New
PERINTAH
PERTAMA
Tak lama
kemudian, hujan berhenti. Awan gelap yang menutupi akhirnya menghilang terbawa
angin. Kerusuhan di Houzukijyou telah berhenti. Api yang membakar kastil telah
berhasil dipadamkan, dan para tahanan yang kabur semuanya sudah diamankan oleh
Anbu.
Angin
bertiup di lapangan sekitar Houzukijyou. Bangkai kapal Tobishachimaru
tergeletak di di atasnya, tak bergerak. Para shinobi Konoha semuanya
mengelilingi bangkai kapal tersebut.
Sedikit
melihat kondisi Tobishachimaru saat itu. Komponen pengapung terbakar habis.
Karena dampak jatuh tadi, rangka penyangga kantung udara benar-benar telah
remuk. Untuk gondola, terlihat seperti dihancurkan oleh ‘tangan raksasa’.
Serpihan kayu yang tersisa mulai berjatuhan.
Sosok
pertama yang muncul dari sisi Tobishachimaru adalah Tsunade, berteriak dengan
nada yang sangat kesal.
“Letakkan
kedua tangan di atas kepala, dan keluar secara perlahan!”
Dengan tanda
suara itu, Kiba, Chouji, Shino, Lee dan Tenten perlahan mendekat ke
Tobishachimaru. Mungkin saja ada musuh yang bersembunyi diantara para
penumpang. Dari langit, Sai sudah bersiap jika terjadi sesuatu.
“Kau
baik-baik saja?” hanya Sakura yang maju ke arah kerumunan penumpang. Ia
mengecek kondisi semua orang apakah. “Apakah ada yang tidak terluka?”
Satu per
satu, para penumpang yang kelelahan mulai keluar dari kapal. Semuanya melihat
ke arah langit dengan kegirangan. Mereka perlahan melangkahkan kaki keluar,
mereka masih agak tidak percaya bahwa akhirnya mereka menyentuh tanah lagi.
Segera setelah mereka menyentuhkan kaki di tanah, mereka langsung tumbang.
Ketika
Tsunade mengangguk, para shinobi mengangkat penumpang dan menawarkan mereka
minum. Di antara penumpang yang terjatuh ada yang mengalami patah tulang dan
pendarahan. Sakura merasa kebingungan bagaimana caranya ia mengatasi sebanyak
itu.
“Jangan bergerak!”
Tatapan
Tsunade mengarah ke Kahyo.
Semua
shinobi Konoha berada dalam posisi siap menyerang.
Tetapi,
Kahyo hanya terdiam di dekat bangkai kapal yang nyaris hancur seluruhnya. Mata
lebarnya kelihatan kebingungan. Ia seperti mencari akan sesuatu. Rambut panjang
bergelombangnya bergerak tertiup angin.
“Apakah kau
Kahyo dari Aliansi Persenjataan Ryuuha?”
Dia menjawab
Tsunade dengan sebuah anggukan.
“Apakah
masih ada anak buahmu di kapal?”
Kahyo
menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Sebenarnya, ketika ia menjawab
pertanyaan Tsunade, ia tidak tau harus berkata apa. Semuanya sudah sangat
terlambat. Ia menerima apapun yang akan terjadi padanya. Ia tidak dapat
mengatakan apapun kepada siapapun.
“Kau
melakukan hal yang sangat berbahaya… Karena kau b*******, kredibilitas Kohona
dipertanyakan.”
Kahyo masih
terdiam.
“Bahkan
Negara Ombak sendiri membatalkan rencana untuk mengembangkan kapal terbang
tersebut.” Tsunade berbicara dengan nada layaknya seseorang yang sedang diapit
oleh kematian. “Karenanya, apa kau pikir kau dapat lolos dengan mudah?”
Dengan
tatapan mata yang menunjukkan kalau ia sudah menyerah, Kahyo hanya mengangguk.
“Tangkap
dia!” perintah Tsunade sembari menunjukkan isyarat tangan. “Sampai kita
mengatasi insiden ini, masukkan dia ke dalam penjara!”
“Tolong
tunggu sebentar, Tsunade-sama.”
Tidak hanya
Tsunade, tetapi juga semua shinobi lain yang ada di tempat ini secara serempak
melihat ke arah sumber suara.
Dengan
ekspresi yang bercampur aduk antara kebingungan dan sedikit kelegaan, wajah
Kahyo mulai memerah.
Dari sana,
Kakashi berjalan dengan dipapah oleh Shikamaru.
“Kakashi!”
ucap Tsunade dengan sebuah penekanan. “Kau tidak apa-apa?”
“Tsunade-sama”
Kakashi berusaha berdiri sendiri dengan cara memisahkan dirinya dari Shikamaru.
“Dia… Hukuman untuk Kahyo… Dapatkah kau percayakan itu padaku?”
“Apa?”
Mata Tsunade
dan Kakashi saling melihat ke arah satu sama lain.
“Apa yang
sedang kau pikirkan?”
Kakashi tidak
menjawab pertanyaan itu. Ia malah berbalik menatap ke arah Kahyo.
Angin
bertiup diantara mereka berdua. Rasanya seperti sedang bernostalgia, tetapi
disusupi dengan perasaan kesedihan yang mendalam.
“Sampai saat
ini, semuanya berjalan berantakan.”
Ketika ia
mengatakannya, Kakashi langsung melihat ke arah langit yang terlihat tanpa
batas.
Dari balik
awan gelap yang tersisa, cahaya matahari yang hangat perlahan mulai turun untuk
kembali menyinari bumi, menghapuskan segala perasaan kesedihan.
“Merupakan
suatu hal yang baik kita dapat kembali dengan selamat.” ia kembali menatap ke
arah Kahyo. “tetapi, ada juga orang-orang yang tidak seberuntung aku.”
Kahyo
merendahkan pandangannya.
Dari sekitar
57 penumpang yang naik ke kapal, 18 diantaranya tewas.” lanjut Kakashi.
“Semua musuh
mati, kecuali dirimu dan dua rekanmu yang lain yang ditahan di dalam ruang
penyimpanan makanan. Apa ada hal yang ingin kau katakan?”
Kahyo
menggigit bibirnya sendiri lalu menggelengkan kepalanya.
“Kahyo.”
“…..Ya.”
“Akan ku
umumkan hukuman untukmu. Sebagai pemimpin dari penyerangan terhadap
Tobishachimaru, kau akan….”
“Ummm….” ada
sebuah suara dari arah belakang yang memotong Kakashi. “Tolong tunggu sebentar.”
Suara itu berasal dari seorang wanita. Ia sedang berdiri dan menggendong
seorang anak.
Ekspresi
ketegangan di wajah Kakashi sedikit menurun.
“Aku… yang
sbelumnya… orang yang kau selamatkan” wanita itu merendahkan kepalanya ke
Kahyo.
“Aku dan anakku yang menderita asma dibebaskan dari kapal olehmu… Terima
kasih kuucapkan kepadamu, akhirnya anakku bisa kembali seperti semula. Tetapi
tetap saja yang telah kalian lakukan itu tidak dapat dimaafkan.” Ia kemudian
menatap ke arah Kakashi untuk sejenak.
“Tetapi, di luar hal itu, hanya satu hal
yang ingin ku katakan. Tak peduli apapun, dari lubuk hatiku yang paling dalam
aku ingin mengatakan terima kasih… Terima kasih banyak kepadamu.”
Kahyo
merendahkan wajahnya, hatinya terasa sakit.
Anaknya kini
telah sehat seperti sedia kala. Ia turun dari gendongan ibunya dan mulai
berlari ke arah Kahyo. Dengan sebuah senyuman yang sangat tulus, anak itu
berkata.
“Terima
kasih, oba-chan.”
"……..!"
“Walaupun
aku awalnya sangat takut…..” ia kemudian mengucapkan sesuatu sebagai tambahan.
“Tapi tadi itu cukup seru.”
Anak kecil
tersebut berlari kembali ke arah ibunya. Kahyo mengamati anak yang berlari
tersebut. Air mata mulai menetes dari matanya.
“Kahyo.”
Kakashi memanggilnya.
“Sebagai pemimpin dari penyerangan terhadap
Tobishachimaru, kami akan mengeksekusi dirimu”
"!"
“Ini karena
kau telah menyebabkan banyak korban. Sepertinya itu adalah hukuman yang cocok.”
“…….Ya”
jawab Kahyo. Ia sadar dengan apa yang telah ia lakukan, dan ia akan bertanggung
jawab atas segala aksinya.
“Apapun hukumannya… Akan kuterima.”
“Tetapi,
jika kau dapat membuktikan bahwa kau dapat berguna sebagai manusia untuk Lima
Negara Besar Shinobi, akan ku kurangi hukumanmu menjadi hukuman penjara seumur
hidup.”
“……..Apa
maksudmu?”
“Dari yang
kulihat, Jisarenhyou milikmu akan berguna.”
"………"
“Apa yang
kau bicarakan, Kakashi?” ucap Tsunade.
” Bagaimana bisa ninjutsu miliknya
membuatnya berguna?”
“Tunade-sama.”
Kakashi menatap ke arah Tsunade.
“Jika orang biasa terkena Jisarenhyou, mereka
akan langsung membeku. Tetapi, bagi shinobi yang mampu mengalirkan chakra,
chakra tersebut harus digunakan untuk meningkatkan suhu tubuh guna mencegah
tubuh agar tidak membeku. Jika kau terkena Jisarenhyou, kau harus mengalirkan
chakramu secara konstan. Dengan kata lain, para tahanan tidak dapat menggunakan
chakra untuk kabur… bagaimana menurutmu? Sampai sekarang, belum ada Tuan dari
Houzukijyou yang dapat mengendalikan para tahanan. Dia bisa saja cocok dengan
tugas seperti itu. Bagaimana?”
“Aku
mengerti…” Shikamaru mengangguk.
“Mui, Tuan dari Houzukijyou yang sebelumnya,
menggunakan jutsu yang disebut ‘Tenrou’ (Penjara Langit). Jutsu itu akan
membakar tubuh tahanan apabila mereka mencoba untuk mengalirkan chakra. Cara
kerja Jisarenhyou wanita ini adalah sebaliknya… Tsunade-sama, orang ini mungkin
cocok untuk mengemban tugas tersebut. Karena Perang Dunia Shiobi Keempat, semua
desa kekurangan orang. Karenanya, akan menjadi masalah yang merepotkan jika
harus bergantian menjaga penjara. Jika kau membebaskan kami dari tugas ini,
bukankah reputasi Konoha akan sedikit naik? Selain itu, itu juga merupakan
pelajaran yang bagus.”
“Pelajaran?”
ucap Tsunade. “Pelajaran seperti apa?”
“Bagaimanapun,
untuk orang yang bernama Garyo itu, bukankah ia menggunakan keadilan mutlak
versinya, yang akhirnya merampas kebebasan individual?” Shikamaru dengan cepat
mengangkat bahunya.
“Dalam kasus itu, jika wanita ini percaya dengan ideologi
orang itu….”
“Maka
kebebasan individual orang itu akan dikendalikan oleh ideologinya sendiri.”
Tsunade dengan hati-hati mencerna penjelasan Shikamaru, dan lalu mengangguk.
“Akan kupercayakan hal ini padamu, Kakashi.”
“Terima
kasih, Tsunade-sama.”
“Selain itu,
kita akan melakukan upacara pelantikan.”
[………….]
“Buat ini
sebagai perintah pertamamu sebagai Rokudaime Hokage.” Tsunade tiba-tiba
tersenyum dan tertawa lebar.
“Kau tidak mungkin berkata ‘tidak’, kan?”
Kakashi
melirik ke arah mata Tsunade. Ia mengangguk, dan kemudian kembali menatap ke
arah Kahyo.
“Saat di
dalam kapal, kau berkata bahwa ‘Sisi yang memiliki kekuatan yang lebih besar
selalu memegang keadilan’. Jika kau menjadi Tuan dari Houzukijyou, kau akan
memperoleh kekuatan itu… Jadi, tunjukkan padaku keadilanmu.”
"…….."
“Maukah kau
melakukannya?”
“…Ya” dari
mata Kahyo, air mata menetes tanpa henti, menuruni wajahnya, tapi kali ini
tidak membeku. “Te-terima kasih… Terima kasih….”
“Jadi, mulai
saat ini aku adalah Rokudaime Hokage” suaranya meninggi.
“Kahyo, kau akan
ditugaskan menjaga Houzukijyou untuk waktu yang tidak terbatas. Sambil terus
menyesali apa yang telah kau lakukan, kau akan terus menjaga para tahanan
disini. Jangan biarkan seorangpun dari mereka kabur!”
Tsunade
mengangguk. Semua shinobi di tempat itu menyambut dengan bangga Hokage mereka
yang baru.
“Aku sama
sekali tidak mencemaskan hal itu.” ekspresi Kakashi tiba-tiba melunak.
“Karena
kau adalah orang yang mengerti rasa sakit dari orang lain.”
“Untuk
memenuhi semua kepercayaanmu padaku… akan kulakukan tugas ini dengan segenap
jiwaku.” Kahyo mengusap air matanya.
“Jika aku dapat berguna bagi Kakashi-san…
Apapun akan kulakukan.”
“Kakashi..”
Tsunade dengan lembut memakaikan Haori ke bahu Kakashi.
“Yup, sangat cocok.”
"……"
Kakashi
memutar lehernya dan memeriksa apa yang ada di punggungnya.
{ROKUDAIME
HOKAGE}
Kakashi
menggenggam Haori tersebut, dan ia merasa itu cukup berat.
Di
belakangnya, semua rekannya tersenyum.
Angin
meniupkan puing-puing Tobishachimaru yang terbakar habis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar