New
HUBUNGAN DI ANTARA MEREKA
Hanya dalam
satu lirikan, Haruno Sakura tahu hadiah itu adalah Yang Terpilih. Ini dia,
pikirnya, tidak ada hadiah yang lebih baik dari ini!
Dia sedang
mencari-cari hadiah di toko fashion favoritnya saat matanya tertuju pada sebuah
keajaiban: frame foto yang berbeda dari yang lainnya.
Warnanya,
bentuknya, bahkan detail kecilnya yang terukir di desainnya, semuanya sangat
sesuai dengan selera Sakura. Rasanya seperti frame itu dibuat hanya untuk
dibeli olehnya.
Sakura
adalah tipe orang yang selalu membeli barang yang unik. Dia memutuskan bahwa
dia tidak akan membeli hadiah yang tidak disukainya.
Jika kau
tidak menyukai hadiah yang kau beli, kau tidak akan percaya diri untuk
memberikannya pada orang lain, kan?
Ahh, andai
aku bisa, aku akan mendekorasi kamarku dengan ini. Pikirnya, kalau aku punya
benda sebagus ini di rumahku, pasti setiap hari aku ingin cepat-cepat pulang…
Tapi,
sejujurnya, alasan terbesar Sakura menyukai frame foto itu adalah karena benda
itu sangat unik. Tidak ada duplikatnya. Hanya satu-satunya di dunia, tidak ada
lagi yang akan memilikinya.
Bagaimanapun
itu adalah hadiah pernikahan, akan jadi bencana jika orang lain membeli barang
yang sama dengannya. Tapi selama dia membeli frame foto satu-satunya ini, dia
tidak perlu mengkhawatirkan apakah orang lain akan membeli hadiah yang sama
dengannya.
Bahkan jika
orang lain juga memberikan frame foto, desainnya tidak akan sama dengan yang
dibelinya, dan hadiahnya akan tetap lebih unggul dengan keunikannya.
Karena itu,
sejauh yang diketahuinya, tidak ada orang yang berpikir untuk membelikan frame
foto untuk pasangan itu.
Kapten
Yamato, contohnya, memiliki hobi membaca buku tentang arsitektur dan
konstruksi.
“Furnitur
untuk menyesuaikan rumah mereka…” Yamato bergumam dengan ekspresi kosong
khasnya di wajahnya,
”Atau, tidak, mungkin rumah baru yang harus aku…”
Lalu ada
Sai, yang memiliki talenta dalam seni. Dia tidak biasanya begitu antusias,
membicarakan tentang bagaimana dia menghabiskan malamnya terjaga untuk membuat
lukisan sebagai hadiah pernikahan untuk pasangan itu.
Sakura
sebenarnya menemui Sai pagi ini. Dia menemukan pria itu masih berada di tengah
jalan, menatap nanar dan horror pada gulungan putih di tangannya. Lukisannya
menghilang.
“Sakura…”
Ucap Sai linglung. “Burungnya terbang…ke angkasa…”
Bagaimana
bisa chakranya tertumpah ke tintanya? Sai sepertinya terlalu antusias, jika kau
tanya Sakura.
Ngomong-ngomong,
akhirnya orang-orang mengumpulkan hadiah yang merefleksikan hobi atau kemampuan
mereka, jadi Sakura memutuskan untuk membeli sebuah momento yang stylish
sebagai hadiah, sesuatu yang cocok dengan sifatnya yang feminin. Dan kemudian,
matanya tertuju pada frame foto yang disebutkan tadi.
Frame foto
itu sempurna. Itu adalah hadiah yang pasti akan menjadi sebuah momento
berharga, sesuatu yang tidak mungkin tidak digunakan.
Dan yang
paling penting, kau tidak perlu memilih bagian terpenting dari frame foto itu:
apa yang harus dipajang di dalamnya. Pilihan itu terserah pada yang menerima.
Sakura
membayangkan frame foto itu terpajang indah di kamar Naruto dan Hinata. Mereka
bisa memasang foto pernikahan mereka atau suatu hari nanti foto anak mereka
yang baru lahir. Lagipula, itu akan sangat menawan.
Memori
bahagia yang diabadikan di frame foto itu akan menyaksikan kehidupan masa depan
mereka yang bahagia. Pasangan itu akan tersenyum di foto mereka, dan mereka
tersenyum di kehidupan nyata saat melihat foto itu.
Untuk alasan
tertentu, hanya memikirkan itu membuat Sakura juga merasa senang. Senyum
melengkung ke pipinya.
Ini dia. Ini
akan menjadi hadiah pernikahan terbaik.
Sakura
meraih frame foto itu, dan–
Tangan lain
mendarat di sisi lain frame itu.
Sakura
dengan kasar menarik frame itu dengan tenaga yang kuat. Bagaimanapun, pihak
yang lain juga melakukan hal yang sama pada waktu yang bersamaan.
Frame itu
bergetar di antara mereka, tidak bergerak karena kekuatan yang sama besarnya
dari sisi yang berlawanan.
Mata Sakura
mengikuti tangan penyelundup itu untuk melihat wajah pemiliknya.
Matanya
bertemu mata Yamanaka Ino.
“Ino,
lepaskan…!” Pekik Sakura, menarik sekuat tenaga.
“Kau yang
lepaskan, Sakura…!” Ino juga menarik sekuat tenaga.
Sakura dan
Ino adalah teman yang sangat dekat. Sejak masih kanak-kanak, mereka sudah
berteman, dan mereka menjadi rival.
Baru saja
beberapa waktu lalu, mereka ditempatkan dalam misi yang sama sebagai satu tim.
Itu adalah tugas yang mendadak, tapi mereka bekerja sama dengan sempurna.
Mereka bernafas dalam fase yang sama.
Tapi untuk
berpikir bahwa mereka ke toko yang sama di saat yang bersamaan, dan meraih
barang yang sama pada waktu yang sama…tampaknya takdir sedang mempermainkan
mereka. Mereka tidak bisa menarik kembali waktu dengan lebih baik jika mereka
merencanakannya sebelumnya.
Mungkin
mereka benar-benar bernafas dalam fase yang sama.
Jika mereka
adalah pria dan wanita, mungkin mereka akan jatuh cinta. Mungkin
butiran-butiran hati kecil akan muncul dan bertaburan di sekitar mereka.
Sayangnya,
satu-satunya yang Sakura dan Ino berikan adalah percikan dan kobaran api
peperangan.
Hanya butuh
satu lirikan ke wajah Sakura untuk menyadari bahwa niatnya sama dengannya.
Wanita memang hebat dalam menyadari hal seperti itu. Ino tampaknya juga
menyadari itu.
Kami berdua
sama-sama ingin membeli ini sebagai hadiah pernikahan…!
Setiap
wanita dengan segera mengerti niat wanita lainnya, dan perjuangan sengit
dimulai.
“Aku-
menemukan ini- lebih dulu…!” Ucap Ino dibalik kertakan giginya.
“Aku- lebih
cepat- darimu…!” Bantah Sakura, mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik.
Kapanpun dia
dan Ino seperti ini, dia merasakan kompetisi sengit saat mereka anak-anak
membara.
Frame foto
itu bergetar di antara mereka karena tekanan kekuatan yang sama dari
si-sisinya.
Tapi, aku
menariknya dengan tangan kananku! Pikir Sakura pada dirinya, terkekeh dalam
hati.
Kemungkinan
menang bergantung pada posisi mereka. Sakura mengenggam frame itu dengan tangan
kanannya, dan Ino menggenggamnya dengan tangan kirinya.
Tidak
mungkin genggaman lemah tangan kiri Ino bisa mengimbangi kekuatan besar tangan
kananku!
“Shannaro!”
Teriak Sakura, dan mengerahkan seluruh tenaganya ke tangan kanannya. Frame foto
itu terlepas dengan mulus dari genggaman Ino.
“Ahh! Ap-
apa yang kau lakukan?! Kembalikan itu!” Pekik Ino.
Tapi Sakura
adalah wanita yang sudah dewasa. Dia mengabaikan pekikan Ino dengan tenang.
Membicarakan
soal mereka menjadi rival atau apapun itu sudah lewat. Sekarang Sakura sudah
melampaui Ino dalam semua hal. Sakura memegang frame foto itu di tangannya dan
kemenangan menggelora dari dalam hatinya.
“Kau tidak
perperikemanusiaan!” Ucap Ino, “Orang idiot dengan kekuatan brutal!”
“Siapa yang
kau bilang idiot?!” Sakura marah, tanpa sadar mengepalkan tangannya di sekitar
frame foto yang ada di tangannya.
Sakura
mencoba untuk kembali tenang dan bertindak seperti wanita berkepala dingin dan
dewasa.
“H- haha.
Ino, kau tahu kan kalau aku ini ninja medis terbaik di seluruh desa? Jutsu
medis tingkat tinggi yang kugunakan membutuhkan kontrol chakra yang sangat
tepat. Untuk memanggilku idiot sepertinya agak…itu karena aku sangat ahli dalam
kontrol chakra makanya aku bisa memiliki kekuatan yang lebih daripada yang
lain. Kekuatanku membuktikan bahwa aku adalah ninja medis yang sangat hebat.
Tapi, baiklah Ino, kurasa kalaupun kau menggunakan shintenshin jutsu dan
memasuki tubuhku, kau tidak akan bisa menarik kontrol chakra setingkat itu,
huh?”
“Ugh…” Ino
mundur satu langkah, menggeram dari balik tenggorokannya.
Aku menang.
Pikir Sakura, Itu benar Ino, lebih baik kau mundur sekarang.
Sakura
memunggungi Ino dan menuju ke kasir, dan saat itu–
“Oh,
ngomong-ngomong Sakura, kau tidak berpikir menjadikan frame itu sebagai hadiah
pernikahan untuk Naruto dan Hinata, kan?” Teriak ino dengan intonasi yang
sangat sarkastik.
“Tidak, kan? Kau tidak mungkin berpikir untuk memberikan
mereka hadiah yang payah.”
“Ap-?!”
Sakura menghentikan langkahnya, berbalik menatap Ino tanpa berpikir.
Tapi, menit
ketika dia melihat cengiran licik di wajah Ino, Sakura langsung mengerti maksud
Ino.
Ah, kau
naif, Ino.
Sakura sudah
familiar dengan taktik Ino. Dia menghina frame foto itu agar Sakura tidak jadi
membelinya. Ino tahu dia tidak bisa menang melawan kekuatan Sakura, jadi dia
mencoba untuk menang melalui kata-kata.
Bagaimanapun,
usaha itu tidak akan berhasil.
“Apa yang
kau katakan?” Bantah Sakura.
“Kau mati-matian ingin membelinya semenit lalu!”
“Eugh…it-itu…”
Lemah. Lemah
sekali, Ino. Kau selalu seperti itu, jika seseorang menunjuk kesalahan terkecil
dari yang apa sudah kau katakan, kau langsung kebingungan.
“Itu adalah
selera fashion yang sangat buruk yang kau miliki, mencoba mati-matian membeli
barang yang menurutmu payah.” Ucap Sakura, memberikan serangan akhir.
Ino tidak
karuan karena terjebak dalam jebakan yang dibuatnya sendiri.
“Aku- aku
tidak bilang kalau aku mau membelinya…!” Protes Ino.
“Lalu kenapa
kau bersikeras ingin mengambilnya?”
“It-
itu…sampah, yeah, sampah. Aku kira itu adalah sesuatu yang sudah dibuang
seseorang jadi aku mau membuangnya!”
“Alasan yang
kentara sekali! Ya ampun, mana mungkin ada sampah di dalam rak di tengah
toko?!”
Sakura
tiba-tiba menyadari pegawai toko menghampiri mereka
“Uhm,
pelanggan yang terhormat,” Ucap pegawai itu sopan, “Saya sungguh minta maaf,
tapi kalian mengganggu pelanggan lainnya…”
Ack, ntah
kenapa dia tadi meninggikan suaranya tanpa sadar. Sakura cepat-cepat berbalik
untuk meminta maaf ke pegawai itu.
“Ak- aku
minta maaf…” Sakura mencolek Ino dengan sikunya. “Ayo Ino, kau juga minta maaf.
Karenamu kita jadi mengganggu…”
“Apa? Itu
salahmu membuat keributan dan berteriak, ya kan?!” Ino mendorong Sakura.
“Perhatikan apa yang kau katakan!”
Sakura dan
Ino saling melotot, dan tak lama kemudian saling menerjang. Mereka saling
menjambak rambut dan menarik baju.
“Awalnya
semua jadi seperti ini karena kau datang mengganggu!”
“Aku sudah
memberitahumu, aku yang menemukannya duluan!”
“Pelanggan
yang terhormat!” Pegawai yang panik itu mencoba melerai keduanya. “Tolong
berhenti, pelanggan yang terhormat!”
Ironisnya,
inilah satu-satunya di mana Sakura dan Ino menjadi akur.
“DIAM!”
Mereka berdua berteriak pada pegawai itu, dengan wajah bengis dan ekspresi
seperti iblis di wajah mereka.
Keheningan
yang mematikan menguasai di toko itu. Waktu seperti terhenti.
Pegawai yang
berusaha melerai mereka ternganga.
Tapi secepat
kilat, tubuhnya mengeras.
Saat Ino dan
Sakura tersadar dan meminta maaf padanya dengan suara yang sangat kecil, semua
sudah terlambat.
Mereka
berdua dilempar keluar toko.
Tapi…hanya
karena mereka diusir keluar, bukan berarti perdebatan mereka berakhir.
“Lihat apa
yang kau lakukan! Aku tidak percaya kalau kita diusir dari toko itu!”
“Lihat yang
kau lakukan! Padahal aku akhirnya menemukan hadiah pernikahan yang bagus!”
Sakura dan
Ino berdebat dengan suara tinggi di tengah jalan, tidak peduli pada mata banyak
orang yang penasaran dengat perdebatan mereka
“Menemukan?”
Cemooh Ino,
“Oh, itu adalah cara yang bagus untuk mengambil benda dari tangan
orang lain dengan kekuatan yang brutal! Lihatlah Sakura, kau tidak akan bisa
berkompromi tentang apapun! Kau tidak punya hati ataupun keinginan untuk
berkompromi, hanya kekuatan brutal itu dan tidak ada yang lainnya! Itu
benar-benar tidak membantumu!”
“Apa?! Punya
hati itu tidak ada urusannya dengan ini! Tolonglah dan berhenti mengatakan hal
yang macam-macam karena aku ini melampauimu dalam hal apapun!”
“Apa?! Apa
maksudmu dengan melampauiku dalam hal apapun? Kalau sudah soal siapa yang lebih
feminin, jelas aku yang melampauimu!”
“Kefemininan?”
Cemooh Sakura.
“Dimana? Kau itu menyolok dan norak!”
“Ah, dasar
pecundang!” Pekik Ino.
“Kalau sudah soal penampilan, selera fashion, menata
bunga, dan memasak, aku lebih baik dalam semua itu! Oh, tapi kalau soal
kekuatan monstermu, memang itu kemenanganmu.”
Ino, dasar
babi…!
Urat
kekesalan muncul di dahi Sakura. Tapi, dia belum kalah.
“Oh? Aku bisa
memasak, kau tahu? Dan kalau soal penampilan atau selera fashion, itu cuma hal
bodoh yang membuatmu khawatir. Kau tahu, karena hal-hal seperti itulah makanya
kau tidak lebih baik dariku.” Sakura menghela nafas berlebihan dan dramatis,
menggelengkan kepalanya dengan kekecewaan yang dibuat-buat.
“Hanya karena
orang-orang tidak akan pernah melihatmu dan lebih melihat wanita cerdas
sepertiku, bukan berarti kau harus mencaci makiku.”
Ino tidak
melakukan apapun selain tersentak.
“Ahh,
sebenarnya Sakura, aku baru saja punya pikiran ini hari ini. Seseorang yang
berbesar kepala hanya karena keunggulannya adalah kekuatan brutal, wanita
seperti itu tidak akan pernah dilamar, kan? Kasihan sekali…”
“Tidak akan
pernah dilamar?! Itu yang harusnya kukatakan padamu!”
“Eh? Oh,
maaf Sakura. Aku tidak bermaksud menyinggungmu, tapi sepertinya aku tidak
sengaja mengenai sasaran, huh? Aku minta maaf kalau aku menyakiti perasaanmu~”
“Kau…”
Mungkin Ino
menyebutkan hal yang sensitif karena argumen mereka pada dasarnya adalah
tentang hadiah pernikahan, tapi itu sudah kelewatan. Itu adalah lelucon
rendahan.
“Tapi
baiklah,” lanjut Ino. “Kurasa itu sangat jelas kalau hanya kepintaran dan
kekuatan brutal tidak bisa menjamin kau akan menjadi pengantin.”
Apa
sebenarnya kau ini, seorang master sarkasme? Pikir Sakura, tapi membalas tanpa
takut.
“Aku sudah
bilang berkali-kali kalau aku bisa memasak! Dan masakanku, paling tidak, lebih
baik darimu, Ino.”
“Maaf?
Sakura, kau tidak benar-benar berpikir bisa mengalahkanku dalam memasak, kan?”
“Tentu saja
aku bisa. Aku yakin aku tidak akan kalah denganmu!”
“Baiklah
kalau begitu. Kita lihat siapa yang lebih baik!”
Ino dan
Sakura saling melotot.
Ntah
bagaimana, hasil rasa gengsi dan keras kepala mereka adalah kompetisi memasak.
Hadiah
pernikahan, frame foto, dan yang lainnya sudah terlupakan sepenuhnya. Tidak ada
yang peduli bagaimana semuanya bisa berubah menjadi seperti ini.
Satu-satunya
yang membahanbakari kedua wanita itu adalah keinginan melakukan apapun dengan
kekuatan mereka untuk melenyapkan seringai sombong dari wajah rival mereka.
⁰â‚’⁰
Sakura dan
Ino.
Kompetisi
memasak yang akan mempertaruhkan kebanggaan mereka sebagai wanita kini dimulai.
…
Makanan
utama kompetisi itu adalah: pil tentara.
Pil tentara
itu berukuran kecil, terbuat dari makanan yang diawetkan, mudah dibawa, yang
sering digunakan oleh para shinobi.
Makanan
dengan nutrisi tinggi yang seimbang dihancurkan dan dikeringkan menjadi
bulatan. Pil-pil itu sangat terkenal dan digunakan di seluruh dunia shinobi
sebagai standar persediaan militer.
Akan tetapi,
dunia per-pil tentara-an ternyata sangatlah kompleks.
Tidak akan
berlebihan untuk mengatakan bahwa jumlah dari jenis pil tentara yang berbeda
setara dengan jumlah orang yang membuatnya. Ini karena bahan yang digunakan
dalam pil tentara, begitu juga dengan ukurannya, berbeda-beda tergantung
pembuatnya.
Contohnya,
ada orang-orang yang menggunakan bahan-bahan yang sesuai dengan resep rahasia
turun-temurun dari klan mereka. Dan ada juga mereka yang membuatnya begitu
besar seukuran bola nasi. Dan ada mereka yang membuat pil tentara untuk
konsumsi hewan, bukan manusia.
Pil tentara
adalah sejenis makanan yang kandungannya berubah karena banyak sekali faktor.
Resep tradisi keluarga, preferensi, kondisi fisik, taktik, lamanya misi,
kondisi cuaca…semua faktor ini berpengaruh pada setiap pil tentara.
Itulah
kenapa Ino dan Sakura memutuskan untuk menjadikan pil tentara sebagai hidangan
yang akan mereka kompetisikan.
Cepat
dibuat, dan mudah dimakan. Jangkauan yang luas dari resepnya membuat Sakura dan
Ino dapat menunjukkan kepribadian dan kemampuan mereka, dan dengan cepat dan
mudah menentukan yang mana yang unggul.
Sakura sudah
membeli bahan-bahannya, pulang ke rumah, dan langsung bekerja membuat pil
tentaranya.
Dia
menaburkan semua bahan-bahannya ke dalam mangkuk, dan berkonsentrasi penuh
untuk menghancurkannya dengan alu kayu. Pertama, ada biji wijen, almond dan
kenari. Bahan-bahan itu paling sering digunakan di Konoha.
“Kau tunggu
saja dan lihat!” Gumamnya sambil menumbuk bahan itu menjadi bubuk. “Aku akan
menunjukkan padamu kalau sudah soal masak, kemampuanku jelas lebih darimu!”
Seluruh
bahan yang digunakan untuk pil tentara umumnya dipersiapkan dengan cara yang
sama: menumbuknya hingga menjadi bubuk.
Sakura
menambahkan bahan yang sering digunakan lainnya, madu dan gula batu,
melanjutkan pekerjaannya. Sambil menumbuk bahan-bahan itu, pikirannya kembali
ke masa Akademi.
Kelas
Kunoichi di Akademi juga mengajarkan kunoichi muda hal seperti merangkai bunga
dan upacara teh. Kau harus mempelajari ilmu yang luas tentang budaya dan
perilaku. Kelas itu ada supaya kunoichi dapat dengan mudah menyusup ke wilayah
musuh tanpa terdeteksi, jadi perilaku dan pengetahuan mereka tidak akan
mengkianati naluri dalam diri mereka. Kau tidak akan menjadi kunoichi yang
sukses jika kau tidak tahu bagaimana cara berperilaku layaknya wanita normal.
Dan dari
banyak hal yang diajarkan di Kelas Kunoichi, tentu saja, diajarkan memasak.
Ino bersinar
di kelas memasak, resep-resepnya selalu berhasil.
Sakura,
sebaliknya, tidak bisa mengikuti kelas itu dengan mudah.
Dulu, Sakura
selalu tampak sesak napas melihat kepopuleran Ino.
Tapi
sekarang, semua sudah berbeda.
Sebagai
kunoichi, dan sebagai wanita, Sakura terus meningkatkan kemampuannya. Orang
yang dulu dikaguminya dari belakang menjadi seseorang yang bisa dihadapinya.
Dan sekarang, Sakura sudah mengambil selangkah lebih jauh dari Ino.
“Ino…dalam
memasak, dan dalam apapun yang menghalangiku, bersiaplah untuk melihat
punggungku! Ucap Sakura geram, penuh semangat bertarung sambil terus menumbuk
dengan alu kayunya.
Ino
mengatakan bahwa dia tidak akan menjadi pengantin- baiklah, Sakura tidak
menganggap itu serius. Tapi dia tidak akan kalah di kompetisi ini. Lihatlah,
Ino hanya terlalu terbawa rasa bahagia karena bisa sangat akrab dengan Sai
belakangan ini. Sakura tidak akan kalah melawan kebahagiaan yang tidak pasti
itu.
Kau akan
merasakan mekarnya kemurkaan wanita! Pikir Sakura kejam.
Memasak
mungkin sedikit berbeda dengan alasan kemarahannya yang sebenarnya, tapi di
sisi lain itu adalah sebuah kemenangan. Dan Sakura sudah mempersiapkan rencana
yang bisa menjamin kemenangannya.
“Fufufu…ini
dia.” Sakura tersenyum licik, memegang bahan yang merupakan kunci
kesuksesannya.
Bahan itu
adalah pudding.
Sakura sudah
berteman dengan Ino sejak masih anak-anak. Dia sangat tahu tentang kecintaan
Ino pada pudding. Faktanya, dia tahu semua kesukaan dan ketidaksukaan Ino.
Bagi
shinobi, informasi adalah segalanya. Tidaklah arogan bagi Sakura untuk berpikir
dia akan menang saat dia memiliki pengetahuan yang sempurna tentang selera Ino.
Penuh dengan
keyakinan yang berlebihan, Sakura menambahkan pudding ke adonan pil tentaranya.
Terkekeh, dia mencampurkannya dengan senyum gembira.
“Dengan ini,
kemenanganku terjamin!”
Selanjutnya
hanya tinggal membentuk adonan itu menjadi bulat sempurna dan mengeringkamya.
Dalam waktu
singkat, pil tentara manis rasa pudding buatan Sakura telah selesai.
⁰â‚’⁰
Beberapa
saat kemudian, di dekat toko tempat mereka diusir…
Ino sudah
berdiri ditempat yang sudah mereka janjikan untuk bertemu di salah satu jalan
Konoha.
Mata Sakura
bertemu mata Ino, dan Ino memberikan cengiran lebar.
“Kau muncul
juga rupanya, Sakura.” Ucap Ino,
“Dan disini aku mulai berpikir kalau kau sadar
tidak akan bisa menandingiku dan kabur.”
Aku bertaruh
kalau dia sengaja kesini lebih dulu supaya bisa mengatakan itu padaku…!Pikir
Sakura dalam hati, mendecakkan lidahnya.
Alasan dari
pikiran itu adalah karena Sakura datang tepat pada waktu yang telah mereka
sepakati. Dia sudah memutuskan untuk tidak menjadi tukang terlambat seperti
Kakashi-sensei.
Hal yang
sangat tidak penting untuk dilakukan…
Tapi, Sakura
tidak akan terprovokasi oleh trik murahan seperti ini. Kemenangan pada
kompetisi ini ada di tangannya. Ino bisa berkoar-koar selama dia masih bisa.
“Kemenangan
berpihak pada mereka yang menggunakan waktunya.” Ucap sakura menghadap Ino.
Ketenangannya sangat mengagumkan, dan dia penuh keyakinan terhadap
kemenangannya yang akan datang.
“Baiklah
kalau begitu, pertarungan kita dimulai.” Ino berkata dengan tenang.
“Jadi,
untuk memastikan pertandingan ini adil, kita harus memberikan pil tentara kita
ke pihak ketiga yang akan menilai yang mana yang paling enak.”
“HUH?!”
Sakura ternganga.
“Kau tidak akan memakannya?!”
Dalam
sekejap, kemenangan yang ada di tangan Sakura berubah menjadi butiran debu.
“Tentu saja
tidak.” Mata Ino melebar kaget karena reaksi Sakura.
“Bahkan jika kita saling
memakan buatan kita, ada kemungkinan kalau tidak ada satupun dari kita yang mau
memberikan kemenangan. Itulah kenapa kita membutuhkan pihak ketiga yang
objektif untuk menjadi jurinya.”
Alasan Ino
masuk akal. Sakura ternyata punya titik buta. Untuk berpikir bahwa Ino tidak
akan memakan pil tentaranya… keluar membeli puding tadi berati tidak ada
gunanya. Susah payah membuat pil tentara dengan rasa kesukaan Ino, benar-benar
tidak ada gunanya.
“Dilihat
dari reaksimu, Sakura…jangan bilang kau…” Ino memperhatikan Sakura, alisnya
berkernyit.
“…Kau tidak menaruh racun di dalam pil tentara itu, kan?”
“Mana
mungkin aku melakukan itu!”
Sekarang itu
keterlaluan. Bagaimana bisa Ino meragukan sahabatnya sendiri?
“Siapa
tahu…” Ucap Ino,
“Baiklah, tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, kurasa kita harus
memilih Chouji sebagai juri kita.”
“Tu- Tunggu
sebentar! Chouji kan teman satu timmu!”
“Itu kan
Chouji, jadi kalau sudah soal makanan, dia tidak akan pernah bohong, kau tahu?
Dia tidak akan berada di pihakku. Jadi kalau soal ini, Chouji adalah juri yang
paling bisa dipercaya, ya kan?”
Baiklah,
kalau memang seperti itu, siapapun akan setuju. Sakura setuju dengan alasan
Ino.
“Baiklah
kalau begitu, aku akan pergi dan membawa Chouji. Aku melihatnya di sekitar sini
beberapa saat lalu.” Ucap Ino, lalu menghilang.
Tak lama,
Sakura bisa mendengarnya datang kembali, sepertinya dengan Chouji karena dia
mendengar gerutuan ‘ikut saja dan cepat!’ atau ‘ini adalah kesempatan untuk
makan makanan rumah yang enak, kau tahu!’ dan yang lainnya.
Sepertinya
Chouji agak menolak sebagai juri.
Perlahan
tapi pasti, Chouji muncul di garis pandang Sakura, tubuh besarnya diseret ke
depan oleh Ino. Wajahnya tampak sangat murung. Ino pasti memaksanya untuk
berpartisipasi.
“Tunggu,
Ino.” Protesnya, “Aku kesini untuk makan eskrim.”
“Tidak
apa-apa. Kau selalu bilang kalau perutmu punya tempat khusus untuk dessert,
kan?”
“Yup. Itulah
kenapa aku bilang aku sudah makan dessert… Oh, Sakura.” Mata Chouji tertuju
pada wanita yang lainnya, dan segera memohon pertolongan padanya.
“Ino sangat
tidak mengerti aku. Dia mau menjadikanku kelinci percobaan untuk pil tentara.
Tolong aku, kumohon.”
“Jadi, Ino,”
ucap Sakura,
“Pil yang mana dulu yang kita berikan?”
Sakura
mengira Chouji akan mengatakan hal seperti “Oh, sial, ternyata kau juga!” tapi
ternyata, dia menurut.
“Oh baiklah,
kurasa aku juga punya tempat terpisah untuk pil tentara…” Ucap Chouji terdengar
meyakinkan.
Sakura
merasa yakin. Ino benar. Chouji akan menjadi juri yang adil dan tidak memihak
untuk mereka berdua.
Lagipula,
meskipun jika Ino tidak memakan pil tentara itu, itu tidak akan mengubah fakta
bahwa puddingnya akan membuatnya terasa manis dan enak. Dia pasti bisa menang.
Sakura mengepalkan tangannya erat.
“Okay, jadi,
Chouji, bisakah kau makan kedua pil itu dan beritahu kami mana yang lebih
enak?”
Ino
memberikan pil buatannya pada Chouji, dan Sakura juga memberikannya.
Chouji
melihat pil-pil di tangannya, matanya berkedip memperhatikannya satu-satu. Dia
menggerakkan pil tentara buatan Sakura ke mulutnya, dan menggigitnya. Dia hanya
menilai, jadi daripada langsung memakan semuanya, dia hanya menggigitnya
sedikit.
“I…ini…”
Mata Chouji melebar saat merasakannya.
Sakura
menunggu reaksinya dan…
“Enak! Ini
benar-benar enak! Ini begitu manis, dan melenyapkan rasa lelahku seketika!”
Chouji
merasa sangat puas, dia langsung melahap setengah pilnya lagi, dia tidak hanya
berhenti di situ, bahkan mengambil ekstra pil yang dibuat Sakura dari
tangannya, dan menelannya.
“Baiklah!”
Sakura berteriak, mengangkat kepalan tangannya di udara.
Lihatlah
baik-baik, Ino. Ini adalah pertunjukan dari kemampuanku!
Reaksi
positif Chouji sangat tidak terkira. Ino memelototinya dengan ekspresi
mengerikan di wajahnya, dan Sakura dapat mendengar gertakan gigi molar wanita
itu.
“Bagaimana?”
Tanya Sakura padanya,
“Mungkin lebih baik kau menerima kemenanganku sekarang?”
“Cho-Chouji,”
Ino tergugup.
“Ayo, cepat makan punyaku juga.”
Pipi Chouji
masih menggembung karena pil tentara buatan Sakura, tapi dia segera melahap pil
tentara buatan Ino. Dia langsung melahap semuanya, bukan menggigit sebagian
seperti tadi.
Dia melahap
lagi tiga, empat pil tentara buatan Ino. Mungkin supaya dia bisa merasakannya
dengan baik, karena pil tentara Sakura masih ada di mulutnya.
“Ya…ya…ya…!”
Mata Chouji melebar selebar cawan, dan dia mengangguk dengan kuat.
“Menakjubkan! Yang ini juga sangat manis dan enak!”
Chouji menelan
pil tentara yang memenuhi pipinya dalam sekali telan. Dan cengiran yang sangat
puas terukir di wajahnya.
Ino begitu
bersemangat dan menggebu-gebu, memaksa Chouji memberikan jawaban.
“Jadi, yang
mana? Yang mana yang lebih enak? Ayo cepat.”
“Hmm…dua-duanya
sangat manis dan enak, jadi sangat sulit untuk mengatakan mana yang lebih
enak.” Gumam Chouji. Dia memiringkan kepalanya bingung, menyilangkan tangannya
sambil mengunyah.
Satu per
satu, lebih banyak pil tentara buatan Sakura dan Ino masuk ke mulutnya,
dikunyah dan dinilai dengan hati-hati.
“Yeah, aku
rasa keduanya enak. Keduanya manis dan enak. Yup, sangat enak. En—geugh.” Kaki
Chouji tertekuk, dan dia terjatuh. Darah mengalir dari lubang hidungnya.
“Oh tidak!”
“Ad- ada
apa?!”
Chouji terkapar
lemas di tanah, matanya melebar. Sebuah pil tentara terlepas dari genggaman
tangannya yang melemah, itu milik Ino, Sakura menjerit.
“Racun!”
Jeritnya.
“Ino, kau! Kau menaruh racun di dalam pil itu, kan?!”
“Mana
mungkin aku melakukan itu! Kau pikir orang macam apa aku ini?!”
“Daripada
mengurus itu, kita harus memberikannya pertolongan! Chouji, sadarlah!”
Mulut Chouji
membuka sebagai respon suara Sakura.
“Meskipun
aku memiliki….banyak sekali…teman yang baik…” Gumamnya tak jelas, darah masih
mengalir dari hidungnya.
“Ada apa?!
Apa nyawamu sekarat?!”
“Tidaaaaaaaaaak,
Chouji jangan mati!” Ino menjerit,
“Sakura, cepat, lakukan sesuatu!”
Ino
menangis, tapi Sakura tidak mengerti kenapa Chouji bisa jadi seperti ini.
Chouji diperiksa, dia sangat sehat. Satu-satunya kemungkinan yang membuat
keadaannya seperti ini, tidak salah lagi, adalah pil tentara yang dimakannya.”
“Ja…jangan
ilang…” Sakura menelan ludah.
“Racun yang tidak diketahui…?”
Sakura
menatap Ino dengan tatapan yang menakutkan di wajahnya.
“Kenapa kau
mencurigaiku?!” Teriak Ino.
“Dia begini
setelah makan pil tentara buatanmu…”
“Kemungkinan
ini efek pilmu!”
“Tapi aku
tidak memasukkan racun apapun!”
“Aku sudah
memiliki…begitu banyak…teman…” Gumam Chouji mengigau.
“Ini buruk!
Nyawa Chouji sekarat lagi!”
“Kita tidak
punya waktu untuk memperdebatkan ini…!” Ucap Sakura pada dirinya sendiri, dan
mengumpulkan tekadnya.
Dia meraih
pil tentara buatan Ino.
“Apa yang
mau kau lakukan?!”
“Aku harus
mengetahui apa yang ada di pil ini, dan ini adalah cara terbaik untuk
melakukannya,” ucap Sakura, dan perlahan mengarahkan pil tentara itu mendekat
ke lidahnya.
“Jika ada racun di dalamnya, maka lidahku pasti akan mati rasa…”
Daripada
langsung memakannya, lebih baik dia mencobanya sedikit dan memeriksanya.
“Aku sudah
berkali-kali bilang kalau aku tidak memasukkan racun apapun ke pil itu! Ugh, ya
ampun!” Ino jugameraih pil tentara, tapi yang buatan Sakura. Dia juga menjilat
pil itu.
“Ada kemungkinan bahwa pilmu yang aneh!”
Sakura
memeriksa dengan hati-hati pil tentara itu, menahannya di lidahnya. Keringat
dingin mengucur di dahinya, tapi dia tetap mempertahankan pil itu pada
tempatnya dengan sungguh-sungguh.
Untuk
sesaat, hening.
Sakura
perlahan menghancurkan sedikit pil itu menjadi potongan kecil di tangannya.
Melihatnya melakukan itu, Ino juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua
memasukkan potongan yang sangat kecil dari pil tentara itu ke lidah mereka,
membolak-balikkannya.
“…ini enak.”
“…yeah.”
Keduanya
melempar sisa pil tentara itu ke mulut mereka, tidak bisa menahannya.
“Apa
ini…rasa ini, ini enak sekali!” Sakura bahkan tidak mencoba untuk
menyembunyikan keterjutannya sambil mengunyah.
“Ini juga,
aku sangat suka rasa ini!” Ino juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Tidak ada
racun sama sekali. Malah, pil tentara buatan Ino rasanya adalah rasa kesukaan
Sakura: bola anmitsu putih. Dengan kata lain, rasanya manis, sama seperti
buatan Sakura.
Lalu, kenapa
bisa…?
Tepat saat
Sakura memikirkan itu, Chouji sudah kembali bangkit.
“Chouji, kau
baik-baik saja?!”
“Ahh, itu
mengagetkanku.” Ucap Chouji, menyeka darah yang tadi mengalir dari hidungnya.
“Gula darahku tiba-tiba naik…huh, aku sampai mimisan.”
Jadi itu
penyebabnya: gula darah. Sekarang karena Chouji sudah mengatakannya, Sakura
juga mengerti.
Benar bahwa
kedua pil tentara itu sangatlah manis. Dan itu hanya satu buah pil. Chouji
memakan keduanya dalam jumlah banyak dan yang paling parah, sekaligus. Wajar
saja jika jumlah gula yang masuk ke metabolismenya menghasilkan pengaruh buruk.
Dan Chouji
bilang sebelumnya dia memakan eskrim. Tidak peduli seberapa rakusnya Chouji,
mengkonsumsi gula yang berlebihan sekaligus akan membawa efek buruk.
“Ahhhhh,
syukurlah, jadi karena itu…” Ino menghela nafasnya leda. Sakura meliriknya, dan
wanita itu tampak lega seperti beban yang berat sudah terangkat dari pundaknya.
“Yup, karena
itu. Tapi kau tahu, setelah makan pil-pil itu, aku jadi benar-benar ingin makan
pudding dan bola anmitsu putih. Hmm, setelah ini, mungkin aku akan pergi makan
kastanye manis?”
Sakura dan
Ino menatap Chouji, tercengang.
“Chouji, kau
bisa membunuh dirimu sendiri, kau tahu kan?!”
“Tidak
apa-apa.” Jawab Chouji.
“Makanan yang baru saja kumakan sudah tercerna
sekarang.”
“Itu adalah
sesuatu yang secara normalnya tidak mungkin…” Ino menatap Chouji, terkejut.
“Chouji, kau benar-benar menakjubkan….”
“Tapi hey,
Ino.” Sakura kemudian bertanya pada wanita itu.
“Kenapa harus repot-repot
membuat pil tentara dengan rasa kesukaanku?”
Ino-lah yang
mengatakan bahwa mereka harus punya pihak ketiga yang tidak memihak untuk
mencoba pil tentara itu supaya adil, jadi kenapa? Sakura sangat penasaran
dengan jawabannya.
Ino memasang
ekspresi tidak nyaman di wajahnya.
“Tidak ada
alasan tertentu… Aku tadinya berpikir mungkin akan bagus jika nanti aku
memberimu pil itu untuk kau makan mungkin…”
Pff, mana
mungkin.
Ino
memikirkan hal yang sama persis dengan Sakuea, dan memberikan rasa makanan
favorit lawannya pada pil tentaranya.
Jadi, pada
akhirnya, perdebatan mereka yang berawal dari meraih frame foto yang sama,
telah berakhir menjadi merencanakan strategi memasak yang sama.
Memikirkan
kebetulan yang menggelikan itu, Sakura tertawa.
“Ahahahaha,
ada apa dengan itu? Pada akhirnya, kau bahkan membuat strategi yang sama
denganku.”
Ino terbawa
oleh tawa Sakura, dan juga mulai terkikik.
“Fufu, yah,
bagaimanapun kita sudah bersama sejak lama. Bayangkan, berapa tahun yang sudah
kita habiskan bersama? Aku memikirkan semua yang kau pikirkan.”
“Kita berdua
begitu.” Tambah Sakura.
Mereka
berdua berhadapan dan tertawa sangat keras, saling mencengkram bahu. Akhirnya,
Sakura mulai tenang, dan menyeka jari-jarinya ke celananya.
“Baiklah
kalau begitu, sebagai orang yang berpikiran sama dengan mu, bisakah aku
mengatakan sesuatu?”
“Apa?”
“Apa tidak
sebaiknya kita mencari hadiah pernikahan bersama, kita akan bisa menemukan
sesuatu yang jauh lebih baik dari frame foto?”
“Tentu saja.
Jika kita mengkombinasikan selera fashionli denganmu, tidak akan ada yang bisa
menandingi!” Ucap Ino, mengedipkan mata dan memberikan cengiran.
“Baiklah!”
Sakura mengepalkan tangan ke udara penuh energi.
“Kalau begitu, ayo kita pergi
dan temukan hadiah pernikahan terbaik yang pernah ada!”
Ino
tersenyum melihat pemandangan itu. “Sejujurnya, Sakura…kau benar-benar sudah
menjadi kuat dan harus diperhitungkan.” Dia melihat Sakura dengan wajah yang
tiba-tiba sayu dan serius.
“Kau dulu adalah anak cengeng. Orang-orang selalu
memanggilmu ‘gadis jidat’ atau ‘jidat revolusi’, dan kau akan langsung
menangis…”
“Tunggu,
Ino!” Seru Sakura.
“Apa maksudmu ‘jidat revolusi’?! Jangan tiba-tiba
membuat-buat nama yang tidak ada! Kalu dipikir-pikir, namu itu baru saja kau
buat, kan?!”
Ino
menjulurkan lidahnya.
“Ap- Kau!
Kembali kesini sekarang!”
“Ahahaha,
belajarlah untuk menerima lelucon!”
Suara mereka
bercampur dengan keramaian Konoha, tapi mereka terdengar sangat senang..
Sakura dan
Ino.
Keduanya
akan selalu menjadi rival. Dan, akan selalu menjadi sahabat terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar