“Dan dengan ini, pertemuan bulan ini berakhir. Apakah ada yang ingin bertanya?”
Shikamaru memejamkan matanya saat mendengar suara yang terdengar tidak puas pada pertemuan ini. Pria berkacamata yang berbicara adalah Chojuro, shinobi dari Kirigakure. Shikamaru mengenalnya saat perang, ia merupakan salah satu bodyguard Mizukage.
“Jika tidak ada yang ingin bertanya, kalau begitu, Shikamaru-san…” Chojuro berbicara dengan nada permohonan dari tempat ia duduk, disebelah Shikamaru.
Shikamaru membuka mata kanannya untuk melihat ke arah Chojuro, kemudian perlahan membuka keduanya.
Sepuluh shinobi duduk mengitari meja yang berbentuk lingkaran; baik pria maupun wanita, semuanya rata-rata seusia dengan Shikamaru.
Mereka berada di Negeri Besi (Tetsu no Kuni); Markas Besar Persatuan Shinobi.
Negara ini memiliki sejumlah besar samurai yang kuat, karena itu mereka tidak membutuhkan seorang shinobi pun. Sebelum perang, kelima Kage dari Lima Desa Besar Tersembunyi mengadakan pertemuan di negara ini, dan sekarang, negara ini menjadi Markas Besar Persatuan Shinobi. Markas Besar Persatuan Shinobi telah ditetapkan di Negara Besi, tempat dimana aliansi pertama kali dibentuk.
Seluruh desa terkemuka dari kelima Negara Besar Shinobi menugaskan beberapa shinobinya untuk mengadakan pertemuan di markas besar, dan—tak peduli siang ataupun malam—melanjutkan kerja keras mereka demi perluasan dunia ninja secara keseluruhan.
Pertemuan ini dipenuhi oleh orang-orang yang menopang beban era dunia shinobi yang selanjutnya. Tempat ini merupakan tempat dimana masa depan Shinobi didiskusikan. Shinobi yang dikirim untuk pertemuan ini merupakan shinobi yang berkapabel di desanya, yang dipertimbangkan sebagai kandidat Kage ataupun jabatan lainnya. Diantara mereka, Shikamaru dan Chojuro adalah yang paling muda.
Selain Shikamaru dan Chojuro, yang memimpin rapat, ada juga Temari dari Sunagakure, dan Omoi dari Kumogakure.
Shikamaru ditugaskan sebagai pimpinan dari pertemuan shinobi ini. Tentu saja, ia tidak mengajukan dirinya. Ini merupakan hasil rekomendasi dari semua orang.
“Shikamaru-san?” suara Chojuro terdengar seperti khawatir akan keheningan Shikamaru yang berkepanjangan.
Shikamaru berdeham, melihat kearah seluruh anggota, membuka mulutnya untuk bicara.
“Saya yakin bahwa kita tidak memiliki topik baru untuk dibicarakan pada pertemuan ini. Saya berharap pertemuan-pertemuan berikutnya dapat berjalan singkat seperti ini. Dengan begitu, sampai bertemu lagi bulan depan.”
Seusai menutup pertemuan itu, Shikamaru segera melangkahkan kakinya, mengumpulkan semua gulungan dan dokumen yang tersebar sepanjang meja, melipat dan menggulungnya, kemudian bersiap untuk meninggalkan ruangan
Karena bingung akan sikap pemimpinnya yang dingin, anggota lainnya bersiap meninggalkan ruangan dengan segera. Semua orang keluar ruangan menuju dua lorong di kanan dan di kiri.
Meskipun begitu banyak shinobi yang berjalan di lorong dengan gelisah, tak satupun suara langkah mereka yang terdengar. Bagaimanapun juga mereka adalah shinobi. Suara langkah orang lain pasti dapat terdengar, namun tidak dengan suara langkah shinobi. Itu merupakan hal yang paling mendasar dari hal-hal dasar yang diajarkan di akademi ninja.
“Oi.” Sebuah suara memanggilnya dari belakang.
Shikamaru mendecakkan lidahnya dengan gelisah. Saat ini, pemilik suara itu adalah orang yang paling tidak ingin ia ajak bicara.
Ia terus melangkah seolah tak mendengar panggilan itu.
“Tunggu, Shikamaru!”
Suara itu terasa seperti menghantamnya dari belakang.
“Ada apa?” Shikamaru menolehkan kepalanya untuk sekedar melihat wanita di belakangnya dari balik bahunya.
Temari dari Suna. Rambutnya kini lebih pendek dibanding dua tahun lalu, dan sekarang diikat dua pada bagian kanan dan kiri. Wajahnya tampak seperti orang dewasa, matanya tampak lebih teduh dibanding dulu.
Ia lebih tua dari Shikamaru. Daripada mengatakan bahwa ia terlihat seperti orang dewasa, akan lebih tepat jika dikatakan bahwa ia telah tumbuh menjadi orang dewasa yang menawan.
“Ada apa dengamu?” Tanyanya.
Matanya tampak seperti lebih sayu dibanding dulu.
“Aku tidak mengerti maksudmu.”
“Kau bersikap aneh belakangan ini.” Temari mengulurkan tangannya yang ramping untuk menggapai pundak Shikamaru, memutarnya agar menghadap ke arahnya.
Merepotkan…
Kata yang hampir keluar dari tenggorokannya itu kembali ia telan dengan penuh ketakutan.
“Seperti sikapmu yang dingin pada pertemuan tadi.” Ia berkata,
“Kau membuat keputusan tanpa mengungkapkan sepatah kata atau memberikan penjelasan, itu membuat semua orang gugup, atmosfir berubah menjadi tegang.”
“Oh ya?”
“Kau bahkan tidak menyadarinya…?” Mata Temari sedikit melebar. “Apa ada yang salah?”
“Tidak ada…”
“Ada hal yang tak ingin kau beritahukan padaku, benarkah itu?”
Tatapan Temari seperti terluka.
Sejak perang usai, terhitung sudah dua tahun Shikamaru telah bekerja sama dengan Temari. Temari merupakan partner yang baik dan pengertian. Mereka berdua berbagi perasaan yang sama, yaitu tidak ingin seluruh shinobi yang telah dipersatukan terpisah kembali, begitu juga dengan niat mereka untuk bekerja sama dan membangun Persatuan Shinobi sebaik mungkin.
Jika kalian melihat ikatan yang kuat antara Naruto, yang bertekad untuk menjadi Hokage Konoha, dan Gaara, Kazekage Suna, maka dapat dikatakan dengan mudah bahwa ikatan antara Suna dan Konoha merupakan yang terkuat diantara desa lainnya. Begitu juga dengan kekuatan eksternal seperti dalam pekerjaan, maka wajar jika Shikamaru dan Temari telah mencapai tahap dimana mereka memberikan dukungan yang terbesar satu sama lain di Persatuan Shinobi.
“Sesuatu sedang terjadi di Konoha, kan?”
Temari sudah membuat tebakan yang tepat. Namun, ia melewatkan satu hal kecil. Situasinya tidak terjadi di Konoha, meskipun situasinya mempengaruhi seluruh shinobi Konoha. Teori Temari setengahnya benar, setengahnya salah.
Jika ada suatu hal yang tak mengubah hidup shinobi, maka itu adalah ketika segala hal yang telah melewati perbatasan desamu, harus segera didiskusikan dengan desa lainnya. Ini merupakan aturan dasar Persatuan Shinobi. Langkah yang diambil oleh Shikamaru dan Kakashi jelas-jelas merupakan sebuah pelanggaran.
Namun, walaupun terdapat peraturan tak langsung tersebut, Shikamaru masih tak berniat untuk mengatakan hal itu pada Temari. Sebuah langkah yang tidak bijak untuk melibatkan seluruh Persatuan ke dalam urusan Negeri Sunyi.
Konoha akan menangani masalah ini sendiri…
Ia sendiri yang akan menanganinya.
“Kau tak bisa mengandalkanku dalam hal apapun?”
“Tidak.”
Nada Shikamaru yang tajam membuat mata Temari meredup.
“Jadi seperti itu…”
Sebuah tinju melayang tepat setelahnya.
Selang sedetik, wajah Temari yang menampakkan ekspresi tersinggung berubah menjadi kemarahan besar. Tak ada waktu lagi untuk menghindarinya. Bahkan sebelum Shikamaru menyadari apa yang sedang terjadi, tubuhnya sudah melayang ke arah lain.
Tubuhnya terguling di lantai lorong sebelum akhirnya terduduk. Ia terdiam kemudian menggerakkan tangannya untuk menyentuh pipinya yang memerah dan terasa pedih menyengat.
Temari menatapnya dengan menampakkan ekspresi kemarahan di wajahnya.
“Aku tak percaya bahwa aku salah menilaimu selama ini!” Ia berteriak dengan penuh amarah, kata-katanya seolah berubah menjadi angin yang menghantam wajah Shikamaru.
“Aku- aku minta maaf…”
Permintaan maaf itu meluncur tanpa disadari.
Dulu sewaktu ayahnya baru pulang saat matahari terbit, ibunya memaki ayahnya di depan pintu masuk. Entah bagaimana, Shikamaru menemukan dirinya dimaki dengan makian yang serupa oleh Temari.
Temari melangkah melewati Shikamaru dengan langkah yang besar dan cepat, kemudian menghilang dibalik punggungnya.
Sudut matanya tampak sedikit basah…
⁰â‚’⁰
⁰â‚’⁰
“Kau sudah berhenti makan.”
Suara itu merupakan suara Chouji yang duduk di depannya, kedua pipinya menggembung terisi makanan. Ino duduk disebelahnya.
Mereka berada di Yakiniku Q.
Dua tahun setelah perang, kedua temannya sudah tumbuh dewasa. Chouji masih tetap gemuk seperti biasanya, namun matanya menampakkan perawakan yang maskulin, dan kini ia memiliki jenggot. Rambut Ino tumbuh panjang dan lebih panjang lagi, ia membiarkan poninya yang panjang terurai, tampak lebih dewasa daripada sebelumnya.
“Apa kau makan sesuatu sebelum kemari?” Chouji membuka mulutnya untuk melahap daging lagi, mengunyahnya dan kemudian menelannya.
“Shikamaru dan aku sudah berhenti tumbuh sejak lama, jadi kami tidak makan secara berlebihan sepertimu, Chouji.”
“Hey!” Mata Chouji membelalak karena marah.
Shikamaru tertawa lepas. Rasa tenang menyelimuti hatinya. Rasanya sudah lama.
“Aku sengaja datang untuk makan siang bersama kalian, jadi untuk apa aku makan sebelum kemari?” Shikamaru mengarahkan sumpitnya menuju potongan daging yang hampir gosong.
Sepasang sumpit lainnya menghadang sumpit Shikamaru.
“Hey, tadi aku yang memanggang potongan daging itu!” Protes Chouji.
“Baiklah, baiklah.”
Mereka telah melalui saat-saat seperti ini berkali-kali sebelumnya. Shikamaru melepaskan potongan daging itu, menuju daging potongan daging di sebelahnya. Ia melirik ke arah Ino, yang mengangguk memberikan persetujuan.
“Sudah lama sejak terakhir kali kau mengajak kami keluar, Shikamaru.” Ucap Ino.
“Iya,” Chouji menimpali
“Belakangan, aku sangat jarang bertemu denganmu kecuali jika kita mengatur waktu seperti ini.”
“Shikamaru punya banyak pekerjaan di Persatuan Shinobi dan ia juga membantu Hokage. Dia sangat sibuk, Chouji, tidak bisa terlalu sering pergi bersama kita.”
“Aku mengerti, tapi…” Chouji meletakkan kedua tangannya di atas meja, pipinya menggembung karena merengut.
Ketika sebagian dari diri Shikamaru merasa senang karena mereka menyadari ketidakhadirannya, sebagian lainnya merasa kesepian, seperti ada jarak yang memisahkan mereka dengan dirinya.
Jika ia ingin menjadi orang dewasa, maka ia harus berhenti berpikir seperti anak-anak. Mereka sudah lama lulus dari Akademi. Semua hal tidak sama lagi seperti dulu saat ia bisa bermain bersama teman-temannya hingga menjelang malam.
Sama seperti Shikamaru yang dibanjiri dengan pekerjaan dari organisasi dan tanggung jawabnya pada Konoha, Ino dan Chouji yang telah berjuang pada perang yang lalu, menjadi Chuunin yang hebat dan dapat diandalkan. Disaat mereka mengatakan ini semua karena Shikamaru yang sangat sibuk, sebenarnya mereka juga memiliki waktu bebas yang sama sedikitnya.
Dan juga, mereka datang untuk bertemu dengan Shikamaru tanpa mengeluh, karena Shikamaru berkata bahwa ia ingin menemui mereka.
Mereka adalah teman yang paling lama dan paling dekat dengannya.
“Ada apa?” Ino bertanya saat ia melihat sumpit Shikamaru mengambang di udara, tak bergerak.
“Bukan apa-apa. Aku hanya ingin bertemu kalian sebentar.” Shikamaru memasukkan potongan kecil daging ke mulutnya.
“Ah, oke.”
Ino tidak bertanya apa-apa lagi setelah itu. Chouji melanjutkan menikmati kegiatan memenuhi mulutnya dengan daging.
Lalu, ketiganya mulai mengobrol. Obrolan ringan dan konyol.
Cinta abadi Chouji pada makanan.
Kisah cinta Ino, seperti biasanya.
Kemudian, mengenang Asuma…
Shikamaru dapat merasakan jarak yang memisahkannya dengan teman-temannya berkurang. Rasanya seperti kembali ke waktu pertama kali Asuma membawa mereka kesini.
Pada masa itu, hidupnya penuh dengan keluhan tentang semua hal yang ‘merepotkan’…
Ketika melihat Chouji dan Ino yang sudah tumbuh dewasa. Shikamaru menyadari betapa mereka tak akan bisa kembali ke masa-masa itu.
⁰â‚’⁰
⁰â‚’⁰
Mau saran aja nih, kalau bisa cantumkan referensi pengambilan terjemahannya
BalasHapusAda kok di cantumin. Lihat di '6 Novel Lengkap Naruto Hiden'
Hapus