Novel Kakashi Hiden Chapter 13 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Minggu, 24 April 2016

Novel Kakashi Hiden Chapter 13


JALAN MENUJU SURGA

Kakashi berusaha menguatkan Kahyo dengan cara memeluknya agar Kahyo tidak melihat ke arah Rahyo yang terjatuh dari Tobishachimaru. Rasa sakit yang ia rasakan karena kehilangan sosok sang kakak, membuatnya terus menghujamkan tinjuan ke arah dada Kakashi sambil terus berteriak dan menangis. Tangisannya kemudian berubah menjadi isakan. Kakashi semakin memeluknya dengan erat. Ia tahu bahwa saat ini ia harus memberitahu Kahyo sesuatu, jadi akhirnya ia mulai berbicara:

 

“Saat ini, sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya… Tetapi bagaimanapun, sepertinya Tobishachimaru terus saja naik. Jika terus berlanjut, kita semua akan mati.”

 

Namun, Kahyo sama sekali tidak merespon.

 

“Di kapal ini, kita masih dapat menyelamatkan beberapa nyawa.” Kakashi berbicara dengan nada pelan, sembari melirik ke arah seorang anak. “Aku tak tau apakah akan berhasil atau tidak, tapi yang jelas aku akan berusaha sekuat yang aku bisa.”

 

Kahyo masih membenamkan wajahnya di dada Kakashi. Kemudian ia merespon dengan nada yang lirih, “Apa yang harus kita lakukan?” Kakashi menjawab bahwa mereka akan membuat lubang pada kantung udara dari komponen pengapung. Seperti yang ia dengar dari Tazuna, si pria tua yang membangun kapal tersebut, Kakashi tahu bahwa kantung udara tersebut dipenuhi dengan gas helium. Sifat gas helium itu tidak mudah terbakar, jadi walaupun ada api, tidak akan terjadi ledakan. Jika mereka dengan hati-hati dapat membuat lubang di kantung udara, kemungkinan mereka akan dapat mendaratkan Tobishachimaru.

 

“Jika semua tidak sejalan dengan yang direncanakan?”

 

“Pernahkah kau menusuk balon dengan sebuah jarum?”

 

"………."

 

“Jika maksudmu menusuk balok yang super besar seperti itu, ini kali pertama bagiku…..”

 

Kakashi berhenti berbicara. Kahyo mengusap air matanya, kemudian mengangkat wajahnya. Kahyo bertanya kepada Kakashi apa ada masalah. Kakashi kemudian memberikan isyarat tangan kepada Kahyo, menyuruhnya untuk diam sejenak, karena ia tidak dapat mendengar dengan jelas suara Ino di kepalanya. Kakashi bertanya kepada Ino apakah Garyo sudah diamankan. Ino menjawab bahwa semuanya telah diurus, tetapi Shikamaru dan yang lainnya masih berusaha menangkap beberapa tahanan yang kabur. Beberapa saat yang lalu, Ino berkomunikasi dengan Tsunade. Ia diberitahu bahwa Tsuchikage sedang mengarah ke arah mereka.

 

Kakashi melihat ke arah luar kapal. Tepat di bawah awan gelap, Kakashi dapat melihat persiapan mereka. Ada tiga objek yang bersinar, bergerak mendekati mereka dengan kecepatan yang mengagumkan.

 

Kakashi mengingatkan Ino bahwa sebelum Tobishachimaru mencapai Iwagakure, Tsuchikage berniat untuk menembak Tobishachimaru. Kakashi kemudian berpikir sembari melihat ke arah Oonoki dan rekannya di bawah: Jika seperti itu masalahnya, maka membuat lubang di kantung udara mungkin menjadi solusi. Gas akan keluar dari lubang, dan mendorong kapal ini. Jika ia membuat lubang di bagian depan, maka akan mendorong kapal ke arah sebaliknya. Dengan begitu kapal akan terbang menjauh….

 

Angin yang bertiup menyentuh lembut rambut Kahyo yang bergelombang. Melihat hal itu, Kakashi menyadari bahwa angin bertiup dari arah Timur ke Barat. Kakashi harus memperhitungkan kembali tentang rencana membuat lubang di kantong udara, karena Tobishachimaru malah akan bergerak melawan arus angin. Kemungkinan terburuk, mereka akan terjebak di arus angin. Jika hal itu terjadi, mereka akan berputar-putar layaknya di dalam mesin cuci, dan kemungkinan akan mati.

 

Kecepatan benda bersinar itu tiba-tiba menurun, dan sepertinya sedang diam di tempat. Kakashi meragukan apa yang sedang terjadi, kemudian ia menyadari situasinya. Tobishachimaru saat ini berada di luar jangkauan terbang Tsuchikage. Faktanya, kapal tersebut telah terbang melebihi batas ketinggian yang dapat mereka raih, Kakashi kemudian melanjutkan komunikasi dengan Ino:

 

“Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan kapal ini.”

 

“Benar, hal seperti itu tidak akan terjadi.”

 

“…. Apa?”

 

“Tolong dengarkan baik-baik, Kakashi-sensei.” ucap Ino. “Ada perintah dari Tsunade-sama. Tolong segera hancurkan Tobishachimaru.”

 

“Tunggu dulu… Masih ada orang di kapal ini.”

 

“Aku mengerti” sebelum menghentikan percakapan tersebut, Ino berbicara dengan nada tanpa emosi sama sekali.” Tsunade-sama juga mengerti hal itu.”

 

Mata Kakashi melihat ke arah sekeliling dapur, mengamati setiap orang yang merangkak di lantai. Beberapa orang telah tumbang. Mulutnya terbuka lebar, dan susah bernapas. Ada penurunan suhu yang drastis, oleh karenanya orang-orang mulai menggigil kedinginan. Kakashi kemudian bertanya kepada pilot tentang status ketinggian mereka saat ini. Salah seorang pilot, yang sedang berjongkok, kemudian mengangkat wajahnya. Bibirnya kini berwarna keunguan.

 

Ia menjawab bahwa mereka tidak punya peralatan untuk menentukan status ketinggian saat ini…. jadi ia tidak dapat mengatakan dengan pasti. Tetapi, berdasarkan kondisi atmosfer, ia berpikir bahwa kemungkinan mereka telah melebihi ketinggian 13000 meter di atas permukaan laut. Padahal belum ada 10 menit sejak Tobishachimaru mengalami kerusakan parah.

 

Sebenarnya, seharusnya Tobishachimaru sedang terbang pada ketinggian 5000 meter di atas permukaan laut. Tetapi karena masalah yang ditimbulkan, ketinggian mereka terus bertambah. Kakashi mengasumsikan bahwa saat terjadi masalah, ketinggian mereka adalah 7000 meter. Lalu, ia mengasumsikan bahwa dalam 10 menit ketinggian mereka bertambah 6000 meter, jika pilot menduga ketinggian mereka saat ini adalah 13000 meter. Dengan kata lain, dalam 10 menit kedepan , kapal akan mencapai ketinggian 19000 meter. Darah dalam tubuh mereka akan mendidih! Ia tidak dapat membiarkan hal seperti itu terjadi. Kakashi berusaha memikirkan solusi dengan cepat.

 

Pertama, karena perbedaan tekanan di atmosfer, kantung udara akan meledak. Untuk mencegah hal tersebut, mereka harus membuat lubang di kantung udara untuk menurunkan ketinggian. Setidaknya dengan cara itu kantung udara tidak akan tiba-tiba meledak dengan sendirinya.

 

“Tetapi masalahnya, jika aku membuat lubang di kantung udara dengan keadaan udara seperti ini, akankah aku bisa mengendalikan Tobishachimaru…?”

 

“Titik cahaya itu apa?”

 

Suara itu adalah suara Kahyo. Tetapi, sama sekali tidak didengar oleh Kakashi. Setelah mendengar hal yang sama dua kali, ia akhirnya merespon.

 

“Itu adalah Tsuchikage dari Iwagakure.” respon Kakashi.

 

“Semenjak ia tahu bahwa kapal ini dipenuhi dengan Aobiko, mereka berencana untuk menghancurkan kapal ini sebelum memasuki Iwagakure. Bukan hanya itu. Baru saja, aku menerima perintah dari Konohagakure… Aku harus menghancurkan kapal ini.”

 

“Perintah itu!” teriak Kahyo. “Masih ada orang yang selamat di kapal ini!”

 

Kakashi merendahkan pandangannya dengan penuh rasa prihatin.

 

“Maafkan aku…” ucap Kahyo. “Ini semua karena kami.”

 

“Aku adalah shinobi. Aku selalu siap untuk mati. Tetapi…. untuk orang-orang yang ada di kapal ini, tentu saja mereka sudah mengidamkan pengalaman terbang seperti ini. Mereka sama sekali tidak berharap kejadian seperti ini terjadi…”

 

Kahyo sedikit menggigit bibirnya.

 

“Maafkan aku….” lanjut Kakashi. “Aku tidak bermaksud menyalahkanmu.”

 

“Tidak!” Kahyo menggelengkan kepalanya. “Sudah seharusnya kau menyalahkanku.”

 

“Tidak ada…. yang dapat aku lakukan.”

 

“Sebelum memasuki Kusagakure, berarti kita harus mendaratkan kapal ini?” ekspresi di wajah Kahyo menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk mati. “Jika itu masalahnya, ayo hancurkan kantung udaranya.”

 

“Itu tidak baik.” Sekarang giliran Kakashi yang menggelengkan kepalanya. Bahkan jika kita membuat lubang di kantung udara, kita akan terjebak di arus udara”

 

“Aku tidak pernah mengatakan ‘Ayo buat lubang’ kan?”

 

[…….?]

 

“Aku bilang ‘ Ayo hancurkan kantung udaranya’.“

 

Kakashi merendahkan pandangannya.

 

“Dengan keadaan seperti ini, mungkin kita harus mencobanya.” Ucap Kahyo ketika ia bersungguh-sungguh.” Karena aku tidak ingin orang lain mati lagi.”

 

Ketika Kahyo berbicara, Kakashi melihat ke arah badan kapal. Di langit-langit, terdapat tangga besi yang pernah ia gunakan untuk mengendap masuk ke Tobishachimaru ke ruang propulsi. Ia akhirnya berhasil mencapai aera tersebut. Karena ruang pilot dan ruang gondola telah hancur, baling-baling di ruang propulsi telah berhenti berputar. Ia memanjat ke langit-langit dengan menggunakan tangga tersebut. Dari sana, ia bahkan sangat dekat dengan kantung udara di komponen pengapung.

 

Aku harus melakukannya.

 

Jika ketinggian Tobishachimaru terus meningkat, orang-orang akan mati. Tidak, sebelum itu, kapal ini akan memasuki wilayah dari Kusagakure karena angin seperti ini. Dan kerena hal tersebut, Tsuchikage akan bersiap untuk menghancurkannya. Bahkan jika kami menghancurkan kantung udara, api akan mengelilingi kami. Mungkin orang-orang akan terbakar hingga mati.

 

“Sial, tidak ada pilihan yang bagus…”

 

Para penumpang sudah berpegangan pada apapun yang dapat membuat mereka agar tetap berada di dalam kapal.

 

Dengan menarik napas yang panjang dan disertai dengan teriakan semangat bertarung miliknya, Kakashi menyerang kantung udara dengan kunai yang telah dialiri chakra olehnya.

 

“Gakinn!(Boom!)”

 

Kunai tersebut menusuk kantung udara. Terdengar suara yang bising ketika gas helium keluar dari lubang tersebut.

 

"!"

 

Kemudian terjadi keadaan yang ia takutkan. Mulai terdapat api kecil. Sepuluh detik kemudian, api tersebut melalap kantung udara tersebut.

//*Sfx Gooooooooooo! (Suara api yang berkobar)*

 

Dalam sekejap, bagian luar kantung udara telah dilalap api. Dengan kuatnya angin yang bertiup, api semakin menjadi-jadi. Dalam sekejap, api memasuki komponen pengapung.

 

Segera, bagian depan Tobishachimaru mengarah ke bawah. Kapal mulai terjatuh.

 

Kakashi melompat ke tangga. Ia berlari masuk kembali. Di atasnya, terlihat kantung udara yang tengah dipenuhi api. Terlihat seperti Dewa mulai ingin menghapuskan keberadaannya. Hanya sisa kerangka yang terlihat dari kantung udara tersebut.

 

Daya angkat mereka hilang.

 

Ketika Kakashi melompat ke dapur, Kahyo telah selesai merapal segel jutsu, kemudian ia melepaskan sebuah jutsu:

 

“Hyouton : Jisarenhyou!”

 

Walaupun suaranya tertutupi dengan kuatnya angin, tetapi jutsunya tidak. Kumpulan es mencuat dan mendorong kapal sedikit ke atas.

 

"?"

 

Untuk sesaat, Tobishachimaru sedikit terangkat ke atas.

 

Secara perlahan, kapal tersebut mulai diselimuti es yang dibuat oleh Jisarenhyou milik Kahyo.

 

Akibatnya, beberapa bagian dari gondola mulai hancur lagi.

 

Ketika Kahyo mengaktifkan jutsunya, terlihat ekspresi yang sangat serius di wajahnya. Mungkin karena saat ini semuanya tergantung oleh jutsu dan keinginannya. Tangan Kahyo mulai gemetaran, dari mulutnya mulai keluar darah akibat ia memaksa tubuhnya hingga melewati batas. Karena sejumlah chakra yang Kahyo alirkan ke es miliknya, sepertinya es mulai tumbuh mulai dari bagian bawah Tobishachimaru dan terus meluas.

 

Mulai memasuki lautan awan, terdengar suara tabrakan yang cukup keras. Efeknya memecahkan es yang menyelimuti kapal tersebut, sedikit demi sedikit. Namun, setiap kali esnya hancur, es tersebut akan kembali pulih dan terus menyebar.

 

“Aku akan mendaratkan kapal ini.” terdengar suara Kahyo yang keluar diantara sela-sela giginya.

 

“Aku pasti akan berhasil!”

 

Mereka tidak dapat melihat apapun, hanya gelapnya awan yang dapat terlihat.

 

Kerena proses jatuh yang tiba-tiba, telinga mereka tidak dapat begitu saja menerima perubahan tekanan atmosfer yang mendadak. Mereka terus menelan ludah untuk menyeimbangkan tekanan atmosfer di dalam tubuh dengan di luar tubuh.

 

Hanya dalam hitungan menit, kantung udara tadi telah berubah menjadi kerangka. Yang tersisa kini hanyalah rangka yang masih mengeluarkan asap.

 

Api tersebut masih memiliki beberapa bagian kapal yang dapat dibakar, karena api tersebut terus menjalar dari arah depan. Di hadapan Kakashi dan Kahyo, tidak ada apa-apa kecuali hanya api biru dan awan hitam.

 

Tobishachimaru terus terjatuh, akhirnya menembus lautan awan tadi. Setiap kali awan terguncang ke kiri ataupun ke kanan, Kahyo membuat perlindungan dari es agar tidak tergelincir.

 

Tobishachimaru mengalami kerusakan yang serius. Selain itu, ketinggiannya terus berkurang. Tiba-tiba, mereka mulai merasakan tubuh merka perlahan mengapung.

 

"!?"

 

Untuk sesaat, tubuh Kakashi melayang.

 

“Apa yang terjadi?”

 

“Tidak ada cukup uap air!” teriak Kahyo balik. “Tidak ada cukup uap air untuk membuat es!”

 

"!"

 

Melihat ke arah lantai dapur, Kakashi melihat bahwa lapisan es yang menyelimuti Tobishachimaru telah menghilang. Bahkan sudah tidak ada lagi bekas yang tertinggal.

 

Jauh di bawah sana, terlihat daratan kekuningan yang membentang dengan gunung berwarna musim semi. Telihat kilauan air sungai yang tengah mengalir.

 

Tobishachimaru kehilangan es pendukungnya. Kapal ini mulai jatuh secara vertikal.

 

Saat mereka mencapai ketinggian 5000 meter, Kakashi tau bahwa Tsuchikage mulai tidak sabar dan terbang mendekat ke arah mereka.

 

Kurotsuchi dan Akatsuchi juga menemani Oonoki. Mereka terbang di sebelah Tobishachimaru.

 

“Oi! Kakashi, akhirnya!” teriak Tsuchikage. “Jika hanya kalian berdua, aku dapat menyelamatkan kalian… Nona dan Kakashi, segera melompat ke arah kami!”

 

Kakashi dan Kahyo saling bertukar pandangan.

 

Kahyo mengangguk.

 

(Hanya hal itu yang ia perlukan)

 

Dengan begitu, Kakashi mengerti bahwa mereka merasakan hal yang sama.

 

“Apa yang kau lakukan? Jika tidak cepat-cepat, kalian berdua akan ikut dihancurkan….”

 

Kakashi tidak membiarkan rekannya menyelasaikan ucapannya.

 

Dari mulut Kahyo, terdengar suara ‘Ah!’.

 

Tiba-tiba berpikir tentang apakah ia harus terburu-buru atau tidak, Kakashi menendang, lantai, lalu melompat keluar. Tubuhnya kini tengah melayang di udara.

 

Angin yang bertiup menggoyangkan rambut keperakan miliknya. Keinginan yang kuat terpancar dari matanya layaknya es.

 

“Baiklah, ayo!”

 

Ternyata, Kakashi melompat melalui punggung Oonoki, lalu menuju kepala Akatsuchi, dan melompat lagi.

 

“A-apa yang kau lakukan?”

 

“Kakashi!” Kahyo berteriak ke arah Kakashi setelah Tsuchikage yang mengomel .

 

Kakashi mengumpulkan seluruh chakra di tangan kanannya. “Aku akan membuat hujan!”

 

“Kakashi!”

 

“Kupercayakan sisanya padamu, Kahyo!”

 

Dengan menggunakan tangan kanannya, ia mengumpulkan chakra serta semua keberaniannya. Lalu Kakashi melepaskan Shiden ke arah awan hujan di atasnya

 

“Wuoooooohhhhhhh!”

 

Dooooon! (Booooom!)

 

Dengan intensitas energi sebesar itu, awan menjadi terbelah. Dalam sekejap, terlihat kilauan awan biru. Tubuh Kakashi terhempas akibat tekniknya sendiri.

 

Mata Tsuchikage melebar.

 

Kilat keluar dari seluruh tubuh Kakashi. Layaknya tentakel, kilat tersebut menyebar ke segala arah dan bergerak menuju awan hujan. Kilat tersebut memicu terjadinya petir. Awan hujan mulai mengumpul disertai dengan suara dari arus listrik yang saling bergesekan.

 

“Ini bahaya, Tsuchikage-sama!” teriak Akatsuchi. “Cepat bersembunyi di balik bayanganku!”

 

“Itu sia-sia!” suara Oonoki terdengar bergemuruh. “Orang-orang Konoha menjadi sembrono akhir-akhir ini….”

 

Awan hujan bergemuruh. Kilat turun dan membelah pohon maple di bawah menjadi dua.

 

“Kurotsuchi! Selamatkan si bodoh itu!”

 

Dengan perintah dari Tsuchikage, Kurotsuchi berusaha mengejar Kakashi. Ia terjatuh serta kehilangan kesadaran. Mulai ada tetesan air yang jatuh dan mengenai pundak dan wajah Kurotsuchi.

 

Sepertinya ia hilang kesadaran untuk beberapa saat. Sebenarnya, hanya untuk beberapa detik saja.

 

Hujan yang dingin mengenai wajahnya. Kakashi kemudian membuka matanya yang setengah tertutup.

 

Sesaat kemudian, sebuah bayangan besar melayang di hadapan dirinya….

 

[!?]

 

Kakashi membuka matanya. Dari balik gondola, ia dapat melihat sosok Kahyo yang sedang membuat segel jutsu.

 

Air hujan jatuh dengan deras. Dengan efek dari Jisarenhyou, sekarang bagian bawah Tobishachimaru telah berubah menjadi kristal es.

 

Kristal es mulai menyebar dari bagian bawah kapal, yang akhirnya mulai mulai melebar.

 

Segera setelah kapal terjatuh, terlihat jejak yang ditinggalkan dari butiran es. Tobishachimaru saat ini terlihat seperti sebuah komet.

 

Jika ada sesuatu yang disebut dengan ‘Jalan Menuju Surga’…….

 

Suara petir bergemuruh. Kakashi yang melihat ke arah Tobishachimaru terus memikirkan tentang ‘Jalan Menuju Surga’. Mungkin itu adalah sesuatu yang indah.

 

Langit dipenuhi dengan kristal es.

 

Sepertinya ia sudah bangun” Kakashi mendengar suara di dekat telinganya. “Apa yang harus kita lakukan, pria tua?”

 

Kakashi dibawa di punggung Kurotsuchi.

 

“Sepertinya ia bermaksud untuk mati.” ucap Tsuchikage. “Kita tidak punya pilihan lain. Sepertinya kapal itu tidak akan jatuh di desa kita. Dan juga, kita tidak punya urusan di tempat ini.”

 

“Ah.” Akatsuchi meninggikan suaranya dengan nada histeris.”Sesuatu yang terbang mengarah ke kita dari Houzukijyou.”

 

Sai tiba-tiba telah sampai di sebelah Kurotsuchi dengan burung raksasanya.

 

Tsuchikage mengangguk. “Arayatto (Bawa dia!)” ucap Kurotsuchi. Ia melemparkan Kakashi ke arah burung tersebut.

 

“Beri tahu Tsunade-hime bahwa perasaan menang pasti juga akan berakhir. Pada akhirnya jalan kita akan diteruskan oleh generasi yang selanjutnya.”

 

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Oonoki terbang menjauh.

 

Lalu untuk pertama kali, Kakashi menyadari bahwa mereka mulai mendekati daratan. Jika dilihat dari situ, asap putih terlihat dari halaman Houzukijyou. Manusia-manusia disana terlihat seperti semut.

 

Di sekitar kastil merupakan halaman rumput yang luas. Tobishachimaru mendarat di sana. Musim telah berubah di si Houzukijyou. Tobishachimaru mendarat di atas rumput, dengan selamat.

 

Terdengar gemuruh dari dalam kastil. Segera, sesosok orang yang bertubuh kecil terlihat keluar dari gerbang kastil dan mengarah ke Tobishachimaru. Sosok itu terlihat seperti Sakura.

 

Di sisi selatan kastil, masih terjadi pertarungan. Putaran angin menyerang tahanan yang kabur, satu per satu. Tidak salah lagi, itu merupakan Konoha Senpuu milik Lee.

 

Di sekitar halaman kastil, ia melihat bayangan yang memanjang. Ia tahu bahwa itu adalah Shikamaru yang tengah berusaha menangkap tahanan. Sebuah bola besar berputar dan menyerang tahanan yang kabur. Itu pasti Nikudan Senshaa milik Chouji.

 

Sosok yang sedang berlari ke arah kastil, Kakashi berpikir pasti itu adalah Tsunade dan Shizune.

 

Ada serangga milik Shino, senjata ninja milik Tenten, Kiba dan Akamaru. Melihat rekannya sebanyak itu, sesuatu yang hangat mulai merasuk ke dada Kakashi.

 

Seperti yang dikatakan Tsuchikage. Mungkin sudah saatnya untuk mewarisi jalan itu.

Pada saat ini di dalam diri Kakashi, ia membuat keputusan.

 

“Semenjak aku kehilangan sharingan, aku terus menjadikannya alasan untuk menghindari posisi Hokage kan?”

 

Tiba-tiba, ia berpikir seperti itu.

 

“Berbicara tentang menjadi seorang Hokage, jumlah orang yang harus kulindungi akan bertambah. Dengan kata lain,aku tak akan tahu kapan aku akkan diserang kesedihan; rasa sakit seperti saat aku kehilangan Obito. Aku akan terkubur dalam rasa sakit itu. Aku masih berada dalam tekanan bahwa aku masih belum bisa menahan rasa sakit seperti itu. Untuk rekan di desa, bahkan saat ini, mereka saling mendorong satu sama lain, walaupun tidak terlihat. Seperti saat pagi menjelang, matahari yang mulai terbangun; mereka mendorong satu sama lain layaknya memang sudah secara alami. Naruto, Tsunade-sama, Shikamaru, Ino, Guy, Lee, Tenten, Chouji, Sakura, Sai, Hinata, Shizune, Iruka, Shino, Kiba…..”

 

Wajah semua orang terlintas di pikiran Kakashi.

 

“Lalu, untuk rekan-rekan dan Desa Konohagakure, kurasa aku bangga dengan mereka dari lubuk hatiku yang paling dalam.”

 

Dan juga, Kakashi berpikir: Jika mereka membutuhkanku, maka aku akan menelan semua rasa sakit mereka. Sepertinya itu benar, seperti itulah seharusnya. Lalu aku akan mengatasi rasa sakit itu dengan mereka, bersama.

 

Berbicara tentang menjadi seorang Hokage, mungkin itulah arti dari posisi itu.

 

LANJUT CHAPTER 14 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar