Ia tak dapat
menyangkal apa yang telah Gengo katakan…
Shikamaru
merasa kebingungan akibat kondisi hatinya yang terguncang.
Ia jauh-jauh
datang kemari untuk membunuh Gengo.
Ia sungguh
percaya bahwa dia merupakan sebuah penghalang menuju jalan perdamaian shinobi.
Karena ia
mempercayai hal itulah maka Shikamaru menempuh jalan ini tanpa memberitahu yang
sebenarnya kepada satupun temannya.
Namun kini,
saat Gengo berdiri di depan matanya, saat ia mendengarkan apa yang
dikatakannya, Shikamaru tak yakin apakah jalan berpikirnya adalah yang benar.
“Apakah kau
pernah berpikir mengapa perang terus terulang tanpa henti di dunia ini?"
Tanya Gengo.
Kenyataannya
adalah Shikamaru tak pernah sekalipun memikirkan hal itu.
Dari awal
terbentuknya kontinen ini, begitu banyak negara yang terus mengulang
pertempuran yang sama satu sama lain, lagi dan lagi, melewati pasang surut
seperti yang mereka lakukan.
Dan diantara
jarak hubungan negara-negara itu, shinobi hadir dan menawarkan kemampuan mereka
dengan sejumlah harga, untuk mendapatkan persediaan. Dan begitulah bagaimana
hal terus berlanjut, sehingga kata ‘perang’ tak tampak berlaku.
Shikamaru
selalu khawatir dengan permasalahan dari dunia shinobi sendiri. Tak seperti
Gengo, ia tak pernah mempertimbangkan seluruh dunia.
Pemikiran
Shikamaru hanya selalu tentang bagaimana cara mengamankan masa depan shinobi.
Bagaimana cara mempertahakan hubungan yang damai antar desa. Seberapa efektif
Persatuan Shinobi dalam hal itu. Bagaimana cara menjadikan Naruto sebagai
Hokage. Bagaimana cara membangun fondasi yang kuat untuk generasinya.
Kekhawatiran
Shikamaru tampak jauh lebih kecil dibanding dengan apa yang Gengo khawatirkan.
Fokusnya bukan hanya pada dunia shinobi, tapi seluruh dunia.
“Tidakkah
kau berpikir bahwa pertempuran tak pernah berhenti karena Daimyou memerintah
segalanya, daripada shinobi? Karena orang-orang yang tak memiliki chakra
ataupun jutsu terus bertemu, setiap saat mereka berpapasan, maka perang ini tak
akan berakhir. Karena tak ada orang yang luar biasa di antara mereka, tak ada
negara yang lebih kuat dari yang lainnya, dan dengan demikian, tak ada satupun
yang terus memantaunya. Sehingga negara-negara terus berperang dan berdamai,
lagi dan lagi, dan dunia penuh peperangan ini akan terus berlanjut. Aku
memberitahumu tentang sebuah jalan yang akan meletakkan akhir dari semua itu.
Dengan kekuatan shinobi, aku dan para Kakusha-ku akan meraih apa yang tak
pernah orang lain raih sebelumnya : penyatuan kontinen.”
“Penyatuan
kontinen…” gumam Shikamaru.
Gengo
memberikan anggukan puas pada ia saat menggemakan kata-katanya.
“Sejak awal,
dunia ini selalu tentang ‘yang terkuatlah yang akan terus hidup’. Cara hidup
seperti ini tak hanya ada untuk binatang. Bahkan binatang yang disebut manusia
belum bisa menyingkirkan diri mereka dari sana. Dalam kasus itu, bukankah yang
pantas bagi pemegang kekuatan yang sebenarnya, shinobi, memerintah sebagai yang
terkuat, berada di atas hirarki ini? Revolusi yang kubicarakan tepatnya adalah:
untuk mengubah dunia yang tak normal ini menjadi sebaik mungkin.”
Berpikir
bahwa shinobi lah yang seharusnya mengontrol dunia …
…mungkin
tidak salah.
“Shikamaru-dono.”
Suara Rou
datang dari belakang. Shikamaru memutar kepalanya dan melirik ke arah pria itu
dari bahunya.
“Bukankah
itu seperti yang Gengo-sama telah katakan?” Tanya Rou.
“Mengapa
shinobi selalu dimanfaatkan oleh Daimyou? Saya adalah anggota Anbu. Saya telah
melihat sisi buruk Daimyou berkali-kali. Mereka berpikir bahwa kita tak lebih
dari sekedar alat. Sahabatku merupakan seorang pria yang digunakan sebagai alat
dalam perang antara Negara Api dan Negara Angin. Saat kedua negara itu
mendeklarasikan gencatan senjata, dia disingkirkan.”
Setetes
airmata mengalir dari mata Rou yang basah.
“Sebuah
penghalang.”
“…Aku juga
berpikir begitu, kau tahu.”
Kali ini,
sebuah bisikan lemah datang dari mulut Soku. Saat Shikamaru mengalihkan
pandangan ke arahnya, ia dapat melihat banyak luka lebam berwarna biru gelap
mewarnai wajah kecilnya. Meskipun dia
masih anak-anak, Gengo tak segan-segan memberikan perintah pada
bawahannya untuk menyiksanya bersama Rou.
“Aku pikir
apa yang Gengo katakan benar, kau tahu.”
“Hinoko…”
“Bukan hanya
Daimyou, tapi juga semua penduduk yang tinggal di negara yang mereka perintah,
kau tahu.”
Soku bahkan
tak peduli bahwa Shikamaru memanggilnya dengan nama asli, terus berbicara
dengan penuh amarah.
“Tak peduli
seberapa baiknya kau pada manusia biasa, saat mereka mendengar bahwa kau adalah
shinobi, mereka akan mengawasimu dengan sudut mata mereka. Tatapan di mata
itu…mengerikan …mencurigakan…menandai kita sebagai yang ‘berbeda’. Kenapa kita
harus menumpahkan darah, keringat, dan airmata untuk baj****n seperti mereka?
A- Aku tak tahu kenapa, kau tahu!”
Meskipun
Gengo-lah yang telah memberikan perintah yang menghasilkan luka lebam di
kulitnya, Soku melihat pria itu dengan kekaguman, seolah telah benar-benar
melupakan kenyataan itu.
“Kau lihat?
Bahkan teman-temanmu setuju denganku. Apa yang ingin kulakukan merupakan
sesuatu yang sangat berarti bagi shinobi. Shikamaru, ikutlah denganku. Bersama,
bukankah kita bisa menghentikan era perang ini?”
Gengo
mengulurkan tangannya.
Jika
Shikamaru menerima uluran itu, ia takkan bisa kembali ke rumah.
'Tidak,
bukankah aneh jika berpikir untuk kembali?'
'Jika Gengo
benar-benar menyatukan seluruh negara, maka itu termasuk dunia shinobi. Jika
itu terjadi, maka pasti Naruto, Chouji, Ino, semuanya, ia akan dapat bertemu
mereka lagi.'
Tidak,
kenyataannya, ia sendiri dapat mengajak mereka, dan mereka dapat ikut membangun
dunia shinobi.
“Shikamaru.
Jadilah orang kepercayaanku.”
Suara Gengo
menekan tulang belakang Shikamaru.
“Aku…”
Shikamaru
ingin menerima uluran itu.
Namun…
Ada sebagian
diri Shikamaru yang mati-matian mencoba menghentikannya.
“Ikutlah
denganku sekarang,” dorong Gengo.
“Ke- Ken…”
Sesuatu
dengan kuat menyumbat tenggorokan Shikamaru. Shikamaru berusaha untuk mendorong
suaranya melalui sebuah gumpalan asing berduri, dan akhirnya menyemburkan
kata-kata itu:
“Kenapa aku
harus menjadi bawahan dari seseorang sepertimu?”
“Oh? Untuk
berpikir kau telah mendengarkan kata-kataku hingga saat ini, dan masih menolak
untuk mengerti. Kau pasti juga merupakan orang yang sangat keras kepala.”
Ada sesuatu
yang tak beres.
Di suatu
tempat dalam hati Shikamaru, masih ada sesuatu dalam dirinya yang tak
mempercayai Gengo. Sebagian dirinya mengatakan bahwa bukanlah ide yang bagus
untuk menyerahkan diri kepada pria ini. Tak ada kata-kata yang berasalasan
atapun penjelasan. Hanya sebagian dirinya tak bisa menahan ini. Sebuah perasaan
buruk.
Setiap
bagian dirinya yang lain benar-benar yakin bahwa Gengo memiliki gagasan yang
benar.
“Baiklah
kalau begitu, kita akan melakukan ini…”
Gengo
mengangguk ke arah penjaga di samping Shikamaru, dan kemudian berjalan kembali
ke arah tangga.
Para Kakusha
yang menjaga Shikamaru hingga kini membuka borgol yang menahan tangan di
belakang punggungnya. Hilangnya pembatas yang memaksanya meringkuk membuat
tubuhnya lemas dengan kelegaan. Dengan susah payah menahan dirinya agar tak
terjatuh ke lantai, ia menahan dirinya dengan tangan kanannya. Ia melihat ke
arah Gengo.
Gengo
berdiri di dasar tangga, hanya berjarak beberapa meter. Ia merentangkan
tangannya ke samping, membebaskan dadanya.
“Jika kau
benar-benar tak bisa mempercayaiku, maka bunuhlah aku sekarang.”
“Mem-
membunuhmu?” Suara Shikamaru bergetar.
“Tak ada
alasan untuk tak mampu mencekikku hingga mati dengan jutsu manipulasi
bayanganmu itu. Gunakanlah. Mari kita lihat bagaimana kau membunuhku.”
Kenapa ia
begitu yakin saat ia mengatakan pada Shikamaru untuk membunuhnya?
Perasaan
gelisah dalam diri Shikamaru perlahan tumbuh.
Ada sesuatu
yang hilang, di suatu tempat, ia tak bisa berpikir sebagaimana mestinya, ada
sesuatu yang ia lewatkan…
Shikamaru
menempatkan tangannya yang gemetar di atas lantai.
Cahaya
matahari bersinar melewati jendela besar di sisi ruangan itu. Cahaya yang
bersinar terang itu jatuh tepat pada tangan dan tubuh bagian atas Shikamaru,
membuat bayangan dengan jelas. Bayangan hitam pekat mulai sedikit bergetar.
Getaran itu perlahan meningkat, bayangannya beriak, kemudian bergetar dengan
keras seperti mencoba melepaskan diri dari bentuk aslinya.
“Ayo…”
Shikamaru memerintah bayangannya dengan suara lemah. Bayangan yang beriak itu
berubah menjadi sulur panjang dan gelap yang menuju langsung ke arah Gengo.
“Sekarang,
jangan berhenti, Shikamaru!”
Gengo
memanggil, matanya menyala terang. Ia terdengar seperti menikmatinya.
Suaranya
yang penuh dengan keyakinan menekan Shikamaru dari segala arah.
Banyangannya..
Terhenti.
Bayangan itu
berhenti tepat di depan jari kaki Gengo. Tak peduli berapa besar keinginan
Shikamaru, bayangan itu takkan bergerak lebih jauh.
“Ada apa?”
Tanya Gengo.
“Kenapa kau
tidak menggunakan bayanganmu?”
'Mengapa
bayangannya tak bergerak?'
'Sesuatu
yang aneh, sesuatu yang janggal, sesuatu yang tak beres …'
'Pikir,
pikir, pikir, pikir…'
'Berpikir,
Shikamaru!'
'Mengapa kau
tak menyadarinya?'
Kepalanya
terasa seperti akan meledak.
Rou dan
Soku…
Perasaan di
dalam dirinya ada karena mereka.
'Rou dan
Soku. Mereka berdua merupakan anggota Anbu yang berdedikasi, memiliki kesetiaan
yang besar bahkan di bawah paksaan… lalu kenapa mereka berdua menerima
kata-kata Gengo dengan cepat dan mudah?'
'Setelah
mengalami penyiksaan dibawah perintah Gengo, kenapa mereka tak sama sekali
merasakan kebencian?'
'Untuk
mengubah perasaan mereka menjadi rasa kagum dengan begitu mudah—merupakan hal
yang tak mungkin.'
'Pasti ada
sebuah trik. Sebuah trik.'
Satu kata
dengan jelas muncul di pikiran Shikamaru.
'Genjutsu…'
'Genjutsu
lah yang memanipulasi pikiranmu dan dirimu ke dalam delusi. Rou dan Soku tampak
seperti berada dalam genjutsu.'
Dalam kasus
itu, maka apakah Shikamaru juga berada dalam genjutsu?
Itu
merupakan kemungkinannya.
Tapi,
genjutsu merupakan sebuah doujutsu, teknik yang berakar pada mata. Contoh
utamanya adalah Klan Uchiha dari Konoha, dan mata sharingan mereka yang
spesial, sebuah garis keturunan yang membuat mereka dapat menenggelamkan lawan
mereka ke dalam genjutsu
Kejadian di
alun-alun itu. Saat itu, sesuatu melemahkan jutsu Rou dan menguak keberadaan
mereka pada Gengo. Hal itu tak mungkin merupakan doujutsu, karena hingga Gengo
berbicara dan memanggil mereka ‘tikus’, tak satupun yang melihat langsung mata
Gengo. Kontak mata dengan lawanmu merupakan syarat yang absolut dalam doujutsu.
Tak ada kemungkinan ia membuat kontak mata dengan mereka saat itu.
Lalu apa
yang menghasilkan genjutsu pada Shikamaru dan yang lainnya?
Ia tak dapat
berpikir. Pemikirannya melamban.
kaat kau
terjebak dalam genjutsu, kau selalu membutuhkan seseorang untuk membantumu
keluar dari jutsu itu. Namun kedua rekannya sudah berada dalam genggaman Gengo.
Shikamaru
merasa seperti berjalan melewati rawa yang dalam dan keruh, perlahan tenggelam
lebih dalam dan lebih dalam lagi. Pada akhirnya, ia tahu bahwa kepalanya juga
akan tenggelam.
Sebentar
lagi, ia akan benar-benar berada dibawah pengaruh Gengo.
“Aku
benar-benar tidak bisa menahan ini…” Pikiran Shikamaru mulai tak berdaya.
Gengo memandangnya
dengan tatapan kemenangan. Bahkan kini, bayangan Shikamaru bergetar tak lebih
beberapa inchi dari kaki pria itu.
“Tidakkah
kau ingin menyerah sekarang?”
Suaranya
begitu lembut dan menenangkan. Shikamaru dapat merasakan seluruh tubuhnya
meleleh karena kehangatan suara itu. Sisa-sisa kesadarannya mulai menurun…
'Kemampuan
genjutsu Gengo yang sebenarnya…'
Jawaban
samar-samar telah terbentuk dalam pikiran Shikamaru, namun sebelum hal itu
dapat menjadi wujud yang jelas, ia menghapusnya dengan keinginannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar