Novel Konoha Hiden Chapter 6 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Senin, 25 April 2016

Novel Konoha Hiden Chapter 6





GURU LEGENDARIS


 

Aku senang aku memilih pekerjaan ini.


 

Jika kau belum bisa memiliki pemikiran itu dengan rasa bangga yang menggelora dalam dadamu, maka hidupmu belum benar-benar bahagia. Ini karena sebuah pekerjaan adalah sesuatu yang kau pilih untuk jalani demi dirimu sendiri, begitu juga demi yang lain.

 

Atau paling tidak, itulah jalan pikiran Umino Iruka.

 

Dan sekarang, Iruka sangat bahagia. Hatinya penuh dengan rasa bangga saat memikirkan itu.

 

Pemicu dari ledakan kegembiraan itu adalah ini: dia melirik ke tiga suku kata yang berada di Daftar Topping Paling Populer di Ichiraku Ramen: Na-ru-to.

 

Hanya meliriknya membuat Iruka langsung memikirkan pernikahan Naruto dan Hinata yang akan datang, dan sebelum dia menyadarinya, dia diliputi dengan emosi.

 

Bukan karena dia mudah tersentuh dengan usianya yang sudah menua. Itu karena emosi yang meliputi Iruka adalah sesuatu yang mirip dengan kasih sayang dan cinta orang tua.

 

Dan suatu hal telah terjadi yang membuatnya lebih kebingungan.

 

Di hari lain, Iruka adalah sedang berada di ruang staf Akademi seperti biasa, mengerjakan beberapa dokumen. Naruto datang menemuinya dengan ekspresi yang sangat berbeda, dia mengatakan kalau dia ingin bertanya sesuatu pada Iruka, sesuatu mengenai pernikahannya.

 

Iruka sudah memberitahu Naruto bahwa dia pasti akan datang ke pernikahannya, jadi dia tidak bisa mengira sama sekali apa yang akan ditanyakannya.

 

Iruka bertanya padanya mengenai apa yang akan dibicarakannya, dan Naruto tiba-tiba berseru:

 

Aku ingin kau datang ke pernikahanku sebagai ayahku.

 

Detik Iruka mendengar itu, cengiran lebar terpatri di wajahnya: Serahkan itu padaku!

 

Iruka bahkan melontarkan lelucon saat dia mengantar Naruto keluar: ‘Kau datang dengan wajah yang serius, kukira kau mau memntaku untuk mentraktirmu ramen lagi.’

 

Menit sosok Naruto menghilang dari pandangannya, Iruka menangis di depan umum.

 

Bertahun-tahun dia menjadi seorang guru, tidak ada yang membuatnya merasa sebahagia ini.

 

Jalan yang kupilih tidak salah, pikir Iruka sambil menitikkan airmata yang tampak tidak ada habisnya.

 

Dan sekarang, meskipun hanya karena melihat kata ‘naruto’ tertulis di Ichiraku Ramen, Iruka merasakan matanya memanas lagi. Dia bahkan memesan topping naruto lagi.

 

Itu karena Naruto adalah murid kesayangan yang spesial bagi Iruka.

 

Tentu saja, Iruka bukan tipe guru yang memberikan perlakuan spesial pada salah satu muridnya. Dia tidak pernah membeda-bedakan muridnya.

 

Tapi Naruto bukan hanya murid kesayangannya. Bahkan di antara semua orang yang Iruka kenal, Naruto adalah seseorang yang spesial baginya.

 

Meskipun dulunya tidak begitu.

 

Waktu pertama kali Iruka menjadi guru Naruto, perasaannya campur aduk.

 

Kapanpun Iruka melihat wajah Naruto, wajah mendiang kedua orang tuanya tidak pernah gagal muncul di benaknya.

 

Iruka adalah shinobi yang unggul. Orang tuanya juga unggul, dan itulah sebagian alasan kenapa saat Iruka masih muda, mereka pergi ke medan perang dan tidak pernah keambali.

 

Saat desa diserang Monster Serigala, orang tua Iruka pergi menuju garis depan untuk melindungi Iruka, dan semua orang, dari serangan itu. Mereka bertarung hingga titik darah penghabisan.

 

Dan sejak saat itu, Iruka menjalani sisa masa remajanya tanpa ada yang memujinya, tanpa ada yang mengakuinya. Setiap saat dia pulang ke rumahnya yang gelap dan kosong, dia memikirkan kedua orang tuanya.

 

Tapi tahun demi tahun berlalu, dan Iruka menjadi seorang guru. Dan siapa lagi yang muncul di depannya sebagai murid selain Naruto?

 

Iruka tahu bahwa Monster Serigala, Kyuubi, disegel dalam tubuh Naruto. Dan dia juga sangat sadar bahwa Naruto tidak melakukan kesalahan apapun, dan tidak ada yang perlu disalahkan darinya.

 

Meskipun dia mengerti itu…meskipun bertahun-tahun sudah berlalu dan dia seharusnya sudah bisa menerima kenyataan…pikirannya mengerti, tapi hatinya gelisah.

 

Ayahnya adalah pria pendiam yang hebat. Ibunya adalah wanita yang sabar, sayang keluarga, dan handal. Mereka berdua adalah jounin yang sangat dipercaya oleh banyak orang.

 

Kapanpun Iruka bermain dengan teman-temannya, dia tidak pernah berhenti mebicarakan orang tuanya dengan rasa bangga yang memancar. Dia ingin cepat tumbuh besar dan menjadi shinobi yang hebat juga, jadi dia bisa mendukung kedua orang tuanya.

 

Tapi, dalam sekejap mata, Monster Serigala muncul di desa, dengan lolongan yang dapat membekukan darah yang bisa menembus surga dalam diri mereka.

 

Ibunya mengalami luka parah karena berusaha melindunginya. Setiap inchi tubuh ayahnya penuh dengan darah, tapi dia masih berjuang untuk melawan.

 

Sosok orang tuanya mulai menghilang dan menjauh…dan kemudian Iruka akan terbangun, kembali di kamarnya yang gelap.

 

Itu adalah mimpi buruk, dia mengalaminya dari dulu hingga sekarang, sejak masih muda.

 

Tapi setelah Naruto menjadi muridnya, Iruka mulai melihat mimpi buruk itu setiap malam.

 

Mimpi buruk itu benar-benar membuat emosinya terkuras, dan Iruka menemukan dirinya mulai menghindari Naruto secara tidak sadar.

 

Naruto terus-menerus membuat lelucon, dan membuat teman-teman sekelasnya tidak menyukainya.

 

Tapi teman sekelasmu harusnya menjadi rekanmu.

 

Tapi Iruka tidak bisa melakukan apapun. Yang bisa dilakukannya hanya melihat.

 

Keyakinannya sebagai seorang guru perlahan hancur.

 

Dia benar-benar tidak berguna.

 

Hingga suatu saat, Iruka menyadari satu hal:

 

Naruto sama denganku.

 

Rasa sakit menjalani setiap harinya tanpa ada orang yang memujimu, tanpa ada yang mengakuimu– Aku tahu rasa sakit itu lebih daripada yang lain, lalu kenapa aku tidak menyadari ini sampai sekarang?

 

Setelah itu, Iruka tidak pernah lagi menghindari Naruto. Secepatnya, mimpi buruknya juga menghilang.

 

Tapi bagimana jika…? Bagaimana jika aku tidak menyadari itu?

 

Bahkan sekarang, pikiran itu terkadang mengganggu Iruka. Jika dia tidak menyadari itu, makan mungkin Iruka akan menjadi orang yang hanya memikirkan diri sendiri, yang selalu merasa bahwa hanya dia yang berada dalam posisi yang menyedihkan. Dia bisa menjadi yang terendah di antara yang terendah, orang bodoh yang tidak menyadari rasa sakit orang lain selain dirinya.

 

Iruka percaya bahwa berkat Naruto dia bisa lepas dari takdir itu.

 

Bertemu Naruto adalah sesuatu yag mengubah hidupnya.

 

Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Naruto-lah alasan Iruka memutuskan untuk menjadi guru seumur hidupnya. Sebegitu pentinglah kehadiran Naruto bagi Iruka.

 

Saat itu–

 

Itu karena dia memikirkan masa lalu. Wajah seorang pria muncul di benak Iruka.

 

Nama pria itu: Mizuki. Dia adalah pria yang selalu mendapatkan nilai yang tinggi, dan dianugerahi bakat ninjutsu.

 

Mizuki adalah seseorang yang dikenal Iruka sejak kecil. Mereka melamar menjadi guru bersama, bekerja menjadi guru bersama, dan saling membantu. Mizuki selalu tersenyum dan berbicara halus, tidak seperti Iruka yang suka mengomel, dia selalu menjadi guru popular di antara para murid.

 

Tapi, Mizuki memiliki sisi lain dalam dirinya, berbeda dengan wajah tersenyum yang ditunjukkannya pada murid-muridnya.

 

Dia penuh dengan rasa iri, pria yang tidak bisa mempercayai dirinya sendiri.

 

Tidak ada yang pernah benar-benar memahami aku yang sebenarnya. Aku yang sebenarnya jauh lebih menakjubkan. Aku tidak tampak seperti yang seharusnya. Aku bukan manusia kecil yang bisa dipojokkan seperti ini. Semua orang di desa meremehkanku.

 

Mizuki hanya mengeluarkan kalimat itu dari mulutnya ketika bersama Iruka.

 

Singkatnya, Mizuki juga termasuk orang yang kesusahan karena tidak ada orang yang mengakuinya.

 

Itulah mengapa Mizuki berubah menjadi seseorang yang mengejar keinginannya dengan cara yang buruk, hanya memedulikan hasil. Saat hal-hal tidak berjalan dengan baik, dia menyalahkan orang lain, dia tumbuh menjadi orang yang iri dan pendendam, dan dia tidak menjauhi sifat buruknya yang membuatnya tersesat.

 

Pada akhirnya, Mizuki mengambil jalur yang salah sebagai shinobi.

 

Mizuki, pikir Iruka, untuk menjadi seorang guru, tidak ada hasil yang instan.

 

Hasil apapun dari yang kau ajarkan akan terlihat lima atau sepuluh tahun– tidak, untuk kasus tertentu bahkan membutuhkan waktu lebih. Itu tergantung bagaimana anak-anak itu diajarkan dan dibesarkan, dan seperti apa mereka dewasa nanti. Hasil dari yang kau ajarkan akan melihat kehidupan yang dijalani murid-murid kita saat mereka dewasa nanti.

 

Tapi, jika kau tidak bisa melihat itu, tentu saja kau tidak akan mengerti.

 

Sekarang, Naruto begitu terkenal hingga tidak ada seorangpun di desa yang tidak mengenal namanya. Semua orang mengakuinya.

 

Naruto, yang selalu di-bully dan ditertawakan sejak masih sangat kecil, yang menjalani hari-hari terisolir dari yang lain. Naruto

 

Apa Mizuki bisa memprediksi masa depan Naruto ini? Tidak, dia tidak akan bisa.

 

Seseorang yang tidak menghabiskan bertahun-tahun menjadi guru tidak akan bisa melihat apa yang Iruka lihat sekarang, masa depan murid-murid itu terbentang di depan matanya. Perasaan ini, emosi ini, tidak akan ada yang mungkin bisa mengerti.

 

Aku ingin kau merasakan ini juga…Mizuki.

 

⁰â‚’⁰

Saat Iruka meninggalkan Ichiraku. Hari sudah gelap. Dia segera menuju rumah, merasakan angin malam berhembus di punggungnya.

 

Hadiah pernikahan Naruto dan Hinata berada di dalam kantong depan rompinya. Rasanya senang merasakan massa yang berat dari 

 

benda yang sangat penting di dadanya.

 

Dia merasa bahwa dia adalah pria yang sangat bahagia. Bukan hanya Naruto yang masih memberikan kasih sayangnya pada Iruka setelah lulus, tapi muridnya yang lain juga. Tidak ada kebahagiaan yang lebih daripada itu di dunia ini.

 

Naruto sangat sering menemui Iruka, mengajaknya pergi dan makan ramen bersama. Tapi, di masa depan, Hinata mungkin akan membuatkan makanan untuknya di rumah, jadi kalau Naruto masih sering makan di luar, Hinata kemungkinan akan marah padanya.

 

Memikirkan itu, Iruka tidak bisa melakukan apapun selain tertawa. Mood bagusnya membuatnya bisa melajutkan perjalanan pulang.

 

Iruka memasuki rumahnya yang gelap dan kosong, dan menghidupkan lampu.

 

Ada sebuah sikat gigi yang terletak dalam sebuah cup di sebelah wastafelnya. Dia rasa dia harus menggantinya nanti.

 

Secangkir teh yang baru setengah diminum tergeletak, terlupakan, di atas mejanya.

 

Iruka menyadarari bahwa dia lupa mengangkat jemurannya, dan bergerak untuk mengambilnya. Pakaian dalamnya sudah membeku karena terjemur di udara malam.

 

Ada percikan noda akibat tetesan air dari bak cuci piringnya.

 

Itu adalah malam yang sunyi.

 

Iruka menghela nafas, mendongak ke langit-langit yang rendah.

 

Sepertinya sudah tinggal menghitung waktu bagiku untuk mulai serius mencari pasangan hidup…

 

Untuk alasan tertentum pikiran yang melintasi benaknya itu terasa kuat hari ini.

 

Iruka mengepalkan tangannya, dan bergumam pada dirinya sendiri:

 

“Baiklah, ayo jangan kalah dengan Naruto…!”

 

⁰â‚’⁰


Itu adalah pernyataan yang sangat diam-diam.


Bagaimana nanti jadinya, biarlah Iruka yang mengurusnya.

 

Lanjut Chapter 7 

1 komentar:

  1. sedih ih beneran pas naruto bilang "datang ke pernikahan sebagai ayahku" 😭

    BalasHapus