New
KEHIDUPANNYA SEHARI-HARI
KA! KA! KA!
Sebuah suara
yang membelah udara terdengar ramah di telinga Tenten. Tenten sedang berada di
tempat latihannya seperti biasa, melakukan gerakan seperti biasanya, melakukan
metode latihan seperti biasa pula.
Namun
perasaannya terasa sedikit berbeda dari biasanya.
"Hadiah
pernikahan. Huh.."
Sambil
bergumam Tenten mengangkat kembali kunai yang berada di tangannya, melempar
kunai itu pelan.
KA!
Suaranya
kembali terdengar. Kunai itu kemudian bersarang di tengah-tengah 'tanda
sasaran' yang disiapkan untuk latihan. Benar-benar keahlian melempar yang
hebat!
Tetapi untuk
seorang yang terlatih memakai senjata seperti Tenten, mengenai target dalam
posisi berdiri dan tak bergerak secara tepat adalah hal yang biasa-biasa saja.
Hal yang mudah.
Tenten biasa
keluar rumah untuk berlatih sebelum dia memakan sarapannya.
Dihari
ketika dia sedang bebas misi, dia selalu melakukan kegiatan ini. Dia pergi
latihan di waktu sangat pagi, berlatih dengan kunai dan shuriken untuk
'memanaskan' tubuhnya. Setelah itu dia baru akan memakan sarapannya.
Bagaimanapun
juga, dia selalu memakan sarapannya di tempat latihan. Menu sarapan Tenten
biasanya berupa bakpao isi daging yang dijual di toko terdekat, sedangkan
minumnya adalah teh hijau.
"Apa
yang harus aku lakukan?" Tenten bergumam lagi, sekali lagi menggerakkan
tangannya, membuat tangannya dalam mode melempar.
KA KA KA!
Segenggam
shuriken yang melayang dari tangannya pada waktu itu dengan sempurna
mengelilingi kunai dan menancap pada titik sasarannya.
Lagi-lagi
dia menunjukkan 'skill'nya dengan mudah dan sederhana. Bahkan jika dilakukan
dengan mata tertutup-pun.
Tetapi ini
bukanlah hal yang mudah untuk tenten sendiri.
Tingkat
keahlian membidik sasaran dalam prakteknya merupakan hal yang wajar bagi orang
yang menyebut dirinya "Shinobi" berpengalaman dan terlatih.
Faktanya,
hal ini adalah pelajaran awal yang harus dikuasai oleh murid setelah mereka
masuk ke akademi ninja. Ini juga adalah keterampilan umum bagi murid-murid yang
berasal dari 'keluarga ninja' terkenal, orang tua atau saudara mereka tentunya
sudah mengajari mereka keterampilan ini sebelum masuk akademi.
Lebih
sederhananya, apa yang sedang dilatih Tenten saat ini sebenarnya adalah teknik
ninja paling dasar.
Jika kau
bertanya pada Tenten mengapa dia masih berlatih teknik dasar semacam ini, hal
itu dapat dijawab karena dia mendapat pengaruh dari gurunya - Guy, dengan
kata-kata ini:
"Seseorang
yang mengabaikan dasar-dasar mereka, tidak akan dapat melihat hari esok."
Itu adalah
kata-kata pertama yang diucapkan Guy saat mulai melatih Tenten.
Kata-kata
itu meninggalkan kesan yang luar biasa kepada 'Tenten muda'. Lee yang saat itu
sedang berdiri di samping Tenten juga ikut terharu, dia mulai menangis dan
tentu saja tingkah Lee ini langsung merusak momen ini.
Tetapi
Tenten masih menanamkan ajaran gurunya di lubuk hatinya. Dia terus berlatih
dengan rajin tentang 'dasar-dasar' itu, bahkan sampai hari ini.
Pada mulanya,
Tenten bukanlah ninja yang dapat menguasai berbagai jenis jutsu dalam skala
besar.
Dulu, ketika
dia menunjukkan bakat pada teknik Jikkukan no Jutsu.. kontrol chakranya
ternyata malah lebih buruk daripada ninja yang lain. Dari awal dia menyadari
bahwa dia tidak akan pernah menjadi tipe ninja yang bisa menguasai jutsu-jutsu
yang rumit ataupun jutsu berskala besar.
Akan tetapi
bukan berarti karena dia mengetahui hal itu dari awal lantas Tenten akan mundur
dan menyerah untuk menjadi seorang kunoichi yang kuat dan hebat. Dia tidak
mempunyai pola pikir yang lemah seperti itu.
Dalam kasus
Tenten ini, memang lebih baik kalau dia sudah menyadari kelemahan dan
kelebihannya di awal. Karena lebih cepat Tenten tahu batasannya.. Dia akan bisa
mulai memikirkan bidang apa yang paling cocok dan terbaik untuknya untuk
menjadi seorang ninja, walaupun itu akan menimbulkan kegelisahan di dalam
pikirannya.
Ketika dia
menemukan jawabannya, dia bisa secepatnya mundur dari 'jalannya' dan mengikuti
alurnya dengan sepenuh hati.
Jawaban yang
ditemukan Tenten adalah: Spesialis persenjataan Ninja.
Menangani
senjata ninja seperti kunai dan shuriken adalah hal yang umum bagi orang yang
menyebut dirinya "shinobi". Tetapi untuk spesialis persenjataan ninja
sendiri, belum ada seorangpun yang benar-benar menguasainya dengan mahir.
Alasan ini
pula yang membuat Tenten jadi menekuni bidang ini. Tidak perlu dikatakan bahwa
tujuannya adalah menjadi lebih mahir daripada shinobi lain ketika menggunakan
senjata ninja.
Dia juga
melatih dirinya bertarung menggunakan senjata yang jarang digunakan oleh
kebanyakan ninja. Senjata yang tidak akan dikenal oleh ninja lain, senjata yang
beraneka-ragam jenisnya.
Tenten
melupakan jika dirinya sebenarnya memiliki sebuah 'jalan' yang unik.
Ketika
Tenten mulai putus asa, alasannya untuk bangkit lagi mungkin adalah karena gurunya
- Guy dan teman satu teamnya - Lee dan Neji. Mereka sudah membawa pengaruh
besar dalam hidup Tenten.
Nama Guy
dikenal sebagai pengguna Taijutsu terbaik di desa. Lee sangat mengaguminya,
berlatih keras untuk bisa menjadi sepertinya. Dan Neji selalu dipanggil
"Genius" kerena Juken yang telah dikuasainya, Neji juga berasal dari
klan terkenal, Klan Hyuga.
Tenten telah
banyak menghabiskan waktunya bersama mereka, berlatih bersama mereka,
kadangkala bertarung dengan mereka dan memperoleh dasar-dasar taijutsu yang
luas. Pada dasarnya, sebelum shinobi memulai Ninjutsu dan Genjutsu, Taijutsu
adalah dasar yang harus dicapai.
Tenten
berlatih taijutsu dengan ekstrim di bawah bimbingan Guy dan dia berhasil
melakukannya dengan baik. Neji dan Lee.. Keduanya terus belajar dan berlatih
bersama tenten namun Tenten akhirnya menyadari bahwa dia tidak bisa mencapai
tingkat stamina dan kekuatan fisik yang sama dengan kedua teman satu timnya
itu.
Tim Guy
memiliki pamor sebagai pengguna Taijutsu terbaik di seluruh wilayah Konoha.
Dengan berlatih dibawah bimbingan Guy, bertarung dengan Neji dan Lee.. Level
Tenten telah mencapai sebuah titik dimana Taijutsunya lebih unggul dibandingkan
shinobi lain, selain teman satu timnya.
Ditengah-tengah
latihan yang sudah dia jalani selama ini, peranan Tenten tidaklah membantu,
tanpa disadari dia membandingkan dirinya dengan Lee atau Neji. Bahkan.... Guy.
Dia adalah
orang paling payah di dalam timnya.
Pikiran itu
selalu mengganggu Tenten setiap kali dia sedang latihan.
Akan tetapi
pikiran itu juga memacunya ke dalam 'jalan' yang unik.
Guy dan
teman-teman satu teamnya bisa menghancurkan batu besar dengan memukulnya
menggunakan tangan kosong. Tenten tidak punya kemampuan ini, sehingga dia
berpikir keras untuk bisa melakukan hal yang sama dengan tangannya sendiri.
Itulah
kenapa, dia mempersenjatai kedua tangannya dengan kunai.
Sehingga dia
bisa sama dengan Lee dan Neji, berjalan disisi mereka.
Lambat laun,
Tenten mengasah kemampuannya dalam jutsu Jikkukan, dan belajar mengkuchiyose
berbagai jenis senjata ninja yang tak ada habisnya menggunakan gulungan.
Sejak saat
itu, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mempelajari berbagai macam
senjata. Tenten telah sepenuhnya menjadi ninja ahli persenjataan yang
mengagumkan. Dia melihat senjata di tangannya berkali-kali, dan mengagumi
kesederhanaan senjata-senjatanya yang menurutnya indah.
Kembali ke
saat-saat ketika masih di Akademi, teman-teman perempuan di kelasnya berkata
jika kunai itu sederhana dan membosankan. Mereka tidak memahami suatu hal.
Justru karena kunai itu terlihat sederhana dan membosankan maka benda ini
justru terlihat sangat menarik.
Tenten tidak
mengatakan pandangannya saat itu, tetapi jika saat itu 'Tenten muda' adalah
dirinya yang sekarang maka dia akan mengatakannya. Tenten yang sekarang terus
menerus berlatih untuk mencapai tujuannya.. Bagaimanapun juga dia ingin menjadi
master paling hebat dalam persenjataan ninja. Dia benar-benar mencurahkan
pikirannya pada persenjataan ninja lebih dari siapapun.
Bahkan pisau
yang paling kasarpun memiliki segi keindahan.
Ninjutsu dan
Genjutsu, bahkan Taijutsu.. Tidak ada satupun yang akan menang melawan
keindahan persenjataan ninja.
Tentunya,
ketika dia ingin mengatakan pandangannya, bukan berarti Tenten akan
menyampaikan ceramah tak berguna pada orang-orang soal itu.
Dia
mengekspresikan pikirannya melalui tindakan, bukan melalui kata-kata. Melihat
kunainya melukai targetnya misalnya.. Menurut Tenten ini adalah hal yang lebih
baik daripada sekedar penjelasan. Begitulah pandangan Tenten.
Tetapi dia
harus memastikan jika tujuannya ini benar-benar bermutu atau itu hanya akan
jadi hal yang sia-sia. Itulah kenapa Tenten tak pernah melewatkan satu haripun
untuk melatih kembali 'dasar-dasarnya'. Setiap hari, dia mengasah senjatanya
dengan tenang, menyiapkan senjata itu untuk latihan.. Dan untuk menyerang
targetnya.
Lee dan
Neji... Tenten melihat kerja keras dan bakat mereka dengan lebih jelas daripada
siapapun. Mereka adalah alasan Tenten untuk berusaha lebih keras dalam latihan.
Tak peduli seberapa kuat mereka berdua, Lee dan Neji juga tak pernah
mengabaikan 'dasar-dasar'nya.
Itulah
mengapa......
Walaupun
keterampilan dasar adalah hal yang bisa dilakukan oleh semua orang.. Yang bisa
dilakukan dengan baik oleh semua orang selama mereka memiliki insting yang
bagus walaupun mereka tidak melatihnya dengan giat. Meskipun demikian, Tenten
tetap melatihnya, puluhan... Ribuan kali. Mengulang gerakannya lagi dan lagi.
Tubuhnya,
tangannya, bahkan ujung-ujung jarinya dipakainya untuk berlatih dan berlatih.
Membangkitkan naluri Ninjanya selangkah demi selangkah.
Pada
pertempuran yang sesungguhnya, 'tanda-tanda sasarannya' tidak hanya akan
berdiam dan menunggu dengan sabar, Tenten tidak akan merasa nyaman kalau
tujuannya berhenti di tengah jalan. Jika kau berhenti.. Kau akan mati.
Tenten
selalu memulai latihannya dengan melempar kunai ke tengah-tengah tanda
sasarannya.
Dia akhirnya
melempar Kunai ratusan dan ratusan kali. Mengulangi gerakannya dengan lebih..
Lagi dan lagi. Dan dia akhirnya....
Akhirnya,
bahkan ketika targetnya bergerak pada gerakan yang rumit. Dengan cepat dia bisa
merasakan seakan-akan mereka tak bergerak. Kunai dan shuriken berterbangan dari
tangannya, menancap pada targetnya. Seolah-olah 'tanda sasaran' di arena
berlatihnya itu 'memanggil' senjata-senjata itu.
Untuk
mempraktekan keterampilan dasar secara konstan, keterampilan yang bahkan bisa
dilakukan oleh semua orang... Setiap hari, tanpa melewatinya sekalipun,
mengulanginya lebih dan lebih lagi.. Dedikasi inilah yang sebenarnya tidak
dapat dilakukan oleh setiap orang. Dunia bisa melihatnya.
Dan juga
dedikasinya dalam berlatih akhirnya memetik hasil. Skillnya meningkat dalam
bidang ini. Sehingga jika kau bertanya pada mereka, rekan-rekannya.. soal siapa
pengguna persenjataan terhebat.. Mereka akan segera menjawab, "Sudah
jelas. Itu Tenten."
Itu semua
adalah hasil yang wajar dari kerja kerasnya. Tetapi ini juga bukanlah hal yang
membuatnya terlalu senang. Tentu dia merasa bangga karena hal ini. Namun
sekarang, mencurahkan segenap dirinya dalam bidang persenjataan ninja adalah
sesuatu yang menyebabkannya sedikit kesusahan.
"Ah..
Ini.. Aku tak bisa memikirkan apapun!"
Bunyi-bunyian
yang bising berdebak. 'ZUGAGAGAGA' menyertai suara Tenten yang mengusik.
Segerombolan shuriken terpelanting kearah targetnya. Suara berisik menggema di
arena latihan yang kosong. Dia dikelilingi oleh target yang tertutup
kunai-kunai dan shuriken-shuriken. Tentunya, tak ada satupun yang akan
melenceng.
Ketika
pertama kalinya mendengar soal Kado pernikahan. Dia segera berpikir 'baiklah
aku akan memberi mereka kunai yang akan aku pesan secara khusus!' .
Dia sudah
memutuskan hal itu. Puas dengan keputusannya. Namun semua harus berakhir saat
itu juga.
Akan tetapi.
Malam itu....
Tenten
sedang berbaring di tempat tidurnya, melihat lesu ke arah langit-langit. Dia
sudah terkantuk-kantuk, ketika sebuah pikiran tiba-tiba tercetus:
"Selain
kunai. Apakah ada hadiah bagus lainnya?"
Tenten syok
ketika dia tidak bisa segera memikirkan apapun. Dia menghabiskan sisa malam itu
dengan gelisah dan semakin gelisah karena tak kunjung mendapatkan jawaban.
Terima
kasih, karena hal inilah malam ini dia tidak bisa tidur sama sekali.
Menguap
dengan lebar, Tenten kemudian melangkah kedepan untuk mengumpulkan kunai dan
shuriken yang tertancap pada target-targetnya.
Ada banyak
tonggak pertahanan terdapat pada arena latihan yang sering dikunjungi Tenten.
Beberapa diantaranya berbentuk tinggi dan mirip dengan manusia pada umumnya.
Pengguna yang lainnya sering memakai tonggak ini sebagai sarana berlatih
Taijutsu, untuk menendang dan meninju. Tenten sendiri menggunakan tonggak ini
untuk mengikat target yang dia bawa.
Dia
mendekati target, dengan kuat dan cepat mencabuti kunai yang tertancap di
masing-masing target. Terus melakukannya hal yang sama pada target-target yang
lain. Otaknya didera dengan pikiran yang sama setiap waktu.
Dia tidak
lagi berpikir kalau akan membeli senjata untuk kado pernikahan. Kunai atau
semacamnya. Fokusnya pada latihan mengesampingkan pikiran itu.
Jika kau
bertanya pada Tenten soal peralatan ninja yang akan dijadikan hadiah, maka dia
akan mengatakan kalau hadiah tersebut merupakan hal yang menyenangkan untuk
diterima.
Jadi..
Tentunya setiap orang pasti mengira bahwa hadiah yang akan diberikan Tenten
pada Naruto-Hinata adalah juga senjata Ninja. Tidak ada yang aneh soal itu.
Tapi..
Lihat! Tunggu! Apakah hal tersebut bisa diprediksi dan juga merupakan hal yang
lumrah?
Sejak tadi
malam, untuk satu alasan atau selebihnya.. Pikiran itu terus terngiang
dikepalanya. Sesuatu di dalam diri seolah sedang menggerutu kepadanya.
Jadi.. Apa
yang sebenarnya mengganggunya? Toh kenyataannya dia sudah tahu jawabannya?
"Pernikahan...
Huuh! Baiklah.. Itu adalah hal yang menyenangkan."
Tenten menghembuskan
nafasnya, mencondongkan diri dan bersandar di salah satu tonggak itu.
Tangan-tangannya dengan tenang memainkan kunai yang telah dia kumpulkan.
Hal ini
begitu mengusiknya. Naruto dan Hinata akan segera menikah. Ini adalah peristiwa
yang sangat membahagiakan.
Tenten
sendiri terlalu fokus pada kunai atau shuriken atau cakram berantai sehingga
dia tidak pernah punya pacar. Karena terlalu asyik dengan dunianya, dia sampai
tidak pernah memikirkan soal percintaan dan kefeminiman. Mendengar seseorang
yang dekat dengannya akan segera menikah, mendadak membuat pikirannya terusik,
terus berputar-putar di pikirannya, pikiran itu menolak untuk pergi.
Apa dia
benar-benar baik-baik saja dengan situasi yang seperti ini?
Dari pagi
hingga petang, selalu.. Senjata ninja.. senjata ninja.. senjata ninja... Apakah
benar-benar tidak apa-apa kalau seorang wanita muda menjadi seperti itu?
Karena pada
kenyataannya, Tenten telah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada senjata
ninja.. Cakram. Dia hanya mendengar nama senjata itu sebelum dia memutuskan
untuk menyukainya. Kemudian dia pergi dan membawanya. Tapi baiklah.. Bagaimana
bisa? Mengapa tidak?
Dan fashion
terbaru favoritnya sudah pasti aksesoris sejenis gelang. Itu adalah alat yang
bisa membungkus pergelangan tanganmu. Dan dengan sekali tarik akan menggelar
sebuah gulungan kuchiyose senjata secara instan. Kau bisa melakukan pembunuhan
dimanapun, kapanpun. Alat ini adalah teknologi canggih terbaru.
Tapi..
Apakah benar-benar baik baginya jika dia terus-terusan seperti itu?
Koleksi
senjatanya yang banyak dan bervariasi bahkan cukup untuk membuka toko
persenjataan kalau dia mau. Tapi entah bagaimana dia akan selalu membeli kunai
baru sebelum dia menyadari apa yang dia lakukan.
Kunai
benar-benar merupakan dasar dari persenjataan ninja. Tenten memiliki feeling
yang kuat pada kunai-kunai itu. Dia telah mengkoleksi senjata-senjata yang umum
ataupun senjata yang langka. Tetapi di ujung hari ini, kunai selalu menjadi
yang terbaik. Dia juga telah mengkoleksi berbagai tipe kunai, mulai dari kunai
biasa sampai kunai yang langka.
Baiklah. Itu
tidaklah menjadi masalah bukan? Kau bahkan tak pernah mempunyai kunai yang
terlalu banyak.
Pertama, ada
beberapa kunai langka dengan beberapa ukiran di atasnya. Dia tidak bisa
membawanya di dalam misi. Kunai-kunai itu adalah hasil dari sebuah karya seni.
Lebih baik memajang kunai itu di rumahnya. Namun karena kunai tersebut ada di
rumah, dia akhirnya harus membeli kunai baru untuk perlengkapan misi, karena
jika dia kehabisan kunai di tengah misi dia sendiri yang akan kerepotan.
Jadi.. Dia
membeli banyak cadangan juga. Dan kemudian, baiklah, ketika dia berbelanja
kunai. Yang terbaik memanglah apabila dia membeli banyak kunai dengan varietas
yang berbeda-beda sekaligus untuk menghemat waktu bukan?
Itulah
kenapa tanpa disadari banyak kunai koleksinya yang menggantung menutupi seluruh
dinding rumah Tenten.
Dia
benar-benar senang dengan itu, menatap dinding rumahnya itu dengan penuh
kepuasan.. Dia berpikir 'Baiklah! Misi berikutnya aku akan mampu menghabisi
semua targetku dengan lancar.'
Tapi.. Apa
benar-benar tidak apa-apa.. jika Tenten seperti itu?
..... Ini
bukanlah ide yang bagus.
Jika dia
bertindak seperti itu, contohnya memberikan kunai-kunai yang dipesan secara
khusus untuk kado. Tidak diragukan lagi orang-orang akan berkata seperti ini:
"Kunai...
Lagi...?"
"Ya..
Memang begitulah Tenten."
"Semua
tentang Tenten selalu berhubungan dengan kunai."
Gambaran
yang akan dikatakan oleh orang-orang itu muncul dalam pikiran Tenten.
Hal itu
membuatnya jengkel.
Aku bukan
hanya seorang 'kunai woman', aku juga punya cakram berantai tahu! Kau salah!
Itu bukanlah semua tentang aku!
Tenten mulai
mengasah kunainya yang lain sambil merenung.
Jika dia
bisa menemukan hadiah pernikahan selain Kunai yang dipesan secara khusus,
sesuatu yang cocok dan elegan, kemudian..........
"Jadi....
Dirimu tidak selalu tentang kunai ya Tenten!"
"Wow!
Seperti yang diharapkan.. Tenten!"
"Kau
tahu? Tenten adalah seorang yang memiliki selera estetika seni yang
bagus."
Reaksi-reaksi
inilah kelihatannya bagus. Hadiah pernikahan apa yang sekiranya akan
memunculkan reaksi orang-orang yang seperti itu?
Acara
pernikahan sudah dekat, Tenten tentu telah mencoba pergi ke banyak tempat untuk
menemukan hadiah pernikahan yang bagus. Dari 'toko serba ada' yang sudah dia
datangi sebelumnya.. Dia pikir dia harus pergi kesana lagi dan menemukan
pandangan yang bagus untuk hadiahnya.
"Uh..
Tetapi uangku terbatas."
Cakram itu
juga mahal, tetapi cakram itu adalah salah satu benda bagus yang tidak bisa tak
dibelinya.
'Jika kau
ragu-ragu! Beli saja benda itu.' Itu adalah kebiasaan Tenten yang membuatnya
akhirnya membeli berbagai macam senjata untuk koleksi besar-besarannya.
"Baiklah
kemudian jumlahlah dana yang harus dikeluarkan." Tenten lalu menutup
matanya, dan mencoba mimikirkannya secara detail.
Kenyataannya,
pertama-tama dia harus mempertimbangkan uangnya dan juga mengatur keuangannya
dengan tepat jika ingin membeli kado. Selanjutnya, sejak dia ingin memikirkan
kado selain kunai dan memikirkan kado yang benar-benar berlawanan. Keadaan itu
membuat tenten menyimpulkan kalau yang dia lakukan adalah sesuatu yang bagus.
Masalah ini
juga yang membatasi pilihannya untuk hadiah pernikahan juga.
Tenten
perlahan membuka matanya.
"Sesuatu
yang bisa aku berikan dengan uang yang terbatas. Sesuatu yang menyampaikan
perasaan seorang wanita muda, sesuatu yang tidak harus membunuh orang."
Itu akan
menjadi.........!
"Aku
tak punya ide soal itu."
Kondisi ini
tidak baik, pikirannya sangat kacau. Dia bahkan tak mengerti apa yang akan
dikatakannya lagi.
Kunai
ditangannya yang diasah secara tidak sadar bukannya jadi mengkilap namun malah
jadi pudar. Dia tidak memperhatikan kalau dia sudah melakukan pekerjaan yang
buruk.
Selain
memikirkan senjata ninja.. Tenten juga berpikir jika dia adalah wanita yang
belum menikah dan hal ini membuatnya merasa ngeri. Jika dia tidak melakukan
sesuatu. Dia akan.............
Harus ada
suatu hal, hal yang lain atau tidak adakah sesuatu?
Dan saat itu
--
"Tenten...!!
Teenteen!!"
Dia
mendengar seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Orang yang bersuara itu
makin lama makin dekat. Tenten sudah tau siapa orang itu bahkan sebelum dia
tiba ke arena latihan itu. Orang yang mau repot-repot berlari dengan suara
macam itu di waktu pagi sekali begini sudah pasti itu Lee.
Tapi, ketika
Lee akhirnya sampai ke arena latihan, Tenten terbelalak melihat penampilan Lee.
"Tenteeeen!!"
Lee melambaikan dengan penuh semangat, dia tersenyum sambil berlari. "Sudahkah
kau membuat keputusan untuk kado ulang tahun?"
"Lee..!!"
Tenten meledak-ledak. "Kau ini apa-apaan?"
Tidak
diragukan lagi, Lee berpakaian seperti wanita.
Ibu rumah
tangga tepatnya. Dia bahkan sudah sejauh ini.. Mengenakan celemek diluar
gaunnya. Dia nampak seperti ibu-ibu rumah tangga di abad pertengahan yang baru
saja pulang berbelanja.
Make up
macam apa yang sudah dia pakai di wajahnya? Dia memakai bedak yang terlalu
tebal, seluruh wajahnya terlihat pucat tidak wajar. Dan apakah corengan merah yang
ada di bibirnya itu? Apakah itu lipstick? Dia bahkan membuat alisnya tampak
tebal. Tidak.. Tidak! Memang kalau di pikir-pikir lagi alisnya sudah tebal dari
dulu.. Tetap sama.
Tetap saja..
Penampilan Lee yang mendadak dan tak terduga itu membuat Tenten tidak paham.
Ngomong-ngomong
tidak ada yang aneh yang mencengangkan dari penampilan Lee saat ini. Jika bukan
tenten, tapi orang yang tidak mengenal Lee.. Mereka mungkin akan berteriak saat
melihat penampilan Lee saat ini.
Yang
terpenting, untuk beberapa alasan.. Lee membawa ‘Dumbbell’ di salah satu
tangannya.
Ini yang
tidak bisa dimengerti. Pada masalah ini, ini bukanlah hal yang membingungkan..
Tetapi malah jadi hal yang menakutkan.
"A-apa
ini? Apa-apaan kau ini?"
"Ini
untuk pengantin wanita, sedangkan guru Guy mendapatkannya untuk pengantin
laki-laki!" Lee menjawabnya dengan semangat yang meluap-luap. Tergetar
dalam kegembiraan. "Dan bajuku kotor karena aku tadi lari-lari, jadi ku
rasa aku harus mendengarkan ajaran guru Guy dan berpikir mendalam soal perasaan
pengantin wanita! Jadi aku berpakaian seperti ini! Dan setelah melakukan ini
semua aku benar-benar super yakin kalau ‘Dumbbell’ pasti pilihan yang
benar-benar tepat."
"Kau
memberiku penjelasan tapi aku sama sekali tak mengerti satupun." jawab
Tenten.
Pada
nyatanya dia malah menjadi lebih bingung.
Kenapa harus
memakai baju lawan jenis?
Kenapa
‘Dumbbell’?
Ini semua
sangat-sangat aneh.
Lee
mengangkat keatas ‘Dumbbell’nya dan dengan penuh keceriaan menyatakan:
"Guru
Guy dan aku telah memutuskan untuk memberikan ‘Dumbbell’ sebagai hadiah
pernikahan. Tenten, kau akan memberikan mereka hadiah apa?"
Sekejab,
kekalutan di dalam diri Tenten terhapuskan.
Dia tidak
mengerti dan belum mengerti. Dia tidak paham kenapa Lee akhirnya memakai
pakaian Ibu rumah tangga? Tetapi Tenten mengerti. Lee dan Guy.. Keduanya
berniat membawa ‘Dumbbell’ sebagai hadiah pernikahan.
Dan saat
itu, sesuatu yang dia khawatirkan medadak memudar. Pikirannya terasa jernih,
sepertinya 'kabut' dalam pikirannya telah lenyap.
"Aku
datang kesini untuk memastikan jika hadiah pernikahanmu tidak sama dengan
kami." Lee menjelaskan dengan lipstick yang belepotan di bibirnya.
"Tidak!
Sama sekali tak sama." Tenten menjawab dengan muka datar.
"Ah!
Jadi begitu ya? Aku senang! Lalu aku akan segera meneruskan latihanku."
"Dengan
penampilan seperti itu?"
Tenten gagal
menjaga mukanya agar tetap datar. Jika menyangkut kekonyolan Guy dan Lee
tidaklah mungkin bagi Tenten terus bersikap seperti itu.
Dia melihat
Lee berlari keluar dari area latihan dengan energi yang sama.
Tenten
meregang dan sedikit merintih.
Dan dengan
itu.........
"Kunai
khusus. Baiklah!"
Dia tidak
ragu lagi. Sekarang dia jadi sangat percaya diri.
Apa lagi
yang harus dikhawatirkan? Dibandingkan ‘Dumbbell’, hadiah tenten itu lebih
keren.
Dia merasa
lega.
Akhirnya dia
merasa baik-baik saja dengan cara yang dia jalani.
"Karena
semuanya sudah baik-baik saja saatnya kembali latihan, latihaaan~ "
KA!
KA!
KA!
Suara
mengasyikan terdengar dari senjata-senjata yang menghantam targetnya.
Arena
berlatih yang biasanya, target-target yang biasanya, metode latihan seperti
biasa.
Dan
perasaannya yang biasa.
Itulah
kehidupan sehari-hari Tenten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar