Novel Naruto Dojunjo Ninden Indonesia Chapter 3 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Selasa, 27 Juni 2017

Novel Naruto Dojunjo Ninden Indonesia Chapter 3

MUKA MUKA

Tou dan Kyou melewati malam tanpa tidur. Ketika fajar, Kyou menghilang ke dapur untuk sarapan dan Tou tetap sendirian. Tou merasa kesepian di rumah mereka yang menjadi kosong tanpa Chiku. Tou terus melihat bayangannya dimana-mana.

Bayangan Chiku bersembunyi dimanapun.

Chiku yang belajar di meja makan, Chiku yang membaca dengan buku yang terbaling di atas perutnya, Chiku yang berkata 'terimakasih atas makanannya' dengan tangan yang menyatu, Chiku yang terlihat bingung ketika aku dipukuli oleh Kyou, Chiku yang tertawa, Chiku yang tertidur. Aku menggosok mata dengan kudua tanganku dan melihat ke papan hadir Chiku yang masih terputar ke belakang.

Ku pikir papannya tidak akan pernah terputar ke depan lagi dan seketika air mataku mulai keluar.

Kyou kembali. Dia menyiapkan makanan mewah untuk tiga orang. Dia menyuruh Tou untuk makan juga menawarinya beberapa bantuan dan bagian Chiku. Tou melahap makanannya dengan rakus dan merasakan perasaan lain naik dari dasar perutnya. Kemarahan.

Begitu selesai dengan sarapan pagi, Tou bangkit dan memberi Kyou bahwa dia akan pergi sebentar. Kyou mengangguk dan memberinya kunai baru. Tou juga mengambil sepotong tali yang di pegang Chiku dan foto dirinya lalu dia pergi dan Kyou berharap dia akan beruntung.

⁰ₒ⁰

Tou pergi ke Jembatan Magaribashi, tempat dimana buruh dipekerjakan dari hari ke hari. Saat ini, seorang perekrut memanggil mereka yang ingin membangun gedung olahraga baru untuk akademi. Dia memilih orang-orang yang terlihat paling tangguh dan memberi mereka kartu dimana  dengan itu mereka bisa mengambil upah mereka di akhir tugas. Biasanya tugas itu sulit dan perekrut mendapatkan upah 45% dari gaji itu, tetapi tetap saja ada banyak pria yang menerima pekerjaan disini.

Seorang pria di sebelah Tou sedang memecahkan es, mengatakan kepadanya bahwa tidak ada gunanya menerima pekerjaan yang sulit dan dia berada di sini karena dia berharap bisa mendapatkan tugas yang mudah seperti menyapu kedianam Michikage, jadi Tou menunjukan kepadanya foto Chiku dan bertanya apakah dia mengingatnya, tapi pria itu mengatakan bahwa ratusan orang berkumpul di Jembatan Magaribashi setiap hari, sehingga sulit untuk mengingat salah satu dari mereka. Kemudian Tou menunjukan tali kepadanya, bertanya apakah itu mengingatkannya kepada seseorang.

"Apakah itu kenang-kenangan dari orang yang di foto?"

".....!"

"Tidak ada yang perlu dikejutkan" Dia menyeriangi "Di antara pekerjaan Jembatan Magaribashi, ada juga hal-hal yang tidak bisa dibuat di tempat terbuka. Kau juga bisa terlibat dalam perdagangan seludupan dengan pencuri dan bahkan ada banyak hal buruk lainnya"

"..."

"Sudah biasa jika orang-orang yang mengingini perkerjaan itu tidak pernah kembali" Pria seperti tikus itu berkata sebelum pergi "Dan kita harus melakukannya"

Tou tetap bertanya, tetapi tidak ada yang mengingat Chiku atau yang memperhatikannya. Tou mencoba bertanya pada perekrut yang sangat baik kepadanya. Dia bilang dia tidak mungkin memberi Chiku pekerjaan karena dia terlalu kurus.

"Aku hanya mengenalkan orang pada pekerjaan manual saja. Bukan pekerjaan yang bisa kuberikan pada pria kurus seperti itu, tapi mungkin..." 

Dia melirik sekilas di depannya dimana perekrut pekerja harian yang disebut 'Burung Bangkai' berkumpul bersama.

"Bukan.. Bukan apa-apa. Maafkan aku"

Aku mengangguk.

Ketika itu hampir tengah hari dan laki-laki itu pergi tanpa pekerjaan yang tersebar di kelompok kecil.

Burung Bangkai perlahan bergerak ke arah mereka. Pekerjaan yang di bawa oleh Burung Bangkai itu sangat menguntungkan, namun itu memiliki resiko yang tinggi dalam pertukaran. Ada juga orang yang tepat setelah mengikuti mereka dengan acuh tidak acuh, terpikat oleh upah yang tinggi dan bola mata dan mayat mereka dikeluarkan.

Aku merasa sangat tidak mungkin bahwa Chiku yang waspada dengan ceroboh mengikuti Burung Bangkai itu.

Hari itu telah berakhir sia-sia.

Tou kembali ke Jembatan Magaribashi keesokan harinya dan juga lusanya, bertanya kepada orang-orang apakah mereka pernah melihat Chiku tanpa hasil. Sementara itu ia menerima berbagai tugas dan bekerja keras untuk mendapatkan sebanyak yang ia bisa (meski jumlahnya  tidak terlalu banyak) dengan uang yang ia dapatkan, dia membeli makanan untuknya dan Kyou dan dia berhasil memasak makanan enak. Bahkan jika mereka tidak akan menjadi kaya dengan pekerjaan  yang dia lakukan dan tidak ada rekannya yang tahu tentang Chiku, Tou perlahan menyadari bahwa hidup di tempat terbuka pada akhirnya tidaklah buruk dan dia merasa sedikit bersalah bahwa dia tidak berusaha untuk membantu Chiku sebelumnya.

Kyou mencoba menghiburnya.

"Ini bukan salahmu" Kyou memberitahu. "Aku juga bersalah, mungkin juga Chiku. Kami berdua bergantung kepadamu"

Kebaikan Kyou merosot jauh ke dalam tubuhku, tapi bagaimanapun, aku tidak bisa menahan diri untuk menyalahkan diriku sendiri.

⁰ₒ⁰

Tou terus berjalan ke Jembatan Magaribashi, tetapi bahkan sepuluh hari kemudian dia tidak bisa mendapatkan apapun tentang dia. Sementara itu siswa sekolah Sawarame terbunuh satu demi satu. Sebuah rumor mulai menyebar. Pembunuh yang sulit dipahami adalah 'wanita berkulit putih' dengan mata merah di dahinya yang mengeluarkan jiwa dari korbannya dan membiarkan mayatnya seputih kertas. Tou mendengar rumor ini saat dia sedang bekerja dan ingat bahwa Chiku pun sangat putih ketika meninggal, namun ia tampaknya akan membuang teori 'gadis berkulit putih'

Suatu malam ketika dia kembali ke rumah Kyou mengatakan kepadanya bahwa Minami, gadis di kelas yang sama dengan mereka telah terbunuh dan karena dia adalah orang ketujuh yang meninggal, polisi menginterogasi Sawarame-sense dan memutuskan untuk menutup sekolah tersebut untuk sementara. Kyou mengemukakan topik tentang wanita berkulit putih itu lagi, tapi Tou sekali lagi menyingkirkan hipotensis ini.

"Tidak ada yang seperti wanita berkulit putih , aku sudah memberitaumu" 

Dengan kata-kata tajamku, Kyou menahan lidahnya.

"Aku tidak akan pernah memaafkan orang yang membunuh Chiku" Kataku sambil memalingkan telingaku. "Besok aku akan ke rumah Minami dan mendengar ceritanya"

"Telingamu... apa itu gatal?"

"Nn?... Ahh.."

"Tunggu sebentar!" Kyou yang keluar dari kamar beberapa waktu lalu segera kembali membawa katembat "Aku akan membersihkannya untukmu"

"Eh..?? Tidak.. Aku baik-baik saja.."

"Kenapa kau jadi malu?" 

Kyou duduk di kakinya dan ujung kimononya, pendek bahkan dalam keadaan normal, merangkak naik dan menjadi jauh lebih pendek.

"Ayo cepat"

"Ti.. Ti.. Tidak ada alasan khusus untuk aku malu"

"Lihat" 

Memanggilku seolah-olah aku adalah seekor kucing, dia menepuk pahanya sendiri dengan puk,puk "Ayolah!"

"...."

Aku meletakan kepalaku di pangkuan Kyou ketika aku diminta dan rasanya sangat menakjubkan. Bau sabunnya sangat wangi. Aku terus menahan air liur berkali-kali. 

Dia meniup telingaku.

"Phew... Apa kau mendengar ini dengan baik?" Kyou memindahkan rambutnya yang panjang dan menggantung di atasku.

"Sepertinya, setelah aku membersihkannya sebelumnya, kau belum membersihkannya terus meneruskan?"

"Jantungku berdetak terlalu cepat karena terbaling di pangkuannya dan aku mulai mengatakan hal-hal seperti:

"Tidak, tapi kau mudah untuk mengatakannya bahkan aku sibuk dengan berbagai hal" 

dan kalimat lain tidak menghasilkan apapun.

"Jangan bergerak!"

"...Baik"

Ketika katembat dimasukan dengan lembut, itu seolah-olah ada hubungan khusus diantara Kyou dan aku.

Kyou menggunakan katembat dengan terampil. Aku tidak banyak ingat tentang ibuku, tapi yang pasti ibuku seharusnya seperti ini

Hatiku yang mudah tersinggung semenjak Chiku meninggal dengan lembut mulai tenang. Setelah itu, air mata mulai meluap sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

"...Tou?"

"Eh, apa ini?.... Maaf, aku, aku sedikit..."

"Tidak apa-apa" 

Tangan Kyou dengan lembut menghentikanku yang hampir bangkit dengan bingung.

"Tidak masalah untuk menangis sesekali"

"..."

"Hush.. hush" katanya dan membelai punggungku "Kau hanya anak nakal, kau juga mengambil sesuatu dan segala hal untuk dirimu sendiri"

Bahuku gemetaran. Aku berdentang kepada Kyou dan menangis keras. Aku benar-benar merasa seperti masih berusia lima tahun.

'Wanita itu luar biasa' kupikir saat aku menangis dengan huwahh huwahh. Mereka lembut, namun mereka kuat, mereka kuat namun begitu hangat. 

Tiba-tiba pintu terbanting terbuka dan orang-orang Agito masuk. Kyou tidak meresponnya dengan baik.

"Ada apa denganmu?" Kyou berteriak "Jangan masuk ke rumah orang lain sesukamu!" Tapi Tou menahannya.

Awalnya para kroni mengejeknya dengan cara mencemooh mengganggu, tapi kemudian mereka menyuruhnya mengikuti mereka karena Aigo telah menunggu.

⁰ₒ⁰

Rupanya Agito juga memperhatikan motivasi Tou yang tidak terlalu memperhatikan pencarian harta karunnya dengan sangat baik. 

"Kau, Apa kau merasa ingin mengabaikanku, berpikir bahwa aku sedang mabuk?"

"Tidak.. Sesuatu yang seperti itu.."

"Bukankah aku menyuruhmu untuk mencari keberadaan harta karun itu?"

Aku telah membuka mulut untuk berbicara dan kunai menyayat dengan whoos.

"!"

Kunai yang dilempar Agito menembus dinding dan tersayat lurus melukai pipiku.

"Apa kau mempermainkanku, bajingan?" matanya berkilau samar.

"Apa kau tau bagaimana kita mengajarkan sopan santun kepada seekor anjing yang tidak mendengarkan apa yang aku katakan?"

Lalu, orang-orang Agito menyambar ke arah Tou, melumpuhkannya. Tou mencoba untuk membicarakan jalan keluar, tetapi hal seperti ini tidak berjalan seperti yang ia rencanakan.

"Ayo kita ukir nama Agito-san di keningnya" kata seseorang "Kalau begitu, dia akan benar-benar mengingatnya di pikirannya, bukan?"

"Itu bukan ide yang buruk"

Agito menjilat bibirnya, menunjukan gigi yang bergerigi dan bawahannya tertawa terbahak-bahak.

'Tunggu Agito-san.. bukanya aku lupa, tidak, fakta bahwa aku pergi ke Jembatan Magaribashi, sungguh mengumpulkan informasi tentang harta karun itu, tidak, sungguh, aku tidak akan pernah melanggar perintah Agito-san, benarkan?' Di dalam kepalaku seribu penjelasan bicara berputar-putar.

Namun, yang keluar dari mulutku adalah..

"Aku keluar"

"...!"

Tawa Agito membeku dan aku tidak bisa mempercayai telingaku sendiri. 'Eh? baru sekarang mulutku berbicara?'

Konflik batin Tou berlanjut, tapi sepertinya dia sama sekali tidak mau membela nyawanya.

Seandainya itu adalah aku beberapa waktu yang lalu,,, Jika itu adalah aku sebelum Chiku meninggal dunia, mungkin aku telah berhasil mengemis untuk hidupku tidak peduli seberapa memalukannya.

Sejujurnya, aku membasahi diriku dengan ketakutan.

Hal yang menahanku adalah profil Kyou yang menyedihkan.

Chiku telah meninggal dan jika aku menjadi anggota Yakuza, mungkin gadis itu tidak akan pernah tersenyum lagi, bukan?

Mundur, anggota Yakuza mulai memukulinya dan saat dia ambruk, mereka mulai memukulinya lagi. Pada saat itu, Agito mulai memberikan isyarat menyuruh mereka berhenti. 

Agito mengakui perubahan kepribadian Tou dan bertanya kepadanya apa yang telah terjadi sehingga membuatnya berubah sangat banyak.

Tou mencoba bangkit, tersandung dan memutuskan untuk berbicara dari lantai. Dia mengakui bahwa temannya telah terbunuh  dan dia mencoba mencari beberapa petunjuk di Jembatan Magaribashi. Mereka bertanya kepadanya apakah ini adalah wanita kulit putih yang di kabarkan, tapi dia bilang dia tidak tahu dan dia tidak menemukan apapun.

Keheningan terjatuh dan matanya bertemu dengan Agito.

Saat itulah aku merasakan perasaan tidak nyaman. masih ada sedikit semprotan merah di wajahnya dan tagang sejenak. Sepertinya dia sudah marah atau perutnya sakit atau dia lapar.

"....?"

Jadi, air mata keluar dari mata Agito.

"...Eh?"

"Uooooo!!! Agito yang basah kuyup karena air mata dan lendir menunggangiku dengan stomp stomp stomp dan menyambar pundakku.

"Itu mengerikan Yaeba! Benar-benar mengerikan"

Setelah itu ia memelukku erat-erat dengan lengannya yang besar dan dia menangis sebentar dengan booohoo.

Menonton Agito menangis dengan air mata gagah, juga bawahannya menyerah pada tangisannya yang menular.

"Bahkan aku sangat tau kesedihan kehilangan teman" Agito memelukku, meremasku dengan erat. "Itu untuk menangkap penjahatnya.. dalam situasu ini, kau tidak bisa menahannya ya... dalam situasi ini kau tidak bisa menahannya ya.. uo...uoooooooo! uooooooo"

Jadi, pada akhirnya Aigo bersikap lembut. Dia memberi Tou sejumlah uang kertas untuk pemakaman Chiku dan bersikeras menyuruhnya menyimpannya sebagai cadangan. Kemudian ia mencoba untuk membantu Tou dalam pencariannya. Dia bertanya apakah dia memiliki petunjuk dan Tou menunjukan kepadanya sebuah tali ungu itu.

Saat melihatnya, orang-orang Yakuza mulai menunduk. Mereka pernah melihat tali itu di suatu tempat. Salah satu dari mereka mengambil mengambil sebuah amplop yang telah tertutup dengan tali yang sama. Ini adalah undangan untuk peresmian rumah Michikage yang baru dan kandidat baru akan ada di sana. Namun, meski keduanya sama-sama memperhatikan pada awalnya, kedua tali itu sebenarnya berbeda karena di dalam salah satu amplop itu tidak ada benang perak yang terajut di dalamnya.

Bagaimanapun, Tou bertanya-tanya apa yang sedang di lakukan Agito dengan undangan tersebut?

"Pesta perdana?" Poster  Ao Zanki bergoyang di depan mataku "Tapi, kenapa hal seperti itu?"

"Aku tau dimana tempat harta karun itu"

"S-sungguh?"

"Rupanya, itu ada di suatu tempat di lokasi rumah Michikage"

Aku mengangguk.

"Jika mereka membuat pesta ini, orang biasa tidak akan bisa masuk ke rumah Michikage beberapa waktu kemudian. Bahkan jika tidak mungkin untuk mengambil harta benda hari ini, seperti yang di rencanakan, ada cara dimana kita bisa mengenali tempat rahasia itu. Karena itulah aku ingin menyelinap ke pesta dengan biaya berapapun. Namun, hanya ada dua masalah" Wajah Agito suram "yang pertama adalah bahwa kita akan di kenali oleh yang berwenang dan yang kedua adalah pesta ini untuk pasangan"

"Untuk pasangan?"

"Bukan berarti aku tidak bisa mendapatkan wanita" Kata Agito "Tapi tidak ada wanita yang bisa aku percaya"

⁰ₒ⁰

Adegan beralih kepada Kyou dan Tou yang berjalan menulusuri jalan. Melihat apa yang telah mereka lakukan pada Tou, Kyou terus menghina Agito dan teman-temannya. Tou mencoba membela mereka mengatakan bahwa mereka memberinya banyak uang untuk Chiku, tapi Kyou menjawab bahwa ini hanyalah trik untuk menipu orang bodoh seperti Tou (Memukul orang dan kemudian memperlakukan mereka dengan baik)

Saat mereka berjalan di gang menengah, mereka melewati beberapa poster Aoi Zanki. Mereka mulai berbicara tentang kandidat baru dan rumor bahwa dia telah membunuh seluruh tim itelijen dengan siksaan yang tidak terbayangkan. Kyou, jelas tidak menyetujui caranya, jadi Tou menuduhnya melakukan kebalikan dari pendapat guru mereka, Sawarame. Bukannya ia setuju dengan Zanki, tapi dia bilang dia bisa mengerti apa yang dia lakukan jika mereka sedang berperang.

Setelah itu, mereka sampai di sebuah rumah dengan kain berkabung yang menggantung di depan pintu rumah Minami. Mereka mencoba mengetuk pintu, tetapi tidak ada yang menjawab. Mereka mulai bertanya-tanya apa mereka harus mencobanya di pintu belakang. Ketika wanita pucat dengan kimono putih membuka pintu, Tou ketakutan setengah mati.

Aku hampir bersembunyi di belakang Kyou, mengirah bahwa dia adalah wanita berkulit putih yang di rumorkan 

Dengan tatapan seperti penyihir, Kyou memukul kepalaku.

"Tidak ada yang perlu aku katakan lagi..."Wanita berkimono putih itu berkata dengan suara serak "Aku sudah mengatakan semua yang aku tau"

"Ah.. tidak" Kyou menjawab dengan cepat "Kami teman sekelas Minami-san dari sekolah Sawarame"

"Oh, begitu?" ternyata yang berdiri di depan pintu adalah ibu Minami.

Kyou mengatakan kepada ibu Minami bahwa teman mereka juga telah terbunuh oleh wanita berkulit putih yang di curigai dan bertanya kepadanya tentang apa yang terjadi saat gadis itu meninggal. Ibu Manami menceritakan kisahnya

Dia pernah mendengar semacam pertengkaran yang terjadi di kamar Minami dan ketika dia pergi dan memeriksa, Minami terbaling di tempat tidur. Wajah dan lengannya benar-benar putih dan dia merasa ada sesuatu yang lewat. Saat dia bergegas menuju jendela, sosok itu sudah lenyap. Dia tidak bisa melihat wajahnya, tapi ia menyimpulkan bahwa ia adalah seorang wanita dari belakang. Ibu Manami mengakui bahwa wanita itu mengenakan pakaian putih seperti yang di katakan semua orang, tetapi tali sabuknya berwarna ungu dengan sesuatu yang berkilauan di dalamnya.

Tou mengambil tali yang di pegang Chiku  saat dia meninggal dan ibu Minami mengenalinya seperti yang di kenakan oleh wanita putih itu. Namun, dia tidak tau siapa wanita itu. Ketika mereka bertanya apa Minami mengatakan sesuatu sebelum dia meninggal, Ibu Minami menggelengkan kepalanya, tetapi ia ingat bahwa wanita berkulit putih menyenandungkan sesuatu saat dia pergi.

"Anak itu tidak mengatakan apapun" Ibu manamu mulai termenung "Tapi, wanita dengan kimono putih itu sedikit besenandung"

"Bersenandung?"

"Itu adalah lagu penghantar tidur, tapi aku ingin tau apakah kau mangetahuinya?" dan menyenandungkan satu dari bagiannya "Jika kau memanggil ayahmu yoo, dia akan mengambil kakak perempuanmu yoo. Jika kau memanggil ibumu yoo, dia akan mengambil kakak laki-lakimu yoo"

"Suara lebih berat daripada darah yoo" Kataku dengan suara datar "Jika kau tidak punya suara, bayarlah dengan darah"

"Ya, itu"

Lalu, ibu Manami bertanya kepada mereka tentang apa yang terjadi dengan teman mereka dan Tou menceritakan bagaimana Chiku meninggal dan mengapa ia memegang tali itu. Dengan nama Chiku, ibu Manami terkejut dan menyuruh mereka untuk menunggu. Dia masuk kembali ke dalam dan ketika ia muncul kembali, ia memegang bingkai foto berwarna merah muda. 

"!"

Itu adalah foto Chiku bersama Minami. Itu adalah bingkai berbentuk hati yang imut. 

"Anak ini Chiku-san?"

Chiku di foto itu mengelilingi Minami di sekitar tangannya dan mengandung udara malu seolah-olah dia sedikit malu dengan sedikit bangga.

"..."

Aku sama sekali tidak tahu jika telah terjadi sesuatu dengan mereka. Tch, orang itu, Chiku, dasar penghianat.

Kyou mengusap sudut matanya, menyembunyikan wajahnya.

Ibu Minami memberitahu bahwa ketika Chiku meninggal, Minami sangat tertekan sehingga ia mulai menyelidiki tentang kematiannya sendirian. Sehari sebelum meninggal, Minami kembali ke rumah dengan ketakutan dan telah memberitahu ibunya jika terjadi sesuatu kepadanya ia harus membawa buku hariannya ke polisi militer. Tou dan Kyou terkejut mengetahui petunjuk seperti itu, tapi sayangnya ibu Manami telah menyerahkan buku itu ke polisi militer, tetapi ia telah membaca buku harian itu sebelumnya.

"Kau tidak membacanya?" Aku bertanya "Apa kau tidak membaca buku hariannya?"

"Tentu saja aku membacanya" 'Kami menandatangani kontrak sosaiin' "Minami telah menuliskan ini di buku hariannya"

"!"

Kyou menatapku bingung. Bahkan aku memiliki gambaran kasar tentang ekspresi seperti apa yang aku buat. Di dalam dadaku, jantungku berdetak cepat.

"Anak itu, dia sangat bingung.. sementara dia sedang menyelidiki kematian Chiku-san, orang-orang yang terbunuh seperti Chiku-san muncul satu persatu"

"S-selain itu, apa saja.."Kataku sambil menyeka keringat yang tertetes di dahiku "Dia tidak menulis apa-apa lagi?"

"Dia sudah menuliskan tanggal, Mei pertama dengan beberapa kalimat beberapa waktu yang lalu"

"Mungkin yang pertama" Otakku bekerja keras. Itu adalah hari dimana pesta peresmian Michikage di rumah barunya akan di laksanakan "Jadi, Sosaiin kau bilang?..."

"Aku tidak tau.." ibu Manami menggeleng lemah "Aku mengatakannya kepada polisi militer  dan kepada Aoi Zanki yang datang bersama polisi militer.

"!"

Meski begitu, ibu Manami menyimpulkan bahwa mereka juga harusnya tidak menyelidiki tentang hal itu juga karena jika orang yang menyukai Zanki sedang dalam perjalanan untuk masalah ini, mereka pasti tidak mencampuri hal itu.

⁰ₒ⁰

Hari berikutnya, Tou dan Kyou memutuskan untuk pergi dan bertemu dengan Agito. Tou tidak ingin benar-benar membawanya tapi pada akhirnya ia menyerah karena Kyou tidak mau mendengarnya.

"Tolong diamlah!"Di depan gedung penyewaan, aku memberinya intruksi yang sangat rinci. "Karena aku tidak tau apa yang terjadi dengan Agito jika ia kehilangan emosinya"

Kyou mengangguk.

Meskipun demikian, saat aku menaiki tangga, mengetok pintu dan Agito membukanya, Kyou meninju wajah Agito tepat di hadapannya dengan sekuat tenaga.

"Awawawawawawawawa!" 

Melihat Agito yang telah kesakitan, aku hampir pingsan.

"A..aa.aa..a.Apa yang kau lakukan?"

Anggota Yakuza menyerang mereka dan Tou sudah melambaikan tangan selamat tinggal untuk hidupnya.

Kita sudah mati, pikirku. aahaa, karena kesalahan Kyou, hari ini akan menjadi ulang tahun kematianku. Jika kemarahan Agito bergema di seluruh ruangan, mungkin ini akan terjadi.

"Berhenti!"

Orang-orang Yakuza mendadak berhenti.

Kemudian Kyou membuat pengumuman. Agito sedang mencari pasangan yang bersih dari cacatan kriminal, jadi dia dan Tou persis seperti yang di butuhkan Agito. Agito bertanya apa dia tahu tentang harta karun itu, tapi dia bilang itu tidak masalah dan menjelaskan alasan sebenarnya.

Kontrak tertulis dari Sosaiin ada kaitannya dengan kematian Chiku dan Aoi Zanki juga. Kyou menebak bahwa seseorang menemukan kontrak itu dan ingin pindah pada pada mei pertama. Dia ingin berada di sana dan menyelidiki itu.

Awalnya Agito menolak karena ia tidak mau membuang satu-satunya kesempatan untuk menemukan harta karun itu hanya karena dia dan Tou sibuk mencari penjahat. Tapi Kyou meyakinkannya bahwa mereka juga akan mencari harta karun itu. ini tidak seperti dia tidak bisa mencari pasangan yang dapat ia percayai dalam tiga hari, Kyou menambahkan.

Jadi, Agito menyetujuinya. Anggota Yakuza mulai mengeluh, tetapi ia hanya diam.

"Aku menyukaimu, nona" Kata Agito dan anggota Yakuza ribut tentang hal berbahaya, ini dan itu.

"Kalian berisik" Agito berteriak "Di desa ini, adakah wanita yang bisa memukulku seperti ini?"

Seluruh anggota menutup mulut mereka.

"Naah, semenjak aku dipukuli oleh ibuku... aku bisa mempercayai nona ini, jadi dia adalah wanita yang bisa di percaya, orang yang aku butuhkan"

Dengan persetujuan Agito, mereka memiliki kesepakatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar