” Teriak ino dengan intonasi yang sangat sarkastik. 

 

“Tidak, kan? Kau tidak mungkin berpikir untuk memberikan mereka hadiah yang payah.”

 

“Ap-?!” Sakura menghentikan langkahnya, berbalik menatap Ino tanpa berpikir.

 

Tapi, menit ketika dia melihat cengiran licik di wajah Ino, Sakura langsung mengerti maksud Ino.

 

Ah, kau naif, Ino.

 

Sakura sudah familiar dengan taktik Ino. Dia menghina frame foto itu agar Sakura tidak jadi membelinya. Ino tahu dia tidak bisa menang melawan kekuatan Sakura, jadi dia mencoba untuk menang melalui kata-kata.

 

Bagaimanapun, usaha itu tidak akan berhasil.

 

“Apa yang kau katakan?” Bantah Sakura.

 

“Kau mati-matian ingin membelinya semenit lalu!”

 

“Eugh…it-itu…”

 

Lemah. Lemah sekali, Ino. Kau selalu seperti itu, jika seseorang menunjuk kesalahan terkecil dari yang apa sudah kau katakan, kau langsung kebingungan.

 

“Itu adalah selera fashion yang sangat buruk yang kau miliki, mencoba mati-matian membeli barang yang menurutmu payah.” Ucap Sakura, memberikan serangan akhir.

 

Ino tidak karuan karena terjebak dalam jebakan yang dibuatnya sendiri.

 

“Aku- aku tidak bilang kalau aku mau membelinya…!” Protes Ino.

 

“Lalu kenapa kau bersikeras ingin mengambilnya?”

 

“It- itu…sampah, yeah, sampah. Aku kira itu adalah sesuatu yang sudah dibuang seseorang jadi aku mau membuangnya!”

 

“Alasan yang kentara sekali! Ya ampun, mana mungkin ada sampah di dalam rak di tengah toko?!”

 

Sakura tiba-tiba menyadari pegawai toko menghampiri mereka

 

“Uhm, pelanggan yang terhormat,” Ucap pegawai itu sopan, “Saya sungguh minta maaf, tapi kalian mengganggu pelanggan lainnya…”

 

Ack, ntah kenapa dia tadi meninggikan suaranya tanpa sadar. Sakura cepat-cepat berbalik untuk meminta maaf ke pegawai itu.

 

“Ak- aku minta maaf…” Sakura mencolek Ino dengan sikunya. “Ayo Ino, kau juga minta maaf. Karenamu kita jadi mengganggu…”

 

“Apa? Itu salahmu membuat keributan dan berteriak, ya kan?!” Ino mendorong Sakura. “Perhatikan apa yang kau katakan!”

 

Sakura dan Ino saling melotot, dan tak lama kemudian saling menerjang. Mereka saling menjambak rambut dan menarik baju.

 

“Awalnya semua jadi seperti ini karena kau datang mengganggu!”

 

“Aku sudah memberitahumu, aku yang menemukannya duluan!”

 

“Pelanggan yang terhormat!” Pegawai yang panik itu mencoba melerai keduanya. “Tolong berhenti, pelanggan yang terhormat!”

 

Ironisnya, inilah satu-satunya di mana Sakura dan Ino menjadi akur.

 

“DIAM!” Mereka berdua berteriak pada pegawai itu, dengan wajah bengis dan ekspresi seperti iblis di wajah mereka.

 

Keheningan yang mematikan menguasai di toko itu. Waktu seperti terhenti.

 

Pegawai yang berusaha melerai mereka ternganga.

 

Tapi secepat kilat, tubuhnya mengeras.

 

Saat Ino dan Sakura tersadar dan meminta maaf padanya dengan suara yang sangat kecil, semua sudah terlambat.

 

Mereka berdua dilempar keluar toko.

 

Tapi…hanya karena mereka diusir keluar, bukan berarti perdebatan mereka berakhir.

 

“Lihat apa yang kau lakukan! Aku tidak percaya kalau kita diusir dari toko itu!”

 

“Lihat yang kau lakukan! Padahal aku akhirnya menemukan hadiah pernikahan yang bagus!”

 

Sakura dan Ino berdebat dengan suara tinggi di tengah jalan, tidak peduli pada mata banyak orang yang penasaran dengat perdebatan mereka

 

“Menemukan?” Cemooh Ino, 

 

“Oh, itu adalah cara yang bagus untuk mengambil benda dari tangan orang lain dengan kekuatan yang brutal! Lihatlah Sakura, kau tidak akan bisa berkompromi tentang apapun! Kau tidak punya hati ataupun keinginan untuk berkompromi, hanya kekuatan brutal itu dan tidak ada yang lainnya! Itu benar-benar tidak membantumu!”

 

“Apa?! Punya hati itu tidak ada urusannya dengan ini! Tolonglah dan berhenti mengatakan hal yang macam-macam karena aku ini melampauimu dalam hal apapun!”

 

“Apa?! Apa maksudmu dengan melampauiku dalam hal apapun? Kalau sudah soal siapa yang lebih feminin, jelas aku yang melampauimu!”

 

“Kefemininan?” Cemooh Sakura. 

 

“Dimana? Kau itu menyolok dan norak!”

 

“Ah, dasar pecundang!” Pekik Ino. 

 

“Kalau sudah soal penampilan, selera fashion, menata bunga, dan memasak, aku lebih baik dalam semua itu! Oh, tapi kalau soal kekuatan monstermu, memang itu kemenanganmu.”

 

Ino, dasar babi…!

 

Urat kekesalan muncul di dahi Sakura. Tapi, dia belum kalah.

 

“Oh? Aku bisa memasak, kau tahu? Dan kalau soal penampilan atau selera fashion, itu cuma hal bodoh yang membuatmu khawatir. Kau tahu, karena hal-hal seperti itulah makanya kau tidak lebih baik dariku.” Sakura menghela nafas berlebihan dan dramatis, menggelengkan kepalanya dengan kekecewaan yang dibuat-buat. 

 

“Hanya karena orang-orang tidak akan pernah melihatmu dan lebih melihat wanita cerdas sepertiku, bukan berarti kau harus mencaci makiku.”

 

Ino tidak melakukan apapun selain tersentak.

 

“Ahh, sebenarnya Sakura, aku baru saja punya pikiran ini hari ini. Seseorang yang berbesar kepala hanya karena keunggulannya adalah kekuatan brutal, wanita seperti itu tidak akan pernah dilamar, kan? Kasihan sekali…”

 

“Tidak akan pernah dilamar?! Itu yang harusnya kukatakan padamu!”

 

“Eh? Oh, maaf Sakura. Aku tidak bermaksud menyinggungmu, tapi sepertinya aku tidak sengaja mengenai sasaran, huh? Aku minta maaf kalau aku menyakiti perasaanmu~”

 

“Kau…”

 

Mungkin Ino menyebutkan hal yang sensitif karena argumen mereka pada dasarnya adalah tentang hadiah pernikahan, tapi itu sudah kelewatan. Itu adalah lelucon rendahan.

 

“Tapi baiklah,” lanjut Ino. “Kurasa itu sangat jelas kalau hanya kepintaran dan kekuatan brutal tidak bisa menjamin kau akan menjadi pengantin.”

 

Apa sebenarnya kau ini, seorang master sarkasme? Pikir Sakura, tapi membalas tanpa takut.

 

“Aku sudah bilang berkali-kali kalau aku bisa memasak! Dan masakanku, paling tidak, lebih baik darimu, Ino.”

 

“Maaf? Sakura, kau tidak benar-benar berpikir bisa mengalahkanku dalam memasak, kan?”

 

“Tentu saja aku bisa. Aku yakin aku tidak akan kalah denganmu!”

 

“Baiklah kalau begitu. Kita lihat siapa yang lebih baik!”

 

Ino dan Sakura saling melotot.

 

Ntah bagaimana, hasil rasa gengsi dan keras kepala mereka adalah kompetisi memasak.

 

Hadiah pernikahan, frame foto, dan yang lainnya sudah terlupakan sepenuhnya. Tidak ada yang peduli bagaimana semuanya bisa berubah menjadi seperti ini.

 

Satu-satunya yang membahanbakari kedua wanita itu adalah keinginan melakukan apapun dengan kekuatan mereka untuk melenyapkan seringai sombong dari wajah rival mereka.

 

⁰â‚’⁰

 

Sakura dan Ino.

 

Kompetisi memasak yang akan mempertaruhkan kebanggaan mereka sebagai wanita kini dimulai.

 

Makanan utama kompetisi itu adalah: pil tentara.

 

Pil tentara itu berukuran kecil, terbuat dari makanan yang diawetkan, mudah dibawa, yang sering digunakan oleh para shinobi.

 

Makanan dengan nutrisi tinggi yang seimbang dihancurkan dan dikeringkan menjadi bulatan. Pil-pil itu sangat terkenal dan digunakan di seluruh dunia shinobi sebagai standar persediaan militer.

 

Akan tetapi, dunia per-pil tentara-an ternyata sangatlah kompleks.

 

Tidak akan berlebihan untuk mengatakan bahwa jumlah dari jenis pil tentara yang berbeda setara dengan jumlah orang yang membuatnya. Ini karena bahan yang digunakan dalam pil tentara, begitu juga dengan ukurannya, berbeda-beda tergantung pembuatnya.

 

Contohnya, ada orang-orang yang menggunakan bahan-bahan yang sesuai dengan resep rahasia turun-temurun dari klan mereka. Dan ada juga mereka yang membuatnya begitu besar seukuran bola nasi. Dan ada mereka yang membuat pil tentara untuk konsumsi hewan, bukan manusia.

 

Pil tentara adalah sejenis makanan yang kandungannya berubah karena banyak sekali faktor. Resep tradisi keluarga, preferensi, kondisi fisik, taktik, lamanya misi, kondisi cuaca…semua faktor ini berpengaruh pada setiap pil tentara.

 

Itulah kenapa Ino dan Sakura memutuskan untuk menjadikan pil tentara sebagai hidangan yang akan mereka kompetisikan.

 

Cepat dibuat, dan mudah dimakan. Jangkauan yang luas dari resepnya membuat Sakura dan Ino dapat menunjukkan kepribadian dan kemampuan mereka, dan dengan cepat dan mudah menentukan yang mana yang unggul.

 

Sakura sudah membeli bahan-bahannya, pulang ke rumah, dan langsung bekerja membuat pil tentaranya.

 

Dia menaburkan semua bahan-bahannya ke dalam mangkuk, dan berkonsentrasi penuh untuk menghancurkannya dengan alu kayu. Pertama, ada biji wijen, almond dan kenari. Bahan-bahan itu paling sering digunakan di Konoha.

 

“Kau tunggu saja dan lihat!” Gumamnya sambil menumbuk bahan itu menjadi bubuk. “Aku akan menunjukkan padamu kalau sudah soal masak, kemampuanku jelas lebih darimu!”

 

Seluruh bahan yang digunakan untuk pil tentara umumnya dipersiapkan dengan cara yang sama: menumbuknya hingga menjadi bubuk.

 

Sakura menambahkan bahan yang sering digunakan lainnya, madu dan gula batu, melanjutkan pekerjaannya. Sambil menumbuk bahan-bahan itu, pikirannya kembali ke masa Akademi.

 

Kelas Kunoichi di Akademi juga mengajarkan kunoichi muda hal seperti merangkai bunga dan upacara teh. Kau harus mempelajari ilmu yang luas tentang budaya dan perilaku. Kelas itu ada supaya kunoichi dapat dengan mudah menyusup ke wilayah musuh tanpa terdeteksi, jadi perilaku dan pengetahuan mereka tidak akan mengkianati naluri dalam diri mereka. Kau tidak akan menjadi kunoichi yang sukses jika kau tidak tahu bagaimana cara berperilaku layaknya wanita normal.

 

Dan dari banyak hal yang diajarkan di Kelas Kunoichi, tentu saja, diajarkan memasak.

 

Ino bersinar di kelas memasak, resep-resepnya selalu berhasil.

 

Sakura, sebaliknya, tidak bisa mengikuti kelas itu dengan mudah.

 

Dulu, Sakura selalu tampak sesak napas melihat kepopuleran Ino.

 

Tapi sekarang, semua sudah berbeda.

 

Sebagai kunoichi, dan sebagai wanita, Sakura terus meningkatkan kemampuannya. Orang yang dulu dikaguminya dari belakang menjadi seseorang yang bisa dihadapinya. Dan sekarang, Sakura sudah mengambil selangkah lebih jauh dari Ino.

 

“Ino…dalam memasak, dan dalam apapun yang menghalangiku, bersiaplah untuk melihat punggungku! Ucap Sakura geram, penuh semangat bertarung sambil terus menumbuk dengan alu kayunya.

 

Ino mengatakan bahwa dia tidak akan menjadi pengantin- baiklah, Sakura tidak menganggap itu serius. Tapi dia tidak akan kalah di kompetisi ini. Lihatlah, Ino hanya terlalu terbawa rasa bahagia karena bisa sangat akrab dengan Sai belakangan ini. Sakura tidak akan kalah melawan kebahagiaan yang tidak pasti itu.

 

Kau akan merasakan mekarnya kemurkaan wanita! Pikir Sakura kejam.

 

Memasak mungkin sedikit berbeda dengan alasan kemarahannya yang sebenarnya, tapi di sisi lain itu adalah sebuah kemenangan. Dan Sakura sudah mempersiapkan rencana yang bisa menjamin kemenangannya.

 

“Fufufu…ini dia.” Sakura tersenyum licik, memegang bahan yang merupakan kunci kesuksesannya.

 

Bahan itu adalah pudding.

 

Sakura sudah berteman dengan Ino sejak masih anak-anak. Dia sangat tahu tentang kecintaan Ino pada pudding. Faktanya, dia tahu semua kesukaan dan ketidaksukaan Ino.

 

Bagi shinobi, informasi adalah segalanya. Tidaklah arogan bagi Sakura untuk berpikir dia akan menang saat dia memiliki pengetahuan yang sempurna tentang selera Ino.

 

Penuh dengan keyakinan yang berlebihan, Sakura menambahkan pudding ke adonan pil tentaranya. Terkekeh, dia mencampurkannya dengan senyum gembira.

 

“Dengan ini, kemenanganku terjamin!”

 

Selanjutnya hanya tinggal membentuk adonan itu menjadi bulat sempurna dan mengeringkamya.

 

Dalam waktu singkat, pil tentara manis rasa pudding buatan Sakura telah selesai.

 

⁰â‚’⁰

 

Beberapa saat kemudian, di dekat toko tempat mereka diusir…

 

Ino sudah berdiri ditempat yang sudah mereka janjikan untuk bertemu di salah satu jalan Konoha.

 

Mata Sakura bertemu mata Ino, dan Ino memberikan cengiran lebar.

 

“Kau muncul juga rupanya, Sakura.” Ucap Ino, 

 

“Dan disini aku mulai berpikir kalau kau sadar tidak akan bisa menandingiku dan kabur.”

 

Aku bertaruh kalau dia sengaja kesini lebih dulu supaya bisa mengatakan itu padaku…!Pikir Sakura dalam hati, mendecakkan lidahnya.

 

Alasan dari pikiran itu adalah karena Sakura datang tepat pada waktu yang telah mereka sepakati. Dia sudah memutuskan untuk tidak menjadi tukang terlambat seperti Kakashi-sensei.

 

Hal yang sangat tidak penting untuk dilakukan…

 

Tapi, Sakura tidak akan terprovokasi oleh trik murahan seperti ini. Kemenangan pada kompetisi ini ada di tangannya. Ino bisa berkoar-koar selama dia masih bisa.

 

“Kemenangan berpihak pada mereka yang menggunakan waktunya.” Ucap sakura menghadap Ino. Ketenangannya sangat mengagumkan, dan dia penuh keyakinan terhadap kemenangannya yang akan datang.

 

“Baiklah kalau begitu, pertarungan kita dimulai.” Ino berkata dengan tenang. 

 

“Jadi, untuk memastikan pertandingan ini adil, kita harus memberikan pil tentara kita ke pihak ketiga yang akan menilai yang mana yang paling enak.”

 

“HUH?!” Sakura ternganga. 

 

“Kau tidak akan memakannya?!”

 

Dalam sekejap, kemenangan yang ada di tangan Sakura berubah menjadi butiran debu.

 

“Tentu saja tidak.” Mata Ino melebar kaget karena reaksi Sakura. 

 

“Bahkan jika kita saling memakan buatan kita, ada kemungkinan kalau tidak ada satupun dari kita yang mau memberikan kemenangan. Itulah kenapa kita membutuhkan pihak ketiga yang objektif untuk menjadi jurinya.”

 

Alasan Ino masuk akal. Sakura ternyata punya titik buta. Untuk berpikir bahwa Ino tidak akan memakan pil tentaranya… keluar membeli puding tadi berati tidak ada gunanya. Susah payah membuat pil tentara dengan rasa kesukaan Ino, benar-benar tidak ada gunanya.

 

“Dilihat dari reaksimu, Sakura…jangan bilang kau…” Ino memperhatikan Sakura, alisnya berkernyit. 

 

“…Kau tidak menaruh racun di dalam pil tentara itu, kan?”

 

“Mana mungkin aku melakukan itu!”

 

Sekarang itu keterlaluan. Bagaimana bisa Ino meragukan sahabatnya sendiri?

 

“Siapa tahu…” Ucap Ino, 

 

“Baiklah, tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, kurasa kita harus memilih Chouji sebagai juri kita.”

 

“Tu- Tunggu sebentar! Chouji kan teman satu timmu!”

 

“Itu kan Chouji, jadi kalau sudah soal makanan, dia tidak akan pernah bohong, kau tahu? Dia tidak akan berada di pihakku. Jadi kalau soal ini, Chouji adalah juri yang paling bisa dipercaya, ya kan?”

 

Baiklah, kalau memang seperti itu, siapapun akan setuju. Sakura setuju dengan alasan Ino.

 

“Baiklah kalau begitu, aku akan pergi dan membawa Chouji. Aku melihatnya di sekitar sini beberapa saat lalu.” Ucap Ino, lalu menghilang.

 

Tak lama, Sakura bisa mendengarnya datang kembali, sepertinya dengan Chouji karena dia mendengar gerutuan ‘ikut saja dan cepat!’ atau ‘ini adalah kesempatan untuk makan makanan rumah yang enak, kau tahu!’ dan yang lainnya.

 

Sepertinya Chouji agak menolak sebagai juri.

 

Perlahan tapi pasti, Chouji muncul di garis pandang Sakura, tubuh besarnya diseret ke depan oleh Ino. Wajahnya tampak sangat murung. Ino pasti memaksanya untuk berpartisipasi.

 

“Tunggu, Ino.” Protesnya, “Aku kesini untuk makan eskrim.”

 

“Tidak apa-apa. Kau selalu bilang kalau perutmu punya tempat khusus untuk dessert, kan?”

 

“Yup. Itulah kenapa aku bilang aku sudah makan dessert… Oh, Sakura.” Mata Chouji tertuju pada wanita yang lainnya, dan segera memohon pertolongan padanya. 

 

“Ino sangat tidak mengerti aku. Dia mau menjadikanku kelinci percobaan untuk pil tentara. Tolong aku, kumohon.”

 

“Jadi, Ino,” ucap Sakura, 

 

“Pil yang mana dulu yang kita berikan?”

 

Sakura mengira Chouji akan mengatakan hal seperti “Oh, sial, ternyata kau juga!” tapi ternyata, dia menurut.

 

“Oh baiklah, kurasa aku juga punya tempat terpisah untuk pil tentara…” Ucap Chouji terdengar meyakinkan.

 

Sakura merasa yakin. Ino benar. Chouji akan menjadi juri yang adil dan tidak memihak untuk mereka berdua.

 

Lagipula, meskipun jika Ino tidak memakan pil tentara itu, itu tidak akan mengubah fakta bahwa puddingnya akan membuatnya terasa manis dan enak. Dia pasti bisa menang. Sakura mengepalkan tangannya erat.

 

“Okay, jadi, Chouji, bisakah kau makan kedua pil itu dan beritahu kami mana yang lebih enak?”

 

Ino memberikan pil buatannya pada Chouji, dan Sakura juga memberikannya.

 

Chouji melihat pil-pil di tangannya, matanya berkedip memperhatikannya satu-satu. Dia menggerakkan pil tentara buatan Sakura ke mulutnya, dan menggigitnya. Dia hanya menilai, jadi daripada langsung memakan semuanya, dia hanya menggigitnya sedikit.

 

“I…ini…” Mata Chouji melebar saat merasakannya.

 

Sakura menunggu reaksinya dan…

 

“Enak! Ini benar-benar enak! Ini begitu manis, dan melenyapkan rasa lelahku seketika!”

 

Chouji merasa sangat puas, dia langsung melahap setengah pilnya lagi, dia tidak hanya berhenti di situ, bahkan mengambil ekstra pil yang dibuat Sakura dari tangannya, dan menelannya.

 

“Baiklah!” Sakura berteriak, mengangkat kepalan tangannya di udara.

 

Lihatlah baik-baik, Ino. Ini adalah pertunjukan dari kemampuanku!

 

Reaksi positif Chouji sangat tidak terkira. Ino memelototinya dengan ekspresi mengerikan di wajahnya, dan Sakura dapat mendengar gertakan gigi molar wanita itu.

 

“Bagaimana?” Tanya Sakura padanya, 

 

“Mungkin lebih baik kau menerima kemenanganku sekarang?”

 

“Cho-Chouji,” Ino tergugup. 

 

“Ayo, cepat makan punyaku juga.”

 

Pipi Chouji masih menggembung karena pil tentara buatan Sakura, tapi dia segera melahap pil tentara buatan Ino. Dia langsung melahap semuanya, bukan menggigit sebagian seperti tadi.

 

Dia melahap lagi tiga, empat pil tentara buatan Ino. Mungkin supaya dia bisa merasakannya dengan baik, karena pil tentara Sakura masih ada di mulutnya.

 

“Ya…ya…ya…!” Mata Chouji melebar selebar cawan, dan dia mengangguk dengan kuat. “Menakjubkan! Yang ini juga sangat manis dan enak!”

 

Chouji menelan pil tentara yang memenuhi pipinya dalam sekali telan. Dan cengiran yang sangat puas terukir di wajahnya.

 

Ino begitu bersemangat dan menggebu-gebu, memaksa Chouji memberikan jawaban.

 

“Jadi, yang mana? Yang mana yang lebih enak? Ayo cepat.”

 

“Hmm…dua-duanya sangat manis dan enak, jadi sangat sulit untuk mengatakan mana yang lebih enak.” Gumam Chouji. Dia memiringkan kepalanya bingung, menyilangkan tangannya sambil mengunyah.

 

Satu per satu, lebih banyak pil tentara buatan Sakura dan Ino masuk ke mulutnya, dikunyah dan dinilai dengan hati-hati.

 

“Yeah, aku rasa keduanya enak. Keduanya manis dan enak. Yup, sangat enak. En—geugh.” Kaki Chouji tertekuk, dan dia terjatuh. Darah mengalir dari lubang hidungnya.

 

“Oh tidak!”

 

“Ad- ada apa?!”

 

Chouji terkapar lemas di tanah, matanya melebar. Sebuah pil tentara terlepas dari genggaman tangannya yang melemah, itu milik Ino, Sakura menjerit.

 

“Racun!” Jeritnya. 

 

“Ino, kau! Kau menaruh racun di dalam pil itu, kan?!”

 

“Mana mungkin aku melakukan itu! Kau pikir orang macam apa aku ini?!”

 

“Daripada mengurus itu, kita harus memberikannya pertolongan! Chouji, sadarlah!”

 

Mulut Chouji membuka sebagai respon suara Sakura.

 

“Meskipun aku memiliki….banyak sekali…teman yang baik…” Gumamnya tak jelas, darah masih mengalir dari hidungnya.

 

“Ada apa?! Apa nyawamu sekarat?!”

 

“Tidaaaaaaaaaak, Chouji jangan mati!” Ino menjerit, 

 

“Sakura, cepat, lakukan sesuatu!”

 

Ino menangis, tapi Sakura tidak mengerti kenapa Chouji bisa jadi seperti ini. Chouji diperiksa, dia sangat sehat. Satu-satunya kemungkinan yang membuat keadaannya seperti ini, tidak salah lagi, adalah pil tentara yang dimakannya.”

 

“Ja…jangan ilang…” Sakura menelan ludah. 

 

“Racun yang tidak diketahui…?”

 

Sakura menatap Ino dengan tatapan yang menakutkan di wajahnya.

 

“Kenapa kau mencurigaiku?!” Teriak Ino.

 

“Dia begini setelah makan pil tentara buatanmu…”

 

“Kemungkinan ini efek pilmu!”

 

“Tapi aku tidak memasukkan racun apapun!”

 

“Aku sudah memiliki…begitu banyak…teman…” Gumam Chouji mengigau.

 

“Ini buruk! Nyawa Chouji sekarat lagi!”

 

“Kita tidak punya waktu untuk memperdebatkan ini…!” Ucap Sakura pada dirinya sendiri, dan mengumpulkan tekadnya.

 

Dia meraih pil tentara buatan Ino.

 

“Apa yang mau kau lakukan?!”

 

“Aku harus mengetahui apa yang ada di pil ini, dan ini adalah cara terbaik untuk melakukannya,” ucap Sakura, dan perlahan mengarahkan pil tentara itu mendekat ke lidahnya. 

 

“Jika ada racun di dalamnya, maka lidahku pasti akan mati rasa…”

 

Daripada langsung memakannya, lebih baik dia mencobanya sedikit dan memeriksanya.

 

“Aku sudah berkali-kali bilang kalau aku tidak memasukkan racun apapun ke pil itu! Ugh, ya ampun!” Ino jugameraih pil tentara, tapi yang buatan Sakura. Dia juga menjilat pil itu. 

 

“Ada kemungkinan bahwa pilmu yang aneh!”

 

Sakura memeriksa dengan hati-hati pil tentara itu, menahannya di lidahnya. Keringat dingin mengucur di dahinya, tapi dia tetap mempertahankan pil itu pada tempatnya dengan sungguh-sungguh.

 

Untuk sesaat, hening.

 

Sakura perlahan menghancurkan sedikit pil itu menjadi potongan kecil di tangannya. Melihatnya melakukan itu, Ino juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua memasukkan potongan yang sangat kecil dari pil tentara itu ke lidah mereka, membolak-balikkannya.

 

“…ini enak.”

 

“…yeah.”

 

Keduanya melempar sisa pil tentara itu ke mulut mereka, tidak bisa menahannya.

 

“Apa ini…rasa ini, ini enak sekali!” Sakura bahkan tidak mencoba untuk menyembunyikan keterjutannya sambil mengunyah.

 

“Ini juga, aku sangat suka rasa ini!” Ino juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

 

Tidak ada racun sama sekali. Malah, pil tentara buatan Ino rasanya adalah rasa kesukaan Sakura: bola anmitsu putih. Dengan kata lain, rasanya manis, sama seperti buatan Sakura.

 

Lalu, kenapa bisa…?

 

Tepat saat Sakura memikirkan itu, Chouji sudah kembali bangkit.

 

“Chouji, kau baik-baik saja?!”

 

“Ahh, itu mengagetkanku.” Ucap Chouji, menyeka darah yang tadi mengalir dari hidungnya. 

 

“Gula darahku tiba-tiba naik…huh, aku sampai mimisan.”

 

Jadi itu penyebabnya: gula darah. Sekarang karena Chouji sudah mengatakannya, Sakura juga mengerti.

 

Benar bahwa kedua pil tentara itu sangatlah manis. Dan itu hanya satu buah pil. Chouji memakan keduanya dalam jumlah banyak dan yang paling parah, sekaligus. Wajar saja jika jumlah gula yang masuk ke metabolismenya menghasilkan pengaruh buruk.

 

Dan Chouji bilang sebelumnya dia memakan eskrim. Tidak peduli seberapa rakusnya Chouji, mengkonsumsi gula yang berlebihan sekaligus akan membawa efek buruk.

 

“Ahhhhh, syukurlah, jadi karena itu…” Ino menghela nafasnya leda. Sakura meliriknya, dan wanita itu tampak lega seperti beban yang berat sudah terangkat dari pundaknya.

 

“Yup, karena itu. Tapi kau tahu, setelah makan pil-pil itu, aku jadi benar-benar ingin makan pudding dan bola anmitsu putih. Hmm, setelah ini, mungkin aku akan pergi makan kastanye manis?”

 

Sakura dan Ino menatap Chouji, tercengang.

 

“Chouji, kau bisa membunuh dirimu sendiri, kau tahu kan?!”

 

“Tidak apa-apa.” Jawab Chouji. 

 

“Makanan yang baru saja kumakan sudah tercerna sekarang.”

 

“Itu adalah sesuatu yang secara normalnya tidak mungkin…” Ino menatap Chouji, terkejut. 

 

“Chouji, kau benar-benar menakjubkan….”

 

“Tapi hey, Ino.” Sakura kemudian bertanya pada wanita itu. 

 

“Kenapa harus repot-repot membuat pil tentara dengan rasa kesukaanku?”

 

Ino-lah yang mengatakan bahwa mereka harus punya pihak ketiga yang tidak memihak untuk mencoba pil tentara itu supaya adil, jadi kenapa? Sakura sangat penasaran dengan jawabannya.

 

Ino memasang ekspresi tidak nyaman di wajahnya.

 

“Tidak ada alasan tertentu… Aku tadinya berpikir mungkin akan bagus jika nanti aku memberimu pil itu untuk kau makan mungkin…”

 

Pff, mana mungkin.

 

Ino memikirkan hal yang sama persis dengan Sakuea, dan memberikan rasa makanan favorit lawannya pada pil tentaranya.

 

Jadi, pada akhirnya, perdebatan mereka yang berawal dari meraih frame foto yang sama, telah berakhir menjadi merencanakan strategi memasak yang sama.

 

Memikirkan kebetulan yang menggelikan itu, Sakura tertawa.

 

“Ahahahaha, ada apa dengan itu? Pada akhirnya, kau bahkan membuat strategi yang sama denganku.”

 

Ino terbawa oleh tawa Sakura, dan juga mulai terkikik.

 

“Fufu, yah, bagaimanapun kita sudah bersama sejak lama. Bayangkan, berapa tahun yang sudah kita habiskan bersama? Aku memikirkan semua yang kau pikirkan.”

 

“Kita berdua begitu.” Tambah Sakura.

 

Mereka berdua berhadapan dan tertawa sangat keras, saling mencengkram bahu. Akhirnya, Sakura mulai tenang, dan menyeka jari-jarinya ke celananya.

 

“Baiklah kalau begitu, sebagai orang yang berpikiran sama dengan mu, bisakah aku mengatakan sesuatu?”

 

“Apa?”

 

“Apa tidak sebaiknya kita mencari hadiah pernikahan bersama, kita akan bisa menemukan sesuatu yang jauh lebih baik dari frame foto?”

 

“Tentu saja. Jika kita mengkombinasikan selera fashionli denganmu, tidak akan ada yang bisa menandingi!” Ucap Ino, mengedipkan mata dan memberikan cengiran.

 

“Baiklah!” Sakura mengepalkan tangan ke udara penuh energi. 

 

“Kalau begitu, ayo kita pergi dan temukan hadiah pernikahan terbaik yang pernah ada!”

 

Ino tersenyum melihat pemandangan itu. “Sejujurnya, Sakura…kau benar-benar sudah menjadi kuat dan harus diperhitungkan.” Dia melihat Sakura dengan wajah yang tiba-tiba sayu dan serius. 

 

“Kau dulu adalah anak cengeng. Orang-orang selalu memanggilmu ‘gadis jidat’ atau ‘jidat revolusi’, dan kau akan langsung menangis…”

 

“Tunggu, Ino!” Seru Sakura. 

 

“Apa maksudmu ‘jidat revolusi’?! Jangan tiba-tiba membuat-buat nama yang tidak ada! Kalu dipikir-pikir, namu itu baru saja kau buat, kan?!”

 

Ino menjulurkan lidahnya.

 

“Ap- Kau! Kembali kesini sekarang!”

 

“Ahahaha, belajarlah untuk menerima lelucon!”

 

Suara mereka bercampur dengan keramaian Konoha, tapi mereka terdengar sangat senang..

 

Sakura dan Ino.

 

Keduanya akan selalu menjadi rival. Dan, akan selalu menjadi sahabat terbaik.



Lanjut Chapter 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar