Novel Kakashi Hiden EPILOG - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Minggu, 24 April 2016

Novel Kakashi Hiden EPILOG


KEPADA YANG TERHORMAT, TUAN HOKAGE KE-6


Di hutan bagian barat desa, Kakashi sedang duduk di bawah pohon maple yang besar. Walaupun sekarang bulan Maret, suhu bisa dikatakan cukup hangat. Cahaya matahari mengintip dari balik celah dedaunan di atas kepalanya.


Ia mengeluarkan sepucuk surat dari kantung di dadanya. Segera setelah ia melepas segelnya, secercah aroma yang indah merangkak masuk ke hindungnya. Aroma tersebut memicu kenangan insiden empat bulan lalu… benar. Insiden dimana Tobishachimaru dibajak oleh Aliansi Persenjataan Ryuuha. Ia mengingat kenangan di masa itu.

 

Tanpa diduga, ia sedikit menikmatinya. Baru kemarin, mereka melakukan kesepakatan diantara Lima Kage terhadap pengendalian dan pengelolaan Houzukijyou. Setelahnya, para kage yang lain, yaitu Tsuchikage, Mizukage, Kazekage dan Raikage mengunjugi Houzukijyou untuk melakukan inspeksi. Karena Raikage dan para kage yang lain ingin melihat kemampuan Kahyo dengan mata kepala mereka sendiri, Raikage mengajak Kahyo untuk bertanding.

 

Menurut cerita dari orang-orang yang ada di tempat itu, tinju Raikage tidak hanya membuat beberapa lubang di dinding kastil, tapi juga berusaha untuk tetap terlihat kuat untuk seseorang di usianya. Sepertinya ia juga ingin melepaskan Lariat.

 

Tentu saja, tidak ada yang berpikir bahwa Raikage serius di pertandingan kali itu. Tetapi, walaupun jika Raikage hanya menggunakan seperlima kekuatannya layaknya shinobi biasa, ia masih tidak dapat bertarung seelegan Kahyo. Semua orang berpikiran seperti itu.

 

Ketika saling bertukar serangan dengan Raikage, Kahyo menyerang bagian dada lawannya. Lalu, di hadapan Raikage, ia hanya perlu menjentikkan jarinya.

 

Hanya dengan itu, pertandingan mereka berakhir. Janggut Raikage membeku seketika.

 

“Urrggghh, kapan kau menggunakan jutsu itu…”

 

“Maafkan aku, Raikage-sama” mata Raikage terbuka lebar. Melalui matanya, ia melihat bahwa Kahyo tersenyum dan sedikit tertawa. “Aku merusak janggut indahmu.”

 

Pertandingan berakhir dengan tanpa seorangpun yang terluka. Raikage kehilangan janggut kebanggaannya. Di belakangnya, ia mengira bahwa orang-orang dari Kumogakure sedang menertawakannya.

 

Untuk para kage yang lain, mereka sedikit terhibur dengan kejadian itu.

 

“Anak itu sepertinya sedang tercengang.” ucap Tsuchikage.

 

Para kage yang lainnya telah memperoleh sebuah kesimpulan untuk mereka sendiri.

 

Kahyo menggantikan posisi Mui, yang dulunya merupakan penjaga Houzukjyou dari Kusogakure. Tidak ada orang yang cocok untuk menggantikannya, kecuali Kahyo sendiri. Semua orang mendukung keputusan Rokudaime Hokage.

 

Surat itu dilipat empat lipatan. Kakashi membukanya.

 

—————

“Kepada yang terhormat,

Rokudaime Hokage-sama

Bagaimana kabarmu? Untuk ku….”

————–

 

“Oke!” suara menggema dari dalam hutan, suara itu berasal dari Guy yang sedang berlatih. “Hari ini mari berusaha dengan Kekuatan Masa Muda kita, Lee!”

 

“Baik, Guy-sensei!”

 

Lalu, ia membuat Lee mendorong kursi rodanya. Mereka kemudian melintas di hadapan Kakashi, lalu beberapa mundur beberapa langkah.

 

“Oh?” ucap Guy. Ia sedang terkejut. “Bukankah itu Rokudaime Hokage, Hatake Kakashi-sama?”

 

"……."

 

“Dan juga, surat itu…” Guy berbisik ke telinga Lee. Ia jelas-jelas berusaha agar Kakashi mendengarnya.

 

“Orang itu, Kakashi, selama insiden di Tobishachimaru, ketika aku berusaha keras untuk menyelamatkan nyawa orang-orang…. Sedangkan dia! Ia malah bersama seorang wanita, yang parahnya wanita itu adalah kunoichi musuh.”

 

“Semua orang di desa membicarakannya. Jadi itu benarkan?” Lee berbisik balik ke arah Guy. 

 

“Aku tidak tidak akan menjadi orang seperti itu, Guy-sensei”

 

“Kalian ini, eh?….” Kakashi melipat kembali suratnya dan memasukkannya ke kantong di dadanya.

 

“Kubilang Kahyo dan aku tidaklah seperti itu. Bukankah sudak kukatakan berkali-kali?”

 

Tetapi, Guy dan Lee malah mengabaikan apa yang dikatakan Kakashi. Mereka sekarang tengah melakukan squat dengan satu kaki.

 

“Muridku, kau telah mengatakannya!” dengan kaki kirinya, Guy dengan mudah dapat melanjutkan squtnya. 

 

“Walaupun pria itu adalah Hokage, aku berusaha akan melampauinya! Oke, hari ini kita akan melakukan squat 5000 kali dengan kaki kiri!”

 

“Baik, Guy-sensei!”

 

Kakashi mengangkat tubuhnya. Ia perlahan berpindah dari tempat tersebut.

 

Tempat selanjutnya yang ia inginkan untuk membaca surat itu adalah di dalam kedai minum teh. Ia memesan segelas teh hijau. Sambil menunggu pesanan teh nya datang, ia membuka surat dari Kahyo.

—————

“Kepada yang terhormat,

Rokudaime Hokage-sama

Bagaimana kabarmu? Untuk ku….”

—————

 

“Oh, Kakashi-sensei!”

 

Memutar matanya, Kakashi melihat Shikamaru dan Chouji yang perlahan melangkah masuk ke kedai minum teh tersebut.

 

“Apa yang kau baca, Kakashi-sensei?” tanya Chouji ketika sedang memakan kripik kentang miliknya. 

 

“Ahh, mungkinkah, surat itu dari wanita itu? Kakashi-sensei memenangkan hatinya dengan menggunakan kekuasaan, kan?”

 

“Tunggu dulu, kau bilang ‘memenangkan hatinya’ …” Kakashi segera memasukkan kembali surat itu ke sakunya.

 

“Sepertinya, masih ada kesalahpahaman di antara kalian. Bagaimanapun juga, itu merupakan perintah pertamaku sebagai Hokage. Jadi, bukan berarti aku menggunakan kekuasaanku…”

 

“Jangan berbicara seperti itu, Chouji.” Ucap Shikamaru. 

 

“Untuk seorang Kakashi-sensei, ia kan sudah mencapai usia 30 tahun. Satu atau dua wanita, bukanlah hal yang aneh, kan?”

 

“Tidak, karena itu…”

 

“Orang itu, dia cantik” ucap Chouji. 

 

“Tetapi dia juga sudah paruh baya.”

 

Lalu mereka berdua menyeringai ketika melihat ke arah Kakashi.

 

"……."

 

Tanpa meminum pesanannya, Kakashi langsung membayar dan meninggalkan kedai tersebut.

 

Berjalan sendirian di jalanan utama desa, para penduduk menyapanya satu per satu. Bagaimanapun, ketika ia melintas, ia dapat mendengar suara orang-orang yang membicarakannya.

 

Itu aneh… Kakashi berpikir dengan penuh keingintahuan. Bagaimana orang-orang bisa tahu kalau ia telah menerima surat dari Kahyo?

 

Kakashi berjalan ke arah sebuah gang dimana tidak terlihat seorangpun disana. Melihat kearah kedua ujung dari gang tersbut, tidak ada sesosok orangpun yang akan mengganggunya. Ia menyimpulkan bahwa ia sedang sendiri, lalu ia kembali mengeluarkan suratnya.

 

—————

“Kepada yang terhormat,

Rokudaime Hokage-sama

—————

 

“Lihat disana.”

 

"!?"

 

“Ia menyeringai. Sangat menjijikkan.”

 

Ia secara cepat memutar kepalanya ke arah sumber suara, lalu ia melihat sosok Sakura, Ino dan Hinata disana. Mereka muncul dari atas dinding kayu.

 

“Wha!” karena kaget, surat tersebut terlepas dari tangan Kakashi dan terjatuh.

 

“Ka-, ka-, kalian… Darimana kalian datang!”

 

“Lihat bagaimana kebingungannya dia.” ucap Ino. 

 

“Ia merasa sadar akan kesalahannya. Karena itulah ia kebingungan.”

 

Mata Sakura kini menatap ke arah Kakashi, berusaha mencari informasi yang tersembunyi darinya.

 

“Jadi, rumornya benar?” ucap Hinata. 

 

“Kudengar Kakashi-sensei menjadikan Kahyo-san sebagai Tuan dari Houzukijyou….

 

“Ah-, ah-, ah-, tidak mungkin!” teriak Kakashi.

 

“Siapa yang menyebarkan rumor tak bertanggungjawab seperti itu?”

 

Bagaimanapun, para gadis itu tidak mendengarkannya. Mereka saling berbisik satu sama lain, layaknya burung yang sedang berkicau. Hanya hentakan suara ‘Eh, benarkah?’, ‘Tak dapat dipercaya…’, dan ‘apakah emang gitu?’ yang terdengar.

 

Kakashi kini berjalan lagi.

 

Sepertinya, hanya di ruang Hokage-lah ia dapat memperoleh privasi untuk dirinya sendiri.

 

Kembali ke jalanan utama, ia mengarah ke kantor Hokage. Tiba-tiba, dari arah yang berlawanan, terlihat ada kerumuman orang yang berbicara dengan berteriak cukup keras.

 

Semua orang berkumpul dan lalu tertawa terbahak-bahak.

 

“Aku serius. Aku melihatnya sendiri ‘dattebayo!” orang yang berada di kerumunan itu, pastilah Naruto.

 

“Kakashi-sensei membuang surat yang telah ia tulis. Ia menulis surat lalu membuangnya, ‘dattebayo… Jeez, orang itu sedang menulis surat cinta ‘dattebayo!”

 

"………."

 

“Untuk seorang Rokudaime Hokage, aku ingin tahu apa tidak masalah baginya melakukan hal seperti itu!” Naruto malah makin meninggikan suaranya dengan semangat. 

 

“Tidak, aku tidak mengatakan bahwa ia sedang jatuh cinta, tapi Jeez, ia sedang sakit parah ‘dattebayo… seperti waktu itu, ia sedang memegang setangkai bunga. Lalu, satu per satu ia memutuskan kelopaknya sambil mengatakan ‘dia mencintaiku, dia tidak mencintaiku, dia mencintaiku, dia tidak mencintaiku’…..”

 

“Jadi kau?…” Kakashi memasang wajah serius di belakang Naruto.

 

“…Eh?” naruto berbalik. Ekspresi kepanikan terlihat jelas di wajahnya. “Ka-Kakashi-sensei! Tu-tunggu dulu….”

 

Gotsunn!

 

“Kenapa kau melakukan hal seperti ini!” Kakashi mengayunkan tinjunya dan membenamkannya di kepala Naruto. 

 

“Tak akan kubiarkan kau membuat ini semakin buruk!”

 

“Tapi-, tapi-…. “ mata Naruto berkaca-kaca. Sambil mengusap kepalanya, ia mengomel.

 

“Hanya aku yang ditinggalkan.. Semua orang bertarung di Houzukijyou… Ketika Kakashi-sensei hampir mati, aku tidak melakukan apa-apa di desa!”

 

“Naruto… “

 

Naruto mengusap matanya yang berkaca-kaca.

 

“Salahku, maaf karena telah memukulmu.” ucap Kakashi. 

 

“Selain itu, ada alasan mengapa kami menutupi misi ini darimu, walaupun kau dapat melakukan sesuatu untukku. Itu karena kami ingin kau melindungi desa.”

 

“Aku sudah mengerti itu ‘ttebayo…”

 

“Ahh, orang ini tidak paham dengan lelucon.” Shikamaru dan Chouji muncul dari arah yang sebaliknya. 

 

“Idiot ini berkeliling be beberapa tempat, mendengar sesuatu yang telah dicampur-campur. Ngomong-ngomong, tidak ada yang membercayai hal itu dengan sangat serius, lho.”

 

Chouji mengangguk.

 

“Itu benar!” dari arah lainnya, Sakura, Ino dan Hinata juga muncul. 

 

“Semua orang sedikit mengolok Kakashi-sensei, kan?”

 

“Naruto-kun, kau baik-baik saja?” Hinata mengulurkan tangan jadi ia bisa membantu Naruto untuk berdiri. 

 

“Ia sampai harus memukulmu…. Kakashi-sensei, kau kejam.”

 

“Eh.. Tapi Naruto…”

 

“Naruto sampai terluka” ucap Shikamaru. 

 

“Walaupun kau adalah Hokage, sepertinya kau tidak paham dengan situasinya.”

 

“Tidak, tetapi bahkan aku tidak mengatakan hal seperti itu….”

 

“Kami kira kau harus meminta maaf, Kakashi-sensei.” Sakura dan Ino saling bercakap. "Ini hanyalah gurauan, kan?”

 

“Ah, itu benar!” akhirnya, dengan wajah yang memelas, Kakashi meminta maaf. 

 

“Aku mengerti… aku mengerti.. Bagaimana caranya agar kau memaafkanku?”

 

Naruto dan Shikamaru saling bertukar pandangan. Mereka berdua menyeringai dan tertawa.

 

Sialan! Ketika melihat hal itu, Kakashi mengerti bahwa ia telah masuk perangkap

 

“Untuk mengobati rasa sakit ini…..” ucap Naruto. 

 

“Tidak ada pilihan lain selain ramen ‘ttebayo!”

 

[………]

 

Dalam situasi ini, semuanya terdiam, menunggu jawaban Kakashi.

 

“Aku mengerti, aku mengerti…” Kakashi mengangkat kedua tangannya. Ia kemudian berdiri dengan pose layaknya orang yang sudah kalah perang.

 

“Kalau begitu, ayo kita semua makan ramen.”

 

“Yay!” semuanya berteriak kegirangan. “Horee!”

 

“Strategi kita berhasil ‘ttebayo!”

 

Oh Tuhan… dalam pikiran Kakashi, ia menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba, sebuah perasaan tidak mengenakkan merasuki tubuhnya. Walaupun aku menjadi Hokage, bukankah aku terus melakukan hal yang sama? Setiap hari aku makan, tidur, dan cemas dengan hal yang tak jelas. Kelihatannya juga tanggung jawabku bertambah dengan harus melindungi mereka.

 

Hey, bukankah itu benar, Obito?

 

Lalu, dengan semangatnya, ia mengajak muridnya menuju Ichiraku.

 

Matahari bersinar dengan cerah. Di suatu tempat, orang-orang sedang bernyanyi.

 

“Kepada yang terhormat,

 

Rokudaime Hokage-sama

 

Bagaimana kabarmu? Untuk ku…. Aku ditekan oleh pekerjaan sehari-hariku. Bagaimanapun, hari demi hari, ketika musim mulai menunjukkan tanda-tanda akan hadirnya musim semi, aku akan memenuhi tanggung jawab yang kau berikan padaku….”

 

Itu benar. Tak lama lagi, musim semi akan tiba.

 

â‚’â‚’â‚’ENDâ‚’â‚’â‚’ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar