Berdiri di depan Shikamaru, dua wajah baru berwarna putih: kucing dan kera.
Tentu saja, kedua wajah hewan itu hanyalah topeng, dan dari leher ke bawah berbentuk manusia. Mereka menggunakan seragam hitam pekat yang melekat pada kulitnya, begitu juga jaket pelindung Konoha yang baru didesain ulang.
Jaket pelindung yang lama memiliki saku di kedua sisinya pada bagian dada agar shinobi dapat menyimpan gulungan atau peralatan ninja, namun desain yang baru sudah tidak menggunakannya lagi dan membuatnya lebih sederhana. Ini merupakan efek samping dari era perdamaian yang telah terwujud setelah perang berakhir.
Dimana terlukis mata di topeng kedua Anbu tersebut, terdapat lubang seperti goa yang dalam dan gelap. Pada kedua topeng itu terlukis mulut yang tipis, melengkung dari pipi ke pipi. Pada topeng kucing terlukis garis tipis berwarna merah di bawah matanya. Pada topeng kera terlukis alis merah tebal yang membuatnya terlihat seperti sedang marah. Kedua Anbu itu mengaitkan tangannya dibalik punggungnya, dan celah mata pada topeng mereka membuat Shikamaru merasa sedang diawasi.
“Ini mereka berdua, aku rasa mereka bisa melakukan segala yang kau harapkan.” Ucap Kakashi dari tempat ia duduk di balik mejanya.
Dari tempat Shikamaru berdiri, Anbu bertopeng kucing berada di kanan, dan yang bertopeng kera berada di kiri. Kedua Anbu itu memiliki berbedaan tinggi yang sangat jauh. Si Kera 176 cm, sedikit lebih tinggi dari Shikamaru, sedangkat Si Kucing tingginya hanya sepundak Shikamaru.
Jadi, yang bertopeng kera adalah pria, dan yang bertopeng kucing adalah wanita…
Meskipun tanpa perbedaan tinggi, struktur tubuh mereka sangatlah jelas.
“Kalian berdua, lepaskan topeng kalian.” Instruksi Kakashi.
Tangan kedua Anbu itu terangkat mencapai topeng mereka sesuai perintah Kakashi, perlahan menurunkannya untuk memperlihatkan wajah mereka yang sebenarnya.
Memang sebuah ciri khas seorang Anbu untuk memakai topeng dengan wajah hewan. Karena mereka biasanya berurusan dengan misi gelap sepeti pembunuhan atau menyebabkan kekacauan di negara luar, mereka tidak mau membiarkan orang lain mengetahui identitas mereka. Bahkan masyarakat Konoha sendiri tidak mengetahui siapa yang merupakan Anbu, siapa yang tidak.
‘Orang-orang yang datang dan pergi dari desa tanpa memakan apapun adalah Anbu.’ Banyak sekali beredar rumor dan spekulasi seperti itu.
“Pria ini adalah Rou, and anak perempuan ini adalah Soku.”
Kedua Anbu itu membungkuk memberi salam pada Shikamaru saat Kakashi memperkenalkan mereka.
“Memiliki perempuan yang sangat muda di Anbu…“
“Tidak terpikirkan, kan?” Soku memotong gumaman Shikamaru.
“Tapi di dunia Shinobi, kemampuan adalah segalanya, dan aku memasuki Anbu dengan membuktikan nilai dari kemampuanku, kau tahu.”
“Dia benar.” Kakashi setuju dengan Soku.
Shikamaru tak bisa memungkiri keterkejutannya. Soku masih sangat muda. Ia paling tidak lebih muda 5 atau 6 tahun dari Shikamaru, dan pasti baru saja lulus dari akademi. Ia memiliki pipi kemerahan yang chubby, namun juga memiliki bibir tipis membentuk rengutan yang memancarkan tekad. Alis tipisnya melengkung dan matanya memancarkan kepercayaan diri.
Sesuatu darinya membuat Shikamaru merasa seperti inilah bentuk Temari saat kanak-kanak.
“Hinoko diakui kemampuannya dan direkrut ke Anbu ketika ia baru saja lulus dari Akademi. Meskipun usianya baru 14 tahun, ia telah menyelesaikan misi dengan jumlah besar.” Ucap Kakashi.
“Ia sangat diandalkan dalam Anbu”
“Tidak baik menilai kemampuan seseorang hanya dari penampilannya saja, kau tahu.” Ucap Soku, menggembungkan pipinya sedikit.
“Dan Tuan Hokage, aku terus-menerus memberitahumu untuk tidak memanggilku dengan nama asli, kau tahu.”
“Hinoko… Nama yang sangat bag-”
Dalam sekejap, Soku telah hilang dari pandangan Shikamaru dan sebelum ia menyadarinya, sebuah jari dengan sinar oranye berchakra ditekankan ke arah dahinya.
“Aku benci dipanggil dengan nama asliku, kau tahu. Jadi berhati-hatilah, jangan menggunakannya.”
Shikamaru dapat merasakan sejenis percikan muncul dari ujung telunjuk Soku. Tampak seperti versi kecil dari raikiri Kakashi.
Chakra meletup dari ujung jari Soku…
“Berhenti sekarang juga, Soku.”
Pria yang berbicara adalah pria yang membawa topeng kera. Kakashi memperkenalkannya sebagai Rou. Ia memiliki alis yang tebal, rahang yang kuat dan tegas, kelopak mata segaris yang menatap kearah Soku menunjukkan ketidaksetujuannya.
“Aku harus memperjelas hal ini dari awal, kau tahu.” Soku membalas.
“Aku tidak terima dipandang rendah sebagai anak kecil, kau tahu.”
“Salahku. Aku akan berhati-hati kedepannya.” Shikamaru memberikan permintamaafan sederhana. Tidak perlu memperburuk situasi, dan ia tidak punya waktu untuk berurusan dengan emosi gadis muda itu.
Soku mengalihkan pandangannya dari Rou dan kembali ke Shikamaru.
“Selama kau mengerti, kau tahu.” Ia berbalik dan kembali ke tempatnya, mengembalikan posisinya ke posisi yang sama dengan tangan dibalik punggungnya.
“Rou dapat dengan bebas memanipulasi kualitas dan kuantitas chakra; baik miliknya sendiri atau milik siapapun yang ia jadikan target dan kenali.” Ucap Kakashi, Rou memberikan anggukan kecil.
“Apa itu berarti kau juga bisa meningkatkan chakra?” Tanya Shikamaru.
“Pertanyaan yang pintar.” Komentar Kakashi.
“Chakra yang dapat kuubah hanyalah chakra yang dirasakan oleh orang lain.” Ucap Rou.
“Untuk menjelaskannya, jika saya meningkatkan chakra anda, Shikamaru-dono, saya tak akan bisa mengubah potensi pertempuran pada akhirnya. Chakra anda hanya akan tampak lebih besar dalam persepsi orang lain. Dengan kata lain, jurus saya tidak akan efisien untuk mengelabui jika subjek dari manipulasi chakra tidak berpartisipasi dalam pengelabuan.”
Rou memiliki gaya bicara yang sangat kuno, dan ditambah dengan penampilannya yang berperawakan besar, tampak lebih seperti samurai daripada ninja.
Shikamaru memberikan pria itu anggukan untuk menunjukkan bahwa ia mengerti akanpenjelasannya, dan membuka mulutnya untuk berbicara lagi.
“Saat kau mengatakan bahwa kau dapat mengubah kuantitas chakra yang dirasakan, apakah itu berarti kau dapat menghapusnya juga?”
Bagaimanapun caramu melihatnya, Rou jelas terlihat berada di usia empat puluhan. Iapaling tidak berusia dua puluh tahun lebih tua dari Shikamaru.
“Itu pasti mungkin. Saya dapat membuat chakra dari target manapun menghilang seperti yang anda telah deskripsikan, sementara anda dapat melacak mereka, Shikamaru-dono.”
Dengan cara bicara pria itu yang kuno, Shikamaru setengah mengira kata ‘mengikuti jejak’ daripada ‘melacak’, dan merasa sedikit ragu dengan kata modern yang tidak teratur
“Aku rasa jurusnya sangat cocok untuk tugas ini, menurutmu bagimana?” Tanya Kakashi.
“Itu akan bekerja. Dan si kecil?” Shikamaru bertanya, mengalihkan pandangannya ke arahSoku.
Alis gadis itu berkedut karena dipanggil ‘Si Kecil’. Anak itu tampaknya tak menyadari bahwa ia masih anak-anak. Shikamaru belum yakin apakah hal yang bagus atau tidak kegunaan gadis itu dalam misi.
“Sebuah demostrasi akan bagus, bukankah begitu?” Ucap Kakashi pada Soku.
Gadis itu mengangguk dan berbalik. Iya merentangkan tangan kirinya sehingga menghadap ke jendela yang terbuka sepanjang ruangan Kakashi. Pada arah yang ia tunjuk, Shikamaru dapat melihat burung walet sedang terbang di luar.
“Jurusku adalah jarum chakra, kau tahu…” Soku bergumam, dan sebuah kilat chakra oranye meletup dari jari telunjuknya.
Saat itu, burung wallet yang dikejutkan oleh suara keras dengan cepat menukik untuk bersembunyi di balik pilar di luar.
Jika Soku menembakkan chakranya pada saat seperti ini, tak mungkin ia dapat mengenai target. Chakranya akan mengenai pilar dan hanya meninggalkan goresan di pilar itu.
Tapi…
Tak ada satupun goresan di pilar itu, dan dari luar walet itu mengeluarkan suara yang tajam dan melengking.
Shikamaru segera mengarah ke jendela. Mengeluarkan dan memutar lehernya, matanya mencari-cari dimana burung walet yang terbang tadi, dan menemukan burung itu di tanah. Jelas-jelas terlihat mati.
“Aku tidak ingin kau salah paham, kau tahu. Aku menentang pembunuhan tanpa arti.” Soku berbicara dibelakangnya.
Ketika ia berbicara, Shikamaru memandang ke arah walet yang kembali seperti biasa, menggoyang kakinya dan bangkit. Kemudian, terbang kembali, bahkan lebih tinggi dari sebelumnya.
“Aku membuat chakraku berevitalisasi ketika menembus target barusan, jadi burung walet itu mungkin merasa lebih berenergi dari sebelumnya, kau tahu.”
“Bagaimana kau bisa melewati pilar itu?” Tanya Shikamaru, melepaskan tangannya dari ambang jendela dan berbalik menghadap Soku.
Anak perempuan itu mengeluarkan tawa, menjulurkan lidahnya sebagai ejekan yang kekanak-kanakan.
“Sekali aku telah membidik targetku, tak peduli ia berada dalam pandanganku atau tidak, jarum chakraku akan mengikutinya kemanapun, kau tahu. Jarumku tidak akan berhenti dari jalurnya hingga ia mengenai targetnya.”
Jadi.
Jurus Rou dapat menghilangkan keberadaan chakra mereka, dan membuat mereka dapat menyusup tanpa terdeteksi. Saat mereka mencapai keberadaan Gengo, Shikamaru akan menggunakan kagemane-nya untuk menahannya. Dan serangan mematikan akan dilontarkan dengan mudah oleh jarum chakra Soku.
Semuanya akan baik-baik saja..
Mereka benar-benar dapat melakukannya…
“Bolehkah aku bertanya satu hal?”
“Tentu saja, kau tahu.” Soku memberikan senyumnya yang penuh kepercayaan diri.
“Bisakah kau berhenti menambahkan kata ‘kau tahu’ pada setiap akhir kalimatmu?”
⁰â‚’⁰
⁰â‚’⁰
Mau saran aja nih, kalau bisa cantumkan referensi pengambilan terjemahannya
BalasHapus