Novel Kakashi Hiden Chapter 11 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Minggu, 24 April 2016

Novel Kakashi Hiden Chapter 11



MATA ES

 Kakashi dibawa ke tempat penyimpanan bahan makanan di dapur. 2 shinobi musuh dengan keras menendangnya ke dalam ruangan itu, lalu 'kachan' terdengarlah suara mengunci pintu, ya, mereka mengunci Kakashi dalam ruangan. Shinobi musuh menertawai dan mencemooh: 

 

"Percaya nggak sih? Kami menangkap Hatake Kakashi yang itu lho!"Mereka terus berteriak dan mengejek.

 

Rekan musuh yang lain bahkan tertawa lebih keras: 

 

"Ya! Aliansi Persenjataan Ryuuha memang yang terbaik!"

 

Sementara itu, tekanan atmosfer dalam kapal menurun. Sudah jelas oksigen-nya bakalan tak cukup. Jika otak tidak mendapat pasokan oksigen, manusia akan berperilaku abnormal dan sensasional. 

 

Shinobi musuh terus mengejek Kakashi, menendang dan menggedor-gedor pintu. Kakashi tetap memikirkan situasinya. Mood Kakashi buruk, kemampuan konsentrasi dan bakat penilaiannya mulai menurun karena kekurangan oksigen. Badannya tak bertenaga, kesadarannya bisa saja menghilang. Tak lama lagi, bahkan bisa mengalami koma atau pingsan. Kemungkinan terburuknya, bisa mati.

 

Dan, karena situasinya berisiko tinggi bagi Kakashi, ia memutuskan untuk segara mengambil tindakan. Sebagai antisipasinya ia menganggap musuh akan kehilangan kemampuan penilaian situasinya.

 

Kakashi mengamati tumpukan sayuran dan daging di rak, ada juga botol susu sapi. Setelah berpikir sebentar, ia memutuskan untuk menggunakan botol susu itu.

 

Dia mengambil botol pertama, lalu mencabut penutup gabusnya. Diiringi suara 'gokugoku' suara tegukan berulang, ia meminumnya. Setelah itu, ia mengambil botol lagi. Namun, ia menahan susu itu dalam mulutnya.

 

Setelah menyiapkan mental dan menyiapkan diri, ia kemudian membuat suara tersedak sekeras mungkin. Dia memuntahkan susu yang ditahan di mulutnya tadi. Dia berusaha untuk batuk sekeras-kerasnya dengan suara tersedak. Dia memuntahkan susu lagi yang ditahan di mulutnya.

 

Setelah mengulanginya sebanyak 3 kali, situasi di luar pintu menjadi tenang. 

 

Kakashitahu bahwa musuh mendengarkannya dengan hati-hati.

 

Tanpa menunda, dia memposisikan tubuhnya seperti tulisan "" (menyiku). Dia berbaring di lantai.

 

Dengan segera, penutup jendela yang berada bagian atas pintu terbuka. Telihat bola mata musuh mengintip, menatap pergerakan  Kakashi.

 

"Oi... apa yang terjadi?"

 

"Uuu... uuuuu..." Kakashi pura-pura sakit.

 

Berpura-pura menutup mulutnya, ia memasukan jari ke tenggorokannya. Kakashi kemudian berhasil memuntahkan sebagian susu yang telah ia minum beberapa waktu yang lalu.

 

"Ap- Apa?" Shinobi musuh melihat Kakashi tersedak dan memuntahkan zat putih dari mulutnya. Shinobi musuh terkejut. 

 

"Kakashi muntah!" teriak mereka.

 

"Ke- Kepalaku sakit..." Kakashi gagap berbicara dengan napas yang berat.

 

"Ke- Ketinggian kapal... meningkat..."

 

"Apa, apa yang ingin kau katakan?"

 

"Tidak kah... Kalian semua... mengerti? ... Dengan atmosfer yang tipis ini... Kapal ini... mungkin... sekarang... melebihi ketinggian 18.000 meter..."

 

Tentu saja, Kakashi berbohong.

 

"Terus gimana?" Musuh malah bingung. 

 

"Kalau ketinggiannya segitu, lalu apa hubungan dengan muntah-muntahmu?"

 

"Hah, kalian tidak mengerti? ... Ketinggian 19.000 merupakan titik didih darah... Suhunya akan sama dengan suhu tubuh manusia"

 

Ini adalah fakta.

 

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" Musuh belum paham intinya. 

 

"Meski begitu, kau takkan muntah, kan?"

 

"Menurut pengamatanmu... 5 menit lagi (ketinggian mencapai 19.000 meter)"

 

Para musuh saling pandang.

 

"Dalam 5 menit ... Jika ketinggiannya terus naik... dalam 5 menit... Ketinggian akan mencapai 19.000 meter"ucap Kakashi perlahan. 

 

"Darah kita... akan mendidih karena suhunya... semua orang akan mati..."

 

Ketika musuh mendengar kata-kata terakhir Kakashi, mereka berperilaku panik. Saat Kakashi melihat reaksi mereka, ia merasa kasihan karena telah membohongi mereka, bahkan ia ingin meminta maaf.

 

"Ap-, Ap- Ap- Apa yang harus kita lakukan !?"

 

Salah satu musuh sudah kehilangan akalnya. Musuh yang lain bergerak kebingungan.

 

"Jika-, Jika kita tidak segera memberitahu Rahyo-sama..."

 

"Sudah tidak ada waktu lagi!" Kakashi teriak dengan suara berat. 

 

"Biarkan aku keluar dari sini... Dengan resiko yang tinggi dan situasi genting seperti ini, aku akan membuat lubang di komponen apung dengan teknik milikku. Kita tak punya pilihan lagi selain menurunkan ketinggiannya! "

 

"S- soal itu... tapi kau masih dalam pengaruh Jisarenhyou milik Kahyo-sama. Kau tak bisa menggunakan chakra (sembarangan), kan? ..."

 

Dan sekali lagi, Kakashi memasukan jari ke tenggorokannya sendiri. Dia sengaja membuat dirinya muntah susu.

 

"Kalian pikir siapa aku..."Sambil bernafas dengan suara tereng-engah, Kakashi duduk. 

 

"Aku adalah Hatake Kakashi... Dari Konoha"

 

Musuh saling mengangguk satu sama lain. Mereka memutar kunci. Bahkan, mereka ada yang mencoba untuk mengulurkan tangan kepada Kakashi untuk berdiri.

 

Mata Kakashi berkilau dan bersinar.

 

Dogaa! (Bukk!)


Bakii! (Duaarr!)

 

Kakashi mengalahkan kedua musuh. Semenit kemudian, Kakashi mengurung shinobi musuh yang pingsan ke tempat penyimpanan makanan. Dia kemudian meninggalkan dapur. Dia melompat turun dari perancah yang tergantung di palka (tempat penyimpanan barang-barang) kapal. 

 

Sekali lagi, ia ingin memanggil Pakkun dan ninken lainnya. Namun, cara dia mengatur chakra dalam tubuhnya telah berubah. Dari ujung kaki sampai tubuh bagian atas akan membeku jika ia melakukan Kuchiyose.

 

Kakashi tak punya pilihan selain pergi mencari Aobiko sendiri. Ada kotak kayu menumpuk di dalam palka kspal. Tapi apa pun itu sepertinya tidak ada hal yang mencurigakan. Ada alkohol dan bahan makanan, serta rompi parasut... 

 

Saat terjadi kontak dengan air, Aobiko akan meledak. Dalam wadah normal, uap air dapat meresap ke dalamnya. Air dan Aobiko harus bercampur pada waktu yang tepat. Jadi seharunya ada wadah khusus untuk Aobiko. Namun, tidak ada hal seperti itu yang terlihat dalam kapal. Sebuah sensasi tak menyenangkan terasa di dada Kakashi. Dia berpikir,

 

"Jika aku jadi Rahyo, di mana aku menyembunyikan Aobiko?" Dia tetap tak bisa mengiranya. 

 

Kakashi melihat ke arah komponen daya apung. Pada perancah yang menggantung di udara, ia sedang memikirkan bagian bawah kantung udara dari Tobishachimaru tersebut. Jika Rahyo bermaksud membenturkan kapal ke Houzukijyou, mungkin dia telah menyiapkan dan menyembunyikan Aobiko dalam kantung udara. Begitulah kemungkinan skenario yang paling efisien. 

 

Soal kelembaban air, mereka bisa menggunakan es Kahyo. Dampak benturan akan membuat kantung udara meledak. Es akan larut, kemudian Aobiko akan meledak. 

 

Lalu Houzukijyou akan benar-benar hancur. Kakashi barbalik. Dia berpikir lagi. Skenario semacam itu tidak bisa benar. Dia telah menyangkal perasaannya dari awal.

 

Jika Tobishachimaru menabrak Houzukijyou, maka Garyo kemungkinan secara tidak sengaja akan mati jika skenarionya memang begitu. Padahal mereka berniat untuk menyelamatkannya. Di daratan, kaki tangan musuh sedang bersiaga. Kemungkinan Rahyo bermaksud menjatuhkan Aobiko dari langit ke Houzukijyou.

 

Sementara Shikamaru dan shinobi lainnya menghadapi kerusuhan, musuh pasti akan mencoba menyelamatkan Garyo. Kakashi kemudian melakukan kontak pikiran dengan Ino lagi.

 

Ia mengatakan bahwa menurutnya rencana Rahyo adalah menjatuhkan Aobiko dari kapal. Dalam hal ini, serangan tersebut bisa dijadikan sinyal sebagai isyarat serangan. Kakashi memperingatkan, mereka harus berhati-hati dan mewaspadai lingkungan sekitar. 

 

Kemudian, Kakashi mendengar langkah kaki yang bergema melalui kekosongan palka kapal. Kakashi segera bersembunyi di balik tumpukan kotak kayu. Dua shinobi terlihat. Mereka mencoba untuk mengangkat sebuah kotak kayu, yang tampaknya memiliki segel yang tidak diketahui di atasnya.

 

Lambung kapal miring tertiup angin. Salah satu shinobi, yang memegang satu sisi kotak kayu, tiba-tiba lengah. Musuh lain yang mengangkat sisi lain kotak kayu kemudian menegur temannya: 

 

"Hati-hati! Mau mati ya?!"

 

Dengan sikap mengancam, orang yang hampir menjatuhkan kotak kayu itu kemudian memucat. Mungkin karena mereka mengalami hipoksia karena ketinggian, konsentrasi mereka menurun. Dengan hati-hati mereka terus membawa balok kayu tesebut.

 

Mereka berbalik menuju ruang makan. Kakashi segera memeriksa balok kayu yang tersisa. Nampaknya mereka telah membawa kotak yang dikemas dengan rompi parasut.

 

Sulit bagi Kakashi untuk mengikuti shinobi tersebut, karena dia tak bisa mengatur chakra. Dia berjalan di papan yang miring. Lewat perancah, dia kembali ke dapur. Dia hendak menggunakan saluran ventilasi, tapi ia mempertimbangkannya kembali.

 

Dia diam-diam mendekati ruang makan lagi. Ia tidak bisa mengatur chakra dengan benar, jika Kahyo menyerang dengan es lagi, dia pasti tak berdaya. 

 

Untungnya, dapur dan ruang lain dibatasi dengan sebuah pintu. Di dekat pintu masuk itu, ada grand piano yang sebelumnya hancur. Kakashi segera melompat ke tempat gelap, ia mengawasi keadaan sekitar. Rahyo berada di dekat pintu ruang kendali. Terlihat kotak kayu baru saja dibuka.

 

Di atas kepala, lampu yang tergantung miring bergoyang dan itu berbahaya. Para penumpang telah ditangkap musuh. Mereka dikumpulkan di dekat es yang menutup lubang. Kahyo juga terlihat disana. Rahyo mengatakan kepada mereka bahwa Aliansi Persenjataan Ryuuha tidak suka pembantaian tanpa alasan. Mulai sekarang, mereka akan membebaskan para sandera. Para penumpang saling melirik. Shinobi musuh sedang mempersiapkan rompi parasut. Terdengarlah teriakan sukacita dari para penumpang. 

 

Kahyo meminta maaf kepada mereka. Dia bahkan membantu penumpang mengenakan rompi parasut. Di luar kapal, angin menderu. Tobishachimaru gemetar dan berderak-derak. Kapal itu akan bergejolak. Para penumpang benar-benar terpesona oleh pembebasan mereka secara tiba-tiba dari mimpi buruk mereka. Mereka tak tampak curiga mengenai hal itu. Mereka semua berebut untuk mengenakan rompi pertama. Rahyo berteriak kepada mereka untuk tidak panik. Parasutnya pasti cukup untuk mereka semua.

 

Sementara itu, intuisi Kakashi memberitahu kepada dirinya sendiri bahwa ada yang aneh. Dia heran mengapa Rahyo melepaskan penumpang begitu saja. Kahyo terlihat yakin membantu penumpang. Tidak ada niat jahat yang terlihat dari Kahyo. Tampak seolah-olah musuh benar-benar menyesal, dari lubuk hati mereka yang terdalam. Rahyo bertanya apakah semua orang sudah memakai rompi. Jika mau melompat, mereka harus menarik tali yang ada di depan dada mereka terlebih dahulu, sehingga parasutnya akan terbuka. Kahyo mengayunkan lengannya, es yang menutupi lubang di lambung kapal meleleh. Es itu lenyap seketika. Dari luar, angin dan awan yang bertiup kedalam. 

 

Ada keributan di antara penumpang. Mereka berjongkok di lantai. Musuh-musuh mengulurkan tangannya kepada mereka. Satu demi satu, para penumpang melompat keluar dari kapal. Rahyo bertanya kepada bawahannya berapa kecepatan angin sekarang, dan bertanya dimana para sandera akan mendarat. Kakashi tak berkedip melihat mereka dari jauh. 

 

Kakashi berpikir: Kenapa mereka membebaskan para sandera? Kenapa baru sekarang? Dia melihat situasi di luar jendela. Hanya ada awan hujan berwarna abuabu. Kakashi terus berpikir mengenai situasinya, Lalu, keenapa Rahyo memikirkan tempat pendaratan penumpang? 

 

Oh tidak ... 

 

Dalam sekejap, Kakashi tersadar. Ketika mereka sedang mengambil parasut dari gudang, musuh tidak sembarangan menjatuhkan kotak kayu. Pada saat itu, musuh tampak cemas. Kakashi kemudian menyadari apa sebenarnya rencana Rahyo...

 

Tanpa pikir, Kakashi menggerakkan tubuhnya. Dia berteriak kepada para penumpang untuk menghentikan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka tidak boleh memakai rompi itu! Rahyo terkejut ketika Kakashi melompat keluar dari balik piano. Dia teriak kepada Kakashi: 

 

"Apa lagi yang ingin kau lakukan?" Kakashi berteriak kembali kepada mereka

 

"Ada Aobiko dalam rompinya!" 

 

"Saat mendarat karena benturannya, rompi itu akan meledak!"


Kahyo membuka matanya dengan lebar. Dia kemudian menatap Kakashi, lalu menoleh kembali ke arah Rahyo. Kemudian ia melihat Kakashi lagi. Para penumpang kemudian mengatakan bahwa rompi itu tidak mau lepas: secara fisik rompi itu sudah terkunci pada tubuh mereka. Rahyo tertawa, dan mengatakan bahwa semuanya sudah terlambat. 

 

Dengan perintah Rahyo, para bawahan musuh menarik penumpang yang mencoba melarikan diri. Satu demi satu, musuh melemparkan penumpang dari kapal; jeritan mereka berlahan memelan sampai tak terdengar karena jatuh kebawah. Sementara itu, Rahyo menunjukan wajah muram kepada Kakashi. Sekali lagi Rahyo teriak:  

 

"Jika saja mereka melapaskan Garyo-sama, situasi ini bisa saja dihindari. Tanggung jawab jtuh pada Konoha."

 

Kemarahan yang teramat sangat, meledak dalam diri Kakashi. Dengan cepat, ia melompat ke arah musuh.

 

"Hyouton: Saihyoudzuchi!"(Elemen Es: Palu Es Penghancur!)

 

Seketika, Rahyo memasang kedua tinjunya untuk mencegat Kakashi.

 

Kakashi dengan gesit bergerak ziz-zag (untuk menghindari serangan) Dia mendorong musuh dengan Kunai. Karena dalam kondisi saat ini, ia tidak bisa mengatur chakranya, sehingga kecepatannya terbatas.

 

Menghindari ujung kunai, Rahyo menggerakan tubuhnya. Tinjunya telah berubah menjadi baja. Rahyo kemudian melancarkan tinjunya ke perut Kakashi.

 

"Guhaa!"

 

Gelombang udara muncul dari tubuh Kakashi. Kemudian dengan tendangan Rahyo, Kakashi terlempar ke sudut ruangan.

 

Dengan segera, Kakashi memperbaiki posisi tubuhnya. Dia hendak memulai serangan berikutnya.

 

"Shiden!"(Petir Ungu!)

 

Kakashi tak peduli jika tubuhnya membeku. Dia mengeluarkan Ninjutsu.

 

"Apa!?" Rahyo meringis.

 

Petir menjadi pisau yang berjalan disepanjang lantai. Dengan segera, Chakra di seluruh tubuhnya tersebar. Akhirnya, es merangkak naik sampai pinggang.

 

Rahyo dengan cepat melompat ke belakang.

 

Akan tetapi, Kakashi tidak mengincar Rahyo.

 

Petir berwarna ungu melanda penumpang. Serangan Kakashi memotong rompi parasut yang melekat pada tubuh mereka.

 

Serangan itu adalah pertaruhan besar bagi Kakashi. Jika meleset sedikit saja, Aobiko mungkin akan meledak. Satu per satu, jepitan dari rompi lenyap menjadi bunga api. Para penumpang kemudian bisa melepas rompi itu, dan mejauh dari lubang di kapal. Kakashi melirik situasi mereka saat ini. Kakashi memperkuat gigitannya sendiri, sambil ngos-ngosan dengan satu kaki berlutut di tanah.

 

Kakashi kehabisan chakra, meski ia hanya menggunakan sedikit. Mungkin bahkan dengan risiko hidupnya sendiri, sepertinya hanya tersisa satu tembakan Shiden lagi.

 

"Sepertinya ini yang terakhir, ya?"

 

Rahyo memperluas senyumnya lalu tertawa. Dia mengacungkan tinjunya ke arah Kakashi.

 

"Dengan serangan ini semuanya selesai!"

 

"...Kuu!"

 

Tidak ada kekuatan di kaki pijakannya. Kakashi menyilangkan kedua tangannya di atas kepala untuk menjaga dirinya sendiri saat ia menerima tinju musuh.

 

Namun, tinju kuat Rahyo tidak menghantam Kakashi Dengan suara 'gaki', tinjunya di hadang oleh taring es.

 

Tercengang. Musuh juga terkejut.

 

"Apa yang kau lakukan, Kahyo!?" Rahyo meraung dengan suara marah.

 

"Kenapa kau mengganggu?"

 

"Kakak, apakah yang Kakashi katakan tadi benar?" Mata Kahyo yang terlihat sedingin es menatap Rahyo.  

 

"Apa rompi mereka berisi Aobiko?

 

"Te- Tenang... Kahyo" Rahyo bingung. Dia menjadi kacau.

 

"Aku  merahasiakannya darimu. I-Ini salahku... Tapi, semuanya demi menyelamatkan Garyo-sama..."

 

Setetes air mata mengalir dari mata Kahyo.

 

Ruangan menjadi sunyi.

 

Tampak seolah-olah semua keributan sebelumnya tersegel ke dalam setetes air mata Kahyo. Tetesan air mata Kahyo jatuh. Membeku di tengah udara. Ketika jatuh ke lantai, butiran air mata itu hancur... bagai kaca yang pecah.

 

Sampai kemudian, bagai biji betaburan ditanah, mereka tumbuh. Ketika taring es meraung, mereka tumbuh keluar dari lantai. Taring-taring es menyerang Kakashi.

 

Sekaligus, Kakashi memposisikan posisi tubuhnya menjadi horizontal. Sebuah es tajam menyerempet.

 

Kahyo melepaskan jutsu dalam waktu yang cepat.

 

Taring es itu benar-benar menggeliat bagaikan ular, mengejarnya dari segala arah.

 

Kakashi menuju dinding untuk melarikan diri. Es kemudian menghancurkan dinding itu. Saat Kakashi melompat ke atas, es tersebut mulai menusuk ke langit-langit.

 

Sambil mengumpulkan chakra yang tersisa di tangan kanannya, Kakashi melompat ke arah Kahyo.

 

"Shiden!"

 

Dia merasa gelisah saat ia mencoba untuk menyerang Kahyo dengan Shiden. Tubuhnya tidak membeku.

 

Saat menyadarinya, Kakashi melihat Kahyo telah menutup matanya.

 

Rasa cemas menyelimuti Kakashi saat ia menghentikan petirnya yang hanya berjarak 2 sentimeter di depan wajah Kahyo.

 

"Kenapa kau tak menyerang?"

 

"Kau juga, kenapa kau melepaskan jutsu Jisarenhyou? Selain itu, kenapa kau sengaja memalingkan seranganmu tadi?"Kata-kata Kakashi terhenti sejenak. 

 

"Apa kau ingin aku membunuhmu?"

 

Perlahan, Kahyo membuka matanya. Wajahnya tak lagi terlihat seperti seorang shinobi. Raut wajahnya mirip dengan saat pertama kali mereka bertemu... Ya, saat Kahyo pura-pura jatuh di pelukan Kakashi untuk mengaktifkan jutsunya. Dia kehilangan kata-katanya, bingung, ekspresinya menunjukan kesedihan yang mendalam.

 

"Selama ini... Aku memikirkan kata-katamu". Mata Kahyo tidak bisa dilihat, tertutup oleh rambut keriting yang panjang. Suaranya bergetar. 

 

"Ketika dua (bentuk) keadilan bertemu, yang terpenting salah satunya berdiri pada perspektif musuh, dengan risiko nyawa"Dan buatku... itulah satusatunya hal yang ingin (kulakukan). Karena pada saat itu, jika orang-orang dari Negara Ombak seperti itu, yakni berdiri pada perspektif orang lain... bahkan jika cuma sedikit... mungkin anakku tidak akan mati."

 

Kakashi terdiam.

 

"Tapi sekarang, aku... aku melakukan hal yang sama seperti orang-orang yang paling kubenci... Jadi aku..."

 

Namun, kata-katanya tak bisa selesai ia ucapkan...

 

Pada saat itu, lambung Tobishachimaru

berayun dalam skala besar dan miring karena tergejolak. Akibatnya, kawat terakhir terputus, dan lampu gantung pun jatuh.

 

Lampu itu jatuh di atas kotak kayu yang berisi rompi parasut.

 

Suara ledakan yang menderu dalam telinga membuat mereka tuli. Api langsung menyebar di seluruh ruang tunggu.

 

Ada lubang besar mulai dari bagian bawah kapal ke sisi kapal. Api berkobar dengan suara 'gouu'.

 

Akibat kerusakan kapal tersebut, beberapa musuh terlempar keluar dari kapal. Perbatasan antara kantung udara komponen apung dan gondola ruang tamu membuat suara mengerang yang tak menyenangkan. Kemudian, mereka terpisah. Ruang makan, dan langit-langit terbelah. Kakashi berteriak kepada semua orang untuk melarikan diri ke bagian belakang kapal. Para penumpang telah jatuh di lantai yang miring. 

 

"Hyouton: Jisarenhyou!"

 

Kahyo menciptakan es untuk manahan kobaran api yang berasal dari lubang. Namun, angin yang datang dari lubang memperbesar api. Kebakaran itu dengan cepat menyebar, mencapai bagian bawah kantung udara. Si jago merah terus menyebar. Jisarenhyou Kahyo memadamkan api, mencegah penyebarannya meluas. Es nya menyelimuti kantung udara, ia tidak bisa membiarkan api membakar sampai ke atas. 

 

Kahyo yang panik membuat segel. Dia kemudian melirik ke arah bslakang Kakashi. Sementara itu, Kakashi sedang membimbing para penumpang menuju dapur. Dia mengatakan kepada mereka untuk terus berjalan lurus ke depan, sampai mereka mencapai buritan kapal. Dari ruang kendali, mereka bisa mendengar sang pilot panik. 

 

Para pilot jatuh dan juga berusaha untuk melarikan diri dari ruang tersebut. Pilot memberitahu Kakashi kalau gondolanya jatuh! Kakashi meraih tangan mereka, lalu mendorong mereka dari belakang ke arah dapur juga. Mereka harus cepat! 

 

Tapi dari sudut pandang Kakashi, dia melihat Rahyo. Kakashi berlari. Tapi, saat lantainya runtuh, ia tergelincir. Grand piano kemudian meluncur keluar ke lubang di kapal, dan membawa lebih banyak musuh yang jatuh.

 

"Ayo, Rahyo!" Kakashi membaringkan tubuhnya ke lantai, lalu mengulurkan tangannya. 

 

"Pengang tanganku!"

 

Rahyo heran, matanya berkedip karena terkejut.

 

"Cepat!" Kakashi teriak sangat keras.

 

"Jangan lambat!"

 

Saat Rahyo berhasil meraih tangan Kakashi, lantai runtuh hampir bersamaan. Tubuh besar Rahyo kini menggantung di udara.

 

"...Ku!"

 

Rasa sakit yang teramat sangat menjalar di tangannya yang memegang Rahyo. Beberapa saat kemudian, ia sadar jarinya patah.

 

Dia tidak bisa lagi menambah kekuatan genggamannya.

 

Namun demikian, ia terus berusaha sekuat tenaga mengamankan Rahyo.

 

"K-Kenapa...?" Tanya Rahyo. 

 

"Kenapa pada musuh sepertiku...?"

 

"Aku mengerti perasaan... kelompokmu" Kakashi memperkuat genggamannya. 

 

"Tapi, kalau membiarkan segala macam cara demi maksud yang dianggap baik... hal semacam itu hanya omong kosong ...."

 

"Jika kau ingin mengubah dunia... tidak peduli apa yang terjadi, dan tidak peduli berapa banyak yang menderita, Kau tidak punya pilihan selain terus merasa benar untuk diri sendiri."

 

Rahyo melebarkan matanya.

 

"Kakak!"

 

Entah bagaimana caranya, Kahyo berhasil memadamkan api. Sekarang, lantainya miring. Dia berlari menanjak. Namun, sudah terlambat.

 

Saat Kahyo mengulurkan tubuhnya dan mencoba menangkap lengan kakaknya itu, bagian bawah kapal runtuh karena guncangan, lalu mendorongnya jatuh.

 

Karena kekuatan runtuhannya besar, Rahyo lepas dari tangan Kakashi. Rahyo terlempar ke langit. Dari ekspresi wajahnya ia seolah bertanya:

 

"Kenapa hal seperti ini bisa terjadi?"

 

"Kakak!" teriak Kahyo.

 

"Rahyo!" teriak Kakashi.

 

Mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi. Hukum gravitasi berkekuatan besar, membuat semuanya terjatuh ke tanah.

 

"Hatake Kakashi..." Sambil terus terjatuh, ekspresi wajah Rahyo tiba-tiba terlihat melunak. 

 

"Shinobi sepertimu itu apa benar ada?"

 

Kakashi memeluk Kahyo di dadanya, Kahyo menjerit dan menangis. Diiringi kelibatan rambut Kahyo yang panjang, Kakashi melompat ke dapur.

 

Sedetik kemudian, setengah bagian gondola robek dan terpisah dari Tobishachimaru, lalu jatuh ke langit.

 

LANJUT CHAPTER 12 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar