New
GURU LEGENDARIS
Aku senang
aku memilih pekerjaan ini.
Jika kau
belum bisa memiliki pemikiran itu dengan rasa bangga yang menggelora dalam
dadamu, maka hidupmu belum benar-benar bahagia. Ini karena sebuah pekerjaan
adalah sesuatu yang kau pilih untuk jalani demi dirimu sendiri, begitu juga
demi yang lain.
Atau paling
tidak, itulah jalan pikiran Umino Iruka.
Dan
sekarang, Iruka sangat bahagia. Hatinya penuh dengan rasa bangga saat
memikirkan itu.
Pemicu dari
ledakan kegembiraan itu adalah ini: dia melirik ke tiga suku kata yang berada
di Daftar Topping Paling Populer di Ichiraku Ramen: Na-ru-to.
Hanya
meliriknya membuat Iruka langsung memikirkan pernikahan Naruto dan Hinata yang
akan datang, dan sebelum dia menyadarinya, dia diliputi dengan emosi.
Bukan karena
dia mudah tersentuh dengan usianya yang sudah menua. Itu karena emosi yang
meliputi Iruka adalah sesuatu yang mirip dengan kasih sayang dan cinta orang
tua.
Dan suatu
hal telah terjadi yang membuatnya lebih kebingungan.
Di hari
lain, Iruka adalah sedang berada di ruang staf Akademi seperti biasa,
mengerjakan beberapa dokumen. Naruto datang menemuinya dengan ekspresi yang
sangat berbeda, dia mengatakan kalau dia ingin bertanya sesuatu pada Iruka,
sesuatu mengenai pernikahannya.
Iruka sudah
memberitahu Naruto bahwa dia pasti akan datang ke pernikahannya, jadi dia tidak
bisa mengira sama sekali apa yang akan ditanyakannya.
Iruka
bertanya padanya mengenai apa yang akan dibicarakannya, dan Naruto tiba-tiba
berseru:
Aku ingin
kau datang ke pernikahanku sebagai ayahku.
Detik Iruka
mendengar itu, cengiran lebar terpatri di wajahnya: Serahkan itu padaku!
Iruka bahkan
melontarkan lelucon saat dia mengantar Naruto keluar: ‘Kau datang dengan wajah
yang serius, kukira kau mau memntaku untuk mentraktirmu ramen lagi.’
Menit sosok
Naruto menghilang dari pandangannya, Iruka menangis di depan umum.
Bertahun-tahun
dia menjadi seorang guru, tidak ada yang membuatnya merasa sebahagia ini.
Jalan yang
kupilih tidak salah, pikir Iruka sambil menitikkan airmata yang tampak tidak
ada habisnya.
Dan
sekarang, meskipun hanya karena melihat kata ‘naruto’ tertulis di Ichiraku
Ramen, Iruka merasakan matanya memanas lagi. Dia bahkan memesan topping naruto
lagi.
Itu karena
Naruto adalah murid kesayangan yang spesial bagi Iruka.
Tentu saja,
Iruka bukan tipe guru yang memberikan perlakuan spesial pada salah satu
muridnya. Dia tidak pernah membeda-bedakan muridnya.
Tapi Naruto
bukan hanya murid kesayangannya. Bahkan di antara semua orang yang Iruka kenal,
Naruto adalah seseorang yang spesial baginya.
Meskipun
dulunya tidak begitu.
Waktu
pertama kali Iruka menjadi guru Naruto, perasaannya campur aduk.
Kapanpun
Iruka melihat wajah Naruto, wajah mendiang kedua orang tuanya tidak pernah
gagal muncul di benaknya.
Iruka adalah
shinobi yang unggul. Orang tuanya juga unggul, dan itulah sebagian alasan
kenapa saat Iruka masih muda, mereka pergi ke medan perang dan tidak pernah
keambali.
Saat desa
diserang Monster Serigala, orang tua Iruka pergi menuju garis depan untuk
melindungi Iruka, dan semua orang, dari serangan itu. Mereka bertarung hingga
titik darah penghabisan.
Dan sejak
saat itu, Iruka menjalani sisa masa remajanya tanpa ada yang memujinya, tanpa
ada yang mengakuinya. Setiap saat dia pulang ke rumahnya yang gelap dan kosong,
dia memikirkan kedua orang tuanya.
Tapi tahun
demi tahun berlalu, dan Iruka menjadi seorang guru. Dan siapa lagi yang muncul
di depannya sebagai murid selain Naruto?
Iruka tahu
bahwa Monster Serigala, Kyuubi, disegel dalam tubuh Naruto. Dan dia juga sangat
sadar bahwa Naruto tidak melakukan kesalahan apapun, dan tidak ada yang perlu
disalahkan darinya.
Meskipun dia
mengerti itu…meskipun bertahun-tahun sudah berlalu dan dia seharusnya sudah
bisa menerima kenyataan…pikirannya mengerti, tapi hatinya gelisah.
Ayahnya
adalah pria pendiam yang hebat. Ibunya adalah wanita yang sabar, sayang
keluarga, dan handal. Mereka berdua adalah jounin yang sangat dipercaya oleh
banyak orang.
Kapanpun
Iruka bermain dengan teman-temannya, dia tidak pernah berhenti mebicarakan
orang tuanya dengan rasa bangga yang memancar. Dia ingin cepat tumbuh besar dan
menjadi shinobi yang hebat juga, jadi dia bisa mendukung kedua orang tuanya.
Tapi, dalam
sekejap mata, Monster Serigala muncul di desa, dengan lolongan yang dapat
membekukan darah yang bisa menembus surga dalam diri mereka.
Ibunya
mengalami luka parah karena berusaha melindunginya. Setiap inchi tubuh ayahnya
penuh dengan darah, tapi dia masih berjuang untuk melawan.
Sosok orang
tuanya mulai menghilang dan menjauh…dan kemudian Iruka akan terbangun, kembali
di kamarnya yang gelap.
Itu adalah
mimpi buruk, dia mengalaminya dari dulu hingga sekarang, sejak masih muda.
Tapi setelah
Naruto menjadi muridnya, Iruka mulai melihat mimpi buruk itu setiap malam.
Mimpi buruk
itu benar-benar membuat emosinya terkuras, dan Iruka menemukan dirinya mulai
menghindari Naruto secara tidak sadar.
Naruto
terus-menerus membuat lelucon, dan membuat teman-teman sekelasnya tidak
menyukainya.
Tapi teman
sekelasmu harusnya menjadi rekanmu.
Tapi Iruka
tidak bisa melakukan apapun. Yang bisa dilakukannya hanya melihat.
Keyakinannya
sebagai seorang guru perlahan hancur.
Dia
benar-benar tidak berguna.
Hingga suatu
saat, Iruka menyadari satu hal:
Naruto sama
denganku.
Rasa sakit
menjalani setiap harinya tanpa ada orang yang memujimu, tanpa ada yang
mengakuimu– Aku tahu rasa sakit itu lebih daripada yang lain, lalu kenapa aku
tidak menyadari ini sampai sekarang?
Setelah itu,
Iruka tidak pernah lagi menghindari Naruto. Secepatnya, mimpi buruknya juga
menghilang.
Tapi
bagimana jika…? Bagaimana jika aku tidak menyadari itu?
Bahkan
sekarang, pikiran itu terkadang mengganggu Iruka. Jika dia tidak menyadari itu,
makan mungkin Iruka akan menjadi orang yang hanya memikirkan diri sendiri, yang
selalu merasa bahwa hanya dia yang berada dalam posisi yang menyedihkan. Dia
bisa menjadi yang terendah di antara yang terendah, orang bodoh yang tidak
menyadari rasa sakit orang lain selain dirinya.
Iruka
percaya bahwa berkat Naruto dia bisa lepas dari takdir itu.
Bertemu
Naruto adalah sesuatu yag mengubah hidupnya.
Tidak
berlebihan untuk mengatakan bahwa Naruto-lah alasan Iruka memutuskan untuk
menjadi guru seumur hidupnya. Sebegitu pentinglah kehadiran Naruto bagi Iruka.
Saat itu–
Itu karena
dia memikirkan masa lalu. Wajah seorang pria muncul di benak Iruka.
Nama pria
itu: Mizuki. Dia adalah pria yang selalu mendapatkan nilai yang tinggi, dan
dianugerahi bakat ninjutsu.
Mizuki
adalah seseorang yang dikenal Iruka sejak kecil. Mereka melamar menjadi guru
bersama, bekerja menjadi guru bersama, dan saling membantu. Mizuki selalu
tersenyum dan berbicara halus, tidak seperti Iruka yang suka mengomel, dia
selalu menjadi guru popular di antara para murid.
Tapi, Mizuki
memiliki sisi lain dalam dirinya, berbeda dengan wajah tersenyum yang
ditunjukkannya pada murid-muridnya.
Dia penuh
dengan rasa iri, pria yang tidak bisa mempercayai dirinya sendiri.
Tidak ada
yang pernah benar-benar memahami aku yang sebenarnya. Aku yang sebenarnya jauh
lebih menakjubkan. Aku tidak tampak seperti yang seharusnya. Aku bukan manusia
kecil yang bisa dipojokkan seperti ini. Semua orang di desa meremehkanku.
Mizuki hanya
mengeluarkan kalimat itu dari mulutnya ketika bersama Iruka.
Singkatnya,
Mizuki juga termasuk orang yang kesusahan karena tidak ada orang yang
mengakuinya.
Itulah
mengapa Mizuki berubah menjadi seseorang yang mengejar keinginannya dengan cara
yang buruk, hanya memedulikan hasil. Saat hal-hal tidak berjalan dengan baik,
dia menyalahkan orang lain, dia tumbuh menjadi orang yang iri dan pendendam,
dan dia tidak menjauhi sifat buruknya yang membuatnya tersesat.
Pada
akhirnya, Mizuki mengambil jalur yang salah sebagai shinobi.
Mizuki,
pikir Iruka, untuk menjadi seorang guru, tidak ada hasil yang instan.
Hasil apapun
dari yang kau ajarkan akan terlihat lima atau sepuluh tahun– tidak, untuk kasus
tertentu bahkan membutuhkan waktu lebih. Itu tergantung bagaimana anak-anak itu
diajarkan dan dibesarkan, dan seperti apa mereka dewasa nanti. Hasil dari yang
kau ajarkan akan melihat kehidupan yang dijalani murid-murid kita saat mereka
dewasa nanti.
Tapi, jika
kau tidak bisa melihat itu, tentu saja kau tidak akan mengerti.
Sekarang,
Naruto begitu terkenal hingga tidak ada seorangpun di desa yang tidak mengenal
namanya. Semua orang mengakuinya.
Naruto, yang
selalu di-bully dan ditertawakan sejak masih sangat kecil, yang menjalani
hari-hari terisolir dari yang lain. Naruto
Apa Mizuki
bisa memprediksi masa depan Naruto ini? Tidak, dia tidak akan bisa.
Seseorang
yang tidak menghabiskan bertahun-tahun menjadi guru tidak akan bisa melihat apa
yang Iruka lihat sekarang, masa depan murid-murid itu terbentang di depan
matanya. Perasaan ini, emosi ini, tidak akan ada yang mungkin bisa mengerti.
Aku ingin
kau merasakan ini juga…Mizuki.
⁰â‚’⁰
Saat Iruka
meninggalkan Ichiraku. Hari sudah gelap. Dia segera menuju rumah, merasakan
angin malam berhembus di punggungnya.
Hadiah
pernikahan Naruto dan Hinata berada di dalam kantong depan rompinya. Rasanya
senang merasakan massa yang berat dari
benda yang sangat penting di dadanya.
Dia merasa
bahwa dia adalah pria yang sangat bahagia. Bukan hanya Naruto yang masih
memberikan kasih sayangnya pada Iruka setelah lulus, tapi muridnya yang lain
juga. Tidak ada kebahagiaan yang lebih daripada itu di dunia ini.
Naruto sangat
sering menemui Iruka, mengajaknya pergi dan makan ramen bersama. Tapi, di masa
depan, Hinata mungkin akan membuatkan makanan untuknya di rumah, jadi kalau
Naruto masih sering makan di luar, Hinata kemungkinan akan marah padanya.
Memikirkan
itu, Iruka tidak bisa melakukan apapun selain tertawa. Mood bagusnya membuatnya
bisa melajutkan perjalanan pulang.
Iruka
memasuki rumahnya yang gelap dan kosong, dan menghidupkan lampu.
Ada sebuah
sikat gigi yang terletak dalam sebuah cup di sebelah wastafelnya. Dia rasa dia
harus menggantinya nanti.
Secangkir
teh yang baru setengah diminum tergeletak, terlupakan, di atas mejanya.
Iruka
menyadarari bahwa dia lupa mengangkat jemurannya, dan bergerak untuk
mengambilnya. Pakaian dalamnya sudah membeku karena terjemur di udara malam.
Ada percikan
noda akibat tetesan air dari bak cuci piringnya.
Itu adalah
malam yang sunyi.
Iruka
menghela nafas, mendongak ke langit-langit yang rendah.
Sepertinya
sudah tinggal menghitung waktu bagiku untuk mulai serius mencari pasangan
hidup…
Untuk alasan
tertentum pikiran yang melintasi benaknya itu terasa kuat hari ini.
Iruka
mengepalkan tangannya, dan bergumam pada dirinya sendiri:
“Baiklah,
ayo jangan kalah dengan Naruto…!”
⁰â‚’⁰
Itu adalah
pernyataan yang sangat diam-diam.
Bagaimana
nanti jadinya, biarlah Iruka yang mengurusnya.
sedih ih beneran pas naruto bilang "datang ke pernikahan sebagai ayahku" ðŸ˜
BalasHapus