Novel Kakashi Hiden Chapter 7 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Minggu, 24 April 2016

Novel Kakashi Hiden Chapter 7



PETIR YANG MEMBEKU


"Hyouton: Jisarenhyou!" (Elemen Es: Rentetan Rantai Tanah Es)

 

Kahyo membentuk segel tangan, lalu membantingkan telapak tangannya ke lantai.

 

Kristal es mulai merambat ke arah Kakashi bagai ular. Tiba-tiba, kristal es membesar, berubah bentuk menjadi taring Es.

 

Tanpa menunggu Kakashi langsung membalas.

 

"Shiden!" (Petir Ungu)

 

Dia memukul lantai dengan telapak tangannya. Cahaya ungu berkilauan di lantai, kilatan itu menyebar melalui tumpahan Sake di lantai. Suaranya berderak kencang. serangan Kakashi itu menyerang taring es yang ada.

 

 Dooooooooon! (Boom!)

 

Es dan petir bertabrakan dengan keras, yang kemudian mengguncang kapal karena telah memicu ledakan besar.

 

Para penumpang menjerit.

 

Grand Piano di ruangan itu terlempar karena ledakan menuju ke arah seorang anak yang gagal melarikan diri dari lintasan lemparan. Untungnya, Guy dengan cepat menjulang ke udara untuk menyelamatkan anak itu, Guy menangkapnya dalam pelukan yang penuh dengan kekuatan Jiwa Pemudanya itu.

 

Piano menabrak dinding, dan menggetarkan lampu di langit-langit. Guy mengembalikan anak yang kini tengah menangis itu kepada ibunya. Kemudian Guy melotot kepada Rahyo. Rahyo tertawa sambil bergegas menuju ke arah Guy. 

 

Tinjumeninju dan tendang-menendang terjadi setiap lima menit, kelihatannya intensitas pertarungan mereka meningkat. 10, 20, 30 tinju terus berlangsung dalam pertarungan. 

 

Sementara itu, Kakashi mengincar musuhnya. Dia bertanya apakah Kahyo merupakan pengawal pribadi Garyo dua bulan yang lalu. Kahyo menangkis pertanyaan itu, mengatakan bahwa kejadian 2 bulan lalu bukan merupakan kemenangan bagi Konoha. 

 

Kahyo dengan tenang menanggapi, mengatakan bahwa pesan mereka seharusnya sudah di terima oleh seseorang. Seseorang pastinya akan mengambil langkah selanjutnya. Jadi dalam hal ini, kelompok mereka akan terus diwariskan kepada orang lain, terutama karena mereka mengorbankan hidup mereka untuk menggapai cita-cita mereka.

 

Kakashi merespon duluan:

 

"Garyo hanyalah seorang yang idealis. Adapun posisi yang memberatkan bagi seorang idealis, dan jika itu demi yang ideal, ia hanya akan menghancurkan dunia tanpa guna."

 

"Dunia ini dan yang dunia selanjutnya..."

 

"...akan baik-baik saja, haruskah itu dihancurkan?"

 

"Itulah yang ingin kau katakan, kan?"

 

Kakashi, dengan mata setengah terbuka, meyakinkan pandangannya kepada musuh. 

 

"Uchiha Madara juga. Selain itu seorang pria yang yang tak lain adalah teman dekatku juga demikian. Tampaknya mereka juga berpikir hal seperti itu. Namun, jujur saja, aku berpikir bahwa hal itu disebabkan karena orang-orang tersebut sangat mencintai dunia."

 

Di balik topeng, Kakashi merasa bahwa mata Kahyo sedikit bereaksi terhadap pernyataannya. Kakashi melanjutkan perkataannya. Kakashi mendengar dari Naruto bahwa karena Negara Ombak, mereka kehilangan anak. Dia mengatakan bahwa kalau memang kejadiannya seperti itu, maka wajar dan bisa dimengerti jika mereka menganggap dunia dengan pandangan seperti itu.

 

"Cepat atau lambat, selama seseorang melakukan sesuatu dengan cara shinobi, setiap shinobi akan dihadapkan dengan kematian seseorang yang mereka cintai" 

 

"Hakuhyo... anakku tidak kehilangan nyawanya karena perang!"

 

"Hakuhyo... Hakuhyo... Dia dibunuh oleh orang-orang dari Negara Ombak!"

 

"Jadi karena itu, kau bersumpah akan membalas dendam kepada Negara Ombak...?"

 

"Kematian shinobi adalah sesuatu yang dipilih secara pribadi oleh shinobi untuk dirinya sendiri!" Teriak Kahyo.

 

"Ketika seseorang menjadi shinobi, maka artinya siap untuk mati. Bagiku... Bagiku dan bagi kakakku, kami tidak mengharapkan Hakuhyo untuk hidup dengan cara seperti itu. Dan, untuk menjadi Nukenin, kami menyembunyikan diri dalam Negara Ombak ini. Kami hanya ingin hidup tanpa melukai siapa pun, dalam damai, dan tanpa konflik... "

 

"Kau salah."

 

"Karena selama kita hidup, kita tidak bisa membantu selain dengan terus berperang." Kata Kakashi. 

 

"Kukira hal semacam itu tidak ada kaitannya dengan Shinobi atau Orang biasa. Menyodorkan Kunai dan mendodongkan tumpukan uang, itu merupakan hal yang sama. Karena demi bertahan hidup itu sendiri, selalu dan kapan saja akan terjadi pertempuran yang salah satu risikonya adalah nyawa."

 

"Uwaaaaah!" Kahyo berteriak suara aneeh, kemudian membalas. 

 

"Lalu kau, apa yang kau mengerti!?"

 

Kakashi dengan tenang terus menangani serangan yang dilepaskan oleh Kahyo. Tinju musuh melesat di udara. Namun berhasil diblok. Sebuah tendangan keras berhasil Kakashi hindari.

 

"Kematian teman, dan kematian darah daging sendiri itu berbeda!"

 

Kakashi membungkuk rendah untuk menghindari tendangan berputar Kahyo. Kakashi melanjutkan:

 

"Kesedihan akan kehilangan teman dan semacamnya, akhirnya waktulah yang akan mengatasinya!" Ia mengangkat bagian bawah telapak tangannya untuk melancarkan serangan siku.

 

"Kalau soal itu, kau tak bisa memahami kemarahan orang tua yang anaknya telah dibunuh!"

 

Kakashi dengan tepat menangkap tinju lawan yang melaju.

 

"Kalau itu yang terjadi, kenapa kau malah mencoba untuk mengambil nyawa anak orang lain?"

 

Anak yang telah Guy selamatkan tadi melihat ke arah mereka dengan tatapan ketakutan.

 

"Bahkan bagi orang-orang yangb telah kalian eksekusi, mereka juga anak orang lain, kan? " Kata Kakashi.

 

"Kesedihanmu itu, bahkan jika dunia ini hancur, tidak akan lenyap."

 

Kahyo berteriak lagi dan memotong kata-kata Kakashi. Kahyo membantingkan kedua telapak tangannya di lantai lagi.

 

"Hyouton: Jisarenhyou!" ( Elemen Es: Rentetan Rantai Tanah Es) 

 

Kahyo menghasilkan lebih banyak es, yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan yang sebelumnya, Es itu mengelilingi kahyo. Seolah-olah Kahyo ingin membekukan semua emosinya yang terpendam. serangan itu seperti bunga mekar dari es.

 

Untuk menghindari taring es, Kakashi mundur dengan melakukan backflip. Tidak hanya Kakashi, tapi Rahyo, Guy, dan para penumpang semua harus menjauh dari serangan itu. Kelopak bunga Es secara bertahap terus menyebar. Pedang es menembus langit-langit, mengangkat papan lantai, dan menembus dinding lambung kapal.

 

Rahyo berteriak pada Kahyo untuk berhenti. Mereka masih terbang di atas laut. Suara itu tidak bisa mencapai Kahyo, ia malah terus memancarkan lebih banyak chakra dan dengan penuh semangat menambahkan kekuatan Bunga Es itu.

 

Boom!

 

Rahyo melompat di atas es, ia terpaksa menyerang bagian perut Kahyo. Kahyo kemudian runtuh ke pelukan Rahyo.

 

Boom!

 

...tapi sudah terlambat.

 

Jutsu bersamaan dengan pingsannya Kahyo, Sebelum Bunga Es itu mencairpun dampaknya sudah menciptakan lubang raksasa di lambung kapal. Tekanan udara dalam kapal berubah drastis. Udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah tingkat satu. Atmosfernya tipis di atas ketinggian 5.000 meter di atas tanah. Terdengar suara gemuruh. Seketika, udara di dalam ruang makan semakin tersedot keluar! Satu per satu, penumpang tersedot keluar dari lubang di lambung kapal!

 

Piring, garpu, pisau dan sendok berserakan. Serpihan kayu, pecahan botol sake, barang dan perabotan terangkat. Lampu-lampu gantung hampir putus di langit-langit.

 

Suara angin menyamarkan jeritan penumpang.

 

Rahyo terus memegangi Kahyo, sambil memegang pilar terdekat. Guy berteriak, ia melayang di udara. Kakashi memanggilnya, lalsambilm membentangkan lengannya. Kakashi berhasil menangkap tangan Guy, tapi dengan jari telunjuk yang patah, Kakashi tak bisa mengerahkan bnyak tenaga untuk melawan arus udara.

 

"Sial!" ucap Kakashi kesal. 

 

Namun untungnya, Kakashi mampu menangkap kabel listrik yang menonjol di lubang dinding. Mereka berdua sekarang menggantung pada bagian luar kapal.

 

Mirip dengan kibaran bendera yang robek, tubuh Kakashi dan Guy tersiksa oleh angin. Mereka berdesakan kiri-kanan dengan kecepatan yang mengerikan. Berulang kali, mereka menabrak lambung kapal.

 

"Kakashi, lepaskan tanganku!" Bentak Guy.

 

"Kalau tidak, kau juga akan jatuh!"

 

"Ah... Jangan tergesa-gesa, Guy..."

 

"Tidak, lepaskan saja! Aku akan baik-baik saja! Pada ketinggian seperti ini, dengan Kekuatan Pemuda, seharusnya bukan menjadi masalah"

 

"O-Omong kosong... Hal seperti itu tidak masuk akal."

 

Pegangan Kakashi pada Guy melemah, sama seperti pengangan jarinya pada Kabel Listrik. Tidak peduli seberapa banyak kuat dia berpegangan, suara itu terdengar, yakni suara menyeret tanda cengkeramannya melepas. Kakashi sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

 

"Kakashi-sensei? Bisa dengar aku? Kakashi-sensei?"

 

Ino terhubung ke Kakashi! Dari sudut pandang Kakashi, terlihat penumpang yang berjatuhan. Ino mengatakan kepadanya bahwa orang-orang yang diserang pada upacara peringatan sudah dalam perawatan mereka.

 

Benda mirip daun terlihat terbang. Nampak seperti kelopak putih.

 

Ino mengulangi perkataannya, menanyakan apakah Kakashi bisa mendengarnya. Tsunade-sama memberitahu Negara Ombak tentang serangan terhadap warga negara mereka beberapa saat yang lalu. Kakashi terfokus pada benda yang baru saja terbang. Benda itu terlihat seperti topeng dengan pola kail di ataasnya.

 

Kakashi sadar bahwa itu adalah topeng Kahyo. Kakashi entah bagaimana kemudian bisa mendeteksi keberadaan Kahyo di tengah situasi genting itu. Di dalam kapal, masih dalam ruang makan dan berada dalam pelukan Rahyo, Kahyo benar-benar terlihat lemas. Kakashi bisa melihat rambutnya yang panjang dan keriting terurai oleh angin.

 

Ino terus mengajukan pertanyaan. Perihal orang-orang dari Aliansi Persenjataan Ryuuha, mengenai rincian dari 12 orang itu? Sebenarnya ada 11 pria, dan 1 orang wanita... Ino tampaknya bisa menangkap nada tanggapan Kakashi. Ino bertanya lagi, apakah dia mendengarkan? Bisakah dia mengkonfirmasi jumlah mereka?

 

Dalam sekejap, semuanya lenyap.

 

Suara, angin, dan bahkan waktu, semuanya lenyap.

 

Akhirnya, cengkraman tangannya lepas dari kabel listrik itu, Kakashi jatuh berrsama dengan Guy. Ada info terakhir yang terlihat di matanya...

 

( Kakashi komunikasi dengan Ino )

 

"...ada satu wanita."

 

"Orang itu adalah wanita yang mengenakan Gaun Biru Panjang."

 

LANJUT CHAPTER 8 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar