New
JALAN MENUJU SURGA
Kakashi
berusaha menguatkan Kahyo dengan cara memeluknya agar Kahyo tidak melihat ke
arah Rahyo yang terjatuh dari Tobishachimaru. Rasa sakit yang ia rasakan karena
kehilangan sosok sang kakak, membuatnya terus menghujamkan tinjuan ke arah dada
Kakashi sambil terus berteriak dan menangis. Tangisannya kemudian berubah
menjadi isakan. Kakashi semakin memeluknya dengan erat. Ia tahu bahwa saat ini
ia harus memberitahu Kahyo sesuatu, jadi akhirnya ia mulai berbicara:
“Saat ini,
sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya… Tetapi bagaimanapun, sepertinya
Tobishachimaru terus saja naik. Jika terus berlanjut, kita semua akan mati.”
Namun, Kahyo
sama sekali tidak merespon.
“Di kapal
ini, kita masih dapat menyelamatkan beberapa nyawa.” Kakashi berbicara dengan
nada pelan, sembari melirik ke arah seorang anak. “Aku tak tau apakah akan
berhasil atau tidak, tapi yang jelas aku akan berusaha sekuat yang aku bisa.”
Kahyo masih
membenamkan wajahnya di dada Kakashi. Kemudian ia merespon dengan nada yang
lirih, “Apa yang harus kita lakukan?” Kakashi menjawab bahwa mereka akan
membuat lubang pada kantung udara dari komponen pengapung. Seperti yang ia
dengar dari Tazuna, si pria tua yang membangun kapal tersebut, Kakashi tahu
bahwa kantung udara tersebut dipenuhi dengan gas helium. Sifat gas helium itu
tidak mudah terbakar, jadi walaupun ada api, tidak akan terjadi ledakan. Jika
mereka dengan hati-hati dapat membuat lubang di kantung udara, kemungkinan
mereka akan dapat mendaratkan Tobishachimaru.
“Jika semua
tidak sejalan dengan yang direncanakan?”
“Pernahkah
kau menusuk balon dengan sebuah jarum?”
"………."
“Jika
maksudmu menusuk balok yang super besar seperti itu, ini kali pertama
bagiku…..”
Kakashi
berhenti berbicara. Kahyo mengusap air matanya, kemudian mengangkat wajahnya.
Kahyo bertanya kepada Kakashi apa ada masalah. Kakashi kemudian memberikan
isyarat tangan kepada Kahyo, menyuruhnya untuk diam sejenak, karena ia tidak
dapat mendengar dengan jelas suara Ino di kepalanya. Kakashi bertanya kepada
Ino apakah Garyo sudah diamankan. Ino menjawab bahwa semuanya telah diurus,
tetapi Shikamaru dan yang lainnya masih berusaha menangkap beberapa tahanan
yang kabur. Beberapa saat yang lalu, Ino berkomunikasi dengan Tsunade. Ia
diberitahu bahwa Tsuchikage sedang mengarah ke arah mereka.
Kakashi
melihat ke arah luar kapal. Tepat di bawah awan gelap, Kakashi dapat melihat
persiapan mereka. Ada tiga objek yang bersinar, bergerak mendekati mereka
dengan kecepatan yang mengagumkan.
Kakashi
mengingatkan Ino bahwa sebelum Tobishachimaru mencapai Iwagakure, Tsuchikage
berniat untuk menembak Tobishachimaru. Kakashi kemudian berpikir sembari
melihat ke arah Oonoki dan rekannya di bawah: Jika seperti itu masalahnya, maka
membuat lubang di kantung udara mungkin menjadi solusi. Gas akan keluar dari
lubang, dan mendorong kapal ini. Jika ia membuat lubang di bagian depan, maka
akan mendorong kapal ke arah sebaliknya. Dengan begitu kapal akan terbang
menjauh….
Angin yang
bertiup menyentuh lembut rambut Kahyo yang bergelombang. Melihat hal itu,
Kakashi menyadari bahwa angin bertiup dari arah Timur ke Barat. Kakashi harus
memperhitungkan kembali tentang rencana membuat lubang di kantong udara, karena
Tobishachimaru malah akan bergerak melawan arus angin. Kemungkinan terburuk,
mereka akan terjebak di arus angin. Jika hal itu terjadi, mereka akan
berputar-putar layaknya di dalam mesin cuci, dan kemungkinan akan mati.
Kecepatan
benda bersinar itu tiba-tiba menurun, dan sepertinya sedang diam di tempat.
Kakashi meragukan apa yang sedang terjadi, kemudian ia menyadari situasinya.
Tobishachimaru saat ini berada di luar jangkauan terbang Tsuchikage. Faktanya,
kapal tersebut telah terbang melebihi batas ketinggian yang dapat mereka raih,
Kakashi kemudian melanjutkan komunikasi dengan Ino:
“Aku tidak
akan membiarkan mereka menghancurkan kapal ini.”
“Benar, hal
seperti itu tidak akan terjadi.”
“…. Apa?”
“Tolong
dengarkan baik-baik, Kakashi-sensei.” ucap Ino. “Ada perintah dari
Tsunade-sama. Tolong segera hancurkan Tobishachimaru.”
“Tunggu
dulu… Masih ada orang di kapal ini.”
“Aku
mengerti” sebelum menghentikan percakapan tersebut, Ino berbicara dengan nada
tanpa emosi sama sekali.” Tsunade-sama juga mengerti hal itu.”
Mata Kakashi
melihat ke arah sekeliling dapur, mengamati setiap orang yang merangkak di
lantai. Beberapa orang telah tumbang. Mulutnya terbuka lebar, dan susah
bernapas. Ada penurunan suhu yang drastis, oleh karenanya orang-orang mulai
menggigil kedinginan. Kakashi kemudian bertanya kepada pilot tentang status
ketinggian mereka saat ini. Salah seorang pilot, yang sedang berjongkok,
kemudian mengangkat wajahnya. Bibirnya kini berwarna keunguan.
Ia menjawab
bahwa mereka tidak punya peralatan untuk menentukan status ketinggian saat
ini…. jadi ia tidak dapat mengatakan dengan pasti. Tetapi, berdasarkan kondisi
atmosfer, ia berpikir bahwa kemungkinan mereka telah melebihi ketinggian 13000
meter di atas permukaan laut. Padahal belum ada 10 menit sejak Tobishachimaru
mengalami kerusakan parah.
Sebenarnya,
seharusnya Tobishachimaru sedang terbang pada ketinggian 5000 meter di atas
permukaan laut. Tetapi karena masalah yang ditimbulkan, ketinggian mereka terus
bertambah. Kakashi mengasumsikan bahwa saat terjadi masalah, ketinggian mereka
adalah 7000 meter. Lalu, ia mengasumsikan bahwa dalam 10 menit ketinggian
mereka bertambah 6000 meter, jika pilot menduga ketinggian mereka saat ini
adalah 13000 meter. Dengan kata lain, dalam 10 menit kedepan , kapal akan
mencapai ketinggian 19000 meter. Darah dalam tubuh mereka akan mendidih! Ia
tidak dapat membiarkan hal seperti itu terjadi. Kakashi berusaha memikirkan
solusi dengan cepat.
Pertama,
karena perbedaan tekanan di atmosfer, kantung udara akan meledak. Untuk
mencegah hal tersebut, mereka harus membuat lubang di kantung udara untuk
menurunkan ketinggian. Setidaknya dengan cara itu kantung udara tidak akan
tiba-tiba meledak dengan sendirinya.
“Tetapi
masalahnya, jika aku membuat lubang di kantung udara dengan keadaan udara
seperti ini, akankah aku bisa mengendalikan Tobishachimaru…?”
“Titik
cahaya itu apa?”
Suara itu
adalah suara Kahyo. Tetapi, sama sekali tidak didengar oleh Kakashi. Setelah
mendengar hal yang sama dua kali, ia akhirnya merespon.
“Itu adalah
Tsuchikage dari Iwagakure.” respon Kakashi.
“Semenjak ia
tahu bahwa kapal ini dipenuhi dengan Aobiko, mereka berencana untuk
menghancurkan kapal ini sebelum memasuki Iwagakure. Bukan hanya itu. Baru saja,
aku menerima perintah dari Konohagakure… Aku harus menghancurkan kapal ini.”
“Perintah
itu!” teriak Kahyo. “Masih ada orang yang selamat di kapal ini!”
Kakashi
merendahkan pandangannya dengan penuh rasa prihatin.
“Maafkan
aku…” ucap Kahyo. “Ini semua karena kami.”
“Aku adalah
shinobi. Aku selalu siap untuk mati. Tetapi…. untuk orang-orang yang ada di
kapal ini, tentu saja mereka sudah mengidamkan pengalaman terbang seperti ini.
Mereka sama sekali tidak berharap kejadian seperti ini terjadi…”
Kahyo
sedikit menggigit bibirnya.
“Maafkan
aku….” lanjut Kakashi. “Aku tidak bermaksud menyalahkanmu.”
“Tidak!”
Kahyo menggelengkan kepalanya. “Sudah seharusnya kau menyalahkanku.”
“Tidak ada….
yang dapat aku lakukan.”
“Sebelum
memasuki Kusagakure, berarti kita harus mendaratkan kapal ini?” ekspresi di
wajah Kahyo menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk mati. “Jika itu masalahnya,
ayo hancurkan kantung udaranya.”
“Itu tidak
baik.” Sekarang giliran Kakashi yang menggelengkan kepalanya. Bahkan jika kita
membuat lubang di kantung udara, kita akan terjebak di arus udara”
“Aku tidak
pernah mengatakan ‘Ayo buat lubang’ kan?”
[…….?]
“Aku bilang
‘ Ayo hancurkan kantung udaranya’.“
Kakashi
merendahkan pandangannya.
“Dengan
keadaan seperti ini, mungkin kita harus mencobanya.” Ucap Kahyo ketika ia
bersungguh-sungguh.” Karena aku tidak ingin orang lain mati lagi.”
Ketika Kahyo
berbicara, Kakashi melihat ke arah badan kapal. Di langit-langit, terdapat
tangga besi yang pernah ia gunakan untuk mengendap masuk ke Tobishachimaru ke
ruang propulsi. Ia akhirnya berhasil mencapai aera tersebut. Karena ruang pilot
dan ruang gondola telah hancur, baling-baling di ruang propulsi telah berhenti
berputar. Ia memanjat ke langit-langit dengan menggunakan tangga tersebut. Dari
sana, ia bahkan sangat dekat dengan kantung udara di komponen pengapung.
Aku harus
melakukannya.
Jika ketinggian
Tobishachimaru terus meningkat, orang-orang akan mati. Tidak, sebelum itu,
kapal ini akan memasuki wilayah dari Kusagakure karena angin seperti ini. Dan
kerena hal tersebut, Tsuchikage akan bersiap untuk menghancurkannya. Bahkan
jika kami menghancurkan kantung udara, api akan mengelilingi kami. Mungkin
orang-orang akan terbakar hingga mati.
“Sial, tidak
ada pilihan yang bagus…”
Para
penumpang sudah berpegangan pada apapun yang dapat membuat mereka agar tetap
berada di dalam kapal.
Dengan
menarik napas yang panjang dan disertai dengan teriakan semangat bertarung
miliknya, Kakashi menyerang kantung udara dengan kunai yang telah dialiri
chakra olehnya.
“Gakinn!(Boom!)”
Kunai
tersebut menusuk kantung udara. Terdengar suara yang bising ketika gas helium
keluar dari lubang tersebut.
"!"
Kemudian
terjadi keadaan yang ia takutkan. Mulai terdapat api kecil. Sepuluh detik
kemudian, api tersebut melalap kantung udara tersebut.
//*Sfx
Gooooooooooo! (Suara api yang berkobar)*
Dalam
sekejap, bagian luar kantung udara telah dilalap api. Dengan kuatnya angin yang
bertiup, api semakin menjadi-jadi. Dalam sekejap, api memasuki komponen
pengapung.
Segera,
bagian depan Tobishachimaru mengarah ke bawah. Kapal mulai terjatuh.
Kakashi melompat
ke tangga. Ia berlari masuk kembali. Di atasnya, terlihat kantung udara yang
tengah dipenuhi api. Terlihat seperti Dewa mulai ingin menghapuskan
keberadaannya. Hanya sisa kerangka yang terlihat dari kantung udara tersebut.
Daya angkat
mereka hilang.
Ketika
Kakashi melompat ke dapur, Kahyo telah selesai merapal segel jutsu, kemudian ia
melepaskan sebuah jutsu:
“Hyouton :
Jisarenhyou!”
Walaupun
suaranya tertutupi dengan kuatnya angin, tetapi jutsunya tidak. Kumpulan es
mencuat dan mendorong kapal sedikit ke atas.
"?"
Untuk
sesaat, Tobishachimaru sedikit terangkat ke atas.
Secara
perlahan, kapal tersebut mulai diselimuti es yang dibuat oleh Jisarenhyou milik
Kahyo.
Akibatnya,
beberapa bagian dari gondola mulai hancur lagi.
Ketika Kahyo
mengaktifkan jutsunya, terlihat ekspresi yang sangat serius di wajahnya.
Mungkin karena saat ini semuanya tergantung oleh jutsu dan keinginannya. Tangan
Kahyo mulai gemetaran, dari mulutnya mulai keluar darah akibat ia memaksa
tubuhnya hingga melewati batas. Karena sejumlah chakra yang Kahyo alirkan ke es
miliknya, sepertinya es mulai tumbuh mulai dari bagian bawah Tobishachimaru dan
terus meluas.
Mulai
memasuki lautan awan, terdengar suara tabrakan yang cukup keras. Efeknya
memecahkan es yang menyelimuti kapal tersebut, sedikit demi sedikit. Namun,
setiap kali esnya hancur, es tersebut akan kembali pulih dan terus menyebar.
“Aku akan
mendaratkan kapal ini.” terdengar suara Kahyo yang keluar diantara sela-sela
giginya.
“Aku pasti
akan berhasil!”
Mereka tidak
dapat melihat apapun, hanya gelapnya awan yang dapat terlihat.
Kerena
proses jatuh yang tiba-tiba, telinga mereka tidak dapat begitu saja menerima
perubahan tekanan atmosfer yang mendadak. Mereka terus menelan ludah untuk
menyeimbangkan tekanan atmosfer di dalam tubuh dengan di luar tubuh.
Hanya dalam
hitungan menit, kantung udara tadi telah berubah menjadi kerangka. Yang tersisa
kini hanyalah rangka yang masih mengeluarkan asap.
Api tersebut
masih memiliki beberapa bagian kapal yang dapat dibakar, karena api tersebut
terus menjalar dari arah depan. Di hadapan Kakashi dan Kahyo, tidak ada apa-apa
kecuali hanya api biru dan awan hitam.
Tobishachimaru
terus terjatuh, akhirnya menembus lautan awan tadi. Setiap kali awan terguncang
ke kiri ataupun ke kanan, Kahyo membuat perlindungan dari es agar tidak
tergelincir.
Tobishachimaru
mengalami kerusakan yang serius. Selain itu, ketinggiannya terus berkurang.
Tiba-tiba, mereka mulai merasakan tubuh merka perlahan mengapung.
"!?"
Untuk
sesaat, tubuh Kakashi melayang.
“Apa yang
terjadi?”
“Tidak ada
cukup uap air!” teriak Kahyo balik. “Tidak ada cukup uap air untuk membuat es!”
"!"
Melihat ke
arah lantai dapur, Kakashi melihat bahwa lapisan es yang menyelimuti
Tobishachimaru telah menghilang. Bahkan sudah tidak ada lagi bekas yang
tertinggal.
Jauh di
bawah sana, terlihat daratan kekuningan yang membentang dengan gunung berwarna
musim semi. Telihat kilauan air sungai yang tengah mengalir.
Tobishachimaru
kehilangan es pendukungnya. Kapal ini mulai jatuh secara vertikal.
Saat mereka
mencapai ketinggian 5000 meter, Kakashi tau bahwa Tsuchikage mulai tidak sabar
dan terbang mendekat ke arah mereka.
Kurotsuchi
dan Akatsuchi juga menemani Oonoki. Mereka terbang di sebelah Tobishachimaru.
“Oi!
Kakashi, akhirnya!” teriak Tsuchikage. “Jika hanya kalian berdua, aku dapat
menyelamatkan kalian… Nona dan Kakashi, segera melompat ke arah kami!”
Kakashi dan
Kahyo saling bertukar pandangan.
Kahyo
mengangguk.
(Hanya hal
itu yang ia perlukan)
Dengan
begitu, Kakashi mengerti bahwa mereka merasakan hal yang sama.
“Apa yang
kau lakukan? Jika tidak cepat-cepat, kalian berdua akan ikut dihancurkan….”
Kakashi
tidak membiarkan rekannya menyelasaikan ucapannya.
Dari mulut
Kahyo, terdengar suara ‘Ah!’.
Tiba-tiba
berpikir tentang apakah ia harus terburu-buru atau tidak, Kakashi menendang,
lantai, lalu melompat keluar. Tubuhnya kini tengah melayang di udara.
Angin yang
bertiup menggoyangkan rambut keperakan miliknya. Keinginan yang kuat terpancar
dari matanya layaknya es.
“Baiklah,
ayo!”
Ternyata,
Kakashi melompat melalui punggung Oonoki, lalu menuju kepala Akatsuchi, dan
melompat lagi.
“A-apa yang
kau lakukan?”
“Kakashi!”
Kahyo berteriak ke arah Kakashi setelah Tsuchikage yang mengomel .
Kakashi
mengumpulkan seluruh chakra di tangan kanannya. “Aku akan membuat hujan!”
“Kakashi!”
“Kupercayakan
sisanya padamu, Kahyo!”
Dengan
menggunakan tangan kanannya, ia mengumpulkan chakra serta semua keberaniannya.
Lalu Kakashi melepaskan Shiden ke arah awan hujan di atasnya
“Wuoooooohhhhhhh!”
Dooooon!
(Booooom!)
Dengan
intensitas energi sebesar itu, awan menjadi terbelah. Dalam sekejap, terlihat
kilauan awan biru. Tubuh Kakashi terhempas akibat tekniknya sendiri.
Mata
Tsuchikage melebar.
Kilat keluar
dari seluruh tubuh Kakashi. Layaknya tentakel, kilat tersebut menyebar ke
segala arah dan bergerak menuju awan hujan. Kilat tersebut memicu terjadinya
petir. Awan hujan mulai mengumpul disertai dengan suara dari arus listrik yang
saling bergesekan.
“Ini bahaya,
Tsuchikage-sama!” teriak Akatsuchi. “Cepat bersembunyi di balik bayanganku!”
“Itu
sia-sia!” suara Oonoki terdengar bergemuruh. “Orang-orang Konoha menjadi
sembrono akhir-akhir ini….”
Awan hujan
bergemuruh. Kilat turun dan membelah pohon maple di bawah menjadi dua.
“Kurotsuchi!
Selamatkan si bodoh itu!”
Dengan
perintah dari Tsuchikage, Kurotsuchi berusaha mengejar Kakashi. Ia terjatuh
serta kehilangan kesadaran. Mulai ada tetesan air yang jatuh dan mengenai
pundak dan wajah Kurotsuchi.
Sepertinya
ia hilang kesadaran untuk beberapa saat. Sebenarnya, hanya untuk beberapa detik
saja.
Hujan yang
dingin mengenai wajahnya. Kakashi kemudian membuka matanya yang setengah
tertutup.
Sesaat
kemudian, sebuah bayangan besar melayang di hadapan dirinya….
[!?]
Kakashi
membuka matanya. Dari balik gondola, ia dapat melihat sosok Kahyo yang sedang
membuat segel jutsu.
Air hujan
jatuh dengan deras. Dengan efek dari Jisarenhyou, sekarang bagian bawah
Tobishachimaru telah berubah menjadi kristal es.
Kristal es
mulai menyebar dari bagian bawah kapal, yang akhirnya mulai mulai melebar.
Segera
setelah kapal terjatuh, terlihat jejak yang ditinggalkan dari butiran es.
Tobishachimaru saat ini terlihat seperti sebuah komet.
Jika ada
sesuatu yang disebut dengan ‘Jalan Menuju Surga’…….
Suara petir
bergemuruh. Kakashi yang melihat ke arah Tobishachimaru terus memikirkan
tentang ‘Jalan Menuju Surga’. Mungkin itu adalah sesuatu yang indah.
Langit
dipenuhi dengan kristal es.
Sepertinya
ia sudah bangun” Kakashi mendengar suara di dekat telinganya. “Apa yang harus
kita lakukan, pria tua?”
Kakashi
dibawa di punggung Kurotsuchi.
“Sepertinya
ia bermaksud untuk mati.” ucap Tsuchikage. “Kita tidak punya pilihan lain.
Sepertinya kapal itu tidak akan jatuh di desa kita. Dan juga, kita tidak punya
urusan di tempat ini.”
“Ah.”
Akatsuchi meninggikan suaranya dengan nada histeris.”Sesuatu yang terbang
mengarah ke kita dari Houzukijyou.”
Sai
tiba-tiba telah sampai di sebelah Kurotsuchi dengan burung raksasanya.
Tsuchikage
mengangguk. “Arayatto (Bawa dia!)” ucap Kurotsuchi. Ia melemparkan Kakashi ke
arah burung tersebut.
“Beri tahu
Tsunade-hime bahwa perasaan menang pasti juga akan berakhir. Pada akhirnya
jalan kita akan diteruskan oleh generasi yang selanjutnya.”
Setelah
mengucapkan kata-kata itu, Oonoki terbang menjauh.
Lalu untuk
pertama kali, Kakashi menyadari bahwa mereka mulai mendekati daratan. Jika
dilihat dari situ, asap putih terlihat dari halaman Houzukijyou.
Manusia-manusia disana terlihat seperti semut.
Di sekitar
kastil merupakan halaman rumput yang luas. Tobishachimaru mendarat di sana.
Musim telah berubah di si Houzukijyou. Tobishachimaru mendarat di atas rumput,
dengan selamat.
Terdengar
gemuruh dari dalam kastil. Segera, sesosok orang yang bertubuh kecil terlihat
keluar dari gerbang kastil dan mengarah ke Tobishachimaru. Sosok itu terlihat
seperti Sakura.
Di sisi
selatan kastil, masih terjadi pertarungan. Putaran angin menyerang tahanan yang
kabur, satu per satu. Tidak salah lagi, itu merupakan Konoha Senpuu milik Lee.
Di sekitar
halaman kastil, ia melihat bayangan yang memanjang. Ia tahu bahwa itu adalah
Shikamaru yang tengah berusaha menangkap tahanan. Sebuah bola besar berputar
dan menyerang tahanan yang kabur. Itu pasti Nikudan Senshaa milik Chouji.
Sosok yang
sedang berlari ke arah kastil, Kakashi berpikir pasti itu adalah Tsunade dan
Shizune.
Ada serangga
milik Shino, senjata ninja milik Tenten, Kiba dan Akamaru. Melihat rekannya
sebanyak itu, sesuatu yang hangat mulai merasuk ke dada Kakashi.
Seperti yang
dikatakan Tsuchikage. Mungkin sudah saatnya untuk mewarisi jalan itu.
Pada saat
ini di dalam diri Kakashi, ia membuat keputusan.
“Semenjak
aku kehilangan sharingan, aku terus menjadikannya alasan untuk menghindari
posisi Hokage kan?”
Tiba-tiba,
ia berpikir seperti itu.
“Berbicara
tentang menjadi seorang Hokage, jumlah orang yang harus kulindungi akan
bertambah. Dengan kata lain,aku tak akan tahu kapan aku akkan diserang
kesedihan; rasa sakit seperti saat aku kehilangan Obito. Aku akan terkubur
dalam rasa sakit itu. Aku masih berada dalam tekanan bahwa aku masih belum bisa
menahan rasa sakit seperti itu. Untuk rekan di desa, bahkan saat ini, mereka
saling mendorong satu sama lain, walaupun tidak terlihat. Seperti saat pagi
menjelang, matahari yang mulai terbangun; mereka mendorong satu sama lain
layaknya memang sudah secara alami. Naruto, Tsunade-sama, Shikamaru, Ino, Guy,
Lee, Tenten, Chouji, Sakura, Sai, Hinata, Shizune, Iruka, Shino, Kiba…..”
Wajah semua
orang terlintas di pikiran Kakashi.
“Lalu, untuk
rekan-rekan dan Desa Konohagakure, kurasa aku bangga dengan mereka dari lubuk
hatiku yang paling dalam.”
Dan juga,
Kakashi berpikir: Jika mereka membutuhkanku, maka aku akan menelan semua rasa
sakit mereka. Sepertinya itu benar, seperti itulah seharusnya. Lalu aku akan mengatasi
rasa sakit itu dengan mereka, bersama.
Berbicara
tentang menjadi seorang Hokage, mungkin itulah arti dari posisi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar